Anda di halaman 1dari 101

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya masyarakat tidak asing lagi dengan orang yang

mengalami gangguan penglihatan atau yang disebut tunanetra, namun

masyarakat pada umumnya menyebut mereka dengan sebutan buta.

Anak tunanetra merupakan anak yang mengalami kehilangan

penglihatan sehingga memberikan dampak baik secara langsung maupun

tidak langsung bagi perkembangannya. Dampak yang nyata dari

ketunanetraan tersebut adalah keterbatasan/kehilangan alat orientasi yang

utama, kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan kesulitan

bahkan tidak bisa membaca dan menulis huruf.

Orang dengan penglihatan normal dapat dengan mudah melakukan

kegiatan atau pengenalan lingkungan dimana dia berada, melalui

penglihatannya. Oleh karena kehilangan penglihatan maka anak tunanetra

melakukan kegiatan dengan menggunakan indra lainnya, seperti

pendengaran, peraba/perasaan, dan penciuman. Namu untuk dapat

melakukan kegiatan dengan baik diperlukan suatu proses latihan yang

cukup lama.

Dampak dari kehilangan penglihatan ini adalah kesulitan untuk

membaca dan menulis. Bagi anak tunanetra yang penglihatannya masih

dapat berfungsi sedikit lebih baik mungkin masih bisa sedikit demi sedikit

untuk membaca huruf dengan bantuan kaca pembesar, namun bagi anak

1
yang tergolong buta, sisa penglihatannya tidak mungkin dapat digunakan

lagi untuk membaca dan menulis huruf awas, sehingga mereka harus

menggunakan huruf Braille. Namun untuk dapat menggunakan huruf

Braille ini juga diperlukan latihan.

Kehilangan indra penglihatan ini membuat anak tunanetra sulit

dalam melakukan kegiatannya, artinya sulit untuk bergerak dari satu

tempat ke tempat lainnya yang diinginkan. Oleh karena itu mereka perlu

diberikan suatu keterampilan khusus agar dapat melakukan kegiatan

dengan cepat,tepat,dan aman.

Adanya keterbatasan tersebut menghambat anak tunanetra dalam

berbagai aktivitas yang dilakukan oleh orang awas dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dalam perkembangannya anak memiliki beberapa

aspek perkembangan salah satunya adalah aspek motorik yakni motorik

kasar, motorik kasar itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang meliputi

seluruh bagian tubuh yang mengkoordinasikan gerakan otot-otot tertentu

yang ada di tubuh manusia, setiap anak memiliki kemampuan yang

berbeda-beda. Terlebih lagi dengan anak yang memiliki keterbatasan

tunanetra yang tentunya menghambat perkembangan motorik kasarnya

karena terhambat pola pergerakannya.

Namun demikian perkembangan motorik kasar pada anak dapat di

kembangkan melalui stimulasi-stimulasi gerakan yang mengkombinasikan

antara gerakan kaki dan tangan.

2
Senam tradisional gemar gatra merupakan salah satu contoh

gerakan-gerakan kombinasi yang dapat menstimulasi perkembangan

motorik kasar pada anak. Melalui kegiatan senam ini anak dapat

menggerakkan seluruh anggota badannya, sehingga kemampuan motorik

kasarnya akan meningkat.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, terutama dalam

hal perkembangan motorik kasar, anak-anak tunanetra di SLBN 1 Lombok

Timur masih mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran olahraga

yang melibatkan kombinasi antara gerakan tangan dan kaki.

Kegiatan senam gemar gatra pertama kali dilakukan di SLBN 1

Lombok Timur, kegiatan ini pun tidak dilakukan setiap hari. Penggunaan

irama musik untuk menstimulasi perkembangan motorik kasar pada anak

hanya dilakukan selama satu kali seminggu di SLBN 1 Lombok Timur

dengan senam irama.

Untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak

tunanetra di SLBN 1 Lombok Timur, dapat dilakukan dengan kegiatan

senam tradisional gemar gatra. Melalui kegiatan senam tradisional gemar

gatra diharapkan kemampuan motorik kasar pada anak dapat berkembang

dengan optimal. Dengan melakukan gerakan-gerakan sederhana, otot-otot

anak akan berkembang dan kemampuan motorik kasarnya pun akan

berkembang dengan optimal. Selain itu, anak akan merasa senang karena

dapat melakukan berbagai gerakan-gerakan baru dengan diiringi lagu dari

senam tradisional gemar gatra.

3
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul

“Penerapan Senam Gemar Gatra untuk Meningkatkan Motorik Kasar pada

Anak Tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka

identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Anak-anak masih mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan

motorik kasar

2. Anak masih kesulitan dalam mengkombinasikan gerakan tangan dan

kaki secara bersamaan

3. Anak belum maksimal dalam mengikuti irama musik untuk

menstimulasi perkembangan motorik kasar.

4. Senam tradisional gemar gatra belum pernah dilakukan di SLBN 1

LOMBOK TIMUR.

C. Fokus Dan Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra pada anak tunanetra di SLBN 1 Lombok Timur.

Penelitian ini difokuskan pada proses praktik di lapangan sehingga

peneliti mengambil judul “Penerapan Senam Gemar Gatra Untuk

Meningkatkan Motorik Kasar Pada Anak Tunanetra di SLB Negeri 1

Lombok Timur”.

4
D. Tujuan Penelitian

Berdesarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui senam

tradisional gemar gatra pada anak tuna netra di SLBN 1 Lombok Timur.

E. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi beberapa manfaat

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada guru

Pendidikan Jasmani atau SLBN 1 Lombok Timur terhadap proses

penerapan senam gemar gatra untuk meningkatkan motorik kasar

anak tunanetra.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan kepada peneliti untuk, menambah

pengetahuan tentang anak-anak dengan keterbatasan tunanetra,

dan meningkatkan wawasan mengenai upaya peningkatan

motorik kasar melalui kegiatan senam tradisional gemar gatra.

b. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja

guru di sekolah dan sebagai peningkatan kualitas pengelolaan

pengajaran.

5
c. Bagi Guru

Meningkatkan perbendaharaan ilmu pengetahuan mengenai

upaya peningkatan motorik kasar melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra.

d. Bagi siswa

Dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar yang

dimiliki anak melalui kegiatan senam gemar gatra.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Senam

a. Pengertian Senam

Menurut Agus Mahendra dalam Faeruz Abadi, et.al,

(2021:6) senam dalam bahasa Indonesia sebagai salah satu cabang

olahraga merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris

Gymnastics. Yang merupakan suatu latihan tubuh yang dilakukan

secara sadar dan terencana disusun secara sistematis dengan tujuan

meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan,

dan nilai-nilai mental spiritual.

Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara

sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan

terencana untuk mencapai tujuan tertentu (Sapto Adi, 2018:7).

Jadi berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan

bahwa senam merupakan suatu latihan yang dilakukan secara sadar

dan terencana yang disusun dengan sistematis untuk meningkatkan

kebugaran jasmani.

b. Pengertian Senam Gemar Gatra

Senam Gemar Gatra adalah senam yang merupakan

saduran dari beberapa gerakan dalam permainan rakyat dan

olahraga tradisional yang dirancang sedemikian rupa untuk

7
menciptakan senam yang efektif tepat sasaran kesehatan baik fisik,

mental dan keseimbangan fungsi otak kiri dan kanan,

menyenangkan yang berefek pada kesehatan psikologis,

mengangkat kenangan masa kecil, dan mampu mewakili kekayaan

ragam permainan tradisional (Faeruz Abadi, et.al 2021:9).

c. Gerakan-Gerakan Senam Gemar Gatra

Menurut Faeruz Abadi et.al (2021:12) ada beberapa

gerakan yang terdapat dalam senam gemar gatra yang dibagi

menjadi tiga bagian, gerakan pemanasan, gerakan inti, dan

gerakann pendinginan. Gerakan-gerakan tersebut antara lain :

1) Gerakan Pemanasan

a) Petak Umpet

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

menarik otot yang berefek membuka rongga

dada, mendistribusikan oksigen dan darah ke

otak secara maksimal sehingga otot terkait

lebih hangat dan lentur.

Sumber :

8
(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

b) Permainan Cublak-Cublak Sueng

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

merenggangkan otot yang berefek

melancarkan peredaran darah dan oksigen ke

otak, otot, dan tulang punggung.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

c) Permainan Selodor

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

mengurangi resiko cidera, meregangkan otot

yang berefek memberikankekuatan,

kehangatan pada otot tungkai dan bahu serta

membuka rongga paru.

9
Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

d) Permainan Ular Naga

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

mengurangi resiko cidera, melancarkan

peredaran darah, menghangatkan dan

melenturkan otot.

Sumber :

10
(Buku Panduna Senam Gemar Gatra Volume

1)

e) Permainan Layang-Layang

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

meregangkan otot, memberikan kehangatan

pada otot dan engurangi resiko cidera.

Sumber :

(Buku Panduan Senma Gemar Gatra Volume

1)

2) Gerakan Inti

a) Permainan Enggrang

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

memperkuat bagian otot tungkai, panggul, dan

11
menjaga ketebalan bantalan ruas tulang

panggul.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

b) Permainan Selodor Jaga Dan Selodor Serang

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

mengurangi resiko cidera,meregangkan otot,

yang berefek menghangatkan otot dan

memberikan kekuatan.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra volume

1)

12
c) Permainan Layang-Layang

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

melancarkan peredaran darah ke payudara

yang bermanfaat untuk mencegah kanker, dan

terjadinya pengendapan kalsium pada jaringan

otot, serta mencegah terjadinya knot pada

belikat.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

d) Permainan Loncat Karet

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

membentuk penguatan otot pada bagian kaki

hingga panggul yang mensuport kekuatan

menumpubeban tubuh. Sehingga menghindari

resiko kerusakan kartilago/pengapuran sendi.

13
Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

e) Permainan Engklek

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

menciptakan benturan ada telapak kaki yang

memicu pompa jantung lebih optimal

mengalirkan darah keseluruh tubuh.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

14
f) Permanian Prisean

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

menguatkan otot pundak, belikat, lengan dan

tangan. Sehingga dapat meningkatkan

kemampuan mengangkat beban dan

menghindari terjadinya strain atau keseleo.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra volume

1)

g) Permainan Gangsing

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

melatih motorik dan kolaborasi kerja otak kiri

dan kanan dan membantu pembakaran lemak

di bawah lengan atas.

15
Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

h) Permainan Adu Jengku

Tujuan dari gerakan ini adlah untuk

melatih keseimbangan serta kekuatan otot

tungkai dan membakar lemak bagian lengan

serta menambah kekuatan otot lengan dan otot

tangan.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

16
i) Permainan Tarik Tambang

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

melatih kekuatan otot tungkai dan otot tangan.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

3) Gerakan Pendinginan

a) Permainan Petak Umpet

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

menarik otot, berefek membuka rongga dada,

untuk kembang kempis paru-paru bekerja

lebih optimal, distribusi oksigen dan darah ke

otot maksimal, sehingga otot terkait lebih

hangat dan lentur.

17
Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

b) Permanian Cublak-Cublak Sueng

Tujuan dari gerakan ini untuk

merenggangkan otot, (otot otak belakang) ,

(otot leher belakang), (otot punggung) yang

berefek melancarkan peredaran darah dan

oksigen ke otak ,otot dan tulang punggung.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

c) Permainan Selodor Jaga

Tujuan dari gerakan ini untuk

mengurangi resiko cidera, Meregangkan otot,

berefek memberikan kekuatan, kehangatan

otot pada tungkai, pada bahu serta membuka

18
rongga paru sehingga kembang kempis paru

lebih optimal.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

d) Permainan Selodor Serang

Tujuan dari gerakan ini adalah untuk

mengurangi resiko cidera, Meregangkan otot

berefek memberikan kekuatan, kehangatan

otot pada tungkai, pada bahu serta membuka

rongga paru sehingga kembang kempis paru

lebih optimal.

Sumber :

19
(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

e) Permainan Ular Naga

Tujuan gerakan ini adalah untuk

mengurangi resiko cidera, mengoptimalkan

manfaat dan tujuan dari gerakan, dengan cara

meregangkan otot berefek melancarkan

peredaran darah dan oksigen, menghangatkan

otot, melenturkan otot.

Sumber :

(Buku Panduan Senam Gemar Gatra Volume

1)

d. Manfaat Senam

Menurut Faeruz Abadi, et.al (2021:7). Ada beberapa

manfaat senam antara lain :

1) Meningkatkan fungsi jantung

20
2) Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh

3) Menjaga berat badan

4) Mengontrol kadar gula darah

5) Menurunkan tekanan darah

6) Membuat tidur jadi lebih nyenyak

7) Membuat cara kerja otak jadi lebih maksimal

2. Motorik Kasar

a. Pengertian Motorik

Gallahue (Fitri N.I, 2013:10) berpendapat bahwa motorik

merupakan terjemahan dari kata “motor” yaitu suatu dasar biologi

atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak.

Sedangkan Muhibbin (Fitri N.I 2013:10) menyebut motorik dengan

istilah “motor” yang diartikan sebagai segala keadaan yang

meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap

kegiatan organ-organ fisik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa motorik adalah suatu mekanika yang menghasilkan

stimulasi terhadap organ-organ fisik sehingga menimbulkan

terjadinya gerakan-gerakan tubuh.

b. Motorik Kasar

Richard Decaprio (2013:18) berpendapat bahwa

perkembangan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang

21
ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang

dipengaruhi oleh kematangan diri.

Hasnida (Reni Novitasari 2019:7) menyatakan bahwa

motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan sebagian

besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh

kematangan anak itu sendiri.

Fikriyati (Maria Hidayanti 2013:196) menyatakan bahwa

kemampuan motorik kasar sangat erat kaitannya dengan

perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang

terkoordinir antara usunan saraf, otot, atak dan spinal cord.

Yudha Saputra & Rudyanto (Fitri N.I 2013:11) kemampuan

motorik kasar adalah kemampuan anak dalam beraktifitas dengan

menggunakan otot-otot besarnya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

perkembangan motorik kasar adalah suatu perubahan kemampuan

seseorang dalam menggunakan otot-otot besarnya yang dimulai

sejak lahir sampai dewasa. Kemampuan motorik kasar ini sangat

diperlukan oleh anak untuk melangsungkan kehidupannya dan

dapat ditingkatkan melalui pembelajaran motorik dan pembelajaran

motorik dapat dilakukan melalui latihan yang dapat menghasilkan

perubahan kemampuan seseorang sehingga dapat menghasilkan

gerak yang terampil.

22
3. Tunanetra

a. Pengertian Anak Tunanetra

Secara umum, istilah tunanetra digunakan untuk

menggambarkan tingkatan kerusakan atau gangguan penglihatan

yang berat sampai pada yang sangat berat, yang dikelompokkan

secara umum menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian ahli

mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low vision), buta

(blind), buta total (totally blind) (Wardani, et.al (2011:4.4).

Soemantri (Wieda Rif’atil F, Maya Fitria 2015:119)

Tunanetra adalah individu yang indra penglihatannya (keduanya)

tidak berfungsi sebagai saluran penerima informas dalam kegiatan

sehari-hari seperti halnya orang awas.

Pengertian tunanetra tidak saja hanya mereka yang buta,

tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas

sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup

sehari-hari terutama dalam belajar (Murtadlo, 2018:128).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa pengertian tunanetra adalah individu yang kedua indra

penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi

dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas.

b. Klasifikasi Tunanetra

Menurut Wardani, et.al (2011:4.5) ada 3 klasifikasi

ketunanetraan antara lain :

23
1) Berdasarkan Tingkatan Ketajaman Penglihatan

Klasifikasi tunanetra berdasarkan ketajaman penglihatan

dapat dikemukakan sebagai berikut.

a) Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau

20/70 feet -20/200 feet. Tingkat ketajaman penglihatan

seperti ini pada umumnya dikatakan tunanetra kurang lihat

(low vision). Pada tahap ini para penderita masih mampu

melihat dengan bantuan alat khusus.

b) Tunanetra dengan ketajaman penglihatan anata a60-60 m

atau 20/200 feet atau kurang.tingkat ketajaman seperti ini,

sudah dikatakan tunanetra berat atau secara umum dapat

dikatakan buta (blind). Kelompok ini masih dapat

diklasifikasikan lagi menjadi kelompok tunanetra yang

masih dapat melihat gerakan tangan dan kelompok

tunanetra yang hanya dapat membedakan terang dan gelap.

c) Tunanetra yang memiliki visus 0, pada taraf yang terakhir

ini, anak sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan

cahaya atau dapat dikatakan tidak dapat melihat apapun.

Kelompok ini sering disebut dengan buta total (totally

blind).

2) Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan

Klasifikasi tunanetra berdasarkan ketajaman penglihatan

dapat dikemukakan sebagai berikut :

24
a) Tunanetra Sebelum dan Sejak Lahir

Kelompok ini terdiri dari orang yang mengalami

ketunanetraan pada saat dalam kandungan atau sebelum

usia satu tahun.

b) Tunanetra Batita

Tunanetra balita, yaitu orang yang mengalami

ketunanetraan pada saat ia berusia dibawah 3 tahun.

c) Tunanetra Balita

Tuanentra balita, yaitu orang yang mengalami

ketunanetraan pada saat ia berusia antara 3-5 tahun.

d) Tunanetra pada Usia Sekolah

Kelompok iii meliputi anak yang mengalami ketunanetraan

pada usia antara 6-12 tahun.

e) Tunanetra Remaja

Tunanetra remaja adalah orang yang mengalami

ketunanetraan pada saat usia remaja atau antara usia 13-19

tahun.

f) Tunanetra Dewasa

Tunanetra dewasa, yaitu orang yang mengalami

ketunanetraan pada usia dewasa atau usia 19 tahun keatas.

3) Berdasarkan Adaptasi Pendidikan

Klasifikasi ketunanetraan ini tidak didasarkan pada hasil

tes ketajaman penglihatan, tetapi didasarkan pada

25
adaptasi/penyesuaian pendidikan khusus yang sangat penting

membantu mereka belajar atau diperlukan dalam menentukan

layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan

penglihatannya, antara lain :

a) Ketidakmampuan Melihat Taraf Sedang (Moderate Visual

Disability).

Mereka dapat melakukan tugas-tugas visual yang

dilakukan oleh orang awas dengan menggunakan alat bantu

khusus dan dibantu dengan pemberian cahaya yang cukup.

b) Ketidakmampuan Melihat Tahap Berat (Severe Visual

Disability)

Mereka memiliki kemampuan penglihatan yang

kurang baik atau kurang akurat meskipun dengan

menggunakan alat bantu visual dan modisikasi sehingga

mereka membutuhkan lebih banyak waktu dan energi

dalam melakukan tugas-tugas visual.

c) Ketidakmampuan Melihat Tahan Sangat Berat (Profound

Visual Disability)

Mereka mendapat kesulitan melakukan tugas-tugas

visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang

lebih detail, seperti membaca dan manulis huruf awas.

26
c. Penyebab Terjadinya Tunanetra

Menurut Wardani, et.al, (2011:4.10) Ada beberapa

faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara

lain :

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang

timbul dari dalam diri individu, yang sering disebut juga faktor

keturunan.faktor ini kemungkinan besar terjadi pada perkawinan

antar keluarga dekat dan perkawinan antar tunanetra.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dimaksud disini, merupakan

penyebab ketunanetraan yang berasal dari luar individu, ada

beberapa faktor eksternal penyebab ketunanetraan antara lain :

a) Penyakit Rubella dan Syphilis

Rubella atau campak jerman merupakan suatu

penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering berbahaya

dan sulit didiagnosis secara klinis. Demikian juga dengan

syphilis (penyakit yang menyerang alat kelamin), apabila

penyakit ini terjadi pada ibu hamil makan penyakit tersebut

akan merambat dalam kandungan sehingga dapat

menimbulkan kelainan pada bayi yang dikandungnya atau

bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu lahir,

27
sehingga kemungkinan besar, anaknya lahir dalam kondisi

tunanetra atau tunarungu.

b) Glaukoma

Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi

tekanan yang berlebihan pada bola mata. Hal ini terjadi

karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat

pembentukan dalam kandungan.

c) Retinopati Diabetes (Diabetic Retinopathy)

Retinopati diabetes merupakan suatu kondisi yang

disebabkan oleh adanya gangguan dalam suplai/aliran darah

pada retina.kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit

diabetes. Gangguan metabolisme ini dapat merusak mata,

ginjal, susunan saraf, dan pembuluh darah.

d) Retinoblastoma

Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang terjadi

pada retina, dan sering ditemukan pada anak-anak. Gejala

yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain

menonjolkan bola mata, adanya bercak putih pada

pupil,strabismus (juling), glaukoma, mata sering merah atau

penglihatan terus menurun.

e) Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A akan menyebabkan

kerusakan pada mata, yaitu kerusakan pada sensitivitas

28
retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadi kekeringan

pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak

mata, disertai pengerasan dan penebalan pada epitel.

f) Terkena Zat Kimia

Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan aseton,

apabila menegenai kornea akan mengakibatkan kering dan

terasa sakit. Selainitu zat-zat lain seperti asam sulfat dan

asam tanat yang mengenai kornea akan mengakibatkan

kerusakan, bahkan ketunanetraan.

g) Kecelakaan

Kecelakaan menjadi salah satu faktor yang dapat

menyebabkan ketunanetraan apabila kecelakaan tersebut

mengenai mata atau saraf mata.

d. Karakteristik Anak Tunanetra

Menurut Wardani, et.al, (2011:4.22), ada tiga

karakteristik anak tunanetra, diantaranya :

1) Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Akademis

Ada beberapa perbedaan antara anak awas dengan anak

tunanetra dalam mengikuti pendidikan antara lain :

a) Anak-anak tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman

khusus, seperti anak awas tetapi pengalaman-pengalaman

tersebut kurang terintegrasikan.

29
b) Anak-anak tunanetra mendapat angka yang hampir sama

dengan anak awas dalam hal berhitung, informasi, dan

kosakata, tetapi kurang baik dalam hal pemahaman

(comprehension)

c) Kosakata anak-anak tunanetra cenderung merupakan kata-

kata yang definitif, sedangkan anak awas menggunakan arti

yang lebih luas.

2) Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Pribadi Dan

Sosial

Beberapa literatur mengemukakan karakteristik yang

mungkin terjadi pada anak tunanetra yang tergolong buta

sebagai berikut :

a) Curiga pada orang lain, Keterbatasan rangsangan

visual/penglihatan, menyebabkan anak tunanetra kurang

mampu untuk berorientasi pada lingkungannya sehingga

kemampuan mobilitasnya pun terganggu.

b) Mudah tersinggung, Pengalaman sehari-hari yang sering

menimbulkan perasaan kecewa, dapat mempengaruhi emosi

tunanetra sehingga tekanan-tekanan suara tertentu atau

singgungan fisik yang tidak sengaja dari orang lain dapat

menyinggung perasaannya.

c) Ketergantungan pada orang lain, Sifat ketergantungan pada

orang lain mungkin saja terjadi pada tunanetra. Hal tersebut

30
terjadi karena ia belum berusaha sepenuhnya dalam

mengatasi kesulitannya sehingga selalu mengharapkan

pertolongan orang lain.

3) Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Fisik/Sensoris

Dan Motorik/Perilaku

a) Aspek Fisik dan Sensoris

Dilihat secara fisik, akan mudah ditentukan bahwa

orang tersebut mengalami tunanetra. Hal tersebut dapat

dilihat dari kondisi matanya dan sikap tubuhnya yang

kurang ajeg serta agak kaku. Mata anak tunanetra, ada yang

terlihat semua tidak ada bola matanya atau bola matanya

agak menonjol ke luar. Namun ada juga yang secara

anatomis matanya, seperti orang awas namun pada saat

berjalan baru kita dapat mengetahui bahwa ia adalah

tunanetra.

Dalam segi indera, umumnya anak tunanetra

menunjukan kepekaan yang lebih baik pada indera

pendengaran dan perabaan dibanding dengan anak awas.

b) Aspek Motorik/Perilaku

Ditinjau dari aspek motorik/perilaku anak tunanetra

menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

1) Gerakan agak kaku dan kurang fleksibel

2) Perilaku stereotip

31
B. Kajian Penelitian yang Relevan

Pada kajian penelitian yang relevan ini, peneliti menggunakan 1 judul

penelitian. Pada kajian penelitian relevan ini peneliti akan menjelaskan

persamaan dan perbedaan dari 2 penelitian tersebut. Beberapa penelitian

tersebut yaitu :

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nurul Ihsani (2013), dengan

judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui

Kegiatan Senam Irama pada Kelompok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal

Koripan Poncosari Srandikan Bantul”.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik

kasar anak kelompok A TK ABA Koripan dapat ditingkatkan melalui

kegiatan senam irama. Dengan melakukan kegiatan senam irama, anak

dapat bergerak dan mengkombinasikan tangan dan kaki dengan irama

musik yang ada. Hal ini meningkatkan kemampuan otot-otot kasar

pada anak sehingga kemampuan motorik kasar pada anak terlihat dari

setiap siklus.

Persamaan yang dilakukan oleh Fitri Nurul Ihsan dengan

penelitian ini adalah sama-sama mengangkat tentang penerapan senam

untuk meningkatkan motorik kasar pada anak. Sedangkan perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nurul Ihsan dengan penelitian ini

ada pada penelitian Fitri Nurul Ihsan menggunakan sampel anak tanpa

keterbelakangan sedangkan penelitian ini menggunakan sampel anak

dengan keterbelakangan khususnya tunanetra.

32
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardatus Sholihah dan Eky

Prasetya Pertiwi (2020) dengan judul “Upaya Meningkatkan

Motorik Kasar Melalui Kegiatan Senam Irama pada Kelompok B

di TK Al-Hidayah 85 Ambulu Jember”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya meningkatkan

motorik kasar melalui senam irama di TK AL-Hidayah 85 Ambulu

Jember mengalami peningkatan pada semua aspek penilaian di setiap

siklus yang telah dilakukan. Adapun upaya yg dilakukan untuk

meningkatkan motorik kasar melalui senam irama di TK AL-Hidayah

85 Ambulu adalah dengan gerakan melompat dua kaki, mengangkat

tangan dan menggerakkan kekiri dan kekanan.

Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Wardatus

Sholihah dan Eky Prasetya Pertiwi dengan penelitian ini adalah sama-

sama menggunakan senam sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan motorik kasar pada anak. Sedangkat perbedaan pada

penelitian Wardatus Sholihah dan Eky Prasetya Pertiwi dengan

penelitian ini adalah pada penelitian Wardatus Sholihah dan Eky

Prasetya Pertiwi menggunakan anak-anak TK tanpa keterbatasan

sebagai subyek penelitian sedangkan penelitian ini menggunakan anak-

anak dengan keterbatasan tunanetra sebagai subyek penelitian. Dan

jenis yang yang dilakukan juga berbeda penelitian Wardatus Sholihah

dan Eky Prasetya Pertiwi menggunakan senam irama sedangkan

penelitian ini menggunakan senam tradisional gemar gatra.

33
C. Alur Pikir

Berdasarkan hasil observasi pada anak tunanetra di SLBN 1 Lombok

Timur menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasarnya dapat terbilang

rendah berdasarkan kondisi ketunanetraannya. Hal ini terlihat ketika anak

diminta untuk melakukan gerakan yang mengkoordinasikan antara mata

dan kaki secara bersamaan. Anak-anak masih kesulitan melakukan

gerakan lompat dan menggerakkan tangan dan kaki secara bersamaan.

Senam gemar gatra adalah suatu perpaduan berbagai bentuk gerakan

dengan irama yang mengiringinya. Gerakan-gerakan yang dilakukan

berfungsi untuk menstimulasi otot-otot kasar pada anak. Apabila otot-otot

kasarnya terstimulasi dengan baik maka perkembangan motorik kasarnya

akan baik pula.

Kegiatan senam irama yang dilakukan secara berulang-ulang bertujuan

agar kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat dan berkembang.

Berikut merupakan alur pikir pada penelitian ini.

Kemampuan motorik kasar Kegiatan senam


tradisional Gemar gatra
Anak tunanetra di SLBN 1
LOMBOK TIMUR

Anak Mengalami
peningkatan dalam
hal motorik kasar

Gambar 2.1 alur Pikir

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). PTK adalah suatu kegiatan ilmiah yang berorientasi

pada memecahkan masala-masalah pembelajaran melalui tindakan yang

disengaja dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan

hasil pembelajaran (Epon Ningrum, 2009:22).

PTK merupakan penyelidikan yang dilakukan oleh guru untuk meneliti

praktik mereka di ruang kelas, baik yang terkait dengan pembelajaran

siswa, pengajaran sendiri, maupun dengan kurikulum sekolah (Miftahul

Huda, 2015:24).

Dari pendapat yang dikemukakan oleh Epon Ningrum dan Miftahul

Huda di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)

adalah suatu proses menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran

yang terdapat didalam kelas dengan melakukan berbagai tindakan yang

terencana dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses dan

hasil pembelajaran siswa di kelas.

Model pelaksanaan PTK yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan model PTK kolaboratif, yaitu seorang peneliti melakukan

kolaborasi dengan seorang kolaborator (Epon Ningrum, 2009:60). Disini

yang berperan sebagai kolaborator adalah guru kelas mata pembelajaran

olahraga di SLBN 1 Lombok Timur.

35
Guru dan peneliti bersama-sama melakukan proses perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar siswa tunanetra, yaitu melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memecahkan suatu masalah

dan memperbaiki proses pembelajaran. Masalah yang terjadi pada anak

tunanetra di SLBN 1 Lombok Timur adalah kurangnya kemampuan

motorik kasar. Melalui kegiatan senam gemar gatra yang dilakukan

berulang-ulang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan motorik

kasar pada anak tunanetra di SLBN 1 Lombok Timur.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLBN 1 Lombok Timur, yang bertempat di

sawing, kota selong, kabupaten lombok timur.

Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, dimulai dari awal bulan Juni

2022.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek darimana data dapat

diperoleh.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan pengumpulan data peneliti menggunakan

beberapa teknik dan instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:

36
1. Observasi

Observasi adalah suatu upaya pengamatan yang memusatkan

pada proses kegiatan pembelajaran untuk pengumpulan data yang

berkenaan dengan pelaksanaan tindakan. Artinya segala sesuatu

yang terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan tidak

luput dari pengamatan dan mendokumentasikannya (Epon

Ningrum, 2014:88).

Dalam PTK, observasi menjadi instrumen utama yang

digunakan untuk mengumpulkan informasi. Hal ini disebabkan

karena observasi merupakan proses pengamatan langsung yang

dapat memantau kegiatan pembelajaran baik perilaku guru

maupun siswanya.

Agar observasi dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan

alat atau instrumen observasi. Instrumen ini digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan pengamatan kegiatan anak. Instrumen

observasi yang biasa digunakan adalah checklist. Melalui kegiatan

observasi peneliti dapat dengan jelas melihat secara langsung

kegiatan yang dilakukan oleh anak ketika kegiatan senam.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen penelitian observasi

terhadap kemampuan motorik kasar anak

No Kemampuan anak
Indikator Sangat kurang belum
bisa bisa bisa
1 Anak dapat
melakukan

37
sikap awal
senam
2 Anak dapat
mengikuti
gerakan yang
diarahkan
3 Anak terampil
dalam
melakukan
gerakan tangan
4 Anak terampil
dalam
melakukan
gerakan kaki
5 Anak dapat
mengikuti
perintah lisan
yang diberikan
6 Anak dapat
mengkombinasi
kan gerakan
kaki dan tangan

Selanjutnya dari kisi-kisi di atas, maka dibuatlah instrumen

penelitian. Berikut :

Tabel 3.2 Instrumen Daftar Checklist Tentang Ketepatan

Melakukan Gerakan Awalan Senam.

Kemampuan anak
No Indikator Nama Sangat Kurang Belum
bisa bisa bisa
Anak dapat
melakukan
sikap awal
1 senam
Tabel 3.3 Rubrik Daftar Cek List Tentang Ketepatan

Melakukan Gerakan Awalan Senam.

38
Kriteria
No Deskripsi Skor Ket.
penilaian
Anak sangat Jika anak sudah dapat
bisa melakukan sikap awalan
melakukan senam, yaitu : sikap berdiri
1 sikap awal tegak, kaki kiri dan kanan
senam lurus sebagai tumpuan berat
badan, sudah dapat
menghitung denyut nadi,dan
melakukan gerakan 3
pemanasan.
Anak Jika anak dapat melakukan
kurang bisa beberapa beberapa sikap
melakukan awalan senam seperti, berdiri
sikap awal tegak, kaki kiri dan kanan
senam lurus sebagai tumpuan berat
2 badan, sudah dapat
menghitung denyut nadi,dan 2
melakukan gerakan
pemanasan.
Anak belum Jika anak hanya dapat
bisa melakukan satu sikap awalan
melakukan senam seperti berdiri tegak,
3 sikap awal kaki kiri dan kanan lurus
senam sebagai tumpuan berat badan,
sudah dapat menghitung
denyut nadi,dan melakukan 1
gerakan pemanasan.
Tabel 3.4 Instrumen Daftar Checklist Tentang Ketepatan

Mengikuti Gerakan yang diarahkan

Kemampuan anak
No Indikator Nama Sangat Kurang Belum
bisa bisa bisa
1 Anak dapat
mengikuti
gerakan
yang
diarahkan

39
Tabel 3.5 Rubrik Daftar Cek List Tentang Ketepatan

Melakukan Gerakan yang diarahkan.

Kriteria
No Deskripsi Skor Ket.
penilaian
1 Anak sangat Jika anak sudah dapat
bisa melakukan gerakan senam
mengikuti yang diarahkan , seperti
gerakan gerakan-gerakan inti dalam
yang dalam senam yaitu :
diarahkan melompat, berputar,
melangkah dan lain
sebagainya. 3
2 Anak Jika anak dapat melakukan
kurang bisa beberapa gerakan yang
mengikuti diarahkan, seperti melompat,
gerakan berputar dan melangkah.
yang
diarahkan
2
3 Anak belum Jika anak hanya dapat
bisa melakukan satu gerakan
mengikuti tangan seperti hanya dapat
gerakan melompat, berputar, atau
yang melangkah dan lain
diarahkan
1
Tabel 3.6 Instrumen Daftar Checklist Tentang Keterampilan

Anak dalam Melakukan gerakan tangan

Kemampuan anak

No Indikator Nama Belum


Kurang
Terampil terampi
terampil
l
1 Keterampilan
anak dalam
melakukan
gerakan
tangan

40
Tabel 3.7 rubrik daftar cek list tentang keterampilan melakukan

gerakan tangan

Kriteria
No Deskripsi Skor Ket
penilaian
1 Anak Jika anak terampil melakukan 3
terampil semua gerakan tangan seperti
melakukan mengayunkan satu tangan,
gerakan mengayunkan dua tangan secara
tangan bersamaan, dan melakukan
gerakan inti bagian tangan pada
senam
2 Anak Jika anak dapat melakukan 2
kurang beberapa gerakan tangan ,
terampil seperti mengayunkan satu tangan
melakukan atau mengayunkan dua tangan
gerakan
tangan
3 Anak Jika anak hanya dapat 1
belum melakukan satu gerakan tangan
terampil seperti hanya dapat melakukan
melakukan satu ayunan tangan.
gerakan
tangan
Tabel 3.8 Instrumen Daftar Checklist Tentang Keterampilan

Anak dalam melakukan gerakan kaki

Kemampuan anak

No Indikator Nama Belum


Kurang
Terampil terampi
terampil
l
1 Keterampilan
anak dalam
melakukan
gerakan kaki

Tabel 3.9 Rubrik Daftar Checklist Tentang Keterampilan Anak

dalam melakukan gerakan kaki

41
Kriteria
No deskripsi Skor Ket
penilaian
1 Anak Jika anak dapat terampil
terampil melakukan gerakan kaki
dalam seperti : mengayunkan kaki,
melakuk melompat, meloncat, melangkah 3
an dan gerakan inti bagian kaki
gerakan pada senam
kaki
2 Anak Jika anak terampil melakukan
kurang dua atau tiga gerakan kaki yang
terampil ada pada senam, seperti : 2
dalam melangka, berjalan dan
melakuk melompat.
an
gerakan
kaki
3 Anak Jika anak hanya terampil
belum melakukan satu gerakan kaki
terampil dari semua gerakan inti seperti 1
melakuk hanya dapat berjalan di tempat
an
gerakan
kaki
Tabel 3.10 Instrumen Daftar Checklist Tentang Keterampilan

Anak dalam Mengikuti Perintah Lisan yang diberikan

Kemampuan anak
No Indikator Nama Sangat Kurang Belum
bisa bisa bisa
1 Anak
dapat
mengikuti
perintah
lisan yang
diberikan
Tabel 3.11 Rubrik Daftar Cek List Tentang Keterampilan Anak

dalam Mengikuti Perintah Lisan yang Diberikan

No Kriteria Deskripsi Skor Ket.

42
penilaian
1 Anak sangat Jika anak sudah
bisa mengikuti dapat mengikuti
perintah lisan perintah lisan yang
yang diberikan diberikan seperti,
mengayunkan 3
tangan kedepan dan
kebelakang, posisi
tangan di pinggang,
kaki melangkah
kedepan, bergerak
seperti menarik
layangan dan
gerakan inti
lainnya.
2 Anak Jika anak dapat
kurang terampil dalam
bisa mengikuti beberapa
mengikuti perintah lisan yang
perintah diberikan seperti,
lisan yang mengayunkan
diberikan tangan kedepan dan 2
kebelakang, posisi
tangan di pinggang,
kaki melangkah
kedepan, bergerak
seperti menarik
layangan dan
gerakan inti
lainnya.
3 Anak Jika anak hanya
belum dapat mengikuti
bisa satu perintah lisan
mengikuti yang diberikan
perintah seperti,
lisan yang mengayunkan
diberikan tangan kedepan dan 1
kebelakang, posisi
tangan di pinggang,
kaki melangkah
kedepan, bergerak
seperti menarik
layangan dan
gerakan inti

43
lainnya.
Tabel 3.12 Instrumen Daftar Checklist Tentang Keterampilan

Anak dalam Mengkombinasikan Gerakan Kaki dan Tangan

Kemampuan anak
Sangat Kurang Belum
No Indikator Nama
bisa bisa bisa
1 Anak dapat
mengkomb
inasikan
gerakan
kaki dan
tangan
Tabel 3.13 Rubrik Daftar Cek List Tentang Keterampilan Anak

Dalam Mengkombinasikan Gerakan Kaki Dan Tangan

No Kriteria Deskripsi Skor Ket.


penilaian
1 Anak Jika anak sudah dapat
sangat terampil dalam
dapat mengkombinasikan semua
mengkomb gerakan tangan dan kaki 3
inasikan secara bersamaan
gerakan
kaki dan
tangan
2 Anak Jika anak hanya bisa terampil
kurang dalam mengkombinasikan
dapat beberapa gerakan tangan dan
mengkomb kaki secara bersamaan 2
inasikan
gerakan
kaki dan
tangan
3 Anak Jika anak hanya bisa terampil
belum dalam mengkombinasikan
dapat satu gerakan tangan dan kaki
mengkomb secara bersamaan 1
inasikan
gerakan

44
kaki dan
tangan

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.

Disini penulis menggunakan dokumentasi berupa video dan

foto. Foto dan video dapat dijadikan bahan pelengkap penelitian

karena foto dan video dapat menggambarkan situasi sebenarnya.

Foto dan video ini berisi kegiatan ketika anak sedang melakukan

senam.

Selain foto dan video, dokumen lain yang digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan informasi yaitu berupa dokumen-

dokumen sekolah, seperti data profil sekolah, data siswa dan guru,

susunan pengurus dan lain-lain.

E. Analisis Data

Analisis data dalam PTK dapat dilakukan dengan

menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis data

kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar

khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru, sedangkan

analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan

45
hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang

dilakukan guru (Huda Miftahul, 2015: 241).

Analisis data kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan motorik kasar pada

anak setelah dilakukan kegiatan senam tradisional gemar gatra.

Sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui

persentase peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah

melakukan kegiatan senam tradisional gemar gatra. Menurut

Purwanto Ngalim (2006: 102) rumus mencari persentase penilaian

peningkatan kemampuan motorik kasar siswa melalui kegiatan

senam adalah sebagai berikut:

NP = R / SM x 100 %
Keterangan :
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap

F. Keabsahan data

Penelitian ini dikatakan berhasil jika di dalam kegiatan senam

gemar gatra 76% anak mengalami peningkatan dalam kemampuan motorik

kasarnya. Apabila diketahui hasil akhir kemampuan anak, maka

peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak dapat dikategorikan

sebagai berikut (Zainal Aqip, 2007: 41) :

76% - 100% : sangat meningkat

56% - 75% : meningkat

45% - 55% : cukup meningkat

46
0% - 44% : belum meningkat

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB Negeri 1 Lombok Timur yang

beralamatkan di Jl. Sultan Agung Sawing, Kecamatan Selong,

47
Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. SLB

Negeri 1 Lombok Timur berdiri pada tanggal 15 Januari 1983

berstatus kepemilikan Pemerintah Daerah dengan SK pendirian

Sekolah 188.45/170/PDK/2006.

Proses pembelajaran di SLB Negeri 1 Lombok Timur dilaksanakan

setiap hari Senin sampai dengan hari Sabtu, dimulai pada pukul 08.00

WITA dan diakhiri pada pukul 10.00 WITA. Model pembelajaran

yang digunakan adalah model pembelajaran kelompok dengan

mengelompokkan beberapa anak dengan ketunaan yang sama.

Kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum Pendidikan Khusus

SMALB 2013 untuk jenjang SMA, kurikulum Pendidikan Khusus

SMPLB 2013 untuk jenjang SMP dan kurikulum Pendidikan Khusus

SDLB 2013 untuk jenjang SD.

SLB Negeri 1 Lombok Timur dipimpin oleh kepala sekolah yang

bernama Takariyanto S.Pd, M.Pd yang akrab dipanggil Bapak Takar.

SLB Negeri 1 Lombok Timur ini memiliki 18 Guru Kelas, 1 Guru

Mata Pelajaran dan 3 Tenaga Administrasi Sekolah.

SLB Negeri 1 Lombok Timur memiliki 18 ruang kelas yang yang

di dalam satu ruangannya bersekat antara kelas yang satu dan yang lain

sesuai dengan keterbatasan yang dialami oleh siswa, ruang kelas

tersebut juga sekaligus menjadi ruang guru. Ruang kepala sekolah,

ruang tata usaha dan kamar mandi. Selain itu SLB Negeri 1 Lombok

48
Timur ini juga dilengkapi dengan alat permainan outdoor seperti

jungkat jungkit, perosotan, ayunan, tangga kotak dan lain-lain.

Nama
No Jumlah Panjang Lebar ket
Ruangan
1 Ruang kelas 18 8 7
Ruang kepala
2 1 8 5
sekolah
Ruang tata
3 1 8 5
usaha
4 Kamar mandi 10 3 2
Tabel 4.1 Ruangan SLB Negeri 1 Lombok Timur
No Nama alat Jumlah Asal Ket
permainan
1 Jungkat jungkit 2 Milik
2 Perosotan 1 Milik
3 Ayunan 2 Milik
4 Tangga kotak 1 Milik
Tabel 4.2 Alat permainan Outdoor
2. Subyek Penelitian

SLB Negeri 1 Lombok Timur memiliki berbagai macam siswa

dengan latar belakang kebutuhan khusus yang berbeda-beda ,

penelitian ini dilakukan pada anak berkebutuhan khusus tunanetra

yang jumlah siswanya 3 anak. jumlah siswa laki-laki 2 anak dan

jumlah siswa perempuan 1 anak.

3. Data Kemampuan Motorik Kasar Anak

a. Kemampuan Awal Sebelum Tindakan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan

observasi untuk mengetahui bagaimana kemampuan motorik kasar

49
yang dimiliki oleh anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur.

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru

olahraga dan juga guru kelas mengenai kemampuan motorik kasar

anak. Kegiatan observasi ini dilakukan pada tanggal 20, 22, dan 24

April 2022. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada guru

kelas dan guru olahraga mengenai kemampuan motorik kasar pada

anak Tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur didapatkan hasil

bahwa kemampuan motorik kasarnya masih belum optimal.

Pada dasarnya, anak-anak dengan keterbatasan Tunanetra di

SLB Negeri 1 Lombok Timur memiliki kemampuan gerak yang

baik. Hal ini terlihat ketika anak-anak melakukan aktivitas di

sekolah seperti berjalan ke ruang kelas, kelapangan ataupun ke

kekantin tanpa dibimbing oleh orang-orang sekitar. Namun untuk

mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki anak-anak Tunanetra

di SLB Negeri 1 Lombok Timur masih mengalami kesulitan,

terlihat pada saat melakukan gerakan–gerakan senam bersama pada

hari sabtu di sekolah. Terlihat anak-anak dengan keterbatasan

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur ini masih mengalami

kesulitan dalam mengkombinasikan gerakan kaki dan tangan

terkadang mereka hanya diam dan hanya bergerak kekanan dan

kekiri.

Namun pada saat guru memberikan arahan baik itu dari

lisan maupun sentuhan gerakan anak-anak sedikit mengalami dapat

50
sedikit mengikuti arahan tersebut walaupun masih terkendala oleh

jarak dan was-was akan terjadinya tabrakan antar siswa karena

senam dilakukan bersama semua anak-anak di SLB Negeri 1

Lombok Timur.

Berdasarkan data di atas peneliti kemudian melakukan

kegiatan pra tindakan sebelum melaksanakan siklus pertama untuk

mengetahui kemampuan awal anak dalam melakukan kegiatan

senam gemar gatra. Berikut merupakan penjabaran dari kegiatan

pra tindakan

Kegiatan pra tindakan dilakukan pada hari Rabu 1 Juni

2022. Kegiatan pra tindakan ini dilakukan didalam ruangan yaitu

aula SLB Negeri 1 Lombok Timur, dengan jumlah siswa tunanetra

sebanyak 3 orang.

Kegiatan pembelajaran dilakukan pada pukul 08.15, setelah

wali kelas memberikan anak-anak arahan didalam kelas serta

berdoa selanjutnya wali kelas memberikan informasi kepada anak-

anak bahwa pada hari itu akan dilakukan pembelajaran senam

bersama peneliti didalam aula, dengan penuh semangat anak-anak

menjawab dengan senang hati.

Selanjutnya wali kelas memberikan waktu kepada peneliti

untuk memperkenalkan diri, peneliti mengucapkan salam dan

menanyakan kabar kepada para siswa hari itu kemudian

memperkenalkan diri, anak-anak menjawab salam dan pertanyaan

51
dengan penuh semangat walaupun peneliti terbilang orang baru di

lingkungan para siswa, namun anak-anak dengan keterbatasan

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur tidak canggung dan

tetap ramah.

Peneliti bersama dengan guru kemudian memberikan

instruksi kepada para murid untuk menuju aula yang dimana di

dalam aula juga sudah ada guru olahraga yang akan membimbing

anak-anak juga agar proses pembelajaran senam dapat berlangsung

dengan baik.

Pada pertemuan pratindakan ini, peneliti dan guru olahraga

mengajarkan gerakan senam kepada anak-anak tanpa diiringi

musik terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan agar anak dapat

mengetahui dan mengenal gerakan senam terlebih dahulu, anak-

anak terlihat sangat antusias dalam mengikuti gerakan yang

peneliti dan guru arahkan walaupun dengan kondisi yang masih

kaku, peneliti dan guru juga memberikan arahan berupa kode-kode

pada setiap gerakan agar mudah untuk diingat oleh anak-anak.

Gerakan pertama yang diajarkan adalah menghitung denyut

nadi, anak-anak diajarkan mencari denyut nadi dengan hitungan

satu sampai lima belas sesuai dengan ketukan yang akan digunakan

pada musik nantinya. Setelah dirasa cukup mahir melakukan

gerakan menghitung denyut nadi selanjutnya anak-anak diajarkan

gerakan pemanasan pertama dengan Posisi tubuh: berdiri dengan

52
sikap sempurna, dada menghadap ke depan, kepala menoleh ke

kiri/kanan sejajar pundak, telunjuk di letakkan di depan telinga,

jempol mengikuti tulang rahang, siku naik membentuk sudut 45

derajat dari perut, berikan sedikit tekanan untuk merasakan

ketertarikan di otot serratus. hitungan yang digunakan adalah satu

sampai delapan agar anak-anak dapat terbiasa nantinya pada saat

melakukan senam dengan diiringi oleh musik. Gerakan ini diberi

kode petak umpet

Setelah dirasa cukup mahir untuk mengingat dan

melakukan gerakan menoleh ke kanan, dan kekiri selanjutnya

anak-anak melakukan gerakan pemanasan kedua dengan posisi

badan Ke dua Siku kanan dan siku kiri bertemu di depan wajah

setara dengan dagu, serta telapak tangan di letakkan di atas kepala

hingga jari jari menyentuh bagian belakang atas kepala, berikan

sedikit tarikan hingga kepala menunduk. Gerakan ini di lakukan

dengan hitungan 1 sampai 8 dengan kode cublak.

selanjutnya anak-anak diarahkan untuk melakukan gerakan

pemanasan ketiga dengan posisi badan Dari posisi berdiri kaki

kanan direntangkan lurus ke kanan. sejauh dua kali ukuran bahu,

posisi telapak kaki 45 derajat ke luar dan lutut di tekuk merendah

45 derajat ke kanan begitu pula dengan kaki kiri. Gerakan ini

menggunakan hitungan 1 sampai 8 dengan kode selodor jaga.

53
Gerakan pemanasan selanjutnya dilakukan dengan posisi

Posisi sikap sempurna dan ke dua tangan di letakkan di pinggang,

Dalam hitungan ke- 1 kaki kanan maju ke depan, Dalam hitungan

ke-2 lutut kiri di tekuk 30 derajat, Dalam hitungan ke-3 tumit di

angkat dan di dorong ke depan sejajar dengan kaki kanan, Dalam

hitungan ke-4 gerakan di tutup kembali, Dengan gerakan yang

sama bersiap untuk gerakan ke belakang dengan hitungan 1 sampai

8, Gerakan ini diberi kode ular naga.

Gerakan pemanasan selanjutnya adalah gerakan yang di

lakukan dengan posisi sikap sempurna, Hitungan ke 1 tangan

kanan di angkat lebih tinggi dari atas kepala, tekuk kaki kanan,

ujung kaki lebih serong kekanan, Hitungan ke 2 tangan kiri naik

mun lebih rendah dari pada tanga kanan lutut masih di tekuk,

Hitungn ke 3 tanganaknan turun ke samping paha secara

bersamaan lutut di luruskan, tangan kiti masih tetap di atas,

Hitungan ke 4 tangan kiri ditarik ke samping paha, diikuti kaki

kanan di tarik menuju sikap sempurna. Gerakan ini dilakukan

dengan hitungan 1 sampai 8 dengan kode tarik layangan.

Setelah anak-anak mengulang gerakan tersebut dengan

kode yang diberikan gerakan selanjutnya masuk kedalam gerakan

inti dari senam gemar gatra.

Gerakan inti pertama dilakukan dengan hitungan 2 kali 8

dengan posisi badan Kaki jalan di tempat dengan rata-rata air

54
Kedua tangan menekuk sekitar 30 derajat dan mengenggam

seolah-olah memegang enggrang, tanpa ada Gerakan tambahan.

Gerakan ini diberi kode enggrang. Untuk gerakan enggrang ini

anak-anak dapat dengan mudah melakukan gerakan tersebut.

Gerakan inti selanjutnya Dari posisi berdiri kaki kiri

direntangkan lurus ke kiri, sejauh dua kali lebar bahu, posisi

telapak kaki 45 derajat ke luar dan lutut di tekuk merendah 45

derajat ke kiri. Gerakan yang sama dilakukan juga ke arah kanan.

Gerakan ini diberi kode gerakan selodor jaga. Dengan hitungan 2

kali 8. Dan di lanjutkan dengan gerakan enggrang.

Gerakan inti selanjutnya posisi badan Serong kanan 30

derajat kaki kanan dihetakkan bertumpu dengan kaki kanan agak

ditekuk, sedagkan kaki kiri di angkat posisi menekuk juga, gerakan

ini juga dilakukan kearah sebaliknya, gerakan ini diberi kode

selodor serang, dengan hitungan 2 kali 8. Dilanjutkan dengan

gerakan enggrang.

Gerakan inti selanjutnya posisi badan bagian kanan

menarik layang-ayang. Tangan kanan menekuk setinggi kepala dan

tangan kiri menekuk setinggi siku kanan seolah olah menarik tali

kayang-layang. Gerakan yang sama juga dilakukan kearah

sebaliknya. Gerakan ini dilakukan dengan hitungan 2 kali 8 dan di

beri kode tarik layangan. Dilanjutkan dengan gerakan enggrang.

55
Setelah melakukan gerakan secara berulang dilanjutkan ke

gerakan inti selanjutnya dengan Gerakan kaki kanan mennyamping

dengan melakukan loncatan seolah-olah meloncati tali dengan

batas ketinggian lutut serta tanggan di pinggang. gerakan yang

sama juga dilakukan ke arah sebaliknya, dengan hitungan 2 kali 8.

Gerakan ini diberi kode loncat karet ke kanan untuk gerakan ke

kanan dan loncat karet ke kiri untuk gerakan ke kiri. Dilanjutkan

dengan gerakan enggrang

Gerakan inti selanjutnya dilakukan dengan hitungan

pertama kaki kiri meloncat ke depan atau di anggap kotak nomor

satu, lalu hitungan kedua kaki sejajar dengan kotak nomer dua dan

lima, gerakan pada hitungan ke tiga angkat kaki kanan menuju

kotak nomer 5 dan 3, gerakan pada hitungan ke empat dari kotak

nomer 5 kaki langsung ke kotak nomer 4 dan 5, gerakan ini

dilakukan dengan hitungan 2 kali 8. Gerakan ini diberi kode

engklek dan dilanjutkan dengan gerakan enggrang. Dan kembali

melakukan gerakan engklek dengan hitungan yang sama. Pada

gerakan ini anak-anak mengalami kesulitan dikarenakan

gerakannya yang cukup rumit.

Setelah melakukan gerakan tersebut dilanjutkan dengan

gerakan inti posisi Kedua tangan berada di atas kepala, tangan kiri

menggenggam seolah-olah sedang memegang alat tangkis prisean

atau ende, dan tangan kanan menggenggam seolah-olah sedang

56
memegang alat pecut prisean atau penjalin, Hitungan 1 tangan

sudah memukul arah depan, bertumpu dengan kaki kiri, Hitungan 2

kaki di Tarik sejajar dengan kaki kanan, kedua tanangan

menggenggam tepat berada di atas jidat (prontalis) Hitungan ke 3

tangan kanan sudah memukul Kembali ke arah menyamping. Dari

posisi berdiri kaki kiri direntangkan lurus ke kiri, sejauh dua kali

lebar bahu, posisi telapak kaki 45 derajat ke luar dan lutut di tekuk

merendah 45 derajat ke kiri. Gerakan ini dilakukan dengan

hitungan 2 kali 8 dan diberi kode prisean. Dilanjutkan dengan

gerakan enggrang.

Setelah melakukan gerakan secara berulang dilanjutkan ke

gerakan inti selanjutnya dengan Gerakan kaki kanan mennyamping

dengan melakukan loncatan seolah-olah meloncati tali dengan

batas ketinggian lutut serta tanggan di pinggang. gerakan yang

sama juga dilakukan ke arah sebaliknya, dengan hitungan 2 kali 8.

Gerakan ini diberi kode loncat karet ke kanan untuk gerakan ke

kanan dan loncat karet ke kiri untuk gerakan ke kiri. Dilanjutkan

dengan gerakan enggrang.

Gerakan inti selanajutnya dilakukan dengan Hitungan 1

sampai 3 gerakan mengikat tangan kanan memutan sambil

menggenggam , kaki kiri lebih serong kekiri Dalam hitungan ke 4

tangan di tarik setara dengan atas kepala lalu lempar ke arah

menyamping. Dari posisi berdiri kaki kiri direntangkan lurus ke

57
kiri, sejauh dua kali lebar bahu, posisi telapak kaki 45 derajat ke

luar dan lutut di tekuk merendah 45 derajat ke kiri. Gerakan ini

dilakukan dengan hitungan 2 kali 8 dan diberi kode gasing.

Dilanjutkna dengan gerakan enggrang.

Gerakan selanjutnya dilakukan dengan Kaki jalan di tempat

dengan rata-rata air. 1 kali 8 Pertama, Kaki di angkat lalu

hentakkan secara bergantian kaki kanan tetap di depan dan kaki

kiri tetap di belakan sambil hentakkan juga gerakan yang sama

juga dilakukan dengan posisi sebaliknya dengan hitungan 2 kali 8.

Dan dilanjutkan dengan gerakan enggrang.

Gerakan inti selanjutnya dilakukan dengan hitungan 1

sampai dengan hitungan ke 4 kaki di lutut di angkat dengan

membentuk sudut 45 derajat, kedua tangan berada di samping

pinggang. Di lanjutkan hitungan ke 5 sampai dengan hitunga ke 8

secara bersamaan kaki di angkat sedagkan tangan bergerak seolah

olah-olah sedang menampar ke arah depan di lakukan secara

bersilang. Gerakan ini di lakukan dengan hitungan 2 kali 8 dan

diberi kode adu jengku. Dilanjutkan dengan gerakan enggrang.

Setelah mengulang gerakan tersebut gerakan inti

selanjutnya di lakukan Dalam hitungan ke 1 sampai dengan

hitungan ke 4 kedua kaki di buka dua kali lebar bahu, sedikit

membentuk kuda-kuda di ikuti oleh kedua tangan kiri dan tangan

kanan seolah-olah menarik tali, tangan kiri lurus dan tangan kanan

58
di depan dada . Lalu kedua tangan di tarik ke depan pinggang.

Posisi ini berlangsung secara bergantian menghadap kiri dan

menghadap kanan. Tarik lagi ke dua tangan ke arah pinggang.

gerakan ini dilakukan dengan hitungan 2 kali delapan dan

diberikan kode tarik tambang kanan untuk gerakan ke kanan dan

tarik tambang kiri untuk gerakan ke arah kiri.

Itu merupakan gerakan inti dalam senam gemar gatra,

setelah melakukan pengulangan pada setiap gerakan selanjutnya

anak-anak di berikan waktu untuk beristirahat sebelum kembali

melakukan gerakan pendinginan pada senam gemar gatra.

Setelah guru dan peneliti menanyakan apakah anak-anak

sudah dapat kembali melakukan senam dan di jawab dengan

antusias bahwa mereka sudah siap, peneliti dan guru kembali

mengarahkan anak-anak kembali ke posisi semula untuk

melakukan gerakan pendinginan.

Gerakan pendinginan dimulai dengan gerakan pertama

dengan Posisi tubuh berdiri dengan sikap sempurna, dada

menghadap ke depan, kepala menoleh ke kiri/kanan sejajar pundak,

telunjuk di letakkan di depan telinga, jempol mengikuti tulang

rahang, siku naik membentuk sudut 45 derajat dari perut, berikan

sedikit tekanan untuk merasakan ketertarikan di otot serratus.

hitungan yang digunakan adalah satu sampai delapan. Gerakan ini

diberi kode petak umpet

59
Selanjutnya gerakan pendinginan kedua dengan posisi

badan kedua Siku kanan dan siku kiri bertemu di depan wajah

setara dengan dagu, serta telapak tangan di letakkan di atas kepala

hingga jari jari menyentuh bagian belakang atas kepala, berikan

sedikit tarikan hingga kepala menunduk. Gerakan ini di lakukan

dengan hitungan 1 sampai 8 dengan kode cublak.

selanjutnya anak-anak diarahkan untuk melakukan gerakan

pendinginan seperti gerakan awal pemanasan. ketiga dengan posisi

badan Dari posisi berdiri kaki kanan direntangkan lurus ke kanan.

sejauh dua kali ukuran bahu, posisi telapak kaki 45 derajat ke luar

dan lutut di tekuk merendah 45 derajat ke kanan begitu pula

dengan kaki kiri. Gerakan ini menggunakan hitungan 1 sampai 8

dengan kode selodor jaga.

Gerakan pendinginan selanjutnya dilakukan dengan posisi

Posisi sikap sempurna dan ke dua tangan di letakkan di pinggang,

Dalam hitungan ke- 1 kaki kanan maju ke depan, Dalam hitungan

ke-2 lutut kiri di tekuk 30 derajat, Dalam hitungan ke-3 tumit di

angkat dan di dorong ke depan sejajar dengan kaki kanan, Dalam

hitungan ke-4 gerakan di tutup kembali, Dengan gerakan yang

sama bersiap untuk gerakan ke belakang dengan hitungan 1 sampai

8, Gerakan ini diberi kode ular naga.

Gerakan pendinginan selanjutnya adalah gerakan yang di

lakukan dengan posisi sikap sempurna, Hitungan ke 1 tangan

60
kanan di angkat lebih tinggi dari atas kepala, tekuk kaki kanan,

ujung kaki lebih serong kekanan, Hitungan ke 2 tangan kiri naik

mun lebih rendah dari pada tanga kanan lutut masih di tekuk,

Hitungn ke 3 tanganaknan turun ke samping paha secara

bersamaan lutut di luruskan, tangan kiti masih tetap di atas,

Hitungan ke 4 tangan kiri ditarik ke samping paha, diikuti kaki

kanan di tarik menuju sikap sempurna. Gerakan ini dilakukan

dengan hitungan 1 sampai 8 dengan kode tarik layangan.

Setelah anak-anak selesai melakukan gerakan senam guru,

peneliti dan anak-anak bertepuk tangan untuk memberikan

apresiasi kepada anak. Guru menanyakan kepada anak “apakah

kalian senang?” anak-anak menjawab dengan semangat “senang

pak”.

Sembari menghilangkan rasa lelah anak-anak duduk di

dalam aula sebari meminum air. Lalu peneliti memperdengarkan

irama musik yang akan digunakan untuk senam. Anak-anak terlihat

sangat memperhatikan irama musik senam gemar gatra sembari

mengingat-ingat gerakan yang baru saja mereka lakukan.

Kegiatan senam diakhiri dengan ucapan terimakasih kepada

anak-anak yang sudah berpartisipasi dengan baik. Guru berpesan

kepada anak-anak untuk belajar mengingat gerakan-gerakan senam

yang baru saja mereka lakukan dirumah. Kegiatan ditutup dengan

salam dan dilanjutkan dengan kegiatan lain.

61
Berdasarkan hasil pra tindakan yang sudah dilakukan, anak-

anak terlihat antusias mengikuti gerakan senam walaupun badan

mereka masih kaku dan belum dapat mengkombinasikan gerakan

tangan dan kaki dengan tapi semangat mereka untuk belajar

sembari di arahkan sangatlah tinggi. Hasil dari pelaksanaan pra

tindakan terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Hasil Observasi Kemampuan Awal


Sebelum Tindakan Per-anak (Pra Tindakan).
No Nama Aspek yang dinilai
Ketepatan Ketepatan Anak Anak Keterampi Keteramp
melakukan mengikuti terampil terampil lan anak ilan anak
sikap gerakan melakukan melakukan dalam dalam
awalan yang gerakan gerakan mengikuti mengkom
diarahkan tangan kaki perintah binasikan
lisan yang gerakan
diberikan kaki dan
tangan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Z.A 2 2 2 2 2 1
2 M.I.R 2 1 1 1 1 1
3 R.A.P 1 1 1 1 1 1
Jumlah 0 2 1 0 1 2 0 2 2 0 1 2 0 1 2 0 0 3
Persentase 0 6 3 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0 0 1
% 6 3 % 3 6 % 3 6 % 3 6 % 3 6 % % 0
, , , , , , , , , , 0
6 3 3 6 3 6 3 6 3 6 %
7 3 3 7 3 7 3 7 3 7
% % % % % % % % % %
Tabel 4.3. Rata-Rata Hasil Observasi Kemampuan
Awal Sebelum Tindakan (Pra Tindakan).
No Indikator Kemampuan
anak
1 Kemampuan melakukan sikap awalan 55,56%
senam
2 Ketepatan melakukan gerakan yang 44,44%
diarahkan
3 Terampil melakukan gerakan tangan 44,44%
4 Terampil melakukan gerakan kaki 44,44%
5 Keterampilan anak dalam mengikuti 44,44%

62
perintah lisan yang diberikan
6 Keterampilan anak dalam 33,33%
mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki
b. Deskripsi Data Kemampuan Motorik Kasar Siklus 1

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana

tiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Siklus

pertama terdiri dari tiga proses yakni, proses perencanaan,

pelaksanaa, pengamatan, dan refleksi.

Siklus pertama pada penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 6 juni 2022, 8 juni 2022, dan 11 juni 2022. Berikut

merupakan penjabaran dari pelaksanaan senam gemar gatra

di SLBN 1 Lombok Timur siklus 1.

1) Tahap Perencanaan

Pada tahapan ini peneliti mempersiapkan semua

peralatan yang akan digunakan untuk proses

pembelajaran.kegiatan yang dilakukan antara lain :

a) Melakukan koordinasi dengan guru kelas dan olahraga.

b) Mempersiapkan gerakan dan irama musik yang akan

digunakan.

c) Mempersiapkan media yang akan digunakan.

d) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat

peningkatan kemampuan motorik kasar anak.

2) Tahap Pelaksanaan

63
a) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama.

Pertemuan pertama siklus I ini dilaksanakan pada

hari Senin, 6 Juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti

pembelajaran senam irama siklus I pertemuan pertama ini

sebanyak 3 anak. Berikut merupakan gambaran penelitian

siklus I pertemuan pertama.

Pada pukul 08.00 WITA anak-anak sudah berada

dilingkungan sekolah. Anak-anak langsung masuk ke

dalam aula dan mulai berdoa seperti biasa sebelum

memulai proses senam. Setelah berdoa anak-anak diatur

menjadi satu barisan memanjang kesamping dan diminta

untuk merentangkan tangan agar tidak saling bertabrakan

pada saat proses senam.

Kegiatan dimulai dengan menanyakan kabar anak-

anak hari ini apakah sudah sarapan terlebih dahulu atau

belum, dan menanyakan apakah mereka masih mengingat

gerakan senam yang sudah diajarkan pada saat pra

tindakan sebelumnya. Dan anak-anak menjawab “ingat

beberapa gerakan saja Pak”.

Setelah pertanyaan tersebut guru olahraga dan

peneliti langsung memutarkan musik senam gemar gatra,

dan mulai mengingat-ingat kembali gerakan yang sudah

mereka pelajari. Guru olahraga dan peneliti juga

64
mengarahkan anak-anak melalui kontak fisik dan instruksi

suara untuk melihat apakah anak-anak dapat

mengkombinasikan tiap gerakan yang ada. Walaupun

dengan kondisi fisik yang tidak leluasa untuk melakukan

beberapa gerakan mereka terlihat sangat berusaha untuk

mengikuti arahan dan perintah lisan dari guru olahraga dan

peneliti.

Dimulai dengan gerakan menghitung denyut nadi,

gerakan pemansan dan gerakan inti. Pada gerakan

pemanasan anak-anak masih terlihat mengingat-ingat

gerakan dan masing banyak di bantu oleh Guru Olahraga

dan Peneliti. Sama halnya dengan gerakan inti dimulai

dari gerakan enggrang, selodor jaga, enggrang, selodor

serang, enggrang, layangan, enggrang, lompat tali,

enggrang, engklek, enggrang, perisean, enggrang, lompat

tali, enggrang, gasingan, enggrang, lompat di tempat,

enggrang, adu jengku,enggrang, tarik tambang dan di

tutup dengan enggrang kemudian dilanjutkan dengan

gerakan pendinginan yang sama dengan gerakan

pemanasan. Pada siklus I pertemuan pertama ini anak-

anak masih di arahkan oleh Guru Olahraga dan Peneliti

dkarenakan anak-anak kurang mengingat gerakan–gerakan

tersebut. Meskipun sudah diberikan aba-aba lisan.

65
Setelah selesai melakukan senam guru olahraga

dan anak-anak bertepuk tangan untuk memberikan

apresiasi terhadap anak-anak yang sudah antusias dalam

mengikuti kegiatan senam. Sembari anak-anak duduk

beristirahat peneliti bertanya kepada anak-anak “apakah

ada bagian yang menurut kalian sulit untuk kalian

lakukan?” anak-anak menjawab “Ada Bu”. Peneliti

bertanya lagi, “Bagian mana yang kalian rasa paling sulit

untuk kalian lakukan?, dimulai dari Z.A, bagian mana

yang sulit Z.A lakukan ?” lalu Z.A menjawab “gerakan

engklek, dan gerakan-gerakan yang sambil muter Bu”

peneliti bertanya lagi kepada M.I.R , “kalau M.I.R bagian

mana yang dirasa sulit” M.I.R menjawab “bagian yang

sama dengan Z.A bu, lalu bagian melompat, dan banyak

lagi bu” lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang sama

kepada R.A.P, dan di jawab “ kalau saya bagian-bagian

yang harus memutar, menggerakkan tangan dan kaki dan

gerakan secara bersamaan bu”. Setelah menanyakan hal

tersebut Guru Olahraga kemudian memberikan arahan

kepada anak-anak untuk berani melakukan gerakan-

gerakan tersebut “Kalian harus mencoba berani untuk

melakukan gerakan-gerakan kombinasi antara tangan dan

kaki, jangan ragu Bapak Guru dan Ibu Guru pasti menjaga

66
kalian agar keseimbangan kalian tidak mudah goyah,

untuk hari selanjutnya jangan ragu-ragu ya” Guru

olahraga memberikan wejangan kepada anak-anak.

Setelah istirahat anak-anak keluar aula dan

bermain bersama teman-temannya.

Tabel 4.4. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan


Pertama Per-Anak
No Nama Aspek yang Dinilai
Ketepatan Ketepatan Anak Anak Keterampil Keteram
melakukan mengikuti terampil terampil an anak pilan
sikap gerakan melakukan melakukan dalam anak
awalan yang gerakan gerakan mengikuti dalam
diarahkan tangan kaki perintah mengko
lisan yang mbinasik
diberikan an
gerakan
kaki dan
tangan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Z.A 2 2 2 2 2 1
2 M.I.R 2 1 1 1 1 1
3 R.A.P 1 1 1 1 1 1
Jumlah 0 2 1 0 1 2 0 2 2 0 1 2 0 1 2 0 0 3
Persentase 0 6 3 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0 0 1
% 6 3 % 3 6 % 3 6 % 3 6 % 3 6 % %0
, , , , , , , , , , 0
6 3 3 6 3 6 3 6 3 6 %
7 3 3 7 3 7 3 7 3 7
% % % % % % % % % %
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada Hari

Rabu 8 juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti kegiatan

senam gemar gatra pada hari ini sebanyak 3 anak. Tidak

ada anak yang izin pada hari ini. Berikut merupakan

gambaran penelitian pada siklus I Pertemuan kedua.

Seperti biasa anak-anak masuk kelas pada pukul

08.00 WITA. Namun hari ini anak-anak langsung

67
diarahkan ke aula tanpa memasuki ruangan kelas terlebih

dahulu.

Sebelum memulai proses pembelajaran senam

gemar gatra pada pagi hari ini anak-anak diajak untuk

berdoa terlebih dahulu. Kemudian anak-anak diarahkan

untuk berbaris dan merentangkan tangan agar tidak saling

bertabrakan. Kemudian peneliti memutarkan musik senam

gemar gatra yang akan digunakan untuk senam.

Guru dan peneliti memberikan arahan melalui

perintah lisan seperti gerakan awal cari denyut nadi,

gerakan pemansan dan gerakan inti. Pada gerakan

pemanasan anak-anak masih terlihat mengingat-ingat

gerakan dan masing banyak di bantu oleh Guru Olahraga

dan Peneliti. Sama halnya dengan gerakan inti dimulai

dari gerakan enggrang, selodor jaga, enggrang, selodor

serang, enggrang, layangan, enggrang, lompat tali,

enggrang, engklek, enggrang, perisean, enggrang, lompat

tali, enggrang, gasingan, enggrang, lompat di tempat,

enggrang, adu jengku,enggrang, tarik tambang dan di

tutup dengan enggrang kemudian dilanjutkan dengan

gerakan pendinginan yang sama dengan gerakan

pemanasan, pada gerakan inti guru dan peneliti menjaga

pergerakan anak agar tidak kehilangan keseimbangan pada

68
saat melakukan gerakan senam yang memerlukan

keseimbangan dan kombinasi gerakan kaki dan tangan

yang agak sulit seperti lompat tali, engklek, gasing,

selodor serang dan adu jengku.

Pada pertemuan kedua siklus I ini gerakan senam

gemar gatra dibagi menjadi dua kali sampai pertengahan

lagu agar anak-anak tidak mudah merasa bosan. Setelah

melakukan setengah dari seluruh gerakan senam gemar

gatra, anak diberikan waktu istirahat. Kemudian guru

menanyakan “apakah istirahatnya sudah cukup?” lalu

anak-anak menjawab “Sudah Pak” dan dijawab kembali

oleh guru “ayo kita mulai sekali lagi untuk melanjutkan

gerakan selanjutnya”.

Anak-anak langsung berdiri dan melangkah

membuat barisan dan merentangkan tangan kembali dan

melanjutkan senam. Setelah selesai kegiatan diakhiri

dengan salam penutup dan anak-anak kembali ke dalam

kelas.

Tabel 4.5. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan


Kedua Per-Anak
No Nama Aspek yang Dinilai
Ketepata Ketepata Anak Anak Keterampil Keteram
n n terampil terampil an anak pilan

69
melakuk mengikut melakuka melakuka dalam anak
an sikap i gerakan n gerakan n gerakan mengikuti dalam
awalan yang tangan kaki perintah mengko
diarahka lisan yang mbinasik
n diberikan an
gerakan
kaki dan
tangan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Z.A 2 2 2 2 2 2
2 M.I.R 2 1 1 1 1 1
3 R.A.P 1 1 1 1 1 1
Jumlah 0 2 1 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2

Persentase 0 6 3 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0 3 6
% 6 3 % 3 6 % 3 6 % 3 6 % 3 6 % 3 6
, , , , , , , , , , , ,
6 3 3 6 3 6 3 6 3 6 3 6
7 3 3 7 3 7 3 7 3 7 3 7
% % % % % % % % % % % %
c) Pelaksanaan Tindakan Siklus I pertemuan ketiga.

Pertemuan ketiga siklus I ini dilaksanakan pada hari

Sabtu 11 Juni 2022. Pada pertemuan ini jumlah anak yang

hadir sebanyak 3 anak, tidak ada yang izin pada pertemuan

ketiga Siklus I ini. Berikut merupakan gambaran

penelitian tindakan siklus I pertemuan ketiga ini.

Seperti biasa anak-anak mulai masuk pada pukul

08.00 WITA. Anak-anak masuk kedalam aula dan

memulai kegiatan senam dengan mulai berdoa.

Selanjutnya peneliti memutarkan musik senam gemar

gatra dan anak-anak mulai kembali melakukan gerakan

senam dari awal hingga akhir karna udah mulai terbiasa

dengan gerakan yang dilakukan. Guru dan peneliti tetap

70
memberikan perintah lisan dan mengarahkan anak-anak

yang masih terlihat kaku dan lupa gerakan.

Pada pertemuan ketiga siklus I ini beberapa anak

sudah mulai terlihat sedikit berkembang dari pada

pertemuan sebelumnya terutama pada saat melakukan

gerakan awalan senam, gerakan tangan dan kaki.

Walaupun untuk gerakan kombinasinya masih belum

terlalu leluasa.

Setelah selesai guru dan peneliti memberikan

apresiasi kepada anak-anak yang sudah melakukan

kegiatan senam. Anak-anak juga ikut bertepuk tangan

untuk diri mereka sendiri.

Anak-anak dibiarkan untuk istirahat sejenak dan

sambil beristirahat guru bertanya kepada anak-anak

“apakah kalian masih sanggup untuk melakukan senam

sesi kedua?” lalu anak-anak menjawab “capek pak” karena

tidak ingin memaksakan anak-anak guru dan peneliti

mempersilahkan anak-anak kembali ke dalam kelas

setelah melakukan penutupan dan doa.

Tabel 4.4. Hasil Observasi Siklus I Pertemuan


Pertama Per-Anak

71
No Nama Aspek Yang Dinilai
Ketepatan Ketepatan Anak Anak Keterampilan Keterampilan
melakuka mengikuti terampil terampil anak dalam anak dalam
n sikap gerakan melakuka melakuka mengikuti mengkombina
awalan yang n gerakan n gerakan perintah lisan sikan gerakan
diarahkan tangan kaki yang diberikan kaki dan
tangan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Z.A 3 2 2 2 2 2
2 M.I.R 2 2 2 2 2 2
3 R.A.P 2 1 1 1 1 1
Jumlah 1 2 0 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0 2 1
3 6 6 3 6 3 6 3 6 3 6 3
3 6 6 3 6 3 6 3 6 3 6 3
, , 0 0 , , 0 , , 0 , , 0 , , 0 , ,
Persentase
3 6 % % 6 3 % 6 3 % 6 3 % 6 3 % 6 3
3 7 7 3 7 3 7 3 7 3 7 3
% % % % % % % % % % % %

3) Pengamatan

Selama pelaksanaan siklus peratama guru dan peneliti

melakukan pengamatan dan penilaian terhadap kemampuan

motorik kasar anak. Guru dan peneliti mengamati peningkatan

kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan senam gemar

gatra. Pada pertemuan siklus pertama anak-anak masih terlihat

kaku dalam menggerakan tubuhnya. Hal ini dikarenakan anak-

anak masih belum terbiasa melakukan gerakan-gerakan yang

ada pada senam gemar gatra. Meskipun begitu anak-anak tidak

kehilangan antusiasnya untuk mengikuti gerakan yang

diarahkan.

Pada awal pertemuan pertama guru menjelaskan gerakan-

gerakan yang akan dilakukan dalam kegiatan senam gemar

gatra. Pada kegiatan awal ini guru tidak langsung mengajarkan

72
anak-anak senam dengan alunan musik. Agar anak-anak dapat

mengenal gerakan tersebut lebih dahulu dan mudah untuk

diarahkan.

Dari hasil pengamatan anak-anak masih terlihat kaku

untuk menggerakkan bagian tubuhnya. Ada anak yang hanya

menggerakkan kakinya saja tanpa menggerakkan tangannya,

dan ada yang hanya bergerak di tempat saja sembari

menggerakkan tangannya. Namun ada juga anak yang dengan

semangat mengikuti gerakan yang diarahkan oleh guru dan

peneliti.

Pada pertemuan kedua dan ketiga saat menggunakan

musik anak-anak terlihat sangat antusias karena ada alunan

musik yang mereka dengar. Meskipun gerakan mereka masih

terlihat kaku dan kadang tertinggal oleh irama musiknya

karena anak-anak belum terlalu hafal gerakan-gerakan yang

diajarkan akan tetapi mereka tidak putus semangat untuk terus

bergerak menyesuaikan diri.

Gerakan yang paling mudah pada senam gemar gatra ini

adalah gerakan jalan di tempat sambil memegang enggrang

dan gerakan menghitung denyut nadi. Sedangkan gerakan yang

paling sulit dalam senam gemar gatra ini adalah gerakan

engkelek, lompat tali, gasing, adu jengku, periean dan gerakan-

gerakan yang memerlukan anak untuk berputar 360 derajat

73
sembari melakukan kombinasi gerakan kaki dan tangan serta

gerakan melompat dan loncat dikarenakan anak-anak dengan

keterbatasan tunanetra memiliki rasa was-was untuk

melakukan gerakan-gerakan seperti itu.

Tabel 4.6. Rata-Rata Hasil Observasi Kemampuan


Motorik Kasar Anak Siklus I
Siklus/Pertemuan I
No Indikator Rata-
Ke 1 Ke 2 Ke 3
rata
1 Kemampuan 55,56% 55,56% 77,78% 62,97%
melakukan
sikap awalan
senam
2 Ketepatan 44,44% 44,44% 55,56% 48,14
melakukan %
gerakan yang
diarahkan
3 Terampil 44,44% 44,44% 55,56% 48,14
melakukan %
gerakan
tangan
4 Terampil 44,44% 44,44% 55,56% 48,14
melakukan %
gerakan kaki
5 Keterampilan 44,44% 44,44% 55,56% 48,14
anak dalam %
mengikuti
perintah lisan
yang
diberikan
6 Keterampilan 33,33% 33,33% 55,56% 40,74
anak dalam %
mengkombin
asikan
gerakan
tangan dan
kaki

74
Tabel di atas apabila disajikan dalam bentuk diagram

batang sebagai berikut:

100
90
80 Ketepatan melakukan
sikap awalan
70 Ketepatan mengikuti
gerakan yang diarahkan
60
Anak terampil melakukan
50 gerakan tangan
Anak terampil melakukan
40 gerakan kaki
Keterampilan anak dalam
30 mengikuti perintah lisan
yang diberikan
20 Keterampilan anak dalam
mengkombinasikan ger-
10 akan kaki dan tangan
Series7
0
sebelum siklus I siklus II
tindak

Gambar 4.1. Diagram Hasil Observasi Kemampuan


Motorik Kasar Siklus I

Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan

bahwa peningkatan motorik kasar pada anak tunanetra di SLB

Negeri 1 Lombok Timur berada dalam kategori meningkat.

4) Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat bagaimana

proses pembelajaran yang telah dilakukan, mecari kelebihan

dan kekurangan terhadap proses pembelajaran yang telah

dilakukan.

Berdasarkan hasil refleksi terhadap siklus I diharapkan

dapat memberikan peningkatan dalam melaksanakan siklus II.

75
Pada kegiatan ini, peneliti berdiskusi bersama guru

olahraga mengenai pelaksanaan pembelajaran yang sudah

dilakukan. Ditemukan beberapa kendala yang mempengaruhi

peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak. Beberapa

kendala yang perlu dicari solusinya antara lain:

a) Anak masih takut untuk melakukan gerakan melompat dan

meloncat.

b) Anak masih sulit melakukan gerakan kombinasi antara

tangan dan kaki secara bersamaan, sehingga terkadang anak

hanya menggerakkan kaki atau tangannya saja.

c) Anak masih sulit untuk mengingat gerakan.

Dari beberapa kendala yang muncul, maka peneliti dan

guru melakukan diskusi untuk mencari solusi untuk beberapa

kendala tersebut. Adapun beberapa solusi yang akan digunakan

untuk kendala tersebut antara lain :

a) Guru dan peneliti harus mengatur jarak yang cukup jauh

agar anak tidak takut bertabrakan pada saat melakukan

gerakan loncat dan melompat.

b) Melakukan gerakan pengulangan terhadap gerakan–gerakan

kombinasi yang dirasa sulit bagi anak.

c) Mengingatkan kembali kode-kode gerakan pada saat anak

terlihat lupa oleh gerakan tersebut sembari diarahkan.

76
Berdasarkan hasil penelitian siklus I dapat dilihat bahwa

kemampuan motorik kasar anak sudah sedikit meningkat tetapi

belum mencapai target penelitian 76%. Oleh karena itu peneliti

kembali merancang kegiatan senam gemar gatra pada siklus ke

II.

Pelaksanaan senam gemar gatra pada siklus ke II ini lebih

menekanakn kepada keaktifan anak dalam melakukan gerakan

senam. Disini yang berperan aktif adalah anak dalam

melakukan gerakan senam. Guru dan peneliti hanya

mengawasi di dekat anak untuk menjaga anak pada saat

melakukan gerakan melompat, meloncat dan berputar. Serta

memberikan instruksi dengan lisan dan sesekali mengarahkan

tubuh anak apabila anak lupa.

Selanjutnya hipotesis pada siklus kedua ini adalah melalui

kegiatan senam ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar anak dengan lebih menekanakn

keaktifan anak dalam melakukan senam.

c. Deskripsi Data Kemampuan Motorik Kasar Siklus II

1) Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti dan guru

berdiskusi menyusun perencanaan untuk pelaksanaan siklus II.

Pada tahap ini peneliti dan guru mempersiapkan segala sesuatu

yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sama seperti

77
pada tahap perencanaan siklus I, yaitu menyiapkan media yang

diperlukan dalam prose pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan senam irama pada siklus II hampir

mirip dengan pelaksanaan siklus I. Hanya saja pelaksanaan

siklus II ini anak diberikan waktu yang lebih banyak untuk

melakukan gerakan dan mengulangi gerakan senam sendiri.

Guru dan peneliti tidak selalu memberikan arahan kepada

anak. Guru akan lebih banyak memberikan instruksi lisan dan

sesekali mengarahkan jika anak benar-benar dirasa tidak

mampu mengingat gerakan tersebut.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari

senin 20 juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti kegiatan

senam irama pada pertemuan pertama siklus II ini sebanyak

3 anak.

Seperti biasanya anak masuk kedalam kelas pada

pukul 08.00 WITA. Anak-anak tunanetra langsung masuk

ke dalam kelas. Seperti biasa anak-anak berdoa terlebih

dahulu dan setelah berdoa guru langsung menginstruksikan

anak-anak untuk masuk ke dalam aula.

Setelah anak-anak masuk kedalam aula anak-anak

langsung diarahkan untuk membuat barisan dan

78
merentangkan tangan dengan jarak cukup berjauhan untuk

menghindari terjadinya tabrakan pada saat melakukan

gerakan senam.

Sebelum melakukan gerakan senam Guru Olahraga

menanyakan kepada anak “apakah kalian masih mengingat

gerakan senam gemar gatra?” anak-anak menjawab “ingat

sedikit Pak” lalu guru menginstruksikan peneliti untuk

menghidupkan lagu senam gemar gatra untuk memulai

senam.

Pada awal gerakan senam anak-anak terlihat sudah

mulai hafal dengan gerakannya walaupun ada anak yang

masih susah dan enggan untuk melakukan gerakan baik itu

gerakan kaki tangan dan kombinasi gerakan. Untuk itu guru

dan peneliti sesekali mengarahkan anak yang kesulitan

melakukan gerakan. Dan menginstruksikan secara lisan.

Dimulai dengan gerakan menghitung denyut nadi,

gerakan pemansan dan gerakan inti, gerakan inti dimulai

dari gerakan enggrang, selodor jaga, enggrang, selodor

serang, enggrang, layangan, enggrang, lompat tali,

enggrang, engklek, enggrang, perisean, enggrang, lompat

tali, enggrang, gasingan, enggrang, lompat di tempat,

enggrang, adu jengku,enggrang, tarik tambang dan di

tutup dengan enggrang kemudian dilanjutkan dengan

79
gerakan pendinginan yang sama dengan gerakan

pemanasan.

Pada pertemuan pertama siklus II ini setiap gerakan

diulang sebanyak dua kali agar anak-anak dapat mengingat

gerakan dengan lebih baik. Kegiatan senam diakhiri dengan

bertepuk tangan.

Setelah melakukan senam, anak-anak diberikan

waktu istirahat, anak-anak duduk di kursi yang berada di

samping. Setelah dirasa cukup anak-anak di minta kembali

untuk bangun dan membuat barisan untuk kembali

melakukan senam gemar gatra sekali lagi. Pada senam

kedua ini tidak dilakukan pengulangan gerakan untuk

melihat kemampuan anak. Dan terlihat ada beberapa

gerakan yang mengalami perkembangan. Setelah selesai

kegiatan senam ditutup dengan bertepuk tangan berdoa dan

kembali kedalam kelas.

Tabel 4.7. Hasil Observasi Kemampuan Motorik Kasar Per-


Anak Pada Siklus II Pertemuan Pertama
No Nama Aspek yang Dinilai
Ketepatan Ketepatan Anak Anak Keterampi Keterampi
melakuka mengikuti terampil terampil lan anak lan anak
n sikap gerakan melakuka melakuka dalam dalam
awalan yang n gerakan n gerakan mengikuti mengkom
diarahkan tangan kaki perintah binasikan
lisan yang gerakan
diberikan kaki dan
tangan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Z.A 3 3 2 2 2 2
2 M.I.R 2 2 2 2 2 2
3 R.A.P 2 2 2 1 1 1
Jumlah 1 2 0 1 2 0 0 3 0 0 2 1 0 2 1 0 2 1

80
Persentase 3 6 0 3 66 0 0 1 0 0 6 3 0 6 3 0 6 3
3, 6 % 3 , % % 0 % % 6 3 % 6 3 % 6 3
3 , , 67 0 , , , , , ,
3 6 3 % % 6 3 6 3 6 3
% 7 3 7 3 7 3 7 3
% % % % % % % %
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari

Rabu 22 Juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti kegiatan

senam gemar gatra pada pertemuan kedua siklus II ini

sebanyak 3 anak. Berikut merupakan penelitian tindak kelas

siklus II pertemuan kedua.

Sebelum bel berbunyi, guru dan peneliti menyiapkan

ruangan dan alat-alat yang akan digunakan untuk senam.

Bel tanda masuk pun berbunyi tepat pada pukul 08.00

WITA, anak-anak langsung diarahkan menuju ke dalam

aula dan anak-anak mulai berdoa.

Setelah berdoa guru, peneliti dan anak duduk dengan

rapi di kursi samping sembari guru menanyakan kembali

kepada anak-anak “apakah kalian mengingat gerakan senam

gemar gatra?” anak-anak menjawab “ingat sedikit pak”, lalu

guru mengajak anak-anak untuk membentuk barisan dan

mengatur jarak agar tidak bertabrakan.

Guru menyiapkan anak dan memberi aba-aba. Anak-

anak bersiap dan menunggu musik diputar. Pada gerakan

pemanasan sampai pertengahan gerakan inti anak-anak

sudah mulai mengingat gerakan-gerakan yang ada dalam

81
senam gemar gatra. Guru dan peneliti tetap menjaga anak-

anak dan memberikan perintah lisan agar anak-anak dapat

dengan mudah mengingat gerakan tersebut. Walaupun ada

satu anak yang belum terlalu lancar dalam melakukan

beberapa gerakan tetapi pada pertemuan kedua siklus II ini

anak sudah mulai ada perkembangan.

Kegiatan senam diakhiri dengan tepuk tangan. Guru

mengucapkan terima kasih dan berpesan agar anak-anak

tidak takut dalam melakukan kombinasi gerakan tangan dan

kaki agar tubuh mereka tidak terlalu kaku. Guru menutup

kegiatan dengan salam dan anak-anak membalas salam

dengan semangat.

Tabel 4.7. Hasil Observasi Kemampuan Motorik


Kasar Per-Anak Siklus II Pertemuan Kedua
No Nama Aspek yang Dinilai
Ketepatan Ketepatan Anak Anak
Keterampi Keterampi
melakuka mengikuti terampil terampil
lan anak lan anak
n sikap gerakan melakuka
dalam melakuka dalam
awalan yang n gerakan n gerakan
mengkom mengikuti
diarahkan tangan kaki
binasikan perintah
gerakan lisan yang
kaki dan diberikan
tangan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Z.A 3 3 3 3 3 3
2 M.I.R 3 2 2 2 2 2
3 R.A.P 2 2 2 2 2 2
Jumlah 2 1 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 1 0 1 2 0
Persentase 6 3 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0 3 6 0
6 3 % 3 6 % 3 6 % 3 6 % 3 6 % 3 6 %
, , , , , , , , , , , ,
6 3 3 6 3 6 3 6 3 6 3 6
7 3 3 7 3 7 3 7 3 7 3 7
% % % % % % % % % % % %

82
c) Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga siklus II dilaksanakan pada hari

Sabtu 25 Juni 2022. Jumlah anak yang mengikuti kegiatan

senam irama pada pertemuan ketiga siklus II yaitu 3 anak.

Bel berbunyi tepat pukul 08.00 WITA dan anak-

anak masuk ke dalam aula. Setelah masuk kedalam aula

anak-anak duduk di kursi samping dan guru menghimbau

anak-anak untuk melakukan kegiatan senam dengan

bersungguh-sungguh.

Guru menyuruh anak-anak untuk berbaris dan

mengatur barisan agar tidak bertabrakan. Untuk pertemuan

kali ini gerakan diulangi beberapa kali. Setelah kegiatan

selesai anak-anak diminta untuk istirahat. Setelah

beristirahat anak-anak diminta untuk kembali melakukan

senam gemar gatra kembali. Anak-anak berbaris dan

mengatur jarak lalu guru menghidupkan lagu gemar gatra.

Pada kegiatan senam terakhir ini guru memberikan

kesempatan kepada anak untuk bergerak sendiri dan guru

hanya mengingatkan gerakan disaat anak-anak lupa

terhadap gerakan tersebut. Pada kegiatan terakhir ini dua

anak sudah terlihat dapat mengikuti gerakan sesuai lagu dan

arahan lisan yang diberikan oleh guru pada setiap

pergantian gerakan, namun terdapat satu anak yang masih

83
kesulitan untuk mengikuti gerakan sesuai lagu dan arahan

lisan yang diberikan oleh guru.

Setelah selesai kegiatan ini diakhiri dengan bertepuk

tangan dan terima kasih untuk memberikan apresiasi

terhadap anak-anak yang telah melakukan kegiatan senam

dengan sangat antusias. Kemudian guru dan anak-anak

sama-sama berdoa dan anak-anak dipersilahkan untuk

keluar aula.

Tabel 4.8. Hasil Observasi Kemampuan Motorik


Kasar Per-Anak Siklus II Pertemuan KeTiga
No Nama Aspek Yang Dinilai
Ketepa Ketepat Anak Anak Keterampi
Keterampi
tan an terampil terampil
lan anaklan anak
melaku mengik melakuka melakuka
dalam dalam
kan uti n gerakan n gerakan
mengkom mengikuti
sikap gerakan tangan kaki perintah
binasikan
awalan yang gerakan lisan yang
diarahk kaki dandiberikan
an tangan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 Z.A 3 3 3 3 3 3
2 M.I.R 3 3 3 3 3 3
3 R.A.P 3 2 2 2 2 2
Jumlah 3 0 0 2 1 0 2 2 0 2 1 0 2 1 0 2 1 0
Persentase 1 0 0 6 3 0 6 3 0 6 3 0 6 3 0 6 3 0
0 % % 6 3 % 6 3 % 6 3 % 6 3 % 6 3 %
0 , , , , , , , , , ,
% 6 3 6 3 6 3 6 3 6 3
7 3 7 3 7 3 7 3 7 3
% % % % % % % % % %
3) Pengamatan

Kegiatan pengamatan ini dilakukan selama anak

mengikuti kegiatan senam gemar gatra. Berdasarkan hasil

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan Guru selama

proses kegiatan senam gemar gatra siklus ke II ini anak terlihat

sudah mulai terampil dalam melakukan gerakan-gerakan pada

84
anggota tubuhnya. Anak juga terlihat bersemangat untuk

melakukan senam gemar gatra.

Memasuki siklus II anak sudah mulai hafal gerakan

senam, dan sudah mengenal musik yang digunakan untuk

senam. Kegiatan senam juga dilakukan dengan menggunakan

musik tanpa diawali dengan gerakan terlebih dahulu. ada

beberapa anak yang sudah terampil menggerakkan tangan dan

kaki serta melakukan kombinasi-kombinasi pada gerakan

senam, dan sudah dapat mengikuti arahan lisan yang diberikan.

Namun ada juga anak yang masih kesulitan untuk

mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki serta mengikuti

perintah lisan yang diberikan. Selain itu kegiatan senam juga

lebih banyak dilakukan sendiri oleh anak dan guru hanya

memberikan perintah lisan pada saat pergantian gerakan dan

sesekali membantu anak jika mereka lupa akan gerakan

tersebut.

Berdasarkan hasil observasi siklus II, diperoleh data yang

akan ditampilkan sebagai berikut

Tabel 4.9. Rata-Rata Hasil Observasi


Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus II
No Indikator Siklus/pertemuan I
Ke 1 Ke 2 Ke 3 Rata-
rata
1 Kemampuan 77,78% 88,89% 100% 88,89%
melakukan
sikap awalan
senam

85
2 Ketepatan 77,78% 77,78% 88,89% 81,84%
melakukan
gerakan yang
diarahkan
3 Terampil 66,67% 77,78% 88,89% 77,78%
melakukan
gerakan tangan
4 Terampil 66,67% 77,78% 88,89% 77,78%
melakukan
gerakan kaki
5 Keterampilan 66,67% 77,78% 88,89% 77,78%
anak dalam
mengikuti
perintah lisan
yang diberikan
6 Keterampilan 66,67% 77,78% 88,89% 77,78%
anak dalam
mengkombina
sikan gerakan
tangan dan
kaki

Tabel di atas apabila dijadikan diagram batang adalah

sebagai berikut:

100

90
80
Ketepatan melakukan sikap
awalan
70
Ketepatan mengikuti
60 gerakan yang diarahkan
Anak terampil melakukan
50 gerakan tangan
Anak terampil melakukan
40 gerakan kaki
Keterampilan anak dalam
30 mengikuti perintah lisan
yang diberikan
20 Keterampilan anak dalam
mengkombinasikan ger-
10 akan kaki dan tangan
Series7
0
sebelum siklus I siklus II
tindak

86
Gambar 4.2. Diagram Hasil Observasi Kemampuan
Motorik Kasar Siklus II
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat disimpulkan

bahwa peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur berada pada

kategori sangat meningkat.

4) Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus II selesai, guru dan peneliti

melakukan refleksi selama proses pelaksanaan siklus. Dari

hasil refleksi diperoleh bahwa kegiatan senam gemar gatra

yang dilakukan dengan menekanakn keaktifan anak hasilnya

lebih baik untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar

pada anak. Selain itu memberikan arahan lisan yang arahnya

jelas juga sangat membantu anak dalam melakukan kegiatan

senam.

Dari data yang diperoleh dan dikumpulkan selama

siklus II, peneliti kemudian membandingkan dengan data

kemampuan motorik kasar yang diperoleh dari pelaksanaan pra

tindakan dan pelaksanaan siklus I. hasil dari pengamatan dan

perbandingan pelaksanaan siklus I dan siklus II

memperlihatkan adanya perubahan jumlah anak yang memiliki

kemampuan motorik kasar, peningkatan tersebut terlihat dari

meningkatnya persentase setiap indikator penilaian.

87
Indikator ketepatan anak dalam melakukan sikap

awalan senam gemar gatra meningkat dari 62,97% menjadi

88,89% sehingga mengalami peningkatan sebesar 25,92%.

Indikator Ketepatan melakukan gerakan yang diarahkan

meningkat dari 48,14% menjadi 81,48% sehingga mengalami

peningkatan sebesar 33,34%. Indikator keterampilan

melakukan gerakan tangan meningkat dari 48,14% menjadi

77,78% sehingga mengalami peningkatan sebesar 29,64%.

Indikator keterampilan melakukan gerakan kaki mengalami

peningkatan dari 48,14% menjadi 77,78% sehingga

mengalami peningkatan sebesar 29,64%. Indikator

Keterampilan anak dalam mengikuti perintah lisan yang

diberikan mengalami peningkatan dari 48,14% menjadi

77,78% sehingga mengalami peningkatan sebesar 29,64%.

Indikator Keterampilan anak dalam mengkombinasikan

gerakan tangan dan kaki mengalami peningkatan dari 40,74%

menjadi 77,78% sehingga mengalami kenaikan sebesar

37,04%.

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II

kemampuan motorik kasar anak sudah sesuai dengan target

yang tertera dalam indikator keberhasilan atau keabsahan data,

yaitu mencapai 76%. Alasan ini digunakan peneliti untuk

88
menghentikan penelitian atau tidak melakukan siklus

selanjutnya.

4. Analisis Data Kemampuan Motorik Kasar Anak

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan kegiatan

observasi untuk melihat bagaimana kemampuan yang dimiliki oleh

anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur. Dari hasil observasi

tersebut diperoleh data tentang kemampuan-kemampuan anak, baik

yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Kemudian

peneliti melakukan analisis terhadap kemampuan anak tunanetra. Dari

analisis tersebut diperoleh data bahwa kemampuan motorik kasar anak

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur masih belum berkembang

secara optimal. Hal ini terlihat saat anak melakukan kegiatan senam di

halaman sekolah yang melibatkan kombinasi gerakan tangan dengan

kaki. Anak belum mampu mengkombinasikan gerakan tangan dengan

kaki secara bersamaan.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

kemampuan motorik kasar anak masih belum berkembang. Oleh

karena itu peneliti bermaksud untuk meningkatkan kemampuan

motorik kasar anak melalui kegiatan senam gemar gatra. Melalui

kegiatan senam gemar gatra ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan motorik kasar pada anak. Indikator yang akan

ditingkatkan meliputi Kemampuan melakukan sikap awalan senam,

Ketepatan melakukan gerakan yang diarahkan, Terampil melakukan

89
gerakan tangan, Terampil melakukan gerakan kaki, Keterampilan anak

dalam mengikuti perintah lisan yang diberikan, Keterampilan anak

dalam mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki.

Hasil observasi kemampuan motorik kasar anak pada saat kegiatan

pra tindakan menunjukkan bahwa 55,56% (2 anak) sudah cukup tepat

dalam melakukan sikap awalan senam gemar gatra, 44,44% (1 anak)

sudah cukup tepat dalam mengikuti gerakan yang diarahkan, 44,44%

(1 anak) sudah cukup terampil dalam melakukan gerakan tangan,

44,44% ( 1 anak) sudah cukup terampil dalam melakukan gerakan

kaki, 44,44% (1 anak) sudah cukup terampil untuk mengikuti perintah

lisan yang diberikan, dan 33,33% (0 anak) tidak dapat melakukan

kombinasi antara gerakan tangan dan gerakan kaki.

Hasil pelaksanaan siklus I terhadap kemampuan motorik kasar

pada anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur menunjukkan

bahwa 62,97% sudah tepat dalam melakukan sikap awalan senam

gemar gatra, 48,14% sudah dapat mengikuti gerakan yang diarahkan,

48,14% sudah terampil dalam melakukan gerakan tangan, 48,14%

sudah terampil dalam melakukan gerakan kaki, 48,14% sudah terampil

dalam mengikuti perintah lisan yang diberikan, dan 40,74% sudah

terampil dalam mengkombinasikan antara gerakan tangan dan gerakan

kaki. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kemampuan motorik

kasar anak termasuk dalam kategori meningkat 40%-75%. Akan tetapi

90
peneliti memberikan target pencapaian kemampuan motorik kasar anak

lebih dari 76%, oleh karena itu peneliti melakukan siklus yang kedua.

Hasil pelaksanaan siklus II terhadap kemampuan motorik kasar

anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur menunjukkan bahwa

88,89% anak sudah tepat melakukan sikap awalan senam, 81,48%

sudah terampil dalam mengikuti gerakan yang diarahkan, 77,78%

sudah terampil dalam gerakan tangan, 77,78% udah terampil

melakukan gerakan kaki, 77,78% sudah terampil dalam mengikuti

perintah lisan yang diberikan, dan 77,78% sudah terampil dalam

melakukan kombinasi antara gerakan tangan dan gerakan kaki.

Persentase tersebut menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar

anak termasuk dalam kriteria sangat meningkat yaitu pada rentang

75%-100%. Hal ini sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan

oleh peneliti.

Data yang dikumpulkan kemudian diolah untuk mendapatkan

kesimpulan. Berdasarkan Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II

diperoleh peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak.

Peningkatan tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah anak dalam

setiap indikator penilaian. Berikut merupakan tabel peningkatan

jumlah anak dalam hal kemampuan motorik kasar pada kegiatan

sebelum tindakan, siklus I dan siklus II.

Tabel 4.10. Rata-Rata Ketercapaian Kemampuan Motorik

Kasar Anak

91
No Indikator Sebelum tindakan Siklus I Siklus II
1 Kemampuan 55,56% 62,97% 88,89%
melakukan sikap
awalan senam
2 Ketepatan 44,44% 48,14% 81,48%
melakukan
gerakan yang
diarahkan
3 Terampil 44,44% 48,14% 77,78%
melakukan
gerakan tangan
4 Terampil 44,44% 48,14% 77,78%
melakukan
gerakan kaki
5 Keterampilan 44,44% 48,14% 77,78%
anak dalam
mengikuti
perintah lisan
yang diberikan
6 Keterampilan 33,33% 40,74% 77,78%
anak dalam
mengkombinasika
n gerakan tangan
dan kaki

Apabila disajikan dalam bentuk diagram batang maka hasil

ketercapaian kemampuan motorik kasar anak mulai dari kegiatan

92
sebelum tindakan, siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut.

100

90
80
Ketepatan melakukan sikap
awalan
70
Ketepatan mengikuti
60 gerakan yang diarahkan
Anak terampil melakukan
50 gerakan tangan
Anak terampil melakukan
40 gerakan kaki
Keterampilan anak dalam
30 mengikuti perintah lisan
yang diberikan
20 Keterampilan anak dalam
mengkombinasikan ger-
10 akan kaki dan tangan
Series7
0
sebelum siklus I siklus II
tindak

Gambar 4.2. Diagram Rata-Rata Ketercapaian Kemampuan

Motorik Kasar Anak

Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata

jumlah anak yang memiliki kemampuan motorik kasar mengalami

peningkatan. Peningkatan yang terjadi dari kegiatan pra tindakan,

siklus I, dan siklus II terlihat pada masing-masing indikator penilaian.

Pada indikator ketepatan melakukan awalan senam terlihat

peningkatan dari 55,56% menjadi 88,89% sehingga terjadi

peningkatan sebesar 33,33%. Indikator keterampilan anak dalam

mengikuti gerakan yang diarahkan mengalami peningkatan dari

44,44% menjadi 81,48% sehingga terjadi peningkatan sebesar 37,04%,

indikator keterampilan anak dalam melakukan gerakan tangan

93
meningkat dari 44,44% menjadi 77,78% sehingga terjadi peningkatan

sebesar 33,34%, indikator keterampilan anak dalam melakukan

gerakan kaki meningkat dari 44,44% menjadi 77,78% sehingga terjadi

peningkatan sebesar 33,34%, indikator keterampilan anak dalam

mengikuti perintah lisan yang diberikan meningkat dari 44,44%

menjadi 77,78% sehingga terjadi peningkatan sebesar 33,34%, dan

indikator keterampilan anak dalam melakukan kombinasi antara

gerakan tangan dan gerakan kaki mengingkat dari 33,33% menjadi

77,78% sehingga terjadi peningkatan sebesar 44,45%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik

kasar pada anak tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur melalui

kegiatan senam gemar gatra. Kegiatan senam ini dilaksanakan dalam dua

siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Sebelum

melakukan siklus pertama peneliti melakukan kegiatan pra tindakan

terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal pada anak. Pada

pertemuan pertama kegiatan senam dilakukan tanpa menggunakan iringan

musik untuk belajar mengenal gerakan terlebih dahulu dan memberikan

gambaran tentang gerakan-gerakan senam gemar gatra yang akan

dilakukan dengan cara guru mengarahkan gerakan tersebut kepada anak

sembari memberikan kode disetiagerakan, sedangkan untuk pertemuan

selanjutnya kegiatan senam dilakukan dengan iringan musik senam gemar

gatra.

94
Pada awal siklus pertama anak terlihat masih kesulitan untuk

melakukan gerakan senam tersebut dikarenakan anak masih dalam tahap

menghafal gerakan dan masih was-was akan bertabrakan dengan teman di

sebelahnya. Akan tetapi hal ini hanya terjadi pada pertemuan pertama dan

kedua siklus I, memasuki pertemuan ketiga anak sudah mulai terlihat

mampu mengkombinasikan gerakan kaki dan tangan secara perlahan.

Hal yang sering terjadi pada awal siklus I adalah anak belum

mampu mengkombinasikan tangan dan kaki secara bersamaan. Ada anak

yang hanya menggerakkan tangannya saja dan ada anak yang hanya

menggerakkan kakinya saja, namun seiring berlanjutnya pertemuan pada

siklus I anak sudah sedikit demi sedikit mulai dapat mengkombinasikan

gerakan-gerakan tangan dan kaki tersebut, selain itu juga musik, kode dan

arahan yang dilakukan oleh guru sudah mulai terbiasa di dengar oleh anak-

anak.

Memasuki siklus kedua, anak diberikan kebebasan untuk

melakukan gerakan sendiri. Guru hanya mengarahkan anak jika anak

terlihat lupa akan gerakan tersebut, namun guru tetap memberikan arahan

lisan berupa kode kepada anak-anak.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan sebelum

tindakan sampai dengan siklus I terdapat peningkatan kemampuan motorik

kasar anak. Pada indikator ketepatan anak dalam melakukan awalan senam

terlihat peningkatan sebesar 7,41%. Indikator keterampilan anak dalam

mengikuti gerakan yang diarahkan meningkat sebesar 3,7%, pada indikator

95
keterampilan anak dalam melakukan gerakan tangan meningkat sebesar

3,7%, pada indikator keterampilan anak dalam melakukan gerakan kaki

meningkat sebesar 3,7%, pada indikator keterampilan anak dalam

mengikuti perintah lisan yang diberikan mengalami peningkatan sebesar

3,7%, dan pada indikator keterampilan anak dalam mengkombinasikan

gerakan kaki dan tangan mengalami peningkatan sebesar 7,41%.

Sedangkan hasil observasi kemampuan motorik kasar pada anak

dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan peningkatan yaitu pada

indikator ketepatan anak melakukan sikap awalan senam mengalami

peningkatan sebesar 25,92%, pada indikator keterampilan anak dalam

mengikuti gerakan yang diarahkan meningkat sebesar 33,34%, pada

indikator keterampilan anak dalam melakukan gerakan kai meningkat

sebesar 29,64%, pada indikator keterampilan anak dalam melakukan

gerakan kaki meningkat sebesar 29,64%, pada indikator keterampilan anak

dalam mengikuti perintah lisan yang diberikan meningkat sebesar 29,64%,

dan pada indikator keterampilan anak mengkombinasikan gerakan tangan

dan kaki meningkat sebesar 37,04%. Persentase tersebut menunjukkan

bahwa pada setiap siklus kemampuan motorik kasar yang dimiliki oleh

anak tunanetra meningkat. Yang dimana hal ini menunjukkan bahwa

melalui kegiatan senam gemar gatra ini dapat meningkatkan kemampuan

motorik kasar pada anak.

Dalam pelaksanaan kegiatan senam gemar gatra hal yang harus

dilakukan pertama kali oleh guru adalah mengenalkan gerakan senam

96
kepada anak-anak. Guru mengarahkan anak untuk mencoba gerakan

senam secara perlahan dan memberikan instruksi-instruksi lisan yang

arahnya jelas secara berulang-ulang sehingga anak menjadi hafal terhadap

gerakan-gerakan tersebut.

Setelah melakukan kegiatan senam gemar gatra anak-anak

tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur mengalami peningkatan dalam

kemampuan motorik kasarnya. Hal ini terlihat dari keterampilan anak

dalam melakukan gerakan-gerakan senam yang meliputi gerakan tangan,

gerakan kaki, serta kombinasi-kombinasi antara tangan dan kaki.

Pelaksanaan kegiatan senam gemar gatra ini mampu meningkatkan rasa

kepercayaan diri anak-anak karena mereka merasa dapat melakukan

gerakan-gerakan senam sendiri.

Uraian tentang hal-hal yang dicapai anak setelah melakukan senam

gemar gatra di atas sesuai dengan pengertian motorik kasar menurut

Yudha Saputra & Rudyanto (Fitri N.I 2013:11) kemampuan motorik kasar

adalah kemampuan anak dalam beraktifitas dengan menggunakan otot-otot

besarnya.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan oleh peneliti, guru

kelas, dan guru olahraga dengan sungguh-sungguh dan optimal untuk

mencapai hasil yang diharapkan. Namun tidak dipungkiri bahwa dalam

penelitian ini juga terdapat banyak kekurangan antara lain :

97
1. Pelaksanaan penelitian ini tidak dilakukan setiap hari, melainkan

hanya dilakukan satu minggu tiga kali, hal ini menyebabkan anak

rentan lupa akan gerakan-gerakan senam.

2. Pelaksanaan senam gemar gatra hanya dilakukan pada anak dengan

keterbatasan tunanetra (low vision) yang memiliki siswa sebanyak 3

orang. Dikarenakan setiap sekolah memiliki jumlah dan keterbatasan

siswa yang berbeda-beda maka hasil penelitian ini dapat saja berbeda

apabila dilakukan pada sekolah atau pada keterbatasan anak yang lain.

98
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat

disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunanetra di SLB

Negeri 1 Lombok Timur dapat ditingkatkan melalui kegiatan senam

tradisional gemar gatra. Dengan melakukan kegiatan senam ini anak dapat

mengkombinasikan antara gerakan tangan dan gerakan kaki sesuai irama

musik. Hal ini meningkatkan kemampuan otot-otot kasar yang terdapat

pada anak sehingga kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat. Hal

ini terlihat jelas dari hasil penelitian yang diperoleh pada setiap siklus

yang mengalami peningkatan.

Peningkatan-peningkatan tersebut terlihat pada akhir siklus I

terlihat bahwa 62,97% anak sudah dapat melakukan sikap awalan senam,

48,14% anak sudah terampil mengikuti gerakan yang diarahkan, 48,14%

anak sudah terampil melakukan gerakan tangan, 48,14% anak sudah

terampil melakukan gerakan kaki, 48,14% anak sudah terampil mengikuti

perintah lisan yang diberikan, dan 40,74% anak sudah terampil dalam

mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki. Sedangkan pada siklus II

terlihat bahwa 88,89% anak sudah dapat melakukan sikap awalan senam,

81,48% anak sudah terampil mengikuti gerakan yang diarahkan, 77,78%

anak sudah terampil melakukan gerakan tangan, 77,78% anak sudah

terampil melakukan gerakan kaki, 77,78% anak sudah terampil mengikuti

99
perintah lisan yang diberikan, dan 77,78% anak sudah terampil dalam

mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki.

Dalam pelaksanaan kegiatan senam gemar gatra hal yang harus

dilakukan pertama kali oleh guru adalah mengenalkan gerakan senam

kepada anak-anak. Guru mengarahkan anak untuk mencoba gerakan

senam secara perlahan dan memberikan instruksi-instruksi lisan yang

arahnya jelas secara berulang-ulang sehingga anak menjadi hafal terhadap

gerakan-gerakan tersebut.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian tentang Penerapan Senam Gemar Gatra Untuk

Meningkatkan Motorik Kasar pada Anak Tunanetra di SLB Negeri 1

Lombok Timur terlihat dampak dari penerapan senam gemar gatra bagi

siswa tunanetra di SLB Negeri 1 Lombok Timur dengan penerapan senam

gemar gatra ini motorik kasar pada anak-anak tunanetra mengalami

perkembangan. Dengan guru memberikan arahan baik itu melalui

sentuhan gerakan dan arahan lisan anak-anak dapat mengikuti arahan

tersebut perlahan-lahan dengan baik dan hal ini juga berdampak pada

perkembangan motorik kasar anak-anak.

C. Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang

dilakukan untuk meningkatkan motorik kasar pada anak tunanetra di SLB

Negeri 1 Lombok Timur terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan

yaitu :

100
1. Untuk meningkatkan motorik kasar pada anak tunanetra pendidik

hendaknya lebih memberikan gerakan-gerakan yang mengandung

kombinasi-kombinasi antara gerakan tangan dan kaki agar anak-anak

terbiasa akan gerakan-gerakan tersebut.

2. Hendaknya ruangan yang digunakan untuk kegiatan senam atau aula

harus lebih luas lagi dan barang-barang yang ada di dalam aula

sebaiknya dipindahkan agar lebih luas.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu melakukan penelitian

mengenai perkembangan motorik kasar anak dengan melibatkan

variabel yang berbeda atau menggunakan metode lain yang lebih

menarik.

101

Anda mungkin juga menyukai