01
pendahuluan
KLHS RDTR WP IKN BARAT
1. Adanya Kawasan potensi bencana
2. Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan
perlindungan lingkungan perlu ada konsepsi
perencanaan yang berbasis pendekatan ekologi dan
ekonomi secara berimbang (ecology and economic
balance)
3. Diperlukan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) terhadap RDTR
4. Agar produk RDTR yang dikeluarkan telah
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan
ekonomi secara berkelanjutan
5. KLHS merupakan Tindakan strategis dalam
menuntun dan mengarahkan tidak terjadinya
dampak negatif RDTR terhadap lingkungan dan
keberlanjutan
6. Penyediaan sarana/prasarana maupun pelayanan
dasar dan perkebangan sistem jaringan transportasi
7. KLHS harus diselenggarakan secara terbuka dan
bertanggung jawab, sehingga dapat
Latar
dipertanggungjawabkan pada public secara luas
8. Menekankan pada upaya pemecahan permasalahan
Pasal 15 ayat (1) UU 32/2009 : “Pemerintah dan Pemda wajib Menyusun KLHS” Apa Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)
atau SEA?
Rangkaian analisis yang sistmatis,
menyeluruh dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan,rencana,
dan/atau program
PENILAIAN
PERSIAPAN PEMBUATAN & PELAKSANAAN
DAN MONEV
Konsultasi
FGD Publik ….Hasil analisis pengaruh dapat dikonsultasikan dengan
pemangku kepentingan untuk pengayaan dan
penajaman hasil….
05
Pasal 15 UU 32/09
01 03
02 04
Identifikasi dan Isu PB Analisis pengaruh hasil
Perumusan Isu PB Prioritas isu PB Prioritas dengan
Pasal (8): Didapat dari Konsultasi Pasal (9): hasil no. 2 materi muatan KRP
Publik dengan Para Pemangku ditelaah dengan Pasal
9 ayat 2 Pasal (11): Analisis pengaruh hasil No 3
Kepentingan dengan hasil No 4
08 10
mitigasi
06
Kajian 6
07 Penyusunan
09 11
Dokumentasi
muatan KLHS Rekomendasi
Pasal (23): Oleh
Pasal (13): Kajian Pasal (16): Perbaikan Penyusun KLHS
DDDT, JE, SDA, PI, KRP, Keg/usaha yang
Kehati, Risiko Dampak telah melampaui DDDT
LH tidak boleh lagi
WP
WPIKN
IKNBARAT
BARAT KP-IKN
KAWASAN
PERAIRAN LAUT
02
KARAKTERISTIK WILAYAH
(BASELINE)
KLHS RDTR WP IKN BARAT
Wilayah Fungsional dan Wilayah Perencanaan
30,62%
dari Luas KIKN
*Luas WP IKN Barat
adalah 17.206,19 Ha
Wilayah Fungsional
Wilayah fungsional WP IKN Barat yang didasarkan pada pembagian
DAS dengan luas 138.505,73 Ha meliputi 2 DAS, yaitu:
• DAS Mahakam 49.319,87 Ha, dan DAS Sanggai 89.185,86 Ha
• Pada Wilayah Perencanaan WP IKN Barat DAS Sanggai seluas
17.205,23 hektar dan sebagian kecil wilayah masuk kedalam Wilayah Perencanaan
DAS Mahakam seluas 116,02 hektar.
1. Kondisi topografi WP IKN Barat didominasi oleh elevasi < 100 mdpl yang
menunjukkan bentuk lahan berupa pedataran.
2. Sedangkan sisanya memiliki elevasi 200 – 600 mdpl yang menunjukkan bentuk lahan
perbukitan.
3. Kondisi ketinggian 0 – 100 mdpl dapat digunakan sebagai kawasan terbangun.
4. Kondisi ketinggian 100 – 200 mdpl dapat digunakan sebagai kawasan terbangun.
5. Kondisi ketinggian 200 – 300 mdpl dapat digunakan sebagai kawasan terbangun dengan
syarat rekayasa teknik. Sumber : Hasil Analisis Data DTM BIG, 2019
6. Kondisi ketinggian > 400 mdpl tidak dapat digunakan sebagai kawasan terbangun (non build
up). 85,23% dominasi kondisi ketinggian lahan
pada WP IKN Barat berkisar <100 m/dpl
Jenis tanah pada IKN Barat terdiri dari Hemic Haplohemist, Oxic Dystrudepts, Typic Dystrudept, Typic
Eutrudepts, Typic Hapluduts, dan Typic Hapludolls.
1. Typic Hapluduts memiliki ukuran partikel lempung dan pada kondisi normal tidak terdapat
retakan, sehingga jenis tanah ini dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun.
2. Typic Hapludolls umumnya kering, tidak memiliki retakan lebar, dan sangat jarang terjadi aktivitas hewan
pada tanah ini. Sehingga jenis tanah ini dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun.
3. Typic Dystrudept umumnya berasal dari material aluvium, di bagian atasnya tersusun oleh lempung liat dan
bagian bawahnya liat berpasir. Tanah ini dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun.
4. Oxic Dystrudepts memiliki lempung dengan kapasitas pertukaran kation yang rendah, sehingga tanah ini
dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun.
5. Hemic Haplohemist memiliki temperatur hangat, tidak mengadung sulfur/sulfidik (menunjukkan tidak
terjadi alterasi mineral/batuan) atau menunjukkan tanah yang tidak banyak mengalami gangguan. Sehingga
tanah ini Tanah ini dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun.
6. Typic Sulfaquent mengandung mineral sulfidik, didominasi liat, dan dipengaruhi pasang surut rawa. Tanah
ini dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun dengan syarat rekayasa teknik.
7. Typic Eutrudepts memiliki kandungan lempung mengembang (swelling) yang tinggi disertai dengan retakan Sumber : Puslit Tanah, Kementerian Pertanian, 2019
yang dalam menunjukkan intergrade ke Vertisols. Kondisi demikian rawan apabila ada pembebanan di bagian
atasnya. Sehingga Typic Eutrudepts tidak dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun (Non Build Up). 33,99% dominasi kondisi jenis tanah pada WP IKN Barat
berupa Typic Hapludults
VEGETASI EKOREGION
65,64% Vegetasi hutan dipterokarpa pamah yang 91,87 % Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
memiliki ratusan jenis pohon, dengan tingkat kerapatan
yang artinya potensi tinggi pada JE penyedia
energi, JE pengatur perlindungan bencana, JE
sedang-tinggi yang mampu menyimpan cadangan karbon
pendukung biodiversitas
Sumber : KLHK, 2020 Sumber : KLHK, 2020
Formasi Pamaluan
1. Kondisi geologi didominasi oleh Formasi Pamaluan, serta sebagian terdapat
Formasi Balikpapan, Endapan Aluvium, dan Endapan Talus
2. Formasi Pamaluan tersusun batulempung dan serpih sisipan napal, batupasir dan
batugamping.
3. Formasi Pulau Balang tersusun oleh perselingan batupasir kuarsa, batupasir, dan
batulempung.
4. Aluvium terdiri dari pasir, lempung dan lumpur.
5. Struktur geologi terdiri dari lipatan sinklin dan sesar.
6. Formasi Pulau Balang dan Endapan Aluvium dapat dikembangkan sebagai Sumber : Atlas Geologi Kawasan IKN, 2020
Kawasan Terbangun
78,47% dominasi kondisi Geologi pada WP IKN Barat berupa Formasi Pamaluan,
Formasi Pamaluan dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun
dengan syarat rekayasa teknik, karena didominasi oleh lempung dan serpih
1. Kondisi geomorfologi dipengaruhi oleh aktivitas tektonik dan struktur di masa lampau, sehingga
membentuk geomorfologi lipatan antiklin dan sinkin. Namun pada Zaman Neogen aktivitas tektonik
terhenti, sehingga struktur geologi sudah tidak aktif.
2. Satuan Geomorfologi terdiri dari Dataran Bergelombang Terdenudasi Kuat, Dasar Lembah Timbusan, Rawa
Pasang Surut, Perbukitan Antiklin Bergelombang Dengan Puncak Tidak Teratur, Perbukitan Sinklin Dengan
Sumber : Atlas Geologi Kawasan IKN, 2020
Puncak Tidak Teratur, dan Perbukitan Homoklin, Perbukitan Sinklin Tersesarkan Tertoreh Kuat.
3. Dari Kondisi Geomorfologi IKN Barat menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah IKN Barat
dapat dikembangkan sebagai Kawasan Terbangun.
34,61% dominasi kondisi Geomorfologi pada WP IKN Barat berupa
4. Terkecuali pada daerah Rawa Pasang Surut, kondisi ketinggian > 300 m dan kemiringan lereng > 25 % SD9 PEBUKITAN SINKLIN TERSESARKAN TERTOREH KUAT
tidak dapat digunakan sebagai kawasan terbangun (non build up).
Luas
Mangrove
660,32 Ha
Desa/Kelurahan Luas (Ha)
Desa Bukit Raya 19,15
Desa Bumi Harapan 315,11
Desa Suka Raja 325,84
Kelurahan Pemaluan 0,22
Luas Ekosistem Mangrove 660,32
Sumber : Landuse (RBI 1 : 5000 BIG Tahun 2019)
Berdasarkan Berdasarkan
Kawasan Terbangun Data Dasar BPS
Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah Jumlah
Jumlah KK Penduduk Penduduk
(Jiwa) (Jiwa)
Desa Bukit Raya 1.641 6.564 2.812
Desa Bumi Harapan 1.275 5.100 2.071
Desa Karang Jinawi 3 12 12
Sepaku
Pemaluan - - -
Desa Sukaraja 1.468 5.872 *2.121
Kelurahan Sepaku 1.107 4.428 1.888
Loa Kulu Sungai Payang - - -
Total IKN Barat 5.494 21.976 8.904
21.976 jiwa
Jumlah Penduduk WP IKN Barat berdasarkan Jumlah
Bangunan Permukiman yang diasumsikan 1 Bangunan
Terdiri dari 1 KK. (1 KK = 4 Jiwa)
Luas
KIKN DILUAR KIKN
% Thd
Populasi Luas Luas
No WP Cell Luas Area Luas Populasi
Terbangun (Jiwa) No WP Luas Area Terbangun Terbangun
Area (Jiwa)
Eksisting Rencana
1 1.940,85 1.496,52 77,11 247.100
1 WP KIPP 2 740,60 474,78 64,11 72.100 7 WP Simpang Samboja 4.294,59 220,24 1.514.95 33.849
3 401,65 276,90 68,94 32.550 8 WP Kuala Samboja 2.983,57 393,26 1.827,27 62.666
Target Populasi WP KIPP 351.750 9 WP Muara Jawa 9.074,82 730,52 2.835,67 78.901
3 1.553,31 1.141,21 73,47 134.150
4 955,64 554,18 57,99 35.829
Total WP diluar KIKN 16.352,99 1.344,02 6.177,88 188.809
2 WP IKN Barat 5 1.921,51 1.090,56 56,76 173.700 Di luar WP 183.403,03 2.339,04 12.306,45 70.244
6 1.848,76 1.057,39 57,19 100.114 Total KPIKN 199.756,02 3.683,06 18.484,33 259.053
7 250,39 112,58 44,96 17.495
Target Populasi WP IKN Barat 461.288 Sumber : Simulasi Target Populasi RTR KSN IKN, 2021
3 WP IKN Selatan 4 187,55 1,10 0,59 71
Target Populasi WP IKN Selatan Masuk ke WP IKN Barat 71
7 553,76 443,56 80,10 68.929
4 WP IKN Timur 1 9 1.235,68 901,26 72,94 113.562
10 446,38 354,04 79,31 25.500 Target populasi tahun 2045
Target Populasi WP IKN Timur 1 207.991
6 290,68 236,44 81,34 22.386 Ibu Kota Nusantara
7 779,47 636,28 81,63 98.876
1.671.853 jiwa
8 602,67 382,66 63,49 50.400
5 WP IKN Timur 2
9 194,28 155,85 80,22 19.638
11 593,37 414,46 69,85 54.800
12 17,00 15,24 89,66 1.112
Target Populasi WP IKN Timur 2 247.212
6 WP IKN Utara
12
13
1.099,94
1.766,72
845,38
1.230,77
76,86
69,66
61.688
48.900 Target populasi WP IKN Barat
Jumlah
14 1.258,30 916,24 72,82
Target Populasi WP IKN Utara
18.638,50 12.737,40
33.900
144.488
1.412.800
461.288 jiwa
Sumber : Simulasi Target Populasi Masterplan IKN, 2021
Tandon-tandon air penampungan air hujan System jaringan air bersih perpipaan yang Sungai sepaku sebagai salah satu
bersumber dari air pegunungan sumber air baku
• Saat ini masyarakat memanfaatkan air bersih perpipaan yang dikelola Kantor Desa dengan sumber air yang bersumber dari
mata air dipegunungan.
• Air dialirkan dari pegunungan langsung menuju rumah-rumah dan masyarakat membayar setiap bulannya.
• Masyarakat juga memanfaatkan air hujan dengan menampungnya dengan talang hujan yang dialirkan pada penampungan air
(tandon air) serta ada juga yang melakukan pengeboran air terutama pada daerah-daerah cekungan sekitar sungai yang
memanfaatkan rembesan air yang masuk pada lahan-lahan sekitar sungai.
Kualitas Air
Nilai Indeks Kualitas Udara (IKU) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2019 mencapai 88,76
berada pada kategori sangat baik termasuk juga nilai IKU dari setiap Kabupaten Kutai
Kertanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara Kota di Provinsi Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil perhitungan yang mengacu pada referensi standar internasional (WHO
dan European Union) diperolah IKU disajikan pada tabel berikut ini
03
PENGKAJIAN PENGARUH
KRP TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP
KLHS RDTR WP IKN BARAT
Kajian Pengaruh Kapasitas Daya Dukung
Analisis Daya Dukung Pangan
Kecamatan Kebutuhan Pangan Ketersediaan Energi
Desa Status daya dukung
Kkal/tahun (kkal/tahun)
Loa Kulu Sungai Payang - Terlampaui
Sepaku Desa Bukit Raya 4.933.075.740 78.849.135.007 Belum Terlampaui
Desa Bumi Harapan 3.832.828.500 113.212.826.592 Belum Terlampaui
Desa Karang Jinawi 9.018.420 - Terlampaui
Desa Sukaraja 4.413.013.520 62.478.594.360 Belum Terlampaui
Kelurahan Sepaku 3.327.796.980 14.371.335.160 Belum Terlampaui
Jumlah 16.515.733.160 78.849.135.007 Belum Terlampaui
• Kondisi daya dukung air di seluruh wilayah WP IKN Barat terindikasi memiliki daya dukung
tidak terlampaui.
• Kondisi ini mengindikasikan bahwa daya dukung air yang ada cukup mendukung kondisi
eksisting penduduk yang ada. Faktor lain diakibatkan kondisi eksiting WP IKN Barat berupa
hutan yang sifatnya tempat menampung air hujan
1. Kondisi Gerakan Tanah IKN Barat tergolong Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
dan Rendah
2. Daerah ini memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah menengah dan rendah, serta
jarang terjadi gerakan tanah.
3. Dari kondisi gerakan tanah, IKN Barat dapat dikembangkan sebagai Kawasan
Terbangun.
4. Gerakan tanah/ longsor skala kecil banyak terjadi pada Formasi Pamaluan hal ini karena
terdapat litologi batulempung, batugamping serpihan dan batulanau
5.000,00 3.769,33
2.338,26
1,23 356,72
-
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Sangat
Kecamatan Desa Rendah Sedang Tinggi Grand Total
Tinggi
Loa Kulu Sungai Payang 21,27 134,03 41,03 196,33
Sepaku Bukit Raya 14,51 307,87 1.996,64 292,08 2.611,11
Bumi Harapan 148,49 416,31 3.991,69 1.123,77 5.680,26
Karang Jinawi 0,07 4,25 250,14 3,15 257,62
Sepaku 33,56 317,19 4.824,95 1.518,81 6.694,50
Suka Raja 27,19 276,78 980,16 482,22 1.766,35
Grand Total 223,82 1.343,67 12.177,61 3.461,07 17.206,17
12.000,00
10.000,00
8.000,00
6.000,00
4.000,00 3.013,02
Sangat Sangat
Kecamatan Desa Rendah Sedang Tinggi Grand Total
Rendah Tinggi
Loa Kulu Sungai Payang 2,54 152,76 41,03 196,33
Sepaku Bukit Raya 58,40 93,08 2.186,78 272,84 2.611,11
Bumi Harapan 24,43 186,21 358,44 4.310,48 800,71 5.680,26
Karang Jinawi 4,31 249,82 3,49 257,62
Sepaku 126,27 39,74 4.997,52 1.530,97 6.694,50
Suka Raja 0,48 55,44 101,01 1.245,45 363,98 1.766,35
Grand Total 24,90 433,17 592,27 13.142,81 3.013,02 17.206,17
Sangat Sangat
Kecamatan Desa Rendah Sedang Tinggi Grand Total
Rendah Tinggi
Loa Kulu Sungai Payang 2,54 152,76 41,03 196,33
Sepaku Bukit Raya 58,40 93,08 2.186,78 272,84 2.611,11
Bumi Harapan 24,43 186,21 358,44 4.310,48 800,71 5.680,26
Karang Jinawi 4,31 249,82 3,49 257,62
Sepaku 126,27 39,74 4.997,52 1.530,97 6.694,50
Suka Raja 0,48 55,44 101,01 1.245,45 363,98 1.766,35
Grand Total 24,90 433,17 592,27 13.142,81 3.013,02 17.206,17
8000
6000
4000 3.287,64
2.168,16
2000 980,06
77,8
0
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Sangat Sangat
Kecamatan Desa Rendah Sedang Tinggi Total
Rendah Tinggi
Loa Kulu Sungai Payang 2,54 18,73 134,03 41,03 196,33
Sepaku Bukit Raya 179,59 635,82 1.530,78 264,93 2.611,11
Bumi Harapan 51,37 408,53 641,84 3.528,75 1.049,77 5.680,26
Karang Jinawi 6,65 0,35 249,47 1,15 257,62
Sepaku 198,61 304,21 4.693,31 1.498,37 6.694,50
Suka Raja 26,43 184,15 567,20 556,18 432,39 1.766,35
Grand Total 77,80 980,06 2.168,16 10.692,51 3.287,64 17.206,17
04
ISU PB PALING STRATEGIS
DAN MATERI MUATAN
KRP BERPENGARUH
KLHS RDTR WP IKN BARAT
Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Aspek Sosial
1. Tekanan dan pertambahan penduduk,
Aspek Ekonomi
2. Luas areal pertanian yang tidak sesuai, Perladangan berpindah, Terjadinya perubahan
3. Pengelolaan hutan yang tidak baik dan penebangan illegal,. lahan dari pertanian
4. Pembakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali, lahan kering ke
5. kegiatan illegal logging
6. Tidak disiplinnya masyarakat sehingga sering membuang sampai ke
perumahan dan
saluran sungai/parit; perkebunan ke
7. Banyaknya permukiman yang berada di sempadan sungai perumahan
8. Perlunya Pembentukan Badan Pengelola IKN dalam rangka
perubahan peruntukan kawasan hutan dan proses pelaksanaan tata
batas luar kawasan hutan
9. Perlunya keterlibatan masyarakat sekitar dalam pembentukan IKN Aspek Lingkungan
10. Kepastian pembentukan IKN 1. Tidak adanya potensi air baku yang menjadi sumber air baku
11. Adanya perencanaan yang jelas untuk peningkatan kapasitas SDM 2. Keberadaan lahan kritis tersebut diantaranya dapat menopang terjadinya erosi,
12. Masalah lahan dan ulayat adat kesultanan sedimentasi dan banjir yang sering terjadi di musim hujan
13. Perlu adanya perhatian terhadap seni dan budaya Kutai di wilayah 3. Berkurangnya resapan air hujan karena tanah gundul;
IKN 4. Jika terjadi pembukaan hutan agar memperhatikan potensi run off, hal tersebut
14. Bannyak tenaga kerja di perusahaan tetapi tenaga kerja buruh meningkatkan peluang banjir
15. Perlu peningkatan kapasiats SDM dan UMKM, baik dari proses 5. Perubahan peruntukan dari lahan kawasan menjadi bukan kawasan
produksi, pakaging ataupun marketing 6. Daya tampung air sudah tidak bisa mewadahi lagi, karena sudah banyak rawa-rawa di
16. Masyarakat lebih memilih perkebunan timbun, serta danau-danau dan sungai-sungai mendangkal
7. kawasan tampungan air yang terjadi secara alami ditimbun tanah untuk pembangunan
seperti pemukiman dan lain-lainnya.
8. Kondisi kemerosotan fisik lahan itu diakui sebagai proses dari deforestasi dan degradasi
hutan.
9. Penutupan DAS Muan oleh perusahaan tambang
10. Harmonisasi strktur ruang agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
11. Terganggunya keanekaragaman hayati
12. Terganggunya koridor Hewan
13. Berkurangnya daerah resapan air akibat alih fungsi lahan, sehingga sering terjadi banjir
14. Dialokasi kawasan pertanian untuk tanaman pangan dan holtikultura
01 02 03 04 05
Alih fungsi lahan Kebutuhan ruang Akses air bersih Degradasi Rawan Banjir
terbuka hijau terbatas ekosistem
pada kawasan
perkotaan
Hal ini sejalan dan mendukung pengembangan potensi 05. Banjir besar pernah terjadi sekitaran tahun
2012 disekitar Pasar Sepaku karena
ekonomi yang dimiliki oleh Kecamatan Sepaku yaitu di sektor
pertanian dan perkebunan meluapnya Sungai Sepaku.
RENCANA RENCANA
STRUKTUR POLA RUANG
RUANG
Pembangkitan
Tenaga Listrik
05
ANALISIS PENGARUH KRP
TERHADAP KONDISI
LINGKUNGAN HIDUP
KLHS RDTR WP IKN BARAT
Alih Fungsi Lahan
Analisis KRP Berdampak Daya Dukung Pangan
• Berdasarkan hasil perhitungan DD Pangan dengan KRP maka diperoleh bahwa dari total desa
di WP IKN Barat termasuk kategori belum terlampaui sejumlah 1.650,48 ha (91%)
• Kategori terlampaui sejumlah 7,26 ha (8%) yang tersebar pada zona perdagangan jasa skala
SWP, WP dan Perumahan kepadatan tinggi
• Hal ini menjelaskan bahwa dari segi ketersediaan pangan, WP IKN Barat masih mampu
melayani daerahnya sendiri tanpa harus mengandalakan daerah lain, disamping itu SWP B
guna lahannya diarahkan sebagai pertanian yang berpotensi untuk menyokong ketersediaan
pangan
Hutan lahan
rendah Hutan lahan Hutan Ladang/
Perkebunan
KRP Berdampak sekunder tinggi sekunder Tanaman tegalan
kelapa sawit
kerapatan kerapatan sedang Lain hortikultura
sedang
Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun B3 ✓
Pembangkitan Tenaga Listrik 1,20 33,84
Perdagangan dan Jasa Skala Kota 27,22 56,32 0,32 60,86
Perdagangan dan Jasa Skala SWP 2,72 70,78 0,46 2,79
Perdagangan dan Jasa Skala WP 18,53 262,20 1,45 50,31
Perumahan Kepadatan Sedang 12,85 348,07 5,98 75,81
Perumahan Kepadatan Tinggi 121,49 178,70 9,49 72,62
Grand Total 182,81 1,20 949,91 17,70 262,39
Sawah dengan
Rawa Semak Tanaman
KRP Berdampak padi diselingi Grand Total
pedalaman Belukar Campuran
tanaman lain/bera
Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun B3
Pembangkitan Tenaga Listrik 1,23 36,28
Perdagangan dan Jasa Skala Kota 0,57 23,04 0,29 168,62
Perdagangan dan Jasa Skala SWP 0,40 0,01 0,60 0,68 78,44
Perdagangan dan Jasa Skala WP 0,33 10,68 1,24 344,74
Perumahan Kepadatan Sedang 0,23 1,73 14,53 61,54 520,74
Perumahan Kepadatan Tinggi 0,11 4,55 57,63 44,81 489,39
Grand Total 1,64 6,28 107,71 108,56 1.638,20
500,00
13,85 27,75
-
Sangat Rendah Rendah Menengah Tinggi
Sangat Grand
KRP Berdampak Rendah Rendah Sedang Tinggi Total
Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun B3 ✓
Pembangkitan Tenaga Listrik 1,20 35,08 36,28
Perdagangan dan Jasa Skala Kota 1,07 140,22 0,29 27,79 169,37
Perdagangan dan Jasa Skala SWP 4,64 74,17 0,68 3,12 82,61
Perdagangan dan Jasa Skala WP 1,45 323,19 1,24 18,86 344,74
Perumahan Kepadatan Sedang 7,71 438,41 61,54 13,09 520,74
Perumahan Kepadatan Tinggi 28,66 308,95 44,81 121,60 504,01
Grand Total 44,72 1.320,01 108,56 184,45 1.657,74
1.000,00
500,00 182,94
28,91 6,20 2,01
-
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
• Berdasarkan hasil analisis JE Pengtaur Udara dengan KRP maka diperoleh bahwa dominasi
WP IKN Barat termasuk kategori JE Pengatur Udara Tinggi sejumlah 1.329,19 ha
• Hal ini menjelaskan bahwa pembangunan Pembangkitan tenaga listrik, perdagangan dan jasa,
perumahan terdapat pada kawasan bervegetasi yang memberikan pengaruh terhadap
tingginya JE Pengaturan Udara.
• Berdasarkan hasil perhitungan DD Air dengan KRP maka diperoleh bahwa dari total desa di WP
IKN Barat termasuk kategori tidak terlampaui sejumlah 1.657,74 ha
• Jika dilihat dari jenis limpasan dimana dominasi penggunaan berupa rimba kota maka Daya
dukung air tidak terlampaui. Namun dari segi sifat batuan dan jenis tanah yang ada WP IKN Barat
tidak mampu menyimpan air tanah.
• Oleh karena itu untuk hampir seluruh jenis usaha dan kegiatan yang membutuhkan sumber daya
air permukaan untuk memenuhi kebutuhan air bagi aktivitas dan kegiatan.
• Berdasarkan hasil analisis JE penyedia air dengan KRP maka diperoleh bahwa dominasi
WP IKN Barat termasuk kategori sangat rendah seluas 1.332,43 ha
• Hal ini menjelaskan bahwa Pembangkitan tenaga listrik, perdagangan dan jasa,
perumahan untuk menyediakan air bersih sangat rendah sehingga perlu di supply di
wilayah sekitarnya. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa jenis geomorfologi WP IKN
Barat memiliki sifat tanah langka (tidak mempunyai cadangan air tanah) sehingga
kebutuhan air pun mengandalkan sumber air bersih yang berasal dari air permukaan.
1.000,00
500,00 297,53
25,77 2,01
-
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
KRP Berdampak JE Penyedia Air (Ha)
KRP Berdampak Sangat
Rendah Sedang Tinggi Grand Total
Rendah
Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun B3 ✓
Pembangkitan Tenaga Listrik 35,08 1,20 36,28
Perdagangan dan Jasa Skala Kota 141,12 0,32 27,29 0,63 169,37
Perdagangan dan Jasa Skala SWP 76,64 0,71 4,82 0,43 82,61
Perdagangan dan Jasa Skala WP 323,30 1,45 19,54 0,44 344,74
Perumahan Kepadatan Sedang 438,75 7,68 73,92 0,40 520,74
Perumahan Kepadatan Tinggi 317,54 15,61 170,75 0,11 504,01
Grand Total 1.332,43 25,77 297,53 2,01 1.657,74
• Berdasarkan hasil analisis JE Pengatur Pemurnian Air dengan KRP maka diperoleh bahwa
dominasi WP IKN Barat termasuk kategori tinggi seluas 1.437,68 ha
• Dengan adanya pembangunan Pembangkitan tenaga listrik, perdagangan dan jasa,
perumahan berada pada JE Pengatur pemurnian air tinggi dan sangat tinggi ketika terjadi
pencemaran, vegetasi ataupun kapasitas badan air di wilayah tersebut dapat mengurai dan
menyerap pencemar.
• Guna membantu proses penyerapan zat pencemar yang berada pada JE Pengatur pemurnian
air rendah dan sedang maka dapat didukung dengan pengembangan RTH dan penentuan
KDH.
KRP Berdampak JE Pengatur Pemurnian Air (Ha)
2.000,00
1.437,68
1.500,00
1.000,00
500,00 28,91 184,95
6,20
-
Rendah Sedang Sangat Tinggi Tinggi
1.000,00
60,00 53,04
40,00
20,00
-
KRB 1 KRB 2
KRP Berdampak Bencana Banjir (Ha)
KRP Berdampak KRB 1 KRB 2 Grand Total
Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun B3 - - -
Pembangkitan Tenaga Listrik - - -
Perdagangan dan Jasa Skala Kota 11,48 26,02 37,50
Perdagangan dan Jasa Skala SWP 0,71 0,48 1,19
Perdagangan dan Jasa Skala WP 17,09 46,96 64,05
Perumahan Kepadatan Sedang 14,04 6,60 20,64
Perumahan Kepadatan Tinggi 9,72 3,47 13,20
Grand Total 53,04 83,53 136,57
1.000,00
500,00 184,95
28,45
-
Rendah Tinggi Sangat Tinggi
06
ALTERNATIF DAN
REKOMENDASI
KLHS RDTR WP IKN BARAT
Alternatif dan Rekomendasi
Rekomendasi Terhadap Rencana Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
Alih fungsi lahan Berada pada hutan lahan rendah sekunder kerapatan sedang
Potensi Dampak
• Berkurangnya cadangan karbon
• Perubahan iklim akibat konversi lahan bervegetasi yang digunakan
untuk menyerap CO2
• Merusak tanaman atau vegetasi di sekitar tempat pengelolaan, dan
tanah sebagi media lingkungan hidup
• Memiliki potensi membahayakan keselamatan dan kesehatan
lingkungan sekitar
Rekomendasi
Alih fungsi lahan Berada pada hutan lahan rendah sekunder kerapatan sedang
Potensi Dampak
konflik antara penggunaan lahan untuk panel surya dan untuk
kebutuhan ruang terbuka, pertanian maupun resapan air.
Rekomendasi
Konsep pengembangan agrivoltaics: menggabungkan
penggunaan lahan pertanian dengan produksi energi listrik
dari PLTS / solar PV (agriculture + photovoltaics):
1. panel surya ditempatkan diantara baris lahan kosong
tanaman dengan jarak tertentu. Jarak ini penting dibuat
agar sinar matahari dapat sampai pada tanaman
2. Penanaman dapat meningkatkan estetika serta kapasitas
produksi pangan dibawah panel surya.
Agrivoltaics cocok diterapkan pada lahan pertanian dengan
tanaman yang toleran terhadap efek bayangan dari panel
surya, atau tanaman yang hanya butuh sedikit sinar
matahari, seperti mentimun, lobak, labu, kol, dan paprika
hijau.
Toledo and Alessandra, 2021
Akses air terbatas pengembangan kawasan permukiman berada pada JE Penyedia air
sangat rendah
Degradasi ekosistem Berada pada JE pemurnian air rendah dan penguraian limbah rendah
Potensi Dampak
• Titik lokasi perumahan akan berpotensi terjadi genangan
• Peningkatan kebutuhan air bersih di wilayah permukiman
• Peningkatan pencemaran sampah, air limbah dan B3 rumah tangga
• Terjadi genangan ketika curah hujan tinggi
Rekomendasi
• Memperhatikan nilai koefisien dasar hijau (KDH) untuk setiap bangunan sebagai
kontrol pengendali tata air dan banjir dan perencanan kawasan permukiman
kepadatan tinggi.
• Didukungnya dengan saluran drainase yang terintegrasi
• Penyediaan prasarana jaringan air bersih untuk rencana kawasan permukiman
• Penyediaan sarana prasarana pengelolaan air limbah dan persampahan
• Menghindari pemanfaatan air tanah dalam pemenuhan kebutuhan air sehari-hari di
Kawasan permukiman
• Penghijauan dan Pengembangan RTH
• Penyesuaian konstruksi pembangunan perumahan di kawasan rawan bencana
seperti design bangunan atau rekayasa Teknik guna mengurangi dampak
Akses air terbatas pengembangan kawasan permukiman berada pada JE Penyedia air
sangat rendah
Degradasi ekosistem Berada pada JE pemurnian air rendah dan penguraian limbah rendah
Potensi Dampak
• Titik lokasi perumahan akan berpotensi terjadi genangan
• Peningkatan kebutuhan air bersih di wilayah permukiman
• Peningkatan pencemaran sampah, air limbah dan B3 rumah tangga
• Terjadi genangan ketika curah hujan tinggi
Rekomendasi
• Memperhatikan nilai koefisien dasar hijau (KDH) untuk setiap bangunan sebagai
kontrol pengendali tata air dan banjir dan perencanan kawasan permukiman
kepadatan sedang.
• Didukungnya dengan saluran drainase yang terintegrasi
• Penyediaan prasarana jaringan air bersih untuk rencana kawasan permukiman
• Penyediaan sarana prasarana pengelolaan air limbah dan persampahan
• Menghindari pemanfaatan air tanah dalam pemenuhan kebutuhan air sehari-hari di
Kawasan permukiman
• Penghijauan dan Pengembangan RTH
• Penyesuaian konstruksi pembangunan perumahan di kawasan rawan bencana
seperti design bangunan atau rekayasa Teknik guna mengurangi dampak
Akses air terbatas pengembangan berada pada JE Penyedia air sangat rendah
Degradasi ekosistem Berada pada JE pemurnian air rendah dan penguraian limbah rendah
Potensi Dampak
• Titik lokasi perdagangan dan jasa skala Kota akan berpotensi terjadi genangan
• Peningkatan kebutuhan air bersih di wilayah perdagangan dan jasa skala Kota
• Peningkatan pencemaran sampah, air limbah dan B3
• Terjadi genangan ketika curah hujan tinggi
Rekomendasi
• Memperhatikan nilai koefisien dasar hijau (KDH) untuk setiap bangunan sebagai
kontrol pengendali tata air dan banjir dan perencanan kawasan perdagangan dan
jasa skala kota.
• Didukungnya dengan saluran drainase yang terintegrasi
• Penyediaan prasarana jaringan air bersih untuk rencana kawasan perdagangan dan
jasa skala kota
• Penyediaan sarana prasarana pengelolaan air limbah dan persampahan
• Penghijauan dan Pengembangan RTH
• perencanaan desain dan konstruksi bangunan dengan menyesuaikan kondisi KRB
Banjir
Akses air terbatas pengembangan berada pada JE Penyedia air sangat rendah
Degradasi ekosistem Berada pada JE pemurnian air rendah dan penguraian limbah rendah
Potensi Dampak
• Titik lokasi perdagangan dan jasa skala WP akan berpotensi terjadi genangan
• Peningkatan kebutuhan air bersih di wilayah perdagangan dan jasa skala WP
• Peningkatan pencemaran sampah, air limbah dan B3
• Terjadi genangan ketika curah hujan tinggi
Rekomendasi
• Memperhatikan nilai koefisien dasar hijau (KDH) untuk setiap bangunan sebagai
kontrol pengendali tata air dan banjir dan perencanan kawasan perdagangan dan
jasa.
• Didukungnya dengan saluran drainase yang terintegrasi
• Penyediaan prasarana jaringan air bersih untuk rencana kawasan perdagangan dan
jasa skala WP
• Penyediaan sarana prasarana pengelolaan air limbah dan persampahan
• Penghijauan dan Pengembangan RTH
• perencanaan desain dan konstruksi bangunan dengan menyesuaikan kondisi KRB
Banjir
Akses air terbatas pengembangan berada pada JE Penyedia air sangat rendah
Degradasi ekosistem Berada pada JE pemurnian air rendah dan penguraian limbah rendah
Potensi Dampak
• Titik lokasi perdagangan dan jasa skala SWP akan berpotensi terjadi genangan
• Peningkatan kebutuhan air bersih di wilayah perdagangan dan jasa skala SWP
• Peningkatan pencemaran sampah, air limbah dan B3
• Terjadi genangan ketika curah hujan tinggi
Rekomendasi
• Memperhatikan nilai koefisien dasar hijau (KDH) untuk setiap bangunan sebagai
kontrol pengendali tata air dan banjir dan perencanan kawasan perdagangan dan
jasa.
• Didukungnya dengan saluran drainase yang terintegrasi
• Penyediaan prasarana jaringan air bersih untuk rencana kawasan perdagangan dan
jasa skala SWP
• Penyediaan sarana prasarana pengelolaan air limbah dan persampahan
• Penghijauan dan Pengembangan RTH
• perencanaan desain dan konstruksi bangunan dengan menyesuaikan kondisi KRB
Banjir
1 Strategi pemenuhan
kebutuhan 2
Strategi dalam
penyediaan 3
Strategi
pengembangan 4
Strategi perbaikan lingkungan
dalam mencegah degradasi
sumberdaya energi sumberdaya air kebutuhan ruang ekosistem
terbuka hijau
• Pengembangan energi • Peningkatan cakupan pelayanan • WP IKN Barat sebagian besar diliputi
terbarukan tenaga surya air minum • menghijaukan riparian sungai oleh vegetasi rapat sehingga sebagai
dengan panel atap pada • Peningkatan jaringan perpipaan sekaligus mengembalikan bentuk pencegahan mitigasi perubahan
bangunan baru, pembangkit setiap PDAM/IPA bentuk sungai agar dapat iklim penting dalam melakukan
listrik tenaga surya skala • Penyediaan air minum perpipaan kembali menampung volume Pencegahan dan penanggulangan
KIKN, dan panel surya pada sungai ketika terjadi debit kebakaran hutan dan lahan dan
• Peningkatan kapasitas dan
penerangan jalan di maksimum. menambah liputan vegetasi guna
kualitas pengelolaan sistem
lingkungan • Pemanfaatan lahan dibawah menurunkan suhu udara di kawasan
pelayanan air minum perkotaan
• Pengembangan jangka pendek bangunan solar farm jenis dengan aktivitas tinggi
• Restorasi dan konservasi vegetasi tanaman yang membutuhkan
pemanfaatan bahan bakar alami yaitu hutan dipterokarpa • pengelolaan bangunan infrastruktur
nabati (biofuel) untuk naungan serta sinar matahari sumber daya air untuk pengelolaan
pamah untuk mengatur tata air bukan merupakan faktor
memenuhi kebutuhan bahan resiko bencana untuk banjir
• Konservasi air: efisiensi pembatas
bakar transportasi ramah • Sebagai cadangan karbon (carbon stock)
pemanfaatan air (reduce, reuse
lingkungan dan serapan karbon (carbon
dan recycle) / pemanenan air
hujan sequestration)