Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya masyarakat tidak asing lagi dengan orang yang

mengalami gangguan penglihatan atau yang disebut tunanetra, namun

masyarakat pada umumnya menyebut mereka dengan sebutan buta.

Anak tunanetra merupakan anak yang mengalami kehilangan

penglihatan sehingga memberikan dampak baik secara langsung maupun

tidak langsung bagi perkembangannya. Dampak yang nyata dari

ketunanetraan tersebut adalah keterbatasan/kehilangan alat orientasi yang

utama, kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan kesulitan

bahkan tidak bisa membaca dan menulis huruf.

Orang dengan penglihatan normal dapat dengan mudah melakukan

kegiatan atau pengenalan lingkungan dimana dia berada, melalui

penglihatannya. Oleh karena kehilangan penglihatan maka anak tunanetra

melakukan kegiatan dengan menggunakan indra lainnya, seperti

pendengaran, peraba/perasaan, dan penciuman. Namu untuk dapat

melakukan kegiatan dengan baik diperlukan suatu proses latihan yang

cukup lama.

Dampak dari kehilangan penglihatan ini adalah kesulitan untuk

membaca dan menulis. Bagi anak tunanetra yang penglihatannya masih

dapat berfungsi sedikit lebih baik mungkin masih bisa sedikit demi sedikit

untuk membaca huruf dengan bantuan kaca pembesar, namun bagi anak

1
yang tergolong buta, sisa penglihatannya tidak mungkin dapat digunakan

lagi untuk membaca dan menulis huruf awas, sehingga mereka harus

menggunakan huruf Braille. Namun untuk dapat menggunakan huruf

Braille ini juga diperlukan latihan.

Kehilangan indra penglihatan ini membuat anak tunanetra sulit

dalam melakukan kegiatannya, artinya sulit untuk bergerak dari satu

tempat ke tempat lainnya yang diinginkan. Oleh karena itu mereka perlu

diberikan suatu keterampilan khusus agar dapat melakukan kegiatan

dengan cepat,tepat,dan aman.

Adanya keterbatasan tersebut menghambat anak tunanetra dalam

berbagai aktivitas yang dilakukan oleh orang awas dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dalam perkembangannya anak memiliki beberapa

aspek perkembangan salah satunya adalah aspek motorik yakni motorik

kasar, motorik kasar itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang meliputi

seluruh bagian tubuh yang mengkoordinasikan gerakan otot-otot tertentu

yang ada di tubuh manusia, setiap anak memiliki kemampuan yang

berbeda-beda. Terlebih lagi dengan anak yang memiliki keterbatasan

tunanetra yang tentunya menghambat perkembangan motorik kasarnya

karena terhambat pola pergerakannya.

Namun demikian perkembangan motorik kasar pada anak dapat di

kembangkan melalui stimulasi-stimulasi gerakan yang mengkombinasikan

antara gerakan kaki dan tangan.

2
Senam tradisional gemar gatra merupakan salah satu contoh

gerakan-gerakan kombinasi yang dapat menstimulasi perkembangan

motorik kasar pada anak. Melalui kegiatan senam ini anak dapat

menggerakkan seluruh anggota badannya, sehingga kemampuan motorik

kasarnya akan meningkat.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, terutama dalam

hal perkembangan motorik kasar, anak-anak tunanetra di SLBN 1 Lombok

Timur masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran olahraga

yang melibatkan kombinasi antara gerakan tangan dan kaki.

Kegiatan senam gemar gatra pertama kali dilakukan di SLBN 1

Lombok Timur, kegiatan ini tidak ada di dalam agenda rutin di slbn 1

lombok timur, kegiatan ini pun tidak dilakukan setiap hari. Penggunaan

irama musik untuk menstimulasi perkembangan motorik kasar pada anak

belum terlihat di SLBN 1 Lombok Timur.

Untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak

tunanetra di SLBN 1 Lombok Timur, dapat dilakukan dengan kegiatan

senam tradisional gemar gatra yang sederhana. Melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra diharapkan kemampuan motorik kasar pada anak

dapat berkembang dengan optimal. Dengan melakukan gerakan-gerakan

sederhana, otot-otot anak akan berkembang dan kemampuan motorik

kasarnya pun akan berkembang dengan optimal. Selain itu, anak akan

merasa senang karena dapat melakukan berbagai gerakan-gerakan baru

dengan diiringi lagu dari senam tradisional gemar gatra.

3
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul

“Penerapan Senam Gemar Gatra untuk Meningkatkan Motorik Kasar pada

Anak Tunanetra”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka

identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Anak-anak masih mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan

motorik kasar

2. Anak masih kesulitan dalam mengkombinasikan gerakan tangan dan

kaki secara bersamaan

3. Anak belum maksimal dalam mengikuti irama musik untuk

menstimulasi perkembangan motorik kasar.

4. Senam tradisional gemar gatra belum pernah dilakukan di SLBN 1

LOMBOK TIMUR.

C. Fokus Dan Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra pada anak tunanetra di SLBN 1 Lombok Timur.

Penelitian ini difokuskan pada proses praktik di lapangan sehingga

peneliti mengambil judul “penerapan senam gemar gatra untuk

meningkatkan motorik kasar pada anak tunanetra”.

4
D. Tujuan Penelitian

Berdesarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui senam

tradisional gemar gatra pada anak tuna netra di SLBN 1 Lombok Timur.

E. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi beberapa manfaat

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada guru

Pendidikan Jasmani atau SLBN 1 Lombok Timur terhadap proses

penerapan senam gemar gatra untuk meningkatkan motorik kasar

anak tunanetra.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan kepada peneliti untuk, menambah

pengetahuan tentang anak-anak dengan keterbatasan tunanetra,

dan meningkatkan wawasan mengenai upaya peningkatan

motorik kasar melalui kegiatan senam tradisional gemar gatra.

b. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja

guru di sekolah dan sebagai peningkatan kualitas pengelolaan

pengajaran.

5
c. Bagi Guru

Meningkatkan perbendaharaan ilmu pengetahuan mengenai

upaya peningkatan motorik kasar melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra.

d. Bagi siswa

Dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar yang dimiliki

melalui kegiatan senam.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Senam

a. Pengertian senam

Menurut agus mahendra dalam Faeruz Abadi, et.al,

(2021:6) senam dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang

olahraga merupakan terjemahan langsung dari bahasa inggris

Gymnastics. Yang merupakan suatu latihan tubuh yang dilakukan

secara sadar dan terencana disusun secara sistematis dengan tujuan

meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan,

dan nilai-nilai mental spiritual.

Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara

sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan

terencana untuk mencapai tujuan tertentu (Sapto Adi, 2018:7).

Jadi berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan

bahwa senam merupakan suatu latihan yang dilakukan secara sadar

dan terencana yang disusun dengan sistematis untuk meningkatkan

kebugaran jasmani.

b. Pengertian senam gemar gatra

Senam Gemar gatra adalah senam yang merupakan

saduran dari beberapa gerakan dalam permainan rakyat dan

olahraga tradisional yang dirancang sedemikian rupa untuk

7
menciptakan senam yang efektif tepat sasaran kesehatan baik fisik,

mental dan keseimbangan fungsi otak kiri dan kanan,

menyenangkan yang berefek pada kesehatan psikologis,

mengangkat kenangan masa kecil, dan mampu mewakili kekayaan

ragam permainan tradisional (Faeruz Abadi, et.al 2021:9).

c. Manfaat senam

Menurut Faeruz Abadi, et.al (2021:7). Ada beberapa

manfaat senam antara lain :

1) Meningkatkan fungsi jantung

2) Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh

3) Menjaga berat badan

4) Mengontrol kadar gula darah

5) Menurunkan tekanan darah

6) Membuat tidur jadi lebih nyenyak

7) Membuat cara kerja otak jadi lebih maksimal

2. Motorik kasar

a. Pengertian motorik

Gallahue (Fitri N.I, 2013: ) berpendapat bahwa motorik

merupakan terjemahan dari kata “motor” yaitu suatu dasar biologi

atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak.

Sedangkan Muhibbin (Fitri N.I 2013: ) menyebut motorik dengan

istilah “motor” yang diartikan sebagai segala keadaan yang

8
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap

kegiatan organ-organ fisik.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa motorik adalah suatu mekanika yang menghasilkan

stimulasi terhadap organ-organ fisik sehingga menimbulkan

terjadinya gerakan-gerakan tubuh.

b. Motorik kasar

Keterampilan motorik kasar adalah keterampilan motorik

yang melibatkan otot-otot besar sebagai penggerak utama.

Keterampilan motorik kasar berhubungan dengan besar dan

luasnya penggunaan otot-otot dalam tubuh (Winarno 1994:23).

Corbin (Fitri N.I 2013:11) mengemukakan bahwa

perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari

bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan

kemampuan gerak.

Richard Decaprio (Fitri N.I 2013:11) berpendapat bahwa

perkembangan motorik dibedakan menjadi motorik kasar dan

motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otot-otot besar atau sebagian otot yang ada dalam

tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh

kematangan diri.

9
Yudha Saputra & Rudyanto (Fitri N.I 2013:11) kemampuan

motorik kasar adalah kemampuan anak dalam beraktifitas dengan

menggunakan otot-otot besarnya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

perkembangan motorik kasar adalah suatu perubahan kemampuan

seseorang dalam menggunakan otot-otot besarnya yang dimulai

sejak lahir sampai dewasa. Kemampuan motorik kasar ini sangat

diperlukan oleh anak untuk melangsungkan kehidupannya dan

dapat ditingkatkan melalui pembelajaran motorik dan pembelajaran

motorik dapat dilakukan melalui latihan yang dapat menghasilkan

perubahan kemampuan seseorang sehingga dapat menghasilkan

gerak yang terampil.

3. Tunanetra

a. Pengertian anak tunanetra

Secara umum, istilah tunanetra digunakan untuk

menggambarkan tingkatan kerusakan atau gangguan penglihatan

yang berat sampai pada yang sangat berat, yang dikelompokkan

secara umum menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian ahli

mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low vision), buta

(blind), buta total (totally blind) (Wardani, et.al (2011:4.4).

De Mott dalam Wardani, et.al (2011:4.4) mengemukakan

bahwa istilah buta diberikan kepada orang yang sama sekali tidak

memiliki penglihatan atau yang hanya memiliki persepsi cahaya.

10
Pengertian tunanetra tidak saja hanya mereka yang buta,

tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas

sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup

sehari-hari terutama dalam belajar (Murtadlo, 2018:128).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa pengertian tunanetra adalah individu yang kedua indra

penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi

dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas.

b. Klasifikasi tunanetra

menurut Wardani, et.al (2011:4.5) ada 3 klasifikasi

ketunanetraan antara lain :

1) Berdasarkan tingkatan ketajaman penglihatan

Klasifikasi tunanetra berdasarkan ketajaman penglihatan

dapat dikemukakan sebagai berikut.

a) Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau

20/70 feet-20/200 feet. Tingkat ketajaman penglihatan

seperti ini pada umumnya dikatakan tunanetra kurang lihat

(low vision). Pada tahap ini para penderita masih mampu

melihat dengan bantuan alat khusus.

b) Tunanetra dengan ketajaman penglihatan anata a60-60 m

atau 20/200 feet atau kurang.tingkat ketajaman seperti ini,

sudah dikatakan tunanetra berat atau secara umum dapat

dikatakan buta (blind). Kelompok ini masih dapat

11
diklasifikasikan lagi menjadi kelompok tunanetra yang

masih dapat melihat gerakan tangan dan kelompok

tunanetra yang hanya dapat membedakan terang dan gelap.

c) Tunanetra yang memiliki visus 0, pada taraf yang terakhir

ini, anak sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan

cahaya atau dapat dikatakan tidak dapat melihat apapun.

Kelompok ini sering disebut dengan buta total (totally

blind).

2) Berdasarkan saat terjadinya ketunanetraan

Klasifikasi tunanetra berdasarkan ketajaman penglihatan

dapat dikemukakan sebagai berikut :

a) Tunanetra sebelum dan sejak lahir

Kelompok ini terdiri dari orang yang mengalami

ketunanetraan pada saat dalam kandungan atau sebelum

usia satu tahun.

b) Tunanetra batita

Tunanetra balita, yaitu orang yang mengalami

ketunanetraan pada saat ia berusia dibawah 3 tahun.

c) Tunanetra balita

Tuanentra balita, yaitu orang yang mengalami

ketunanetraan pada saat ia berusia antara 3-5 tahun.

12
d) Tunanetra pada usia sekolah

Kelompok iii meliputi anak yang mengalami ketunanetraan

pada usia antara 6-12 tahun.

e) Tunanetra remaja

Tunanetra remaja adalah orang yang mengalami

ketunanetraan pada saat usia remaja atau antara usia 13-19

tahun.

f) Tunanetra dewasa

Tunanetra dewasa, yaitu orang yang mengalami

ketunanetraan pada usia dewasa atau usia 19 tahun keatas.

3) Berdasarkan adaptasi pendidikan

Klasifikasi ketunanetraan ini tidak didasarkan pada hasil

tes ketajaman penglihatan, tetapi didasarkan pada

adaptasi/penyesuaian pendidikan khusus yang sangat penting

membantu mereka belajar atau diperlukan dalam menentukan

layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan

penglihatannya, antara lain :

a) Ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual

disability).

Mereka dapat melakukan tugas-tugas visual yang

dilakukan oleh orang awas dengan menggunakan alat bantu

khusus dan dibantu dengan pemberian cahaya yang cukup.

13
b) Ketidakmampuan melihat tahap berat (severe visual

disability)

Mereka memiliki kemampuan penglihatan yang

kurang baik atau kurang akurat meskipun dengan

menggunakan alat bantu visual dan modisikasi sehingga

mereka membutuhkan lebih banyak waktu dan energi

dalam melakukan tugas-tugas visual.

c) Ketidakmampuan melihat tahan sangat berat (profound

visual disability)

Mereka mendapat kesulitan melakukan tugas-tugas

visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang

lebih detail, seperti membaca dan manulis huruf awas.

c. Penyebab terjadinya tunanetra

Menurut Wardani, et.al, (2011:4.10) Ada beberapa

faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara

lain :

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang

timbul dari dalam diri individu, yang sering disebut juga faktor

keturunan.faktor ini kemungkinan besar terjadi pada perkawinan

antar keluarga dekat dan perkawinan antar tunanetra.

14
2) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dimaksud disini, merupakan

penyebab ketunanetraan yang berasal dari luar individu, ada

beberapa faktor eksternal penyebab ketunanetraan antara lain :

a) Penyakit rubella dan syphilis

Rubella atau campak jerman merupakan suatu

penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering berbahaya

dan sulit didiagnosis secara klinis. Demikian juga dengan

syphilis (penyakit yang menyerang alat kelamin), apabila

penyakit ini terjadi pada ibu hamil makan penyakit tersebut

akan merambat dalam kandungan sehingga dapat

menimbulkan kelainan pada bayi yang dikandungnya atau

bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu lahir,

sehingga kemungkinan besar, anaknya lahir dalam kondisi

tunanetra atau tunarungu.

b) Glaukoma

Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi

tekanan yang berlebihan pada bola mata. Hal ini terjadi

karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat

pembentukan dalam kandungan.

c) Retinopati diabetes (diabetic retinopathy)

Retinopati diabetes merupakan suatu kondisi yang

disebabkan oleh adanya gangguan dalam suplai/aliran darah

15
pada retina.kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit

diabetes. Gangguan metabolisme ini dapat merusak mata,

ginjal, susunan saraf, dan pembuluh darah.

d) Retinoblastoma

Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang terjadi

pada retina, dan sering ditemukan pada anak-anak. Gejala

yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain

menonjolkan bola mata, adanya bercak putih pada

pupil,strabismus (juling), glaukoma, mata sering merah atau

penglihatan terus menurun.

e) Kekurangan vitamin A

Kekurangan vitamin A akan menyebabkan

kerusakan pada mata, yaitu kerusakan pada sensitivitas

retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadi kekeringan

pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak

mata, disertai pengerasan dan penebalan pada epitel.

f) Terkena zat kimia

Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan aseton,

apabila menegenai kornea akan mengakibatkan kering dan

terasa sakit. Selainitu zat-zat lain seperti asam sulfat dan

asam tanat yang mengenai kornea akan mengakibatkan

kerusakan, bahkan ketunanetraan.

16
g) Kecelakaan

Kecelakaan menjadi salah satu faktor yang dapat

menyebabkan ketunanetraan apabila kecelakaan tersebut

mengenai mata atau saraf mata.

d. Karakteristik anak tunanetra

Menurut Wardani, et.al, (2011:4.22), ada tiga

karakteristik anak tunanetra, diantaranya :

1) Karakteristik anak tunanetra dalam aspek akademis

Ada beberapa perbedaan antara anak awas dengan anak

tunanetra dalam mengikuti pendidikan antara lain :

a) Anak-anak tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman

khusus, seperti anak awas tetapi pengalaman-pengalaman

tersebut kurang terintegrasikan.

b) Anak-anak tunanetra mendapat angka yang hampir sama

dengan anak awas dalam hal berhitung, informasi, dan

kosakata, tetapi kurang baik dalam hal pemahaman

(comprehension)

c) Kosakata anak-anak tunanetra cenderung merupakan kata-

kata yang definitif, sedangkan anak awas menggunakan arti

yang lebih luas.

2) Karakteristik anak tunanetra dalam aspek pribadi dan

sosial

17
Beberapa literatur mengemukakan karakteristik yang

mungkin terjadi pada anak tunanetra yang tergolong buta

sebagai berikut :

a) Curiga pada orang lain, Keterbatasan rangsangan

visual/penglihatan, menyebabkan anak tunanetra kurang

mampu untuk berorientasi pada lingkungannya sehingga

kemampuan mobilitasnya pun terganggu.

b) Mudah tersinggung, Pengalaman sehari-hari yang sering

menimbulkan perasaan kecewa, dapat mempengaruhi emosi

tunanetra sehingga tekanan-tekanan suara tertentu atau

singgungan fisik yang tidak sengaja dari orang lain dapat

menyinggung perasaannya.

c) Ketergantungan pada orang lain, Sifat ketergantungan pada

orang lain mungkin saja terjadi pada tunanetra. Hal tersebut

terjadi karena ia belum berusaha sepenuhnya dalam

mengatasi kesulitannya sehingga selalu mengharapkan

pertolongan orang lain.

3) Karakteristik anak tunanetra dalam aspek fisik/sensoris

dan motorik/perilaku

a) Aspek fisik dan sensoris

Dilihat secara fisik, akan mudah ditentukan bahwa

orang tersebut mengalami tunanetra. Hal tersebut dapat

dilihat dari kondisi matanya dan sikap tubuhnya yang

18
kurang ajeg serta agak kaku. Mata anak tunanetra, ada yang

terlihat semua tidak ada bola matanya atau bola matanya

agak menonjol ke luar. Namun ada juga yang secara

anatomis matanya, seperti orang awas namun pada saat

berjalan baru kita dapat mengetahui bahwa ia adalah

tunanetra.

Dalam segi indera, umumnya anak tunanetra

menunjukan kepekaan yang lebih baik pada indera

pendengaran dan perabaan dibanding dengan anak awas.

b) Aspek motorik/perilaku

Ditinjau dari aspek motorik/perilaku anak tunanetra

menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

1) Gerakan agak kaku dan kurang fleksibel

2) Perilaku stereotip

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Pada kajian penelitian yang relevan ini, peneliti menggunakan 1 judul

penelitian. Pada kajian penelitian relevan ini peneliti akan menjelaskan

persamaan dan perbedaan dari 2 penelitian tersebut. Beberapa penelitian

tersebut yaitu :

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nurul Ihsani (2013), dengan

judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui

Kegiatan Senam Irama pada Kelompok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal

Koripan Poncosari Srandikan Bantul”.

19
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik

kasar anak kelompok A TK ABA Koripan dapat ditingkatkan melalui

kegiatan senam irama. Dengan melakukan kegiatan senam irama, anak

dapat bergerak dan mengkombinasikan tangan dan kaki dengan irama

musik yang ada. Hal ini meningkatkan kemampuan otot-otot kasar

pada anak sehingga kemampuan motorik kasar pada anak terlihat dari

setiap siklus.

Persamaan yang dilakukan oleh Fitri Nurul Ihsan dengan

penelitian ini adalah sama-sama mengangkat tentang penerapan senam

untuk meningkatkan motorik kasar pada anak. Sedangkan perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nurul Ihsan dengan penelitian ini

ada pada penelitian Fitri Nurul Ihsan menggunakan sampel anak tanpa

keterbelakangan sedangkan penelitian ini menggunakan sampel anak

dengan keterbelakangan khususnya tunanetra.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardatus Sholihah dan Eky

Prasetya Pertiwi (2020) dengan judul “Upaya Meningkatkan

Motorik Kasar Melalui Kegiatan Senam Irama pada Kelompok B

di TK Al-Hidayah 85 Ambulu Jember”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya meningkatkan

motorik kasar melalui senam irama di TK AL-Hidayah 85 Ambulu

Jember mengalami peningkatan pada semua aspek penilaian di setiap

siklus yang telah dilakukan. Adapun upaya yg dilakukan untuk

meningkatkan motorik kasar melalui senam irama di TK AL-Hidayah

20
85 Ambulu adalah dengan gerakan melompat dua kaki, mengangkat

tangan dan menggerakkan kekiri dan kekanan.

Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh

Wardatus Sholihah dan Eky Prasetya Pertiwi dengan penelitian ini

adalah sama-sama menggunakan senam sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak. Sedangkat

perbedaan pada penelitian Wardatus Sholihah dan Eky Prasetya

Pertiwi dengan penelitian ini adalah pada penelitian Wardatus

Sholihah dan Eky Prasetya Pertiwi menggunakan anak-anak TK tanpa

keterbatasan sebagai subyek penelitian sedangkan penelitian ini

menggunakan anak-anak dengan keterbatasan tunanetra sebagai

subyek penelitian. Dan jenis yang yang dilakukan juga berbeda

penelitian Wardatus Sholihah dan Eky Prasetya Pertiwi menggunakan

senam irama sedangkan penelitian ini menggunakan senam tradisional

gemar gatra.

C. Alur Pikir

Berdasarkan hasil observasi pada anak tunanetra di SLBN 1

Lombok Timur menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasarnya dapat

terbilang rendah berdasarkan kondisi ketunanetraannya. Hal ini terlihat

ketika anak diminta untuk melakukan gerakan yang mengkoordinasikan

antara mata dan kaki secara bersamaan. Anak-anak masih kesulitan

melakukan gerakan lompat dan menggerakkan tangan dan kaki secara

bersamaan.

21
Senam gemar gatra adalah suatu perpaduan berbagai bentuk

gerakan dengan irama yang mengiringinya. Gerakan-gerakan yang

dilakukan berfungsi untuk menstimulasi otot-otot kasar pada anak.

Apabila otot-otot kasarnya terstimulasi dengan baik maka perkembangan

motorik kasarnya akan baik pula.

Kegiatan senam irama yang dilakukan secara berulang-ulang

bertujuan agar kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat dan

berkembang. Berikut merupakan alur pikir pada penelitian ini.

Kemampuan motorik kasar Kegiatan senam


tradisional Gemar gatra
Anak tunanetra di SLBN 1
LOMBOK TIMUR

Anak Mengalami
peningkatan dalam
hal motorik kasar

Gambar 2.1 alur Pikir

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah suatu kegiatan ilmiah yang

berorientasi pada memecahkan masala-masalah pembelajaran melalui

tindakan yang disengaja dengan tujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran (Epon Ningrum, 2009:22).

PTK merupakan penyelidikan yang dilakukan oleh guru untuk

meneliti praktik mereka di ruang kelas, baik yang terkait dengan

pembelajaran siswa, pengajaran sendiri, maupun dengan kurikulum

sekolah (Miftahul Huda, 2015:24).

Dari pendapat yang dikemukakan oleh Epon Ningrum dan

Miftahul Huda diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

(PTK) adalah suatu proses menemukan dan memecahkan masalah

pembelajaran yang terdapat didalam kelas dengan melakukan berbagai

tindakan yang terencana dengan tujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa di kelas.

Model pelaksanaan PTK yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah menggunakan model PTK kolaboratif, yaitu seorang peneliti

melakukan kolaborasi dengan seorang kolaborator (Epon Ningrum,

2009:60). Disini yang berperan sebagai kolaborator adalah guru kelas mata

pembelajaran olahraga di SLBN 1 Lombok Timur.

23
Guru dan peneliti bersama-sama melakukan proses perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar siswa tunanetra, yaitu melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memecahkan suatu

masalah dan memperbaiki proses pembelajaran. Masalah yang terjadi pada

anak tunanetra di SLBN 1 Lombok Timur adalah kurangnya kemampuan

motorik kasar. Melalui kegiatan senam gemar gatra yang dilakukan

berulang-ulang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan motorik

kasar pada anak tunanetra di SLBN 1 Lombok Timur.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLBN 1 Lombok Timur, yang

bertempat di sawing, kota selong, kabupaten lombok timur.

Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, dimulai dari awal bulan

Juni 2022.

C. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek darimana data

dapat diperoleh.

D. Teknik dan instrumen pengumpulan data

Dalam melaksanakan pengumpulan data peneliti menggunakan

beberapa teknik dan instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:

24
1. Observasi

Observasi adalah suatu upaya pengamatan yang memusatkan

pada proses kegiatan pembelajaran untuk pengumpulan data yang

berkenaan dengan pelaksanaan tindakan. Artinya segala sesuatu yang

terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan tidak luput dari

pengamatan dan mendokumentasikannya (Epon Ningrum, 2014:88).

Dalam PTK, observasi menjadi instrumen utama yang

digunakan untuk mengumpulkan informasi. Hal ini disebabkan karena

observasi merupakan proses pengamatan langsung yang dapat

memantau kegiatan pembelajaran baik perilaku guru maupun siswanya.

Agar observasi dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan alat

atau instrumen observasi. Instrumen ini digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan pengamatan kegiatan anak. Instrumen observasi yang

biasa digunakan adalah checklist. Melalui kegiatan observasi peneliti

dapat dengan jelas melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan

oleh anak ketika kegiatan senam.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen penelitian observasi


terhadap kemampuan motorik kasar anak
No Kemampuan anak
Indikator Sangat kurang belum bisa
bisa bisa
1 Anak dapat
melakukan sikap
awal senam
2 Anak dapat
mengikuti gerakan
yang diarahkan

25
3 Anak terampil
dalam melakukan
gerakan tangan
4 Anak terampil
dalam melakukan
gerakan kaki
5 Anak dapat
mengikuti perintah
lisan yang
diberikan
6 Anak dapat
mengkombinasika
n gerakan kaki dan
tangan

Selanjutnya dari kisi-kisi diatas, maka dibuatlah instrumen

penelitian. Berikut :

Tabel 3.2 Instrumen Daftar Checklist Tentang Ketepatan Melakukan


Gerakan Awalan Senam.
Kemampuan anak
No Indikator Nama Sangat Kurang Belum bisa
bisa bisa
Anak dapat
melakukan
sikap awal
1 senam

Tabel 3.3 Rubrik Daftar Cek List Tentang Ketepatan Melakukan


Gerakan Awalan Senam.
Kriteria
No Deskripsi Skor Ket.
penilaian
Anak sangat Jika anak sudah dapat
bisa melakukan sikap awalan
melakukan senam, yaitu : sikap berdiri
1 sikap awal tegak, kaki kiri dan kanan
senam lurus sebagai tumpuan berat
badan, sudah dapat
menghitung denyut nadi,dan
melakukan gerakan

26
pemanasan. 3
Anak kurang Jika anak kurang bisa dalam
bisa melakukan sikap awalan
melakukan senam, yaitu : sikap berdiri
sikap awal tegak, kaki kiri dan kanan
senam lurus sebagai tumpuan berat
2 badan, sudah dapat
menghitung denyut nadi,dan 2
melakukan gerakan
pemanasan.
Anak belum Jika anak tidak bisa dalam
bisa melakukan sikap awalan
melakukan senam, yaitu : sikap berdiri
3 sikap awal tegak, kaki kiri dan kanan
senam lurus sebagai tumpuan berat
badan, sudah dapat
menghitung denyut nadi,dan 1
melakukan gerakan
pemanasan.

Tabel 3.4 Instrumen Daftar Checklist Tentang Ketepatan Mengikuti


Gerakan yang diarahkan
Kemampuan anak
No Indikator Nama Sangat Kurang Belum
bisa bisa bisa
1 Anak dapat
mengikuti
gerakan yang
diarahkan

Tabel 3.5 Rubrik Daftar Cek List Tentang Ketepatan Melakukan


Gerakan yang diarahkan.
Kriteria
No Deskripsi Skor Ket.
penilaian
1 Anak sangat Jika anak sudah dapat
bisa melakukan gerakan senam
mengikuti yang diarahkan , seperti
gerakan yang gerakan-gerakan inti dalam
diarahkan dalam senam yaitu :
melompat, berputar,
melangkah dan lain
sebagainya.

27
3
2 Anak kurang Jika anak kurang bisa dalam
bisa melakukan gerakan senam
mengikuti yang diarahkan , seperti
gerakan yang gerakan-gerakan inti dalam
diarahkan dalam senam yaitu :
melompat, berputar,
melangkah dan lain 2
sebagainya.
3 Anak belum Jika anak tidak bisa dalam
bisa melakukan melakukan
mengikuti gerakan senam yang
gerakan yang diarahkan , seperti gerakan-
diarahkan gerakan inti dalam dalam
senam yaitu : melompat,
berputar, melangkah dan lain 1
sebagainya.

Tabel 3.6 Instrumen Daftar Checklist Tentang Keterampilan Anak


dalam Melakukan gerakan tangan
Kemampuan anak
No Indikator Nama Kurang Belum
Terampil
terampil terampil
1 Keterampilan
anak dalam
melakukan
gerakan
tangan

Tabel 3.7 rubrik daftar cek list tentang keterampilan melakukan


gerakan tangan
Kriteria
No Deskripsi Skor Ket
penilaian
1 Anak Jika anak terampil melakukan 3
terampil semua gerakan tangan seperti
melakuka mengayunkan satu tangan,
n gerakan mengayunkan dua tangan secara
tangan bersamaan, dan melakukan gerakan
inti bagian tangan pada senam
2 Anak Jika anak dapat melakukan 2
kurang beberapa gerakan tangan , seperti

28
terampil mengayunkan satu tangan atau
melakuka mengayunkan dua tangan
n gerakan
tangan
3 Anak Jika anak hanya dapat melakukan 1
belum satu gerakan tangan seperti hanya
terampil dapat melakukan satu ayunan
melakuka tangan.
n gerakan
tangan

Tabel 3.8 Instrumen Daftar Checklist Tentang Keterampilan Anak


dalam melakukan gerakan kaki
Kemampuan anak
No Indikator Nama Kurang Belum
Terampil
terampil terampil
1 Keterampi
lan anak
dalam
melakukan
gerakan
kaki

Tabel 3.9 Rubrik Daftar Checklist Tentang Keterampilan Anak


dalam melakukan gerakan kaki
Kriteria
No deskripsi Skor Ket
penilaian
1 Anak Jika anak dapat terampil
terampil melakukan gerakan kaki
dalam seperti : mengayunkan kaki,
melakukan melompat, meloncat, melangkah 3
gerakan dan gerakan inti bagian kaki
kaki pada senam
2 Anak Jika anak terampil melakukan
kurang dua atau tiga gerakan kaki yang

29
terampil ada pada senam, seperti : 2
dalam melangka, berjalan dan
melakukan melompat.
gerakan
kaki
3 Anak Jika anak hanya terampil
belum melakukan satu gerakan kaki
terampil dari semua gerakan inti seperti 1
melakukan hanya dapat berjalan di tempat
gerakan
kaki

Tabel 3.10 Instrumen Daftar Checklist Tentang Keterampilan Anak


dalam Mengikuti Perintah Lisan yang diberikan
Kemampuan anak
No Indikator Nama Sangat bisa Kurang bisa Belum bisa
1 Anak
dapat
mengikuti
perintah
lisan yang
diberikan
Tabel 3.11 Rubrik Daftar Cek List Tentang Keterampilan Anak
dalam Mengikuti Perintah Lisan yang Diberikan
No Kriteria Deskripsi Skor Ket.
penilaian
1 Anak sangat Jika anak sudah
bisa mengikuti dapat mengikuti
perintah lisan perintah lisan yang
yang diberikan diberikan seperti,
mengayunkan tangan 3
kedepan dan
kebelakang, posisi
tangan di pinggang,
kaki melangkah
kedepan , bergerak
seperti menarik
layangan dan
gerakan inti lainnya.
2 Anak Jika anak dapat
kurang terampil dalam
bisa mengikuti beberapa

30
mengikuti perintah lisan yang
perintah diberikan seperti,
lisan yang mengayunkan tangan
diberikan kedepan dan 2
kebelakang, posisi
tangan di pinggang,
kaki melangkah
kedepan, bergerak
seperti menarik
layangan dan
gerakan inti lainnya.
3 Anak Jika anak hanya
belum bisa dapat mengikuti satu
mengikuti perintah lisan yang
perintah diberikan seperti,
lisan yang mengayunkan tangan
diberikan kedepan dan
kebelakang, posisi 1
tangan di pinggang,
kaki melangkah
kedepan, bergerak
seperti menarik
layangan dan
gerakan inti lainnya.

Tabel 3.12 Instrumen Daftar Checklist Tentang Keterampilan Anak


dalam Mengkombinasikan Gerakan Kaki dan Tangan
Kemampuan anak
Sangat Kurang bisa Belum
No Indikator Nama
bisa bisa
1 Anak
dapat
mengkom
binasikan
gerakan
kaki dan
tangan

Tabel 3.13 Rubrik Daftar Cek List Tentang Keterampilan Anak


Dalam Mengkombinasikan Gerakan Kaki Dan Tangan
No Kriteria Deskripsi Skor Ket.
penilaian

31
1 Anak Jika anak sudah dapat terampil
sangat dalam mengkombinasikan semua
dapat gerakan tangan dan kaki secara
mengkom bersamaan 3
binasikan
gerakan
kaki dan
tangan
2 Anak Jika anak hanya bisa terampil
kurang dalam mengkombinasikan
dapat beberapa gerakan tangan dan
mengkom kaki secara bersamaan 2
binasikan
gerakan
kaki dan
tangan
3 Anak Jika anak hanya bisa terampil
belum dalam mengkombinasikan satu
dapat gerakan tangan dan kaki secara
mengkom bersamaan 1
binasikan
gerakan
kaki dan
tangan

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang.

Disini penulis menggunakan dokumentasi berupa video dan

foto. Foto dan video dapat dijadikan bahan pelengkap penelitian karena

foto dan video dapat menggambarkan situasi sebenarnya. Foto dan

video ini berisi kegiatan ketika anak sedang melakukan senam.

32
Selain foto dan video, dokumen lain yang digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan informasi yaitu berupa dokumen-dokumen

sekolah, seperti data profil sekolah, data siswa dan guru, susunan

pengurus dan lain-lain.

E. Analisis data

Analisis data dalam PTK dapat dilakukan dengan menggunakan

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis data kualitatif

digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya

berbagai tindakan yang dilakukan guru, sedangkan analisis data kuantitatif

digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa sebagai

pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru (Huda Miftahul, 2015:

241).

Analisis data kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak

setelah dilakukan kegiatan senam tradisional gemar gatra. Sedangkan

analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase

peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah melakukan kegiatan

senam tradisional gemar gatra. Menurut Purwanto Ngalim (2006: 102)

rumus mencari persentase penilaian peningkatan kemampuan motorik

kasar siswa melalui kegiatan senam adalah sebagai berikut:

NP = R / SM x 100 %
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap

33
F. Keabsahan data

Penelitian ini dikatakan berhasil jika di dalam kegiatan senam

gemar gatra 76% anak mengalami peningkatan dalam kemampuan motorik

kasarnya. Apabila diketahui hasil akhir kemampuan anak, maka

peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak dapat dikategorikan

sebagai berikut (Zainal Aqip, 2007: 41) :

76% - 100% : sangat meningkat

56% - 75% : meningkat

45% - 55% : cukup meningkat

0% - 44% : belum meningkat

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB Negeri 1 Lombok Timur yang

beralamatkan di Jl. Sultan Agung Sawing, Kecamatan Selong,

Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. SLB

Negeri 1 Lombok Timur berdiri pada tanggal 15 Januari 1983

34
berstatus kepemilikan Pemerintah Daerah dengan SK pendirian

Sekolah 188.45/170/PDK/2006.

Proses pembelajaran di SLB Negeri 1 Lombok Timur dilaksanakan

setiap hari Senin sampai dengan hari Sabtu, dimulai pada pukul 08.00

dan diakhiri pada pukul 10.00. model pembelajaran yang digunakan

adalah model pembelajaran kelompok dengan mengelompokkan

beberapa anak dengan ketunaan yang sama. Kurikulum yang

digunakan yaitu kurikulum Pendidikan Khusus SMALB 2013 untuk

jenjang SMA, kurikulum Pendidikan Khusus SMPLB 2013 untuk

jenjang SMP dan kurikulum Pendidikan Khusus SDLB 2013 untuk

jenjang SD.

SLB Negeri 1 Lombok Timur dipimpin oleh kepala sekolah yang

bernama Takariyanto S.Pd, M.Pd yang akrab dipanggil Bapak Takar.

SLB Negeri 1 Lombok Timur ini memiliki 18 Guru Kelas, 1 Guru

Mata Pelajaran dan 3 Tenaga Administrasi Sekolah.

SLB Negeri 1 Lombok Timur memiliki 18 ruang kelas yang yang

di dalam satu ruangannya bersekat antara kelas yang satu dan yang lain

sesuai dengan keterbatasan yang dialami oleh siswa, ruang kelas

tersebut juga sekaligus menjadi ruang guru. Ruang kepala sekolah,

ruang tata usaha dan kamar mandi. Selain itu SLB Negeri 1 Lombok

Timur ini juga dilengkapi dengan alat permainan outdoor seperti

jungkat jungkit, perosotan, ayunan, tangga kotak dan lain-lain.

No Nama Jumlah Panjang Lebar ket

35
Ruangan
1 Ruang kelas 18 8 7
Ruang kepala
2 1 8 5
sekolah
Ruang tata
3 1 8 5
usaha
4 Kamar mandi 10 3 2

Tabel 4.1 Ruangan SLB Negeri 1 Lombok Timur


No Nama alat Jumlah Asal Ket
permainan
1 Jungkat jungkit 2 Milik
2 Perosotan 1 Milik
3 Ayunan 2 Milik
4 Tangga kotak 1 Milik
Tabel 4.2 Alat permainan Outdoor

2. Subyek Penelitian

SLB Negeri 1 Lombok Timur memiliki berbagai macam siswa

dengan latar belakang kebutuhan khusus yang berbeda-beda ,

penelitian ini dilakukan pada anak berkebutuhan khusus tunanetra

yang jumlah siswanya 3 anak. jumlah siswa laki-laki 2 anak dan

jumlah siswa perempuan 1 anak.

3. Data Kemampuan Motorik Kasar Anak

a. Kemampuan awal sebelum tindakan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan

observasi untuk mengetahui bagaimana kemampuan motorik kasar

yang dimiliki oleh anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur.

36
Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru

olahraga dan juga guru kelas mengenai kemampuan motorik kasar

anak. Kegiatan observasi ini dilakukan pada tanggal 20, 22, dan 24

April 2022. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada guru

kelas dan guru olahraga mengenai kemampuan motorik kasar pada

anak Tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur didapatkan hasil

bahwa kemampuan motorik kasarnya masih belum optimal.

Pada dasarnya, anak-anak dengan keterbatasan Tunanetra di

SLB Negeri 1 Lombok Timur memiliki kemampuan gerak yang

baik. Hal ini terlihat ketika anak-anak melakukan aktivitas di

sekolah seperti berjalan ke ruang kelas, kelapangan ataupun ke

kekantin tanpa dibimbing oleh orang-orang sekitar. Namun untuk

mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki anak-anak Tunanetra

di SLB Negeri 1 Lombok Timur masih mengalami kesulitan,

terlihat pada saat melakukan gerakan–gerakan senam bersama pada

hari sabtu di sekolah. Terlihat anak-anak dengan keterbatasan

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur ini masih mengalami

kesulitan dalam mengkombinasikan gerakan kaki dan tangan

terkadang mereka hanya diam dan hanya bergerak kekanan dan

kekiri.

Namun pada saat guru memberikan arahan baik itu dari

lisan maupun sentuhan gerakan anak-anak sedikit mengalami dapat

sedikit mengikuti arahan tersebut walaupun masih terkendala oleh

37
jarak dan was-was akan terjadinya tabrakan antar siswa karena

senam dilakukan bersama semua anak-anak di SLB Negeri 1

Lombok Timur.

Berdasarkan data diatas peneliti kemudian melakukan

kegiatan pra tindakan sebelum melaksanakan siklus pertama untuk

mengetahui kemampuan awal anak dalam melakukan kegiatan

senam gemar gatra. Berikut merupakan penjabaran dari kegiatan

pra tindakan

Kegiatan pra tindakan dilakukan pada hari Rabu 1 Juni

2022. Kegiatan pra tindakan ini dilakukan didalam ruangan yaitu

aula SLB Negeri 1 Lombok Timur, dengan jumlah siswa tunanetra

sebanyak 3 orang.

Kegiatan pembelajaran dilakukan pada pukul 08.15, setelah

wali kelas memberikan anak-anak arahan didalam kelas serta

berdoa selanjutnya wali kelas memberikan informasi kepada anak-

anak bahwa pada hari itu akan dilakukan pembelajaran senam

bersama peneliti didalam aula, dengan penuh semangat anak-anak

menjawab dengan senang hati.

Selanjutnya wali kelas memberikan waktu kepada peneliti

untuk memperkenalkan diri, peneliti mengucapkan salam dan

menanyakan kabar kepada para siswa hari itu kemudian

memperkenalkan diri, anak-anak menjawab salam dan pertanyaan

dengan penuh semangat walaupun peneliti terbilang orang baru di

38
lingkungan para siswa, namun anak-anak dengan keterbatasan

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur tidak canggung dan

tetap ramah.

Peneliti bersama dengan guru kemudian memberikan

instruksi kepada para murid untuk menuju aula yang dimana di

dalam aula juga sudah ada guru olahraga yang akan membimbing

anak-anak juga agar proses pembelajaran senam dapat berlangsung

dengan baik.

Pada pertemuan pratindakan ini, peneliti dan guru olahraga

mengajarkan gerakan senam kepada anak-anak tanpa diiringi

musik terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan agar anak dapat

mengetahui dan mengenal gerakan senam terlebih dahulu, anak-

anak terlihat sangat antusias dalam mengikuti gerakan yang

peneliti dan guru arahkan walaupun dengan kondisi yang masih

kaku, peneliti dan guru juga memberikan arahan berupa kode-kode

pada setiap gerakan agar mudah untuk diingat oleh anak-anak.

Gerakan pertama yang diajarkan adalah menghitung denyut

nadi, anak-anak diajarkan mencari denyut nadi dengan hitungan

satu sampai lima belas sesuai dengan ketukan yang akan digunakan

pada musik nantinya.

Setelah dirasa cukup mahir melakukan gerakan menghitung

denyut nadi selanjutnya anak-anak diajarkan gerakan menolehkan

kepala ke kanan, ke kiri dan ke bawah sembari didorong oleh

39
telapak tangan yang diposisikan di pipi para siswa secara

bergantian, hitungan yang digunakan adalah satu sampai delapan

agar anak-anak dapat terbiasa nantinya pada saat melakukan senam

dengan diiringi oleh musik.

Setelah dirasa cukup mahir untuk mengingat dan

melakukan gerakan menoleh ke kanan, ke kiri, dan kebawah secara

bergantian hanya dengan aba-aba selanjutnya anak-anak diarahkan

untuk melakukan gerakan membuka kaki kanan ke samping kanan

lalu ditekuk kemudian tangan di rentangkan, lalu kembali ke posisi

semula dengan hitungan 1 sampai delapan. Begitu pula sebaliknya

di lakukan gerakan yang sama ke arah kiri. Pada tahun ini kondisi

fisik anak-anak tunanetra masih sedikit kaku untuk diarahkan oleh

sebab itu guru dan peneliti memberikan kode gerakan ini sebagai

pemanasan satu buka kanan samping untuk arah kanan dan buka

kiri samping untuk arah kiri.

Gerakan selanjutnya adalah posisi awal siap dan tangan

diletakkan di pinggang lalu kaki kanan kedepan dan kaki kiri yang

berada di belakang ditekuk lalu kembali ke posisi siap, setelah

kembali ke posisi siap selanjutnya kaki sebelah kiri yang

digerakkan kedepan dan kaki kanan yang berada di belakang

ditekuk. Gerakan ini menggunakan hitungan satu sampai delapan.

Pada gerakan ini peneliti menggunakan kode pemanasan dua maju

40
kanan untuk gerakan kaki kanan kedepan dan maju kiri untuk

gerakan kaki kiri.

Setelah mengulangi terus-menerus gerakan tersebut,

gerakan selanjutnya kaki kanan dibuka ke samping kanan, kaki

kanan ditekuk tangan kanan naik ke atas disusul dengan tangan kiri

lalu secara bertahap kembali ke posisi semula dan gerakan yg sama

dilakukan ke arah sebaliknya, hitungan yang digunakan untuk

gerakan tersebut adalah satu sampai delapan. Gerakan terus

diarahkan sampai anak-anak dapat mengingat gerakan tersebut.

Setelah anak-anak mempelajari gerakan awal pada pemanasan pada

senam gemar gatra, gerakan selanjutnya adalah gerakan inti dari

ini.

Gerakan inti yang pertama adalah gerakan jalan ditempat

lalu kedua tangan berada di depan seperti sedang memegang

enggrang, gerakan ini dilakukan dengan hitungan dua kali delapan.

Selanjutnya setelah gerakan jalan di tempat gerakan inti

kedua yaitu melangkah ke kanan dua kali dan ke kiri dua dua kali

secara bergiliran dengan tangan di rentangkan. Cara melangkahnya

kaki dibuka selebar bahu lalu kedua kaki ditekuk seperti posisi

kuda-kuda, gerakan ini dilakukan ke kanan dua langkah dan ke kiri

dua langkah. Hitungan pada gerakan ini adalah dua kali delapan.

Selanjutnya kembali lagi ke posisi awal dengan gerakan

jalan di tempat seperti memegang enggrang dengan hitungan satu

41
sampai delapan. Setelah gerakan jalan ditempat dilanjutkan dengan

gerakan melompat ke arah kanan depan lalu kembali dan ke arah

kiri depan lalu kembali lagi dengan posisi tangan berada di

pinggang dengan hitungan dua kali delapan.

Setelah gerakan tersebut diulangi beberapa kali, gerakan

elanjutnya adalah kembali ke gerakan jalan di tempat seperti

memegang enggrang dengan hitungan satu sampai delapan,

kemudian disusul dengan gerakan melangkah ke arah kiri dua kali

dan kearah kanan dua kali dengan gerakan tangan seperti sedang

menarik layangan, agar gerakan ini mudah diingat oleh anak-anak

gerakan ini dinamai dengan gerakan tarik layangan ke kanan untuk

bergeser ke kanan dua kali dan tarik layangan kekiri untuk bergeser

ke kiri dua kali. Gerakan ini dilakukan dengan hitungan dua kali

delapan.

Gerakan selanjutnya kembali lagi ke gerakan jalan ditempat

seperti memegang enggrang dengan hitungan satu sampai delapan

dan dilanjutkan dengan gerakan seperti bermain lompat tali dengan

tangan berada di pinggang, gerakan ini dilakukan dengan

menghadap ke arah kiri terlebih dahulu kemudian anak-anak

diarahkan untuk loncat ke kanan dan ke kiri, setelah hitungan satu

sampai delapan gerakan diubah arahnya menghadap kekanan

dengan gerakan yang sama.

42
Setelah mengulangi gerakan tersebut beberapa kali gerakan

selanjutnya adalah gerakan jalan ditempat dengan tangan seperti

memegang enggrang dengan hitungan satu sampai delapan dan

dilanjutkan dengan gerakan bermain engkleng, gerakan ini

dilakukan dengan cara melompat memutar 360 derajat agar

langsung kembali ke posisi semula dengan hitungan empat kali

delapan.

Gerakan selanjutnya adalah gerakan jalan ditempat dengan

tangan seperti memegang enggrang dengan hitungan satu sampai

delapan dan dilanjutkan dengan gerakan mencangkul ke arah

depan, samping kanan, belakang, dan samping kiri searah jarum

jam dengan hitungan dua kali delapan.

Setelah mengulangi gerakan tersebut hingga dirasa sudah

sedikit mengerti gerakan selanjutnya adalah gerakan jalan ditempat

dengan tangan seperti memegang enggrang dengan hitungan satu

sampai delapan dan dilanjutkan dengan gerakan loncat ke kanan

dan kekiri sebanyak masing-masing satu lompatan sembari tangan

seperti memegang tali yang di putar atau skipping, dengan

hitungan dua kali delapan. Gerakan ini dinamai gerakan lompat tali

di tempat.

Gerakan selanjutnya adalah gerakan jalan di tempat dengan

tangan seperti memegang enggrang dengan hitungan satu sampai

delapan dilanjutkan dengan gerakan seperti memancing ikan ke

43
arah depan ke arah kanan ke arah belakang lalu ke arah kiri atau

memutar searah jarum jam.dengan hitungan dua kali delapan.

Selanjutnya setelah dirasa anak-anak dapat memahami

gerakan tersebut dilanjutkan dengan gerakan jalan ditempat dengan

tangan seperti memegang enggrang dengan hitungan satu sampai

delapan, lalu dilanjutkan dengan gerakan melompat ke depan satu

kali dan kebelakang satu kali dengan hitungan satu sampai delapan.

Gerakan selanjutnya adalah gerakan jalan ditempat dengan

tangan seperti memegang enggrang dengan hitungan satu sampai

delapan, lalu dilanjutkan dengan gerakan mengangkat kaki kanan

dan kiri secara bergantian dengan hitungan satu sampai empat baru

disusul dengan tangan seperti menepis sesuatu di depan wajar,

gerakan ini dilakukan sebanyak dua kali pengulangan. Agar lebih

mudah diingat gerakan ini dinamakan gerakan menepis.

Setelah gerakan tersebut diulangi beberapa kali gerakan

selanjutnya adalah gerakan jalan di tempat dengan tangan berada di

depan seperti memegang enggrang dengan hitungan satu sampai

delapan, dilanjutkan dengan gerakan tarik tambang dimana gerakan

ini dilakukan dengan kaki dibuka selebar bahu lalu kedua kaki

ditekuk seperti posisi kuda-kuda, kemudian pada hitungan satu

sampai empat bergantian seperti menarik tali tarik tambang dari

arah kanan lalu ke arah kiri, setelah hitungan keempat barulah

melangkah kearah kanan dua kali sembari dengan gerakan tangan

44
menarik tali tambang, dan ke arah kiri dua kali dengan gerakan

tangan yang sama lalu ditutup dengan gerakan jalan di tempat.

Itu merupakan gerakan inti dalam senam gemar gatra,

selanjutnya anak-anak di berikan waktu untuk beristirahat sebelum

kembali melakukan gerakan pendinginan pada senam gemar gatra.

Setelah guru dan peneliti menanyakan apakah anak-anak

sudah dapat kembali melakukan senam dan di jawab dengan

antusias bahwa mereka sudah siap, peneliti dan guru kembali

mengarahkan anak-anak kembali ke posisi semula untuk

melakukan gerakan pendinginan.

Gerakan pendinginan dimulai dengan gerakan awal berdiri

ditempat lalu kaki kanan kebelakang dan tekuk bergiliran dengan

kaki kiri yang berada di depan sembari tangan kanan berayun

kedepan dan kebelakang mengikuti hitungan satu sampai delapan

dan tangan kiri berada di pinggang. gerakan yang sama juga

berlaku untuk kaki bagian kiri yang nantinya juga berada di

belakang setelah hitungan gerakan awal selesai. Gerakan ini

dinamakan gerakan pendinginan satu ayun tangan.

Setelah mengulangi gerakan tersebut beberapa kali gerakan

selanjutnya dibagi menjadi delapan gerakan pada setiap hitungan,

gerakan pertama adalah tangan diangkat keatas lalu diturunkan ke

depan kemudian pada hitungan dua kaki kanan maju ke depan pada

hitungan ketiga kaki kiri juga maju kedepan lalu pada hitungan

45
keempat kedua kaki ditekuk sambil tangan di turunkan ke bawah,

pada hitungan kelima berdiri dengan tangan diangkat ke atas, lalu

hitungan enam tangan dilebarkan ke arah samping sampai hitungan

tujuh dan delapan tangan sudah berada di posisi siap. Gerakan ini

dilakukan dua kali.

Gerakan selanjutnya adalah kaki kanan dibuka ke samping

kanan lalu badan menghadap ke arah kiri sembari tangan kanan

berayun pelan keras dan memutar 360 derajat sembari berbalik

arah ke arah kanan., tangan kiri berada di belakang. Gerakan ini

dilakukan dengan hitungan satu sampai delapan dengan dua kali

pengulangan. Dan dilakukan dengan posisi kaki kiri dibuka ke

samping pada hitungan selanjutnya. Dan diakhiri dengan sikap

berdiri tegak.

Setelah anak-anka selesai melakukan gerakan senam guru,

peneliti dan anak-anak bertepuk tangan untuk memberikan

apresiasi kepada anak. Guru menanyakan kepada anak “ apakah

kalian senang?” anak-anak menjawab dengan semangat “ senang

pak”.

Sembari menghilangkan rasa lelah anak-anak duduk di

dalam aula sebari minum air. Lalu peneliti memperdengarkan

irama musik yang akan digunakan untuk senam. Anak-anak terlihat

sangat memperhatikan irama musik senam gemar gatra sembari

mengingat-ingat gerakan yang baru saja mereka lakukan.

46
Kegiatan senam diakhiri dengan ucapan terimakasih kepada

anak-anak yang sudah berpartisipasi dengan baik. Guru berpesan

kepada anak-anak untuk belajar mengingat gerakan-gerakan senam

yang baru saja mereka lakukan dirumah. Kegiatan ditutup dengan

salam dan dilanjutkan dengan kegiatan lain.

Berdasarkan hasil pra tindakan yang sudah dilakukan, anak-

anak terlihat antusias mengikuti gerakan senam walaupun badan

mereka masih kaku dan belum dapat mengkombinasikan gerakan

tangan dan kaki dengan tapi semangat mereka untuk belajar

sembari di arahkan sangatlah tinggi. Hasil dari pelaksanaan pra

tindakan terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. hasil observasi kemampuan awal sebelum


tindakan (pra tindakan).
No Indikator Kemampuan
anak
1 Kemampuan melakukan sikap 55,56%
awalan senam
2 Ketepatan melakukan gerakan yang 44,44%
diarahkan
3 Terampil melakukan gerakan tangan 44,44%
4 Terampil melakukan gerakan kaki 44,44%
5 Keterampilan anak dalam mengikuti 44,44%
perintah lisan yang diberikan
6 Keterampilan anak dalam 33,33%
mengkombinasikan gerakan tangan dan
kaki

b. Deskripsi data kemampuan motorik kasar siklus 1

47
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana tiap

siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Siklus pertama

terdiri dari tiga proses yakni, proses perencanaan, pelaksanaa,

pengamatan, dan refleksi.

Siklus pertama pada penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 6 juni 2022, 8 juni 2022, dan 11 juni 2022. Berikut

merupakan penjabaran dari pelaksanaan senam gemar gatra di

SLBN 1 Lombok Timur siklus 1.

1) Tahap Perencanaan

Pada tahapan ini peneliti mempersiapkan semua

peralatan yang akan digunakan untuk proses

pembelajaran.kegiatan yang dilakukan antara lain :

a) Melakukan koordinasi dengan guru kelas dan olahraga.

b) Mempersiapkan gerakan dan irama musik yang akan

digunakan.

c) Mempersiapkan media yang akan digunakan.

d) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat

peningkatan kemampuan motorik kasar anak.

2) Tahap pelaksanaan

a) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama.

Pertemuan pertama siklus I ini dilaksanakan pada

hari Senin, 6 Juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti

pembelajaran senam irama siklus I pertemuan pertama ini

48
sebanyak 3 anak. Berikut merupakan gambaran penelitian

siklus I pertemuan pertama.

Pada pukul 08.00 WITA anak-anak sudah berada

didalam kelas. Anak-anak mulai berdoa seperti biasa

sebelum memulai proses pembelajaran. Setelah itu guru

kelas menginstruksikan anak-anak untuk pergi ke aula

dimana nantinya akan dilaksanakan senam gemar gatra.

Setelah sampai di dalam aula ank-anak diatur menjadi satu

barisan memanjang kesamping dan diminta untuk

merentangkan tangan agar tidak saling bertabrakan pada

saat proses senam.

Kegiatan dimulai dengan menanyakan kabar anak-

anak hari ini apakah sudah sarapan terlebih dahulu atau

belum, dan menanyakan apakah mereka masih mengingat

gerakan senam yang sudah diajarkan pada saat pra

tindakan sebelumnya. Dan anak-anak menjawab “ingat

beberapa gerakan saja bu”.

Setelah pertanyaan tersebut guru olahraga dan

peneliti langsung memutarkan musik senam gemar gatra,

anak-anak langsung antusias mendengar musik tersebut

dan mulai mengingat-ingat kembali gerakan yang sudah

mereka pelajari. Guru olahraga dan peneliti juga

mengarahkan anak-anak melalui kontak fisik dan instruksi

49
suara untuk melihat apakah anak-anak dapat

mengkombinasikan tiap gerakan yang ada. Walaupun

dengan kondisi fisik yang tidak leluasa untuk melakukan

beberapa gerakan mereka terlihat sangat antusias untuk

mengikuti arahan dan perintah lisan dari guru olahraga dan

peneliti.

Setelah selesai melakukan senam guru olahraga

dan anak-anak bertepuk tangan untuk memberikan

apresiasi terhadap anak-anak yang sudah antusias dalam

mengikuti kegiatan senam. Sembari anak-anak duduk

beristirahat peneliti bertanya kepada anak-anak “apakah

ada bagian yang menurut kalian sulit untuk kalian

lakukan?” anak-anak menjawab “Ada Bu”. Peneliti

bertanya lagi, “Bagian mana yang kalian rasa paling sulit

untuk kalian lakukan ?, dimulai dari Ria, bagian mana

yang sulit Ria lakukan ?” lau Ria menjawab “gerakan-

gerakan yang dilakukan memutar sambil meloncat bu”

peneliti bertanya lagi kepada Imam, “kalau Imam bagian

mana yang dirasa sulit” Imam menjawab “bagian yang

sama dengan ria bu, lalu bagian melompat, mencangkul

dan banyak lagi bu” lalu dilanjutkan dengan pertanyaan

yang sama kepada Rizky, dan di jawab “ kalau iky bagian-

bagian yang harus memutar dan menggerakkan tangan dan

50
kaki secara bersamaan bu”. Setelah menanyakan hal

tersebut guru kemudian memberikan arahan kepada anak-

anak untuk berani melakukan gerakan-gerakan tersebut

“Kalian harus mencoba berani untuk melakukan gerakan-

gerakan kombinasi antara tangan dan kaki, jangan ragu

Bapak Guru dan Ibu Guru pasti menjaga kalian agar

keseimbangan kalian tidak mudah goyah, untuk hari

selanjutnya jangan ragu-ragu ya” Guru olahraga

memberikan wejangan kepada anak-anak.

Setelah istirahat anak-anak kembali masuk

kedalam kelas dan melanjutkan kegiatan seperti biasanya.

b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada Hari

Rabu 8 juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti kegiatan

senam gemar gatra pada hari ini sebanyak 3 anak. Tidak

ada anak yang izin pada hari ini. Berikut merupakan

gambaran penelitian pada siklus I Pertemuan kedua.

Seperti biasa anak-anak masuk kelas pada pukul

08.00 WITA. Namun hari ini anak-anak langsung

diarahkan ke aula tanpa memasuki ruangan kelas terlebih

dahulu.

Sebelum memulai proses pembelajaran senam

gemar gatra pada pagi hari ini anak-anak diajak untuk

51
berdoa terlebih dahulu. Kemudian anak-anak diarahkan

untuk berbaris dan merentangkan tangan agar tidak saling

bertabrakan. Kemudian peneliti memutarkan musik senam

gemar gatra yang akan digunakan untuk senam.

Guru dan peneliti memberikan arahan melalui

perintah lisan seperti gerakan awal cari denyut nadi, jalan

di tempat, buka kaki samping kanan, tekuk kaki kanan dan

sebagainya, dan menjaga pergerakan anak agar tidak

kehilangan keseimbangan pada saat melakukan gerakan

senam yang memerlukan keseimbangan dan kombinasi

gerakan kaki dan tangan yang agak sulit.

Pada pertemuan kedua siklus I ini gerakan senam

gemar gatra dibagi menjadi dua kali sampai pertengahan

lagu agar anak-anak tidak mudah merasa bosan. Setelah

melakukan setengah dari seluruh gerakan senam gemar

gatra, anak diberikan waktu istirahat. Kemudian guru

menanyakan “apakah istirahatnya sudah cukup?” lalu

anak-anak menjawab “Sudah Pak” dan dijawab kembali

oleh guru “ayo kita mulai sekali lagi untuk melanjutkan

gerakan selanjutnya”.

Anak-anak langsung berdiri dan melangkah

membuat barisan dan merentangkan tangan kembali dan

melanjutkan senam. Setelah selesai kegiatan diakhiri

52
dengan salam penutup dan anak-anak kembali ke dalam

kelas.

c) Pelaksanaan Tindakan Siklus I pertemuan ketiga.

Pertemuan ketiga siklus I ini dilaksanakan pada hari

Sabtu 11 Juni 2022. Pada pertemuan ini jumlah anak yang

hadir sebanyak 3 anak, tidak ada yang izin pada pertemuan

ketiga Siklus I ini. Berikut merupakan gambaran

penelitian tindakan siklus I pertemuan ketiga ini.

Seperti biasa anak-anak mulai masuk pada pukul

08.00 WITA. Anak-anak masuk kedalam aula dan

memulai kegiatan senam dengan mulai berdoa.

Selanjutnya peneliti memutarkan musik senam gemar

gatra dan anak-anak mulai kembali melakukan gerakan

senam dari awal hingga akhir karna udah mulai terbiasa

dengan gerakan yang dilakukan. Guru dan peneliti tetap

perintah lisan dan mengarahkan anak-anak yang masih

terlihat kaku.

Setelah selesai guru dan peneliti memberikan

apresiasi kepada anak-anak yang sudah melakukan

kegiatan senam. Anak-anak juga ikut bertepuk tangan

untuk diri mereka sendiri.

Pada kegiatan kali anak-anak terlihat lebih lebih

lelah dari dua kali pertemuan sebelumnya dikarenakan

53
pada kegiatan kali ini anak-anak melakukan kegiatan

senam tanpa adanya perhentian gerakan.

Anak-anak dibiarkan untuk istirahat sejenak dan

sambil beristirahat guru bertanya kepada anak-anak

“apakah kalian masih sanggup untuk melakukan senam

sesi kedua?” lalu anak-anak menjawab “capek pak” karena

tidak ingin memaksakan anak-anak guru dan peneliti

mempersilahkan anak-anak kembali ke dalam kelas

setelah melakukan penutupan dan doa.

3) Pengamatan

Selama pelaksanaan siklus peratama guru dan peneliti

melakukan pengamatan dan penilaian terhadap kemampuan

motorik kasar anak. Guru dan peneliti mengamati peningkatan

kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan senam gemar

gatra. Pada pertemuan siklus pertama anak-anak masih terlihat

kaku untuk menggerakan tubuhnya. Hal ini dikarenakan anak-

anak masih belum terbiasa melakukan gerakan-gerakan yang

ada pada senam gemar gatra. Meskipun begitu anak-anak tidak

kehilangan antusiasnya untuk mengikuti gerakan yang

diarahkan.

Pada awal pertemuan pertama guru menjelaskan gerakan-

gerakan yang akan dilakukan dalam kegiatan senam gemar

gatra. Pada kegiatan awal ini guru tidak langsung mengajarkan

54
anak-anak senam dengan alunan musik. Agar anak-anak dapat

mengenal gerakan tersebut lebih dahulu dan mudah untuk

diarahkan.

Dari hasil pengamatan anak-anak masih terlihat kaku

untuk menggerakkan bagian tubuhnya. Ada anak yang hanya

menggerakkan kakinya saja tanpa menggerakkan tangannya,

dan ada yang hanya bergerak di tempat saja sembari

menggerakkan tangannya. Namun ada juga anak yang dengan

semangat mengikuti gerakan yang diarahkan oleh guru dan

peneliti.

Pada pertemuan kedua dan ketiga saat menggunakan

musik anak-anak terlihat sangat antusias karena ada alunan

musik yang mereka dengar. Meskipun gerakan mereka masih

terlihat kaku dan kadang tertinggal oleh irama musiknya

karena anak0-anak belum terlalu hafal gerakan-gerakan yang

diajarkan akan tetapi mereka tidak putus semangat untuk terus

bergerak menyesuaikan diri.

Gerakan yang paling mudah pada senam gemar gatra ini

adalah gerakan jalan di tempat sambil memegang enggrang

dan gerakan menghitung denyut nadi. Sedangkan gerakan yang

paling sulit dalam senam gemar gatra ini adalah gerakan-

gerakan yang memerlukan anak untuk berputar 360 derajat

sembari melakukan kombinasi gerakan kaki dan tangan serta

55
gerakan melompat dan loncat dikarenakan anak-anak dengan

keterbatasan tunanetra memiliki rasa was-was untuk

melakukan gerakan-gerakan seperti itu.

Tabel 4.2. hasil observasi kemampuan motorik kasar


anak siklus I
Siklus/pertemuan I
No Indikator Rata-
Ke 1 Ke 2 Ke 3
rata
1 Kemampuan 55,56% 55,56% 77,78% 62,97%
melakukan
sikap awalan
senam
2 Ketepatan 44,44% 44,44% 55,56% 48,14%
melakukan
gerakan yang
diarahkan
3 Terampil 44,44% 44,44% 55,56% 48,14%
melakukan
gerakan
tangan
4 Terampil 44,44% 44,44% 55,56% 48,14%
melakukan
gerakan kaki
5 Keterampilan 44,44% 44,44% 55,56% 48,14%
anak dalam
mengikuti
perintah lisan
yang
diberikan
6 Keterampilan 33,33% 33,33% 55,56% 40,74%
anak dalam
mengkombin
asikan
gerakan
tangan dan
kaki

Tabel diatas apabila disajikan dalam bentuk diagram

batang sebagai berikut:

56
100

90

80

70 Ketepatan melakukan sikap


awalan
Ketepatan mengikuti gerakan
60 yang diarahkan
Anak terampil melakukan
50 gerakan tangan
Anak terampil melakukan
40 gerakan kaki
Keterampilan anak dalam
mengikuti perintah lisan yang
30 diberikan
Keterampilan anak dalam
20 mengkombinasikan gerakan
kaki dan tangan
10 Series7

0
Kemam- siklus I siklus II
puan se-
belum
tindakan

Gambar 4.1. diagram hasil observasi kemampuan


motorik kasar siklus I

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat dikatakan

bahwa rata-rata pencapaian anak terdapat di indikator

ketepatan anak dalam melakukan sikap awalan senam gemar

gatra. Sedangkan indikator paling sedikit dicapai pada anak

terletak pada indikator mengkombinasikan gerakan tangan dan

kaki. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan

motorik kasar pada anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok

Timur berada dalam kategori meningkat.

4) Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat bagaimana

proses pembelajaran yang telah dilakukan, mecari kelebihan

57
dan kekurangan terhadap proses pembelajaran yang telah

dilakukan.

Berdasarkan hasil refleksi terhadap siklus I diharapkan

dapat memberikan peningkatan dalam melaksanakan siklus II.

Pada kegiatan ini, peneliti berdiskusi bersama guru

olahraga mengenai pelaksanaan pembelajaran yang sudah

dilakukan. Ditemukan beberapa kendala yang mempengaruhi

peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak. Beberapa

kendala yang perlu dicari solusinya antara lain:

a) Anak masih takut untuk melakukan gerakan melompat dan

meloncat.

b) Anak masih sulit melakukan gerakan kombinasi antara

tangan dan kaki secara bersamaan, sehingga terkadang anak

hanya menggerakkan kaki atau tangannya saja.

c) Anak masih sulit untuk mengingat gerakan.

Dari beberapa kendala yang muncul, maka peneliti dan

guru melakukan diskusi untuk mencari solusi untuk beberapa

kendala tersebut. Adapun beberapa solusi yang akan digunakan

untuk kendala tersebut antara lain :

a) Guru dan peneliti harus mengatur jarak yang cukup jauh

agar anak tidak takut bertabrakan pada saat melakukan

gerakan loncat dan melompat.

58
b) Melakukan gerakan pengulangan terhadap gerakan –

gerakan kombinasi yang dirasa sulit bagi anak.

c) Mengingatkan kembali kode-kode gerakan pada saat anak

terlihat lupa oleh gerakan tersebut sembari diarahkan.

Berdasarkan hasil penelitian siklus I dapat dilihat bahwa

kemampuan motorik kasar anak sudah sedikit meningkat tetapi

belum mencapai target penelitian 76%. Oleh karena itu peneliti

kembali merancang kegiatan senam gemar gatra pada siklus ke

II.

Pelaksanaan senam gemar gatra pada siklus ke II ini lebih

menekankan kepada keaktifan anak dalam melakukan gerakan

senam. Disini yang berperan aktif adalah anak dalam

melakukan gerakan senam. Guru dan peneliti hanya

mengawasi di dekat anak untuk menjaga anak pada saat

melakukan gerakan melompat, meloncat dan berputar. Serta

memberikan instruksi dengan lisan dan sesekali mengarahkan

tubuh anak apabila anak lupa.

Selanjutnya hipotesis pada siklus kedua ini adalah melalui

kegiatan senam ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak dengan lebih menekankan

keaktifan anak dalam melakukan senam.

c. Deskripsi Data Kemampuan Motorik Kasar Siklus II

1) Tahap perencanaan

59
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti dan guru

berdiskusi menyusun perencanaan untuk pelaksanaan siklus II.

Pada tahap ini peneliti dan guru mempersiapkan segala sesuatu

yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sama seperti

pada tahap perencanaan siklus I, yaitu menyiapkan media yang

diperlukan dalam prose pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan senam irama pada siklus II hampir

mirip dengan pelaksanaan siklus I. Hanya saja pelaksanaan

siklus II ini anak diberikan waktu yang lebih banyak untuk

melakukan gerakan dan mengulangi gerakan senam sendiri.

Guru dan peneliti tidak selalu memberikan arahan kepada

anak. Guru akan lebih banyak memberikan instruksi lisan dan

sesekali mengarahkan jika anak benar-benar dirasa tidak

mampu mengingat gerakan tersebut.

2) Tahap pelaksanaan

a) Pelaksanaan tindakan kelas siklus II Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari

senin 20 juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti kegiatan

senam irama pada pertemuan pertama siklus II ini sebanyak

3 anak.

Seperti biasanya anak masuk kedalam kelas pada

pukul 08.00 WITA. Anak-anak tunanetra langsung masuk

ke dalam kelas. Seperti biasa anak-anak berdoa terlebih

60
dahulu dan setelah berdoa guru langsung menginstruksikan

anak-anak untuk masuk ke dalam aula.

Setelah anak-anak masuk kedalam aula anak-anak

langsung diarahkan untuk membuat barisan dan

merentangkan tangan dengan jarak cukup berjauhan untuk

menghindari terjadinya tabrakan pada saat melakukan

gerakan senam.

Sebelum melakukan gerakan senam guru

menanyakan kepada anak “apakah kalian masih mengingat

gerakan senam gemar gatra?” anak-anak menjawab “ingat

sedikit pak” lalu guru menginstruksikan peneliti untuk

menghidupkan lagu senam gemar gatra untuk memulai

senam.

Pada awal gerakan senam anak-anak terlihat sudah

mulai hafal dengan gerakannya walaupun ada anak yang

masih susah dan enggan untuk melakukan gerakan baik itu

gerakan kaki tangan dan kombinasi gerakan. Untuk itu guru

dan peneliti sesekali mengarahkan anak yang kesulitan

melakukan gerakan. Dan menginstruksikan secara lisan.

Pada pertemuan pertama siklus II ini setiap gerakan diulang

sebanyak dua kali agar anak-anak dapat mengingat gerakan

dengan lebih baik. Kegiatan senam diakhiri dengan

bertepuk tangan.

61
Setelah melakukan senam, anak-anak diberikan

waktu istirahat, anak-anak duduk di kursi yang berada di

samping. Setelah dirasa cukup anak-anak di minta kembali

untuk bangun dan membuat barisan untuk kembali

melakukan senam gemar gatra sekali lagi. Pada senam

kedua ini tidak dilakukan pengulangan gerakan untuk

melihat kemampuan anak. Dan terlihat ada beberapa

gerakan yang mengalami perkembangan. Setelah selesai

kegiatan senam ditutup dengan bertepuk tangan berdoa dan

kembali kedalam kelas.

b) Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua

Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari

Rabu 22 Juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti kegiatan

senam gemar gatra pada pertemuan kedua siklus II ini

sebanyak 3 anak. Berikut merupakan penelitian tindak kelas

siklus II pertemuan kedua.

Sebelum bel berbunyi, guru dan peneliti menyiapkan

ruangan dan alat-alat yang akan digunakan untuk senam.

Bel tanda masuk pun berbunyi tepat pada pukul 088.00

WITA, anak-anak langsung diarahkan menuju ke dalam

aula dan anak-anak mulai berdoa.

Setelah berdoa guru, peneliti dan anak duduk dengan

rapi di kursi samping sembari guru menanyakan kembali

62
kepada anak-anak “apakah kalian mengingat gerakan senam

gemar gatra?” anak-anak menjawab “ingat sedikit pak”, lalu

guru mengajak anak-anak untuk membentuk barisan dan

mengatur jarak agar tidak bertabrakan.

Guru menyiapkan anak dan memberi aba-aba. Anak-

anak bersiap dan menunggu musik diputar. Pada gerakan

pemanasan sampai pertengahan gerakan inti anak-anak

sudah mulai mengingat gerakan-gerakan yang ada dalam

senam gemar gatra. Guru dan peneliti tetap menjaga anak-

anak dan memberikan perintah lisan agar anak-anak dapat

dengan mudah mengingat gerakan tersebut. Walaupun ada

satu anak yang belum terlalu lancar dalam melakukan

beberapa gerakan tetapi pada pertemuan kedua siklus II ini

anak sudah mulai ada perkembangan.

Kegiatan senam diakhiri dengan tepuk tangan. Guru

mengcapkan terima kasih dan berpesan agar anak-anak

tidak takut dalam melakukan kombinasi gerakan tangan dan

kaki agar tubuh mereka tidak terlalu kaku. Guru menutup

kegiatan dengan salam dan anak-anak membalas salam

dengan semangat.

c) Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II Pertemuan Ketiga

63
Pertemuan ketiga siklus II dilaksanakan pada hari

Sabtu 25 Juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti kegiatan

senam irama pada pertemuan ketiga siklus II yaitu 3 anak.

Bel berbunyi tepat pukul 08.00 WITA dan anak-

anak masuk ke dalam aula. Setelah masuk kedalam aula

anak-anak duduk di kursi samping dan guru menghimbau

anak-anak untuk melakukan kegiatan senam dengan

bersungguh-sungguh.

Guru menyuruh anak-anak untuk berbaris dan

mengatur barisan agar tidak bertabrakan. Untuk pertemuan

kali ini gerakan diulangi beberapa kali. Setelah kegiatan

selesai anak-anak diminta untuk istirahat. Setelah

beristirahat anak-anak diminta untuk kembali melakukan

senam gemar gatra. Anak-anak berbaris dan mengatur jarak

lalu guru menghidupkan lagu gemar gatra.

pada kegiatan senam terakhir ini guru memberikan

kesempatan kepada anak untuk bergerak sendiri dan guru

hanya mengingatkan gerakan disaat anak-anak lupa

terhadap gerakan tersebut. Pada kegiatan terakhir ini dua

anak sudah terlihat dapat mengikuti gerakan sesuai lagu dan

arahan lisan yang diberikan oleh guru pada setiap

pergantian gerakan, namun terdapat satu anak yang masih

64
kesulitan untuk mengikuti gerakan sesuai lagu dan arahan

lisan yang diberikan oleh guru.

setelah selesai kegiatan ini diakhiri dengan bertepuk

tangan dan terima kasih untuk memberikan apresiasi

terhadap anak-anak yang telah melakukan kegiatan senam

dengan sangat antusias. Kemudian guru dan anak-anak

sama-sama berdoa dan anak-anak dipersilahkan untuk

keluar aula.

3) Pengamatan

Kegiatan pengamatan ini dilakukan selama anak

mengikuti kegiatan senam gemar gatra. Berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan Guru selama

proses kegiatan senam gemar gatra siklus ke II ini anak terlihat

sudah mulai terampil dalam melakukan gerakan-gerakan pada

anggota tubuhnya. Anak juga terlihat bersemangat untuk

melakukan senam gemar gatra.

Memasuki siklus II anka sudah mulai hafal gerakan

senam, dan sudah mengenal musik yang digunakan untuk

senam. Kegiatan senam juga dilakukan dengan menggunakan

musik tanpa diawali dengan gerakan terlebih dahulu. ada

beberapa anak yang sudah terampil menggerakkan tangan dan

kaki serta melakukan kombinasi-kombinasi pada gerakan

senam, dan sudah dapat mengikuti arahan lisan yang diberikan.

65
Namun ada juga anak yang masih kesulitan untuk

mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki serta mengikuti

perintah lisan yang diberikan. Selain itu kegiatan senam juga

lebih banyak dilakukan sendiri oleh anak dan guru hanya

memberikan perintah lisan pada saat pergantian gerakan dan

sesekali membantu anak jika mereka lupa akan gerakan

tersebut.

Berdasarkan hasil observasi siklus II, diperoleh data yang

akan ditampilkan sebagai berikut

Tabel 4.3. hasil observasi kemampuan motorik


kasar anak siklus II
No Indikator Siklus/pertemuan I
Ke 1 Ke 2 Ke 3 Rata-
rata
1 Kemampuan 77,78% 88,89% 100% 88,89%
melakukan
sikap awalan
senam
2 Ketepatan 77,78% 77,78% 88,89% 81,84%
melakukan
gerakan yang
diarahkan
3 Terampil 66,67% 77,78% 88,89% 77,78%
melakukan
gerakan
tangan
4 Terampil 66,67% 77,78% 88,89% 77,78%
melakukan
gerakan kaki
5 Keterampilan 66,67% 77,78% 88,89% 77,78%
anak dalam
mengikuti
perintah lisan

66
yang
diberikan
6 Keterampilan 66,67% 77,78% 88,89% 77,78%
anak dalam
mengkombin
asikan
gerakan
tangan dan
kaki

Tabel diatas apabila dijadikan diagram batang adalah

sebagai berikut.

100

90

80

70 Ketepatan melakukan sikap


awalan
Ketepatan mengikuti
60 gerakan yang diarahkan
Anak terampil melakukan
50 gerakan tangan
Anak terampil melakukan
40 gerakan kaki
Keterampilan anak dalam
mengikuti perintah lisan
30 yang diberikan
Keterampilan anak dalam
20 mengkombinasikan gerakan
kaki dan tangan
10 Series7

0
Kemam- siklus I siklus II
puan se-
belum
tindakan

Gambar 4.2. diagram hasil observasi kemampuan motorik


kasar siklus II

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat dinyatakan

bahwa rata-rata pencapaian anak yang paling banyak ada pada

indikator Kemampuan melakukan sikap awalan senam dengan

67
jumlah persentase 88,89%, sedangkan rata-rata jumlah anak

paling sedikit yaitu pada indikator keterampilan melakukan

gerakan kaki, Keterampilan anak dalam mengikuti perintah

lisan yang diberikan dan mengkombinasikan gerakan tangan

dan kaki dengan jumlah persentase masing-masing indikator

sebesar 77,78%. Dari tabel dan diagram diatas dapat

disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan motorik kasar

pada anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur berada

pada kategori sangat meningkat.

4) Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus II selesai, guru dan peneliti

melakukan refleksi selama proses pelaksanaan siklus. Dari

hasil refleksi diperoleh bahwa kegiatan senam gemar gatra

yang dilakukan dengan menekankan keaktifan anak hasilnya

lebih baik untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar

pada anak. Selain itu memberikan arahan lisan yang arahnya

jelas juga sangat membantu anak dalam melakukan kegiatan

senam.

Dari data yang diperoleh dan dikumpulkan selama

siklus II, peneliti kemudian membandingkan dengan data

kemampuan motorik kasar yang diperoleh dari pelaksanaan pra

tindakan dan pelaksanaan siklus I. hasil dari pengamatan dan

perbandingan pelaksanaan siklus I dan siklus II

68
memperlihatkan adanya perubahan jumlah anak yang memiliki

kemampuan motorik kasar, peningkatan tersebut terlihat dari

meningkatnya persentase setiap indikator penilaian.

Indikator ketepatan anak dalam melakukan sikap

awalan senam gemar gatra meningkat dari 62,97% menjadi

88,89% sehingga mengalami peningkatan sebesar 25,92%.

Indikator Ketepatan melakukan gerakan yang diarahkan

meningkat dari 48,14% menjadi 81,48% sehingga mengalami

peningkatan sebesar 33,34%. Indikator keterampilan

melakukan gerakan tangan meningkat dari 48,14% menjadi

77,78% sehingga mengalami peningkatan sebesar 29,64%.

Indikator keterampilan melakukan gerakan kaki mengalami

peningkatan dari 48,14% menjadi 77,78% sehingga

mengalami peningkatan sebesar 29,64%. Indikator

Keterampilan anak dalam mengikuti perintah lisan yang

diberikan mengalami peningkatan dari 48,14% menjadi

77,78% sehingga mengalami peningkatan sebesar 29,64%.

Indikator Keterampilan anak dalam mengkombinasikan

gerakan tangan dan kaki mengalami peningkatan dari 40,74%

menjadi 77,78% sehingga mengalami kenaikan sebesar

37,04%.

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II

kemampuan motorik kasar anak sudah sesuai dengan target

69
yang tertera dalam indikator keberhasilan atau keabsahan data,

yaitu mencapai 76%. Alasan ini digunakan peneliti untuk

menghentikan penelitian atau tidak melakukan siklus

selanjutnya.

4. Analisis Data Kemampuan Motorik Kasar Anak

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan kegiatan

observasi untuk melihat bagaimana kemampuan yang dimiliki oleh

anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur. Dari hasil observasi

tersebut diperoleh data tentang kemampuan-kemampuan anak, baik

yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Kemudian

peneliti melakukan analisis terhadap kemampuan anak tunanetra. Dari

analisis tersebut diperoleh data bahwa kemampuan motorik kasar anak

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur masih belum berkembang

secara optimal. Hal ini terlihat saat anak melakukan kegiatan senam di

halaman sekolah yang melibatkan kombinasi gerakan tangan dengan

kaki. Anak belum mampu mengkombinasikan gerakan tangan dengan

kaki secara bersamaan.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

kemampuan motorik kasar anak masih belum berkembang. Oleh

karena itu peneliti bermaksud untuk meningkatkan kemampuan

motorik kasar anak melalui kegiatan senam gemar gatra. Melalui

kegiatan senam gemar gatra ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar pada anak. Indikator yang akan

70
ditingkatkan meliputi Kemampuan melakukan sikap awalan senam,

Ketepatan melakukan gerakan yang diarahkan, Terampil melakukan

gerakan tangan, Terampil melakukan gerakan kaki, Keterampilan anak

dalam mengikuti perintah lisan yang diberikan, Keterampilan anak

dalam mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki.

Hasil observasi kemampuan motorik kasar anak pada saat kegiatan

pra tindakan menunjukkan bahwa 55,56% (2 anak) sudah cukup tepat

dalam melakukan sikap awalan senam gemar gatra, 44,44% (1 anak)

sudah cukup tepat dalam mengikuti gerakan yang diarahkan, 44,44%

(1 anak) sudah cukup terampil dalam melakukan gerakan tangan,

44,44% ( 1 anak) sudah cukup terampil dalam melakukan gerakan

kaki, 44,44% (1 anak) sudah cukup terampil untuk mengikuti perintah

lisan yang diberikan, dan 33,33% (0 anak) tidak dapat melakukan

kombinasi antara gerakan tangan dan gerakan kaki.

Hasil pelaksanaan siklus I terhadap kemampuan motorik kasar

pada anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur menunjukkan

bahwa 62,97% sudah tepat dalam melakukan sikap awalan senam

gemar gatra, 48,14% sudah dapat mengikuti gerakan yang diarahkan,

48,14% sudah terampil dalam melakukan gerakan tangan, 48,14%

sudah terampil dalam melakukan gerakan kaki, 48,14% sudah terampil

dalam mengikuti perintah lisan yang diberikan, dan 40,74% sudah

terampil dalam mengkombinasikan antara gerakan tangan dan gerakan

kaki. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kemampuan motorik

71
kasar anak termasuk dalam kategori meningkat 40%-75%. Akan tetapi

peneliti memberikan target pencapaian kemampuan motorik kasar anak

lebih dari 76%, oleh karena itu peneliti melakukan siklus yang kedua.

Hasil pelaksanaan siklus II terhadap kemampuan motorik kasar

anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur menunjukkan bahwa

88,89% anak sudah tepat melakukan sikap awalan senam, 81,48%

sudah terampil dalam mengikuti gerakan yang diarahkan, 77,78%

sudah terampil dalam gerakan tangan, 77,78% udah terampil

melakukan gerakan kaki, 77,78% sudah terampil dalam mengikuti

perintah lisan yang diberikan, dan 77,78% sudah terampil dalam

melakukan kombinasi antara gerakan tangan dan gerakan kaki.

Persentase tersebut menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar

anak termasuk dalam kriteria sangat meningkat yaitu pada rentang

75%-100%. Hal ini sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan

oleh peneliti.

Data yang dikumpulkan kemudian diolah untuk mendapatkan

kesimpulan. Berdasarkan Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II

diperoleh peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak.

Peningkatan tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah anak dalam

setiap indikator penilaian. Berikut merupakan tabel peningkatan

jumlah anak dalam hal kemampuan motorik kasar pada kegiatan

sebelum tindakan, siklus I dan siklus II.

Tabel 4.4. ketercapaian kemampuan motorik kasar anak

72
No Indikator Sebelum Siklus I Siklus II
tindakan
1 Kemampuan 55,56% 62,97% 88,89%
melakukan sikap
awalan senam
2 Ketepatan 44,44% 48,14% 81,48%
melakukan
gerakan yang
diarahkan
3 Terampil 44,44% 48,14% 77,78%
melakukan
gerakan tangan
4 Terampil 44,44% 48,14% 77,78%
melakukan
gerakan kaki
5 Keterampilan 44,44% 48,14% 77,78%
anak dalam
mengikuti
perintah lisan
yang diberikan
6 Keterampilan 33,33% 40,74% 77,78%
anak dalam
mengkombinasi
kan gerakan
tangan dan kaki

Apabila disajikan dalam bentuk diagram batang maka hasil

ketercapaian kemampuan motorik kasar anak mulai dari kegiatan

sebelum tindakan, siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut.

73
100

90

80
Ketepatan melakukan sikap
70 awalan
Ketepatan mengikuti
60 gerakan yang diarahkan
Anak terampil melakukan
50 gerakan tangan
Anak terampil melakukan
40 gerakan kaki
Keterampilan anak dalam
30 mengikuti perintah lisan
yang diberikan
20 Keterampilan anak dalam
mengkombinasikan ger-
akan kaki dan tangan
10
Series7
0
Kemam- siklus I siklus II
puan se-
belum
tindakan

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat dilihat bahwa rata-rata

jumlah anak yang memiliki kemampuan motorik kasar mengalami

peningkatan. Peningkatan yang terjadi dari kegiatan pra tindakan,

siklus I, dan siklus II terlihat pada masing-masing indikator penilaian.

Pada indikator ketepatan melakukan awalan senam terlihat

peningkatan dari 55,56% menjadi 88,89% sehingga terjadi

peningkatan sebesar 33,33%. Indikator keterampilan anak dalam

mengikuti gerakan yang diarahkan mengalami peningkatan dari

44,44% menjadi 81,48% sehingga terjadi peningkatan sebesar 37,04%,

indikator keterampilan anak dalam melakukan gerakan tangan

meningkat dari 44,44% menjadi 77,78% sehingga terjadi peningkatan

74
sebesar 33,34%, indikator keterampilan anak dalam melakukan

gerakan kaki meningkat dari 44,44% menjadi 77,78% sehingga terjadi

peningkatan sebesar 33,34%, indikator keterampilan anak dalam

mengikuti perintah lisan yang diberikan meningkat dari 44,44%

menjadi 77,78% sehingga terjadi peningkatan sebesar 33,34%, dan

indikator keterampilan anak dalam melakukan kombinasi antara

gerakan tangan dan gerakan kaki mengingkat dari 33,33% menjadi

77,78% sehingga terjadi peningkatan sebesar 44,45%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik

kasar pada anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur melalui

kegiatan senam gemar gatra. Kegiatan senam ini dilaksanakan dalam dua

siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Sebelum

melakukan siklus pertama peneliti melakukan kegiatan pra tindakan

terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal pada anak. Pada

pertemuan pertama kegiatan senam dilakukan tanpa menggunakan iringan

musik untuk belajar mengenal gerakan terlebih dahulu dan memberikan

gambaran tentang gerakan-gerakan senam gemar gatra yang akan

dilakukan dengan cara guru mengarahkan gerakan tersebut kepada anak

sembari memberikan kode disetiagerakan, sedangkan untuk pertemuan

selanjutnya kegiatan senam dilakukan dengan iringan musik senam gemar

gatra.

75
Pada awal siklus pertama anak terlihat masih kesulitan untuk

melakukan gerakan senam tersebut dikarenakan anak masih dalam tahap

menghafal gerakan dan masih was-was akan bertabrakan dengan teman di

sebelahnya. Akan tetapi hal ini hanya terjadi pada pertemuan pertama dan

kedua siklus I, memasuki pertemuan ketiga anak sudah mulai terlihat

mampu mengkombinasikan gerakan kaki dan tangan secara perlahan.

Hal yang sering terjadi pada awal siklus I adalah anak belum

mampu mengkombinasikan tangan dan kaki secara bersamaan. Ada anak

yang hanya menggerakkan tangannya saja dan ada anak yang hanya

menggerakkan kakinya saja, namun seiring berlanjutnya pertemuan pada

siklus I anak sudah sedikit demi sedikit mulai dapat mengkombinasikan

gerakan-gerakan tangan dan kaki tersebut, selain itu juga musik, kode dan

arahan yang dilakukan oleh guru sudah mulai terbiasa di dengar oleh anak-

anak.

Memasuki siklus kedua, anak diberikan kebebasan untuk

melakukan gerakan sendiri. Guru hanya mengarahkan anak jika anak

terlihat lupa akan gerakan tersebut, namun guru tetap memberikan arahan

lisan berupa kode kepada anak-anak.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan sebelum

tindakan sampai dengan siklus I terdapat peningkatan kemampuan motorik

kasar anak. Pada indikator ketepatan anak dalam melakukan awalan senam

terlihat peningkatan sebesar 7,41%. Indikator keterampilan anak dalam

mengikuti gerakan yang diarahkan meningkat sebesar 3,7%, pada indikator

76
keterampilan anak dalam melakukan gerakan tangan meningkat sebesar

3,7%, pada indikator keterampilan anak dalam melakukan gerakan kaki

meningkat sebesar 3,7%, pada indikator keterampilan anak dalam

mengikuti perintah lisan yang diberikan mengalami peningkatan sebesar

3,7%, dan pada indikator keterampilan anak dalam mengkombinasikan

gerakan kaki dan tangan mengalami peningkatan sebesar 7,41%.

Sedangkan hasil observasi kemampuan motorik kasar pada anak

dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan peningkatan yaitu pada

indikator ketepatan anak melakukan sikap awalan senam mengalami

peningkatan sebesar 25,92%, pada indikator keterampilan anak dalam

mengikuti gerakan yang diarahkan meningkat sebesar 33,34%, pada

indikator keterampilan anak dalam melakukan gerakan kai meningkat

sebesar 29,64%, pada indikator keterampilan anak dalam melakukan

gerakan kaki meningkat sebesar 29,64%, pada indikator keterampilan anak

dalam mengikuti perintah lisan yang diberikan meningkat sebesar 29,64%,

dan pada indikator keterampilan anak mengkombinasikan gerakan tangan

dan kaki meningkat sebesar 37,04%. Persentase tersebut menunjukkan

bahwa pada setiap siklus kemampuan motorik kasar yang dimiliki oleh

anak tunanetra meningkat. Yang dimana hal ini menunjukkan bahwa

melalui kegiatan senam gemar gatra ini dapat meningkatkan kemampuan

motorik kasar pada anak.

Dalam pelaksanaan kegiatan senam gemar gatra hal yang harus

dilakukan pertama kali oleh guru adalah mengenalkan gerakan senam

77
kepada anak-anak. Guru mengarahkan anak untuk mencoba gerakan

senam secara perlahan dan memberikan instruksi-instruksi lisan yang

arahnya jelas secara berulang-ulang sehingga anak menjadi hafal terhadap

gerakan-gerakan tersebut.

Setelah melakukan kegiatan senam gemar gatra anak-anak

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur mengalami peningkatan dalam

kemampuan motorik kasarnya. Hal ini terlihat dari keterampilan anak

dalam melakukan gerakan-gerakan senam yang meliputi gerakan tangan,

gerakan kaki, serta kombinasi-kombinasi antara tangan dan kaki.

Pelaksanaan kegiatan senam gemar gatra ini mampu meningkatkan rasa

kepercayaan diri anak-anak karena mereka merasa dapat melakukan

gerakan-gerakan senam sendiri.

Uraian tentang hal-hal yang dicapai anak setelah melakukan senam

gemar gatra diatas sesuai dengan pengertian motorik kasar menurut Yudha

Saputra & Rudyanto (Fitri N.I 2013:11) kemampuan motorik kasar adalah

kemampuan anak dalam beraktifitas dengan menggunakan otot-otot

besarnya.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan oleh peneliti, guru

kelas, dan guru olahraga dengan sungguh-sungguh dan optimal untuk

mencapai hasil yang diharapkan. Namun tidak dipungkiri bahwa dalam

penelitian ini juga terdapat banyak kekurangan antara lain :

78
1. Pelaksanaan penelitian ini tidak dilakukan setiap hari, melainkan

hanya dilakukan satu minggu tiga kali, hal ini menyebabkan anak

rentan lupa akan gerakan-gerakan senam.

2. Pelaksanaan senam gemar gatra hanya dilakukan pada anak dengan

keterbatasan tunanetra yang memiliki siswa sebanyak 3 orang.

Dikarenakan setiap sekolah memiliki jumlah dan keterbatasan siswa

yang berbeda-beda maka hasil penelitian ini dapat saja berbeda

apabila dilakukan pada sekolah atau pada keterbatasan anak yang lain.

79
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat

disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunanetra di SLB

Negeri 1 Lombok Timur dapat ditingkatkan melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra. Dengan melakukan kegiatan senam ini anak dapat

mengkombinasikan antara gerakan tangan dan gerakan kaki sesuai irama

musik. Hal ini meningkatkan kemampuan otot-otot kasar yang terdapat

pada anak sehingga kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat. Hal

ini terlihat jelas dari hasil penelitian yang diperoleh pada setiap siklus

yang mengalami peningkatan.

Peningkatan-peningkatan tersebut terlihat pada akhir siklus I

terlihat bahwa 62,97% anak sudah dapat melakukan sikap awalan senam,

48,14% anak sudah terampil mengikuti gerakan yang diarahkan, 48,14%

anak sudah terampil melakukan gerakan tangan, 48,14% anak sudah

terampil melakukan gerakan kaki, 48,14% anak sudah terampil mengikuti

perintah lisan yang diberikan, dan 40,74% anak sudah terampil dalam

mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki. Sedangkan pada siklus II

terlihat bahwa 88,89% anak sudah dapat melakukan sikap awalan senam,

81,48% anak sudah terampil mengikuti gerakan yang diarahkan, 77,78%

anak sudah terampil melakukan gerakan tangan, 77,78% anak sudah

terampil melakukan gerakan kaki, 77,78% anak sudah terampil mengikuti

80
perintah lisan yang diberikan, dan 77,78% anak sudah terampil dalam

mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki.

Dalam pelaksanaan kegiatan senam gemar gatra hal yang harus

dilakukan pertama kali oleh guru adalah mengenalkan gerakan senam

kepada anak-anak. Guru mengarahkan anak untuk mencoba gerakan

senam secara perlahan dan memberikan instruksi-instruksi lisan yang

arahnya jelas secara berulang-ulang sehingga anak menjadi hafal terhadap

gerakan-gerakan tersebut.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian tentang Penerapan Senam Gemar Gatra Untuk

Meningkatkan Motorik Kasar pada Anak Tunanetra di SLB Negeri 1

Lombok Timur terlihat dampak dari penerapan senam gemar gatra bagi

siswa tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur dengan penerapan senam

gemar gatra ini motorik kasar pada anak-anak tunanetra mengalami

perkembangan. Dengan guru memberikan arahan baik itu melalui

sentuhan gerakan dan arahan lisan anak-anak dapat mengikuti arahan

tersebut perlahan-lahan dengan baik dan hal ini juga berdampak pada

perkembangan motorik kasar anak-anak.

C. Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang

dilakukan untuk meningkatkan motorik kasar pada anak tunanetra di SLB

Negeri 1 Lombok Timur terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan

yaitu :

81
1. Untuk meningkatkan motorik kasar pada anak tunanetra

pendidik hendaknya lebih memberikan gerakan-gerakan yang

mengandung kombinasi-kombinasi antara gerakan tangan dan

kaki agar anak-anak terbiasa akan gerakan-gerakan tersebut.

2. Hendaknya ruangan yang digunakan untuk kegiatan senam atau

aula harus lebih luas lagi dan barang-barang yang ada di dalam

aula sebaiknya dipindahkan agar lebih luas.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan

penelitian mengenai perkembangan motorik kasar anak dengan

melibatkan variabel yang berbeda atau menggunakan metode

lain yang lebih menarik.

82

Anda mungkin juga menyukai