Disusun oleh:
Ifta Athiyah (11160340000005)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
a. Mengetahui dan paham alasan disebutnya sahabat sebagai mufassir.
b. Mengetahui dan paham argumen sahabat sebagai mufassir.
c. Mengetahui dan paham sarana penafsiran sahabat dan contohnya.
d. Mengetahui dan paham serta dapat mengambil teladan dari thabaqat
sahabat dan profilnya.
e. Mengetahui dan paham dimana saja madrsah tafsir berdiri, mengetahui
pendirinya, murid-muridnya yang terkenal, dan karakteristik setiap
madrasah yang membedakan dengan madrasah tafsir lainnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Meskipun kita bergantung pada masa sahabat, kita menyadari bahwa mereka
tidak di posisi pertama dengan nisbah dalam memahami makna al-Qur’an. Akan
tetapi sebab keberagaman posisi mereka dan sesuatu yang tampak dari mereka
menjadikan beraneka ragam diantara sebagaian yang lain. Hal ini berkaitan
dengan keberagaman mereka di dalam kecakapan berpikir dan menguasai hal-
hal yang meliputi al-Qur’an dari beberapa keadaan dan hal-hal yang melingkupi.
Lebih dari ini, mereka tidak sama dalam memberi makna kata. Beberapa kata di
al-Qur’an tidak dimengerti oleh sebagian sahabat, dan ini tidak masalah,
sesunggunya bahasa tidak diketahui artinya kecuali oleh orang ma’shum. Dan
tidak mengharuskan setiap individu dari suatu umat mengetahui lafadz
bahasanya. ( Al-Dzahabi,2000:28)
3
B. Argumen Sahabat Sebagai Mufassir
a. Ditakhrij oleh Abu Nu’aim di “hilyah” dari jalur Abu Bakar bin ‘Iyash
dari Nashir bin Sulaiman al-Ahmasy dari ayahnya dari ‘Ali, ia berkata:
tidaklah diturunkan suatu ayat kecuali aku sungguh mengetahui tentang
apa yang diturunkan dan dimana diturunkan. Sesunggunya Tuhanku
menganugerahiku hati yang pandai dan lisan yang bertanya.
b. ditakhrij oleh Abu Nu’aim dari Abu al-Bukhtariy, ia berkata:
“katakanlah pada Ali, beritahu aku tentang Ibn Mas’ud!” Ali menjawab,
“ dia paham al-Qur’an dan Sunnah-kemudian ia diam- dan ia cukup
dengan ilmu itu.1
c. Keistimewaan mereka karena hidup semasa dengan Nabi, maka mereka
orang yang paling tahu tentang kondisi saat wahyu diturunkan dan sebab
diturunkannya. Dan hal ini tidak akan diketahui oleh generasi
setelahnya.
d. Beberapa riwayat yang menjelaskan kepandaian sahabat Abdulah bin
Abbas yang akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.
Mujmal:
(37 : )اﻟﺒﻘﺮة...ﻓﺘﻠﻘﻰ آدم ﻣﻦ رﺑﻪ ﻛﻠﻤﺎت
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya ... (al-
Baqarah: 37)
Mubayyan:
(23 :ﻗﺎﻻ رﺑﻨﺎ ﻇﻠﻤﻨﺎ أﻧﻔﺴﻨﺎ وإن ﱂ ﺗﻐﻔﺮﻟﻨﺎ و ﺗﺮﲪﻨﺎ ﻟﻨﻜﻮﻧﻦ ﻣﻦ اﳋﺎﺳﺮﻳﻦ)اﻷﻋﺮاف
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami
sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada
kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi”.(al-A’raf: 23)
1
Muhammad ‘Alawi al-Maliki, “Al-Qawa’id al-Asasiyah”, (Malang: Hai’ah al-Shofwah),
hal.170
4
2. ( ﺣﻤﻞ اﻟﻤﻄﻠﻖ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻘﻴﺪMenafsirkan ayat muthlaq dengan ayat
muqayyad)
Muqayyad:
،( آﻳﺔ اﻟﻮﺿﻮء6 :ﻓﺎﻏﺴﻠﻮا وﺟﻮﻫﻜﻢ وأﻳﺪﻳﻜﻢ إﱃ اﳌﺮاﻓﻖ)اﳌﺎﺋﺪة
Maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku.(al-Maidah:
6)
Muthlaq :
أﻳﺖ اﻟﺘﻴﻤﻢ (6 :ﻓﺎﻣﺴﺤﻮا ﺑﻮﺟﻮﻫﻜﻢ وأﻳﺪﻳﻜﻢ ﻣﻨﻪ)اﳌﺎﺋﺪة
Usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu.(al-Maidah:6)
‘Am:
ﻳﺄﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ ءاﻣﻨﻮا أﻧﻔﻘﻮا ﳑﺎ رزﻗﻨﺎﻛﻢ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ أن ﻳﺄﰐ ﻳﻮم ﻻ ﺑﻴﻊ ﻓﻴﻪ وﻻ ﺧﻠﺔ وﻻ
(254 : )اﻟﺒﻘﺮة. واﻟﻜﺎﻓﺮون ﻫﻢ اﻟﻈﺎﳌﻮن،ﺷﻔﺎﻋﺔ
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari
rezeki yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari
ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan
tidak ada lagi syafa’at. Oarang-orang kafir itulah orang yang
dzalim”. (al-Baqarah: 254).
Khosh:
1. Allah mengecualikan orang yang bertaqwa dari
peniadaan sahabat.
(67 :)اﻟﺰﺧﺮوف.اﻷﺧﻼء ﻳﻮﻣﺌﺬ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻟﺒﻌﺾ ﻋﺪو إﻻ اﳌﺘﻘﲔ
“Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama
lain, kecuali mereka yang bertakwa”.(al-Zukhruf: 67)
2. Allah mengecualikan orang yang dikehendaki
mendapat syafa’at
5
وﻛﻢ ﻣﻦ ﻣﻠﻚ ﰲ اﻟﺴﻤﻮات ﻻ ﺗﻐﲏ ﺷﻔﺎﻋﺘﻬﻢ ﺷﻴﺄ إﻻ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ أن ﻳﺄذن اﷲ ﳌﻦ ﻳﺸﺎء و
(26 :)اﻟﻨﺠﻢ.ﻳﺮﺿﻰ
“Dan betapa banyak malaikat di langit, syafa’at (pertolongan)
mereka sedikitpun tidak berguna kecuali apabila Allah telah
mengizinkan (dan hanya)dan hany bagi siapa yang Dia keendaki
dan Dia ridhai”. (al-najm: 26).
4. ( اﻟﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻳﺘﻮﻫﻢ أﻧﻪ ﻣﺨﺘﻠﻒMenggabungkan antara ayat yang dikira
berlainan)
Hal ini seperti ayat yang menjelaskan penciptaan nabi
Adam. Di sebagian ayat dijelaskan bahwa ia diciptakan dari debu
()ﺗﺮاب, di ayat lain dijelaskan ia diciptakan dari lumpur ()ﻃﲔ, lumpur
hitam yang dibentuk ( )ﲪﺄ ﻣﺴﻨﻮنdan tanah liat kering ()ﺻﻠﺼﺎل.
Maksud penyebutan semuanya untuk menjelaskan beberapa
tingkatan yang dilalui nabi Adam dari awal penciptaan hingga
ditiupkan ruh kepadanya.
5. ( ﺣﻤﻞ ﺑﻌﺾ اﻟﻘﺮاءات ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻫﺎMenafsirkan sebagian qira’at dengan
qira’at yang lain)
b. Rasulullah Saw.
1. )إن: م. ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ص:ﻣﺎ أﺧﺮﺟﻪ أﲪﺪ و اﻟﱰﻣﺬى و ﻏﲑﳘﺎ ﻋﻦ ﻋﺪى ﺑﻦ ﺣﺒﺎن ﻗﺎل
( وإن اﻟﻀﺎﻟﲔ ﻫﻢ اﻟﻨﺼﺎرى،اﳌﻐﻀﻮب ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻫﻢ اﻟﻴﻬﻮد
Ditakhrij oleh Imam Ahmad, Tirmidzi dan yang lain, dari ‘Udda bin
Hibban ia berkata, Rosulullah Saw bersabda: Orang-orang yang
dimurkai adalah Yahudi, dan yang sesat adalah Nasrani.
2
Muhammad Husain al-Dzahabi, “Al-Tafsir wa al-Mufassirun juz 1”, (Kairo: Maktabah
Wahbah, 2000), hal.31
6
2. )اﻟﺼﻼة:م. ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ص:وﻣﺎ رواﻩ اﻟﱰﻣﺬى واﺑﻦ ﺣﺒﺎن ﰲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل
(اﻟﻮﺳﻄﻰ ﺻﻼة اﻟﻌﺼﺮ
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibn Hibban di dalam
shohihnya, dari Ibn Mas’ud ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
Shalat yang pertengahan adalah shalat Ashr.
3. م ﻳﻘﻮل وﻫﻮ ﻋﻠﻰ. ﲰﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ص:وﻣﺎ أﺧﺮﺟﻪ ﻣﺴﻠﻢ و ﻏﲑﻩ ﻋﻦ ﻋﻘﺒﺔ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﻗﺎل
.أﻻ وإن اﻟﻘﻮة اﻟﺮﻣﻲ،{(60 : )اﻷﻧﻔﺎل. }وأﻋﺪوا ﻟﻬﻢ ﻣﺎاﺳﺘﻄﻌﺘﻢ ﻣﻦ ﻗﻮة:اﳌﻨﱪ
Diriwayatkan oleh Muslim dan yang lain dari ‘Uqbah bin ‘Amir ia
berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda di atas mimbar :
{Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk
menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki.(Al-
Anfal 60)}, Ingatlah, sesungguhnya kekuatan adalah lemparan (Al-
Dzahabi, 2000:36).
7
4. Kecakapan memahami dan keluasan pengetahuan. Ini adalah
keistimewaan dari Allah kepada hamba-Nya yang dikehendaki.3
3
Abdul Qadir Muhammad Sholih, “Al-tafsir wa al-Mufassirun fi al ‘Ashr al-Hadits”,
(Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2003), hal.90
8
Di sisi lain, al-Qur’an berbeda dengan Taurat dan Injil, al-Qur’an
tidak merinci setiap permasalahan, dan tidak mengumpulkan kisah dari
seluruh aspek, akan tetapi hanya meringkas.
Ketika akal selalu cenderung meminta pendapat dan menyelidiki,
maka para sahabat meminta pendapat kisah-kisah yang tidak dinyatakan
dalam al-Qur’an pada orang-orang yang masuk pada agama mereka dari
ahli kitab, seperti Abdullah bin Salam, ka’ab al-Ahbar dan Ulama’
Yahudi atau Nasrani lainnya (Al-Dzahabi, 2000: 47).
Berikut hukum memasukkan kisah isra’iliyat untuk sekedar
mengutip bukan mempercayai:
a. Diketahui kebenarannya dari kesesuaiannya dengan prinsip al-
Qur’an dan dikutip dengan benar, maka shohih.
b. Diketahui kedustaannya karena menyalahi prinsip al-Qur’an,
maka ditolak.
c. Didiamkan, tidak diterima dan tidak ditolak, tidak diyakini dan
tidak dipungkiri.4
D. Thabaqat Sahabat
Namun yang masyhur dikalangan sahabat ada sepuluh orang, yaitu Khulafa’
al-Rasyidun, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu
Musa al-Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair.
Abu Bakar, Umar, dan Utsman sangat sedikit meriwayatkan tafsir al-Qur’an
sebab mereka lebih dulu wafat, selain itu mereka hidup disaat sebagian besar
warganya alim terhadap kitabullah, dan mereka sibuk dengan urusan khilafah,
sehingga tidak punya cukup waktu untuk belajar mengajar sebagaimana yang
lain.
4
Muhammad Abdussalam Abu al-Nayl, “Tafsir al-Imam Mujahid bin Jabr”, (Madinah: Dar
al-Fikr al-Islamiy al-Haditsah,1989), hal.57
9
Sedangkan Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ary, dan Abdullah bin Zubair
meriwayatkan tafsir lebih sedikit dari keempat sahabat tadi.5
5
Muhammad Husain al-Dzahabi, “Ilmu al-Tafsir”, Dar al-Ma’arif, hal: 14
10
Ibn Abbas menceritakan, Umar memasukkan aku dalam
anggota dewan berssama para sahabat senior anggota perang Badar.
Ketika mereka melihat keterlibatanku, ada diantara mereka yang
merasa jengkel. Dia komentar kepada umar “mengapa engkau
melobatkan anak ini bersama kami?, kami juga punya anak seusia
dia”. Jawab Umar, “ dia orang yang sudah kalian kenal
kecerdasannya”.
Suatu hari, Umar mengundangku untuk berkumpul bersama
mereka. Aku tidak menyangka Umar mengundangku hari itu, selaim
untuk menunjukkan keahlianku pada kepada mereka. Tanya Umar
ke semua anggota majlis “ apa tafsir kalian tentang firman Allah إذا
”ﺟﺎء ﻧﺼﺮ اﷲ واﻟﻔﺘﺢ؟sebagian menjawab, “ kita diperintahkan untuk
memuji Allah, memohon ampun kepada-Nya apabila kita mendapat
pertolongan dan diberi kemenangan”. Sementara yang lain diam dan
tidak menjawab apapun. Giliran Umar bertanya kepada Ibnu
Abbas,” apa seperti itu menurut anda, Ibn Abbas?”, “tidak”, jawab
Ibn Abbas. “Lalu apa tafsirmu?”, tanya Umar, “itu adalah tanda ajal
Rasulullah Saw . ayat itu mengisyaratkan hal itu”, kata Ibn Abbas.
Selanjutnya beliau memulai menjelelaskan, “Allah berfirman إذا ﺟﺎء
( ﻧﺼﺮ اﷲ واﻟﻔﺘﺢApabila telah datang pertolongan Allah dan fathu
Makkah), itu adalah tanda ajalmu. Karena itu, ﻓﺴﺒﺢ ﲝﻤﺪ رﺑﻚ واﺳﺘﻐﻔﺮﻩ إﻧﻪ
( ﻛﺎن ﺗﻮاﺑﺎSucikanlah Tuhanmu dengan memuji-Nya, sesungguhnya
Dia Maha menerima taubat). Komentar Umar “ yang aku ketahui
juga seperti itu (( ”)ﻣﺎ أﻋﻠﻢ ﻣﻨﻬﺎ إﻻ ﻣﺎ ﺗﻘﻮلAl-Dzahabi, 2000: 51)
Riwayat darinya:
a. Jalur Shohih:
1. Jalur Muawiyah bin Saleh dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibn
Abbas.
2. Jalur Qais bin Muslim al-Kufi dari Atha’ bin al-Saib dari Said
bin Jubair dari Ibn Abbas.
3. Jalur Ibn Ishaq, penulis sejumlah sirah, dari Muhammad bin Abi
Muhammad- maula keluarga Zaid bin Tsabit- dari Ikrimah atau
Sa’id bin Jubair dari Ibn Abbas.
b. Jalur Dhaif:
1. Jalur Ismail bin Abdurrahman al-Sa’di al-Kabir, adakalanya dari
Abi Malik dan adakalanya dari Abi Saleh dari Ibn Abbas.
2. Jalur Abdul Malik bin Juraij dari Ibn Abbas.
3. Jalur al-Dhahhak ibn Muzahim al-Hilali al-Kufi dari Ibn Abbas.
4. Riwayat ‘Athiyyah al-‘Aufi dari Ibn Abbas.
5. Riwayat Muqatil bin Sulaiman al-Azdi al-Khurasani.
11
6. Jalur Muhammad bin al-Saib al-Kalbi dari Abi Saleh dari Ibn
Abbas.
Pendustaan atas Ibn Abbas:
Imam Syafi’i berkata bahwa riwayat tafsir Ibn Abbas yang
shohih hanya sekitar seratus riwayat. Hal ini disebabkan beliau
adalah ahl-bait, disamping para Khalifah Abbasiyah adalah
keturunannya, maka hal ini dianggap sangat efektif untuk
melakukan pemalsuan.
Salah satu kitab yang mengumpulkan kumpulan tafsir riwayat Ibn
Abbas adalah Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas karya Fayru
Zabadiy. Berdasarkan informasi yang didapatkan di salah satu
website internet, kitab tafsir ini merupakan tafsir yang lemah ( أوﻫﻰ
)اﻟﺘﻔﺎﺳﲑkarena diriwayatkan melalui satu jalur dan jalur ini dinilai
maudhu’ dan makdzub sebab perawinya yang bernama al-Suddi al-
Shogir termasuk perawi yang tertuduh dusta, dan ia meriyatkan dari
al-Kalbi yang juga tertuduh dusta.6
6
Diakses dari http://waqfeya.com/book.php?bid=7074 pada tanggal 3 Desember 2017 pukul
22.44 WIB
12
1. Jalur Sulaiman al-A’masyi dari Abu Dhuha dari Masruq dari
Ibn Mas’ud.
2. Jalur Mujahid dari Abu Mu’amar dari Ibn Mas’ud.
3. Jalur al-A’masyi dari Abu Wa’il dari Ibn Mas’ud.
4. Jalur Ismail bin Abdurrahman al-Saddi al-Kabir dari Murrah al-
Hamadzani dari Ibn Mas’ud.
5. Jalur Abu Rauq dari al-Dhahhak dari Ibn Mas’ud.
7
Yunus hasan Abidu, “Tafsir al-Qur’an”, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hal.19
13
E. Madrasah al-tafsir
14
Dikelola oleh Ubay bin Ka’ab. Ditambah juga sahabat yang tinggal
di Dar al-Imam turut andil dan ikut serta dalam pembelajaran tafsir ini.
Diantara muridnya yang terkenal adalah:
a. Abu al-Aliyah.
b. Muhammad bin Ka’ab al-Quradhi.
c. Zaid bin Aslam.
Karakteristik madrasah al-Tafsir di Madinah diantaranya:
a. Sangat berhati-hati ketika menafsirkan dan meminimalisasi
penyampaian tafsir yang jumlah sanad riwayatnya banyak.
b. Bebas dari nafsu dan fitnah.
c. Memprioritaskan qira’at.
d. Mengutamakan nasikh mansukh daripada tarjih,
jama’(kompromi) dan ijtihad. Karena metode nasikh mansukh
merupakan pendekatan tafsir bi al-riwayah, dan masyarakat
madinah adalah kaum atsariyyun.8
8
Muhammad bin Abdullah bin al-Khudhairiy, “Tafsir al-Tabi’in”, (Dar al-Wathan li al-
Nasyr), hal. 548
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sahabat sebagai mufassir berada di satu tingkat setelah Nabi
Muhammad Saw, karena keutamaannya yang hidup semasa dengan
Nabi, mengetahui asbabun nuzul ayat dan saat-saat wahyu
diturunkan yang tidak diketahui oleh masa setelahnya. Apalagi Nabi
pernah mendoakan Ibn Abbas, maka dari doa ini dapat disimpulkan
bahwa sahabat dan tabi’in juga bisa menanyakan tafsir al-Qur’an
pada Ibn Abbas (sahabat). Selain itu banyak bukti lainnya mengenai
keutamaan sahabat sebagai mufassir.
Saat menafsirkan, sahabat merujuk pada ayat lainnya (al-Qur’an),
sabda Nabi, pendapat sahabat (ijtihad sahabat) dan pendapat ahl al-
kitab.
Sahabat yang paling banyak menafsirkan ada sepuluh orang
termasuk Khulafa’ al-Rasyidin, namun yang paling banyak
menafsirkan ada empat, yaitu Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Mas’ud, Ali bin Abi Thalib dan Ubai bin Ka’ab.
Madrasah tafsir didirikan untuk menyampaikan dan mengajari tafsir
al-Qur’an pada tabi’in, madrasah tafsir di Makkah didirikan oleh
Ibn Abbas, di Madinah didirikan oleh Ubai bin Ka’ab dan di Kufah
didirikan oleh Abdullah bin Mas’ud.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abidu, Yunus Hasan. 2007. Tafsir al-Qur’an. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Al-Nayl, Muhammad Abdussalam Abu. 1989. Tafsir al-Imam Mujahid bin Jabr.
Madinah: Dar al-Fikr al-Islamiy al-Haditsah.
17