Anda di halaman 1dari 2

RESUME

Tantangan Praktik Kebidanan untuk Berpikir Kritis

Di era dimana informasi mudah didapatkan dan menyebar dengan cepat, seorang bidan dituntut
untuk memiliki skill berpikir kritis untuk membantu bidan membuat keputusan yang tepat dan
professional. Selain itu terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh bidan. Tantangan
pertama adalah banyaknya literature sebagai landasan bidan dalam mengambil keputusan. Karena
semakin banyaknya informasi dan literature yang beredar dan mudah didapatkan, seorang bidan harus
bias meninjau literature yang memiliki bukti kuat dan bukti yang lemah. Karena memiliki pengetahuan
saja tidak cukup, tapi bidan juga harus bias memvalidasi literature yang digunakan sebagai landasan
pengambilan keputusan medis.

Tantangan kedua adalah pasien yang semakin mudah mendapatkan informasi kesehatan. Saat
ini informasi dan ilmu kesehatan mudah didapatkan oleh tenaga medis khususnya bidan dan juga
masayarakat pada umumnya. Kebanyakan pasien biasanya sudah mencari informasi terkait
kesehatannya sehingga sering mengajukan pertanyaan yang lebih kritis kepada bidan.

Tantangan ketiga adalah pengetahuan bidan yang dituntut semakin eksplisit. Karena
pengetahuan semakin cepat berkembang bidan dituntut untuk bekerja bernasis bukti ilmiah, bidan tidak
boleh hanya mengdandalkan intuisi atau pengalaman bekerja sebagai landasan pengambilan keputusan
medis.

Tantangan keempat adalah tuntutan peran baru yang semain berkembang. Seiring dengan
meningkatnya kesadaran kesehatan di masayrakat, bidan dituntut untuk mengembangkan ketrampilan
baru sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan maternal dengan pasien.

Dengan adanya tantangan-tantangan baru tersebut bidan diharapkan dapat meningkatkan skill
berpikir kritis sebagai salah satu tindakan refleksi pada praktek. Dengan merefleksikan diri, bidan dapat
mengevaluasi ketrampilan dalam melakukan asuhan maternal pada pasien. Bidan dituntut untuk
mengambil keputusan dengan lebih jelas, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu
diperlukan kerangka embrionik yang terdiri dari empat dimensi berpikir kritis untuk merepresentasikan
skill berpikir kritis pada bidan.

Terdapat empat dimensi berpikir kritis, yaitu dimensi logis, dimensi kerangka, dimesni pragmatis
dan dimensi sikap. Dimeni logis adalah dimensi penalaran. Dimensi yang logis akan memudahkan bidan
untuk menilai bukti, alasan, dan dasar dari setiap keputusan yang diambil kepada pasien. Dimensi kedua
adalah dimensi kerangka. Dimensi logis menjadi dasar dari bidan untuk menentukan apakah asumsi dari
pasien memang sesuai dengan kondisi pasien atau tidak.

Dimensi kerangka akan memudahkan bidan untuk menggunakan pengetahuan mereka tentang
praktek, teori, protocol, dan standar untuk mengukur pemikiran mereka. Seorang bidan harus
menggunakan kriteria tersebut untuk memantau dan menilai apakah pemikiran seorang bidan cukup
jelas, akurat, teoat, konsisten, relevan, cukup luas untuk pengambilan keputusan.
Dimensi ketiga adalah dimensi pragmatis. Dalam dimensi ini bidan akan lebih sadar mengenai
system nilai, budaya, politik, ekonomi, etika, lingkungan dan pengaruh dari organisasi professional pada
pemikiran dan tindakan mereka, Dengan mengunakan kerangka berpikir kritis, bidan akan terbiasa
untuk tidak membuat stereotype seseorang sehingga bidan dapat melihat masalah dari sudut pandang
yang berbeda.

Dimensi terakhir adalah dimensi sikap. Dimensi sikap adalah kemauan untuk berpikir kritis,
skeptic, dan menunda kesimpulan. Hal terpenting dari dimensi ini adalah keterbukaan pikiran, sehingga
bidan tidak menerima begitu saja kebenaran universal dari beberapa pernyataa, kebijakan, atau
pembenaran hanya karena keputusan yang berasal dari pihak yang memiliki otoritas. Dimensi ini
membantu bidan untuk tetap berpikir secara terbuka dan reflektif dalam pendekatan praktik dan
pemikiran bidan dalam mengambil keputusan.

Dengan menggunakan empat dimensi berpikir kritis diharapkan bidan dapat membuat
keputusan medis yang lebih baik, lebih jelas, lebih akurat, dan lebih dapat dipertahankan. Bidan dapat
menggunakan empat dimensi ini dari berpikir kritis sebagai sumber energy untuk meningkatkan
kepedulian terhadap pasien, mampu melihat keadaan dari sudut pandang pasien, menilai bukti secara
kritis dalam membuat keputusan medis.

Anda mungkin juga menyukai