Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK “THORNDIKE”


Mata Kuliah : Psikologi
Dosen pengampu : Meidian Adhipradana, M.Psi

Disusun Oleh : Kelompok 3


Nanda Sintia Anantias 1322A0023
Nurhikmah Maulidiah 1322B0030
Devie Mutia Rahmah 1322A0010
Mey Aulia Urrohmah 1322A0011
Gisna Nur Azizatilah 1322A0022
Riva Maulida 1322B0043

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA {STKINDO}
2022
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmatdan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini selesai tepat padawaktunya.

Makalah ini membahas mengenai teori belajar yang bertujuan untuk


mengetahui dan memahami pengertian teori belajar, serta mengetahui dan
memahami macam macam teori belajar

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak


terdapatkekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman kami. Namun demikian kami telah berusaha semaksimal mungkin
untuk dapat mencapai hasil yang baik

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan


pengetahuan bagi kami sendiri maupun bagi pihak yang memerlukan.

Ciparay, Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PEMBAHASAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Batasan Masalah ......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisa ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Biografi Edward Lee Tthorndike ............................................................... 3


B. Teori Belajar dn Eksperimen Edward Lee Thorndike ............................... 4
C. Konsep – konsep yang digunakan Edward Lee Thorndike ........................ 8
D. Penerapan Teori Thorndike ...................................................................... 13
E. Kelebihan dan Kelemahan Thorndike ....................................................... 14
F. Ciri Ciri Belajar Menurut Thondike ......................................................... 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16

A. Kesimpulan .............................................................................................. 16
B. Saran ......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

ii
BAB I

PEMBAHASAN
A. Latar Belakang

Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan selalu


dihadapi oleh setiap orang. Belajar adalah dasar untuk memahami
perilaku. Maka dari itu, banyak ahli membahas dan menghasilkan berbagai
teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran setiap
teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori -
teori itu dalam praktek kehidupan. Sehubungan dengan itu, dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dilakukan adalah
memahami bagaimana anak - anak belajar.

Dengan perkembangannya psikologi dalam pendidikan, maka


bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar,
justru dapat dikatakan bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang
belajar. Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat
pesat. Di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan dijaman
mutakkhir ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi
pendidikan, masing-masing yaitu :- Psikologi Behavioristik- Psikologi
Kognitif, dan- Psikologi Humanistic.

Edward Lee Thorndike meski secara teknis seorang fungsionalis,


namun ia telah membentuk tahapan behaviorisme Rusia dalam versi
Amerika. Teori ini disebut dengan teori S-R. Dalam teori S-R dikatakan
bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (Hewan atau Orang)
belajar dengan cara coba salah (Trial end Error). Kalau organisme berada
dalam suatu situasi yang mengandung masalah maka organisme itu akan
mengeluarkan serentakan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang
ada padanya untuk memecahkan masalah itu.

Berdasarkan pengalaman itulah maka pada saat menghadapi masalah


yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus

1
2

dikeluarkannya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu


masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah,


antara lain :

1. Siapa Edward Lee Thorndike ?


2. Bagaimana Teori Belajar Dan Eksperimen Edward Lee Thorndike
3. Apa Saja Konsep-Konsep Yang Digunakan Edward Lee Thorndike
4. Bagaimana Penerapan Teori Thorndike ?
5. Apa Saja Kelebihan Dan Kelemahan Teori Thorndike ?

C. Batasan Masalah

Supaya pembahasan tidak terlalu melebar, maka penulis membatasi


penulisan hanya pada ke-5 rumusan masalah yang diangkat.

D. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu untuk menambah


wawasan pengetahuan mahasiswa/mahasiswi pada mata kuliah Psikologi
terutama tentang pemikiran dan teori-teori Edward Lee Thorndike sesuai
dengan makalah yang penulis susun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Edward Lee Thorndike

Edward Lee Thorndike meski secara teknis seorang fungsionalis,


namun ia telah membentuk tahapan behaviorisme Rusia dalam versi Amerika.
Thorndike (1874-1949) mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University
di Connecticut pada tahun 1895, dan master dari Hardvard pada tahun
1897.ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapun
cepat menjadi akrab. Dia menerima beasiswa di Colombiadan mendapatkan
gelar PhD-nya tahun 1898. Kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia
sampai pensiun pada tahun 1940.

dan dia menerbitkan suatu buku yang berjudul “Animal intelligence, An


experimental study of associationprocess in Animal”. Buku ini yang
merupakan hasil penelitian Thorndike terhadap tingkah beberapa jenis hewan
seperti kucing, anjing, dan burungyang mencerminkan prinsip dasar dari
proses belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu bahwa dasar dari belajar
(learning) tidak lain sebenarnya adalah asosiasi, suatu stimulus akan
menimbulkan suatu respon tertentu.

Teori ini disebut dengan teori S-R. Dalam teori S-R dikatakan bahwa
dalam proses belajar, pertama kali organisme (Hewan atau Orang) belajar
dengan cara coba salah (Trial end Error). Kalau organisme berada dalam
suatu situasi yang mengandung masalah maka organisme itu akan
mengeluarkan serentakan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ada
padanya untuk memecahkan masalah itu.

Berdasarkan pengalaman itulah maka pada saat menghadapi masalah


yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus
dikeluarkannya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu
masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu. Seekor kucing misalnya,

3
4

yang dimasukkan dalam kandang yang terkunci akan bergerak, berjalan,


meloncat, mencakar, dan sebagainya sampai suatu saat secara kebetulan ia
menginjak suatu pedal dalam kandang itu sehingga kandang itu terbuka.
Sejak itu, kucing akan langsung menginjak pedal kalau ia dimasukkan dalam
kandang yang sama.

B. Teori Belajar dan Eksperimen Edward Lee Thorndike

1. Teori Belajar E.L Thorndike

Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di


dominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949) teori belajar Thorndike
di sebut “ Connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan
koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut
“Trial and error” dalam rangka menilai respon yang terdapat bagi stimulus
tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya
terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku
anak-anak dan orang dewasa.

Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan


oleh Edwar L. Thorndike berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun
1890-an. Eksperimen ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk
mengetahui fenomena belajar.

Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak


berjeruji yang dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel
pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut.
Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut
memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.

Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (teka-teki) itu
merupakan situasi stimulus yang merangsang kecil untuk bereaksi
melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula-
mula kucing tersebut mengeong, mencakardan berlari-larian, namun gagal
5

membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada di depannya.Akhirnya,


entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit
dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian
terkenal dengan nama instrumental conditioning. Artinya, tingkah laku yang
dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil
atau ganjaran yang dikehendaki.

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa


belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Thorndike,
belajar adalah proses interaksi antarastimulus dan respon. Stimulus adalah
apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.Jadi perubahan tingkah laku
akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau
tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme
sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana
cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini
disebut pula dengan (Slavin, 2000).

Itulah sebabnya teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond Theory”


dan “S-R Psycology of learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan
“Trial and Error Learning”. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau
banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Apabila kita
perhatikan secara seksama dalam eksperimen Thorndike tadi akan kita dapati
2 hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena belajar

2. Eksperimen – Eksperimen Thorndike

Pada mulanya, model eksperimen Thorndike yaitu dengan


mempergunakan kucing sebagai subjek dalam eksperimennya. Dengan
konstruksi pintu kurungan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau
kucing menyentuh tombol tertentu, maka pintu kurungan akan terbuka dan
6

akhirnya kucing dapat keluar dan mancapai makanan ( daging ) yang


ditempatkan di luar kurungan sebagai hadiah atau daya penarik bagi kucing
yang lapar tersebut. Thordike menafsirkan bahwa “kucing itu sebenarnya
tidak mengerti cara membebaskan diri dari kurungan itu, tetapi dia belajar
mencamkan (mempertahankan) respon – respon yang benar dan
menghilangkan atau meninggalkan respon – respon yang salah.”Eksperimen
Thorndike tersebut mempengaruhi pikirannya mengenai belajar pada taraf
insansi ( human ).

Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang,


sudah tentu tidak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia
akan tidur saja dalam puzzle box yang mengurungnya. Dengan kata lain,
kucing itu tidak akan menampakkan gejala belajar untuk keluar. Sehubung
dengan hal ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar)
merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.

Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box, merupakan efek


positif atau memuaskan yang dicapai oleh respon dan kemudian menjadi
dasar timbulnya hukum belajar yang disebut law of effect. Artinya, jika
sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara
stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula
hubungan stimulus dan respon tersebut.

Percobaan yang dilakukan berulang-ulang maka akan terlihat beberapa


perubahan yaitu:

a. Waktu yang diperlukan untuk menyentuh engsel bertambah singkat.

b. Kesalahan-kesalahan (reaksi yang tidak relevan) semakin berkurang dan


malah akhirnya kucing sama sekali tidak berbuat kesalahan lagi, begitu
dimasukkan ke dalam kotak, kucing langsung menyentuh engsel.
7

Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal


dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon
situasi itu, dalam hal ini objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga
menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan
stimulasinya.

Ciri-ciri belajar dengan trial and error :

1) Ada motif pendorong aktivitas

2) Ada berbagai respon terhadap situasi

3) Ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah

4) Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.

Teori belajar koneksionisme ini ada juga keberatan-keberatannya antara


lain:
1) Belajar menurut teori ini bersifat mekanistis. Bila diberikan S dengan
sendirinya atau secara mekanis/otomatis timbul R. Latihan-latihan ujian
banyak berdasarkan pendirian ini.

2) Pelajaran bersifat teacher-centered. Yang terutama aktif adalah guru. Dialah


yang melatih anak-anak dan yang menentukan apa yang harus diketahui oleh
anak-anak.

3) Anak-anak pasif artinya kurang didorong untuk aktif berfikir, tak turut
menentukan bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.

4) Teori ini membutuhkan pembentukan meteril, yaknimenumpuk pengetahuan,


dank arena itu sering menjadi intelektualis.Pengetahuan dianggap berkuasa.

Kemudian menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari


seara ilmiah. Praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar.
Menurutnya mengajar yang baik adalah tahu apa yang hendak diajarkan,
artinya tahu materi apa yang akan diberikan, respon apa yang akan
diharapkan dan kapan harus memberi hadiah/ reward.
8

Ada beberapa aturan yang di buat Thorndike berkenaan dengan


pengajaran, yaitu:
1) Perhatikan situasi murid
2) Perhatikan respon apa yang diharapkan dari respon tersebut
3) Ciptakan hubungan respon tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan
hubungan terjadi dengan sendirinya
4) Situasi – situasi lain yang sama jangan diindahkan sekiranya dapat
memutuskan hubungan tersebut
5) Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan –
hubungan lain yang sejenis
6) Buat hubungan tersebut sedemikian rupa hingga dapat perbuatan nyata
7) Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam
kehidupan sehari – hari

C. Konsep-konsep yang digunakan Edward Lee Thorndike

Secara umum Teori Thorndike terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Konsep-konsep Thondike sebelum tahun 1930

a. Konsep Primer

1) The law of readiness (hukum kesiapan)

Hukum ini menjelaskan tentang kesiapan individu dalam melakukan


sesuatu.Yang dimaksud dengan kesiapan adalah kecenderungan untuk
bertindak. Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka
diperlukan adanya kesiapan organisme yang bersangkutan untuk melakukan
belajar tersebut. Ada 3 keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum
ini.Yaitu :
a) Bila seseorang siap melakukan suatu tindakan, melakukan tindakan itu akan
mendatangkan kepuasan
9

b) Bila seseorang siap melakukan suatu tindakan, tidak melakukaan tindakan itu
akan menggnggunya (annoying)
c) Bila seseorang tidak siap melakukan suatu tindakan dan ia dipaksa untuk
melakukannya maka hal itu akan membuatnya tidak nyaman (annoying)

2) The law of exercise (hukum latihan)

Hukum ini mengandung 2 hal yaitu :

1. The Law Of Use


yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara
stimulus dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata
lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat
semata-mata karena adanya latihan.

2. The Law of Disuse


yaitu suatu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi
antara stimulus dan respon akan menjadi lemah bila tidak ada latihan.

Prinsip ini menunjukkan bahwa ulangan merupakan hak yang pertama


dalam belajar. Makin sering suatu pelajaran yang diulang makin mantaplah
bahan pelajaran tersebut dalam diri siswa.Pada prakteknya tentu diperlukan
berbagai variasi, bukan ulangan sembarang ulangan.Dan pengaturan waktu
distribusi frekuensi ulangan dapat menentukan hasil belajar.

3) The law of effect (hukum akibat)

Hukum ini juga berisikan 2 hal, yaitu : suatu tindakan/perbuatan yang


menghasilkan rasa puas (menyenangkan) akan cenderung diulang, sebaliknya
suatu tindakan (perbuatan) menghasilkan rasa tidak puas (tidak
menyenangkan) akan cenderung tidak diulang lagi. Hal ini menunjukkan
bagaimana pengaruh hasil perbuatan bagi perbuatan itu sendiri. Dalam
pendidikan, hukum ini diaplikasikan dalam bentuk hadiah dan hukuman.
Hadiah menyebabkan orang cenderung ingin melakukan lagi perbuatan yang
10

menghasilkan hadiah tadi, sebaliknya hukuman cenderung menyebabkan


seseorang menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi perbuatan.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di


atas, konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang
dinamakan Transfer of Training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang
pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di
masa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of
training merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini
tidak ada, maka apa yang akan dipelajari tidak akan bermakna.

Oleh karena itu, apa yang dipelajari oleh siswa di sekolah harus
berguna dan dapat dipergunakan di luar sekolah. Misalnya, anak belajar
membaca, maka keterampilan membaca dapat digunakan untuk membaca
apapun di luar sekolah, walaupun di sekolah tidak diajarkan bagaimana
membaca koran, tapi karena huruf-huruf yang diajarkan di sekolah sama
dengan huruf yang ada dalam koran, maka keterampilan membaca di sekolah
dapat ditransfer untuk membaca koran, untuk membaca majalah, atau
membaca apapun.

b. Konsep Sekunder

1) Multilple response (respo jamak)

Berkaitan dengan prinsip “trial n error’, Thorndike menyatakan bahwa


organisme memberikan respons yang bervariasi terhadap suatu masalah. Bila
respon pertama gagal ia akan mencoba respon yang lainnya. Kalau maasih
gagal, ia akan mencoba respon lainnya sampai ditemukan respon yang benar.

2) Set or attitude (latar belakang atau sikap)

Perbedaan individual dalam belajar dapat diterangkan dari perbedaan


latar belakang kultural genetik dan keadaan sesaat seperti kelelahan,
kelaparan dan situasi situasi emosional lainnya.
11

3) Prepotency of elements (kualitas elemen)

Lingkungan yang dihadapi organisme begitu kompleks, sehingga tidak


mungkin memperhatikan semua aspek dari stimulus secara sama penting. Jadi
dapat dibedakan antara aspek aspek yang sangat diperhatikan, dan aspek
aspek yang diabaikan sama sekali. Respon individu tergantung dari aspek-
aspek apa yang diperhatikannya.

4) Respon by analogy or similarity

Dalam menghadapi situasi yang baru, organisme akan menggunakan


pengalaman lamanya, karena situasi baru yang mirip dengan situasi yang
sudah biasa ditemui akan lebih akrab dan lebih mudah dihadapi. Ini
mendasari pendapat Thrndike tentang “transfer of training” melalui elemen
identik.

5) Associative shifting

Secara bertahap organisme dilatih untuk dapat menghadapi


situasi/masalah baru atau masalah yang lebih kompleks. Prinsip ini berberda
dengan terial n error yang dikendalikan olh persefsi terhadap kontiguitas
(kesinambungan).

2. Konsep-konsep Thondike sebelum tahun 1930

1) Revisi “Law of exercise”


Law of use yang menyatakan bahwa kaitan antara S-R akan diperkuat
dengan mengulang-ulang ltihan (use) ternyata tidak tepat. Begitu juga dengan
tidak menggunakan (disuse) belum tentu akan berarti lemahnya kaitan S-R →
latihan memang akan menigkatkan kemampuan namun akan lebih terbantu
kalau organisme tahu hasil latihan.
Revisi → latihan yang benar adalah penggunaa yang benar dan
memperoleh reward.
12

2) Revisi “Law of effect”


Akibat menyenangkan akan memperkuat respon sementara akibat yang
tidak menyenangkan belum tentu akan menyebabkan lemahnya respon.
Revisi → Hadiah akan meningkatkan kuatnya koneksi S-R sedangkan
hukuman tidak berpengaruh nyata terhadap kuat-lemahnya koneksi S-R. ‘

3) Belongingness
Belongingness adalah prinsip penambahan baru. Thorndike tidak setuju
dengan proksimitas. Dua hal yang berdekatan belum tentu diingat dengan
lebih baik. Hal yang diingat adalah yang mempunyai kaitan makna bersama.

4) Spread of effect
Akibat yang menyenangkan tidk saja memperkuat respons, namun juga
memperkuat hal hal lainnya yang ada pada saat respons itu dilakukan.

Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba.


Mencoba-coba ini dapat dilakukan manakala seseorang tidak tahu bagaimana
harus memberikan respon. Karakteristik belajar secara mencoba-coba adalah
sebagai berikut :

a. Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu.

b. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respon dalam rangka


memenuhi motif-motifnya.

c. Respon-respon yang dirasakan tidak sesuai dengan motifnya akan


dihilangkan.

d. Akhirnya, seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepat.

Thorndike juga mengemukakan prinsip-prinsip belajar yaitu :


a. Pada saat seseorang berhadapan dengan situasi yang bagi dia termasuk baru,
berbagai ragam respon maka akan ia lakukan. Respon tersebut ada kalanya
berbeda-beda sampai yang bersangkutan memperoleh respon yang benar.
13

b. Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, kepercayaan,
sikap dan hal-hal lain yang telah ada pada dirinya turut menentukan
tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
c. Pada diri seseorang sebenarnya terdapat potensi untu mengadakan seleksi
terhadap unsur-unsur penting dari yang kurang atau tidak penting hingga
akhirnya dapat menentukan respon yang tepat.
d. Orang cenderung memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama.
e. Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan situasi
tertentu tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan situasi
tersebut mempunyai hubungan.
f. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya relatif lebih mudah untuk
dipelajari.

D. Penerapan Teori Thorndike

a. Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan,
respon apa yang diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan
respon. Oleh karena itu tujuan pendidikan harus dirumuskan dengan jelas.

b. Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta


didik. dan terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat
menerapkan menurut bermacam-macam situasi.

c. Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap
dari yang sederhana sampai yang kompleks.

d. dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah
adanya respon yang benar terhadap stimulus.

e. Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila
belum baik harus segera diperbaiki.

f. Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan


dalam masyarakat.
14

g. Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak
kelak setelah keluar dari sekolah.

h. Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan


meningkatkan kemampuan penalarannya.

E. Kelebihan Dan Kelemahan Thorndike


1. Kelebihan Teori Thorndike
Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu
permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga.
Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik
menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.

2. Kelemahan-kelemahan dari teori Thorndike


a. Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka
disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang
otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat
dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi
manusia.
b. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan
respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi
tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus menerus.
c. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak
dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan
pengertian sebagai unsur yang pokok dalam belajar.
d. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena
sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin
atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai
dengan potensi yang ada pada diri mereka.
15

F. Ciri – Ciri Belajar Menurut Thondike

Adapun beberapa ciri – ciri belajar menurut Thorndike, antara lain :


1. Ada motif pendorong aktivitas
2. Ada berbagai respon terhadap sesuatu
3. Ada aliminasi respon – respon yang gagal atau salah
4. Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan teori stimulus-respon, Thorndike menyatakan bahwa cara


belajar manusia dan binatang pada dasarnya sama, karena belajar pada
dasarnya terjadi melalui pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon.
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon
(R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang
menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat
sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan
karena adanya perangsang.

Teori belajar Thorndike di sebut “ Connectionism” karena belajar


merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon.
Teori ini sering juga disebut “Trial and error” dalam rangkan menilai respon
yang terdapat bagi stimulus tertentu.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan atau


pengetahuan para pembaca tentang “teori pembelajarn menurut Thorndike”.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini, semoga para pembaca dapat memakluminya.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.logosconsulting.co.id/media/edward-thorndike-dan-eksperimen-
kucing-di-dalam-kotak/?amp=1

https://nuraeni68.blogspot.com/2011/10/makalah-teori-belajar-
thorndike.html?m=1

http://eprints.umsida.ac.id/1278/1/PSITeoribljr.pdf

https://youtu.be/vLkYyFzTkLo

16

Anda mungkin juga menyukai