Anda di halaman 1dari 48

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA


MELALUI PENERAPAN MODEL KERJA KELOMPOK
DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI KELAS VIII
UPT SMPN 2 RANAH AMPEK HULU TAPAN

OLEH:

EMRIZAL, S.Pd
NIP. 19820407 201001 1 031

UPT SMPN 2 RANAH AMPEK HULU TAPAN


TAHUN 2018
LEMBARAN PENGESAHAN

Penelitian Tindakan Kelas

Telah Diperiksa dan Disahkan


untuk Diajukan Kepada Tim Penilai
Penetapan Angka Kredit Jabatan Guru

Disahkan di : Tapan
Pada Tanggal : 04 November 2019

Diketahui:
Kepala Sekolah

MUKHLIS, S.Pd, M.Pd


NIP. 19730308 199802 1 001

i
LEMBARAN PENGESAHAN JUDUL

Judul : Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa melalui Penerapan


Model Kerja Kelompok dalam Pembelajaran Seni
Budaya di Kelas VIII UPT SMPN 2 Ranah Ampek
Hulu Tapan
Mata Pelajaran : Seni Budaya
Lama Penelitian : Agustus – Oktober 2019
Peneliti : Emrizal, S.Pd
Unit Kerja : UPT SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan

Mengetahui Tapan,04 November 2019


Kepala Sekolah Peneliti

MUKHLIS, S.Pd, M.Pd EMRIZAL, S.Pd


NIP. 19730308 199802 1 001 NIP. 19820407 201001 1 031

ii
ABSTRAK

Emrizal. 2019. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa melalui Penerapan Model


Kerja Kelompok dalam Pembelajaran Budaya di Kelas VIII UPT
SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Aktivitas belajar siswa dalam


mata pelajaran Seni Rupa (Ketrampilan) melalui penerapan model kerja
kelompok di UPT SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan .
Penelitian ini tergolong pada PTK yang berlangsung dua siklus setiap
siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Disamping itu setiap satu kali pertemuan
terdiri dari empat tahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Tindakan dilakukan di kelas VIII dimana siswa terdiri dari 26 orang.
Peneliti dalam penelitian dibantu oleh seorang observer yaitu yang berperan
sebagai pengamat. Data penelitian dianalisis dengan formula persentase yang
menggambarkan data sebagai mana adanya.
Hasil penelitian meliputi:
Pada pembelajaran seni rupa (ketererampilan) di UPT SMPN 2 Ranah
Ampek Hulu Tapan setalh dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
sebagai berikut: Aktifitas belajar siswa disiklus pertama dan kedua tertinggi pada
indikator menjawab soal-soal, Aktifitas belajar siswa yang terendah disiklus
pertama dan kedua ada pada indikator aktifitas bertanya , Aktifitas siswa pada
pembelajaran Seni Rupa dari siklus pertama sampai kedua mengalami
peningkatan melalui model kerja kelompok di Kelas VIII UPT SMPN 2 Ranah
Ampek Hulu Tapan .

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti sampaikan kepada Allah SWT atas rahmat dan

hidayahnya laporan PTK ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. PTK ini

berjudul Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa melalui Penerapan Model Kerja

Kelompok dalam Pembelajaran Seni Rupa (Keerampilan) di Kelas VIII UPT

SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan

Ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak yang bekontribusi atas

kontribusi dan dorongannya laporan ini dapat diselesaikan. Terimakasih juga

disampaikan

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh sebab

itu Penulis bersedia menerima kritikan dan saran yang konstruktif . Kiranya

laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN JUDUL ......................................................ii
ABSTRAK ..................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masala................................................................. 1
B. Masalah dan Pemecahan .............................................................. 5
C. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori ................................................................................. 7
B. Hipotesis ..................................................................................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .......................................................................... 14
B. Setting Penelitian ....................................................................... 15
C. Desain Penelitian........................................................................ 15
D. Tahap Penelitian......................................................................... 16
E. Data dan Cara Pengambilan ....................................................... 19
F. Teknik Analisis Data.................................................................. 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ......................................................................... 22
B. Pembahasan............................................................................... 29

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 31
B. Saran ......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 32


LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alat Pengumpul Data 19

Tabel 2 Pelaksanaan Materi Siklus I 22

Tabel 3 Aktivitas Siklus I Pertemuan I 23

Tabel 4 Aktivitas Siklus I Pertemuan II 24

Tabel 5 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus I 24

Tabel 6 Pelaksanaan Materi Siklus II 26

Tabel 7 Aktivitas Siklus I Pertemuan I 27

Tabel 8 Aktivitas Siklus I Pertemuan II 28

Tabel 9 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus II 28

Tabel 10 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II 29

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Penelitian Tindakan Kelas 15

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Format Observasi

Dokumentasi Penelitian

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui antara lain dengan

perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, meningkatkan kemampuan tenaga

pendidik melalui penataran-penataran dan penelitian-penelitian, namun demikian

dirasakan kualitas pendidikan itu kurang dan belum mencapai hasil yang optimal

khususnya dalam pembelajaran seni rupa (Keterampilan)

Kualitas pendidikan bukan saja dipengaruhi input pendidikan tetapi

pelaksanaan proses pendidikan sangat menentukan, berarti pelaksanaan proses

pengajaran merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam rangka untuk

mencapai tujuan pendidikan. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar sangat

ditentukan oleh dua factor (1) pengelolaan proses belajar mengajar dan pengajaran

itu sendiri dan (2) kemampuan mengelola proses belajar mengajar (Sudjana,

1986).

Pembelajaran yang baik dapat diciptakan situasi yang memungkinkan anak

belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran (Semiawan,

1985:63). Namun sebaliknya rendahnya mutu pendidikan tergantung pada

pengelolaan proses belajar mengajar yang dapat diartikan kurang efektifnya

proses belajar mengajar, penyebabnya (1) rendahnya aktifitas belajar, (2)

rendahnya kinerja guru, (3) sarana dan prasarana yang belum memadai.

Pada abad 21 ini, kits perlu menelaah kembali praktik-praktik

pembelajaran di sekolah - sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia

pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk berpartisipasi secara utuh

1
dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan

tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

Persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga

sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah

merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-

muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya

dipandang oleh siswa sebagai yang maha tahu dan sumber informasi. Lebih celaka

lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena

dibayangi oleh tuntutantuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.

Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam melakukan proses

belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seharusnya kegiatan belajar

mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong

yang bisa diisi dengan muatanmuatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh

guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa.

Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya.

Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan

sebaya (peer teaching) temyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru.

Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk

bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut

sebagai sistem "pembelajaran gotong royong" atau cooperative learning. Dalam

sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator

Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai

lebih sering disekolah-sekolah. Seizing dengan proses globalisasi, juga terjadi

transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk

2
lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan — keterampilan baru untuk

bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.

Sesungguhnya, bagi gum-guru di negeri ini metode gotong royong tidak

terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai

metode kerja. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering

menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.Sayangnya, metode kerja

kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negative

memang bermunculan dalam pelaksaan metode kerja kelompok. Jika kerja

kelompok tidak berhasil, siswa cenderung -saling menyalahkan. Sebaliknya jika

berhasil, muncul perasaan tidak adil

Siswa yang pandai atau raj in merasa rekannya yang kurang mampu telah

membonceng pada basil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang

seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan

bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidak puasaan dan kekecewaaan. Bukan

hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja

kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka

dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang.

Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok tersebut

seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan

perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang

diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja

kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative

learning bisa didefinisikan sebagai kerja atau belajar kelompok yang berstruktur.

3
Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson &

Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,

interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Kekawatiran

bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam

dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam

penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar

secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung

jawab.

Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga

masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab

pribadinya karena ada sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja

membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai

dengan poin-poin perbaikannya.

Hasil diskusi dan wawancara peneliti dengan guru Kelas VIII terungkap

bahwa masalah hasil belajar Seni rupa (keterampilan) yang masih rendah ini

terkait dengan aktifitas sasaran yang masih minimal.

Beranjak dari masalah tersebut sehubungan dengan diterapkan kurikulum

berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP)

yang penekannya pada standar isi diperlukan pembelajaran yang dapat

meningkatkan keaktifan siswa yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa (Depdiknas, 2003).

Bertolak dari fenomena tersebut, maka peneliti merasa terpanggil untuk

mengkajinya dalam sebuah penelitian tindakan dalam sebuah judul “

Peningkatan Aktivitas Belajar siswa melalui penerapan Model Kerja

4
Kelompok dalam Pembelajaran Seni Rupa (Keerampilan) di Kelas VIII UPT

SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan”.

B. Masalah dan Pemecahan Masalah

1. Masalah

Berdasarkan obesrvasi peneliti dilapangan sesuai ditemukan

bahwsanya :

1) Kurang proaktifnya siswa dalam pembelajaran.

2) Hanya sedikit sekali siswa yang aktif, kreatif dan inisiatif.

3) Sedikit siswa yang mau bertanya dan menjawab pertanyaan.

4) Banyak siswa yang izin keluar masuk dalam proses belajar mengajar.

5) Kemauan mengajukan usul dan menyimpulkan masih kurang.

6) Pemilihan model pembelajaran oleh guru belum tepat

2. Pemecahan Masalah

Rendahnya aktifitas siswa dalam pembelajaran Seni Rupa

(Keterampilan) dapat diupayakan pemecahannya melalui pembelajaran model

Kerja Kelompok.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pemecahan masalah di atas, maka

dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan penerapan pembelajaran

model Kerja Kelompok dapat meningkatkan aktifitas belajar sesuai pada

pembelajaran Seni Rupa (keterampilan) di Kelas VIII UPT SMPN 2 Ranah

Ampek Hulu Tapan .

5
D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penerapan

pembelajaran model Kerja Kelompok untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa

pada pembelajaran Seni Rupa (Keterampilan) di Kelas VIII UPT SMPN 2 Ranah

Ampek Hulu Tapan .

E. Manfaat Penelitian

1. Dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan guru dalam memilih metode

pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa.

2. Sebagai informasi bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan sumberdaya guru serta siswa dalam meningkatkan mutu

pendidikan dalam penerapan berbagai metode khususnya penerapan

pembelajaran model kerja kelompok.

3. Menambah wawasan guru tentang konsep model kerja kelompok dalam

pembelajaran.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Aktifitas Belajar

Aktifitas belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan. Imansyah Alepandi (1984:87) mengungkapkan belajar

adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu siswa, baik

yang mengenai tingkat kemampuan dalam proses pengembangan jiwa, sikap,

pengertian, minat, penyesuaian diri dan segala aspek organisasi lainnya.

Cronch dalam Djmarah (2002:13) mengatakan learning is shown by

change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas

yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Howard I Kningkey dalam Jamrah (2002:13) mengatakan learning is the

process by wich behavior (im the broader sense) is originated or changed

trough practive or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam

arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latiha. Blom dalam

Sagala (2003:33) menyatakan tiga jenis belajar yaitu:

a. Ranah kognitif : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi

b. Ranah : penghayatan (sikap)

c. Ranah psikomotor : kecakapan motorik

Berkualitas atau tidaknya suatu proses belajar mengajar sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kemampuan guru, tersedianya

sarana dan prasarana, pemilihan metode dan media, kemampuan siswa dan

7
dukungan dari pemimpin sekolah serta masyarakat. Faktor tersebut akan

dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu program pembelajaran

akan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan apabila direncanakan

dengan baik. Menurut Depdiknas (2004:43) ada tiga hal pokok yang perlu

diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran yakni:

a. Materi apa yang akan diajarkan

b. Bagaimana cara mengajar dan bagaimana cara mengetahui bahwa proses

pembelajaran dapat berlangsung

c. Sejauh mana siswa berhasil menguasainya

Untuk mencapai hasil belajar yang autentik, sejati, tahan lama,

mengajar harus berdasarkan pelajaran yang mengandung makna bagi anak-

anak. Menurut Dimiyati dan Mujiono (2002:13) belajar akan menjadi berarti

bila siswa memehami tujuan belajar dan guru mampu memusatkan segala

kemampuan mental siswa. Guru perlu menciptakan suasana yang membuat

siswa antusias terhadap persoalan yang ada.

Sementara itu kompetensi yang dijabarkan dalam tujuan pendidikan

nasional ada dua yaitu:

a. Keterampilan hidup (life skill), merupakan keterampilan untuk

menciptakan atau menemukan pemecahan masalah baru dengan

menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur yang dipelajari.

b. Keterampilan sikap (afektif) sikap yang berkenaan dengan nilai, moral,

tat susila, baik buruk dan sebagainya.

Motivasi merupakan salah satu faktor psikis yang sangat

berpengaruh, karen motivasi merupakan kekuatan tersembunyi yang dapat

8
menggerakkan seseorang untuk dapat berbuat baik dalam mencapai tujuan

belajar. Menurut Koeswara (1989:13) motivasi merupakan dorongan mental

yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. Jelas berdasarkan

pandangan tersebut tanpa adanya perhatian dan motivasi yang kuat, hasil

belajar yang dicapai siswa tidak akan berarti. Motivasi belajar biasa tumbuh

yakni dari dalam dan luar diri sendiri. Guru yang bijaksana selalu

memberikan stimulus berupa pujian kepada siswa agar timbul motivasi dari

luar diri siswa.

2. Metode Pembelajaran Diskusi Dalam Pembelajaran Seni Rupa

Menurut Davidson dan Worshom (1992) Cooperative learning adalah

strategi pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk

menciptakan pendekatan pembelajaran efektif yang mengeintegrasikan

keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Sedangkan menurut Jhonson:

1990 Cooperative Learning adalah kegiatan belajar mengajar secara

kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama dalam mencapai pengalaman

belajar yang optimal, baik pembelajaran Cooperative diharapkan dapat

mendidik siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok dan saling

memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk mengeluarkan ide

atau gagasan masing-masing dalam menyelesaikan tugas bersama.

Langkah-langkah dari metode Cooperative Learning sebagai berikut:

1. Menentukan kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang.

2. Menyediakan wacana atau masalah sesuai dengan topik pembelajaran.

3. Bekerja kelompok untuk mengamati, membaca, serta menulis ide-ide

atau tanggapan dalam krtas.

9
4. Melaksanakan diskusi kelompok dan setiap kelompok harus

mempresentasikan.

Ability grouping adalah praktek memasukkan beberapa siswa dengan

kemampuan yang setara dalam kelompok yang sama. Jadi dalam satu kelas

ada kelompok siswa yang pandai dan yang lemah.

Pengelompokkan homogeny berdasarkan prestasi belajar siswa

sangat disukai karena bermanfaat: (1) pengelompokkan cara ini sangat

praktis dan mudah dilakukan secara administratif, (2) untuk memudahkan

pengajaran, (3) dapat menyelesaikan masalah pengajaran. Disamping

memiliki manfaat, pengelompokkan secara homogeny juga memiliki dampak

yaitu (1) bertentangan dengan misi pendidikan, (2) bahwa sekolah

seharusnya menjadi miniature masyarakat (Jhon Dewey, dalam Lie 2005).

Maka dari itu sekolah atau ruang kelas sejauh mungkin perlu

mencerminkan keanekaragaman dalam masyarakat dengan tingkatan

kemampuan dan keterbatasan yang berbeda-beda dan saling berinteraksi,

bersaing dan bekerja sama. Pengelompokkan heterogenitas merupakan ciri-

ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kerja kelompok. Kelompok

heterogenitas biasa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman

gender, latar belakang sosial ekonomi dan etnik serta kemampuan akademis.

Dalam hal ini kemampuan akademis kelompok pembelajaran biasanya terdiri

dari satu orang dengan kemampuan akademis tinggi, dua orang kemampuan

sedang dan satu lainnya dari kelompok akademis kurang. Secara umum

kelompok heterogenitas ini disukai guru karena beberapa alasan: (1)

kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer

10
tutoring) dan saling mendukung, (2) kelompok ini meningkatkan relasi dan

interaksi antar ras, etnik, dan gender, (3) kelompok heterogen memudahkan

untuk pengelolaan kelas karena adanya satu orang yang berkemampuan

akademis tinggi guru mendapatkan asisten untuk setiap tiga orang.

Adapun kendala yang dihadapi guru adalah keberatan dari siswa yang

berkemampuan tinggi, mereka merasa rugi dan dimanfaatkan tanpa biasa

mengambil manfaat apa-apa dalam kegiatan belajar kelompok karena rekan-

rekan dalam kelompok tidak lebih pandai dari mereka dan siswa ini pun

sering memprotes guru. Dalam hal ini guru perlu mejelaskan kepada siswa

tersebut bahwa mereka dapat mengambil manfaat secara kognitif dan afektif.

Secara afektif siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi juga

perlu melatih diri untuk biasa bekerja sama dan berbagi kepada temannya

yang memiliki akademis rendah. Kemampuan bekerja sama ini sangat

bermanfaat nantinya dalam dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat.

Menurut Scoot Gordon (1991) dalam bukunya History and

philosophy of social science, pada dasarnya manusia senang berkumpul

dengan yang sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Jumlah

anggota kelompok bervariasi mulai dari dua sampai lima menurut kesukaan

guru dan kepentingan yang bersangkutan. Kelompok berlima memiliki

kelebihan dan kekurangan yaitu:

a. Kelebihan

1) Jumlah ganjil memudahkan proses pemgambilan suara

2) Lebih banyak ide muncul

3) Lebih banyak tugas yang biasa dilakukan

11
4) Guru mudah memonitor kontribusi

b. Kelemahan

1) Membutuhkan lebih banyak waktu

2) Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik

3) Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak

memperhatikan

4) Kurang kesempatan untuk individu

Menurut Roger dan David Jhonson (dalam Lie: 1992) mengatakan

bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dari kerja kelompok ada lima

unsur model pembelajaran yang harus ditetapkan:

a. Saling ketergantungan positif

b. Tanggung jawab perseorangan

c. Tatap muka

d. Komunikasi antar anggota

e. Evaluasi proses kelompok

Cooper dalam Dunner (1999:14) menyatakan bahwa Cooperative

Learning adalah strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematik

kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk menghasilkan produk yang

sama.

Slavin (1995:2) merumuskan Cooperative Learnig merujuk pada

variasi metode mengajar, dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil

untuk saling tolong menolong mempelajari isi materi. Selanjutnya

dikatakan ada tiga konsep yang menjadi fokus pembelajaran Cooperative

yaitu: (1) Team Reword atau penghargaan kelompok yang merupakan

12
dukungan untuk mendapatkan penghargaan individu yakni kesuksesan

kelompok diperoleh melalui anggota, (2) individually Accountability yakni

setiap individu bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya

dengan menjaga keharmonisan bekerja sama dan, (3) Equal Opportunities

For Succeses yakni masing-masing siswa memberikan kontribusi kepada

team atau kelompoknya untuk berhasil (Slavin 1995:5).

Wenzei berpendapat bahwa aturan-aturan dan norma-norma yang

melingkupi sosial didalam kelas seperti kerja sama, menghargai orang lain,

dan bentuk-bentuk partisipasi positive kelompok merupakan faktor-faktot

yang sangat mempengaruhi prestasi akademis (2009:51).

Hasil masing-masing kelompok dikumpulkan kepada guru dengan

metode diskusi sangat menarik dan dapat memotivasi siswa dalam

meningkatkan partisipasi belajar karena dengan pembelajaran diskusi siswa

membaca buku wacana dan menuliskan tanggapan serta bekerja sama

dengan kelompok dan mendiskusikannya. Diharapkan dengan metode

diskusi siswa dapat meningkatkan partisipasi belajar dalam pembelajaran

Matematika dan juga dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapainya.

B. Hipotesis Tindakan

Penerapan model kerja kelompok dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa

pada pembelajaran Seni Rupa (Keterampilan) di UPT SMPN 2 Ranah Ampek

Hulu Tapan.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong pada jenis PTK (Penelitian Tindakan Kelas).

Menurut Suharssimi (2002) PTK merupakan gabungan dari tiga definisi kata

“peneliti + Tindakan + Kelas” sebagai berikut: peneliti adalah kegiatan

mencermati suatu objek menggunakan aturan metodologi tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu

hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak

peneliti yang berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok

siswa yang dalam waktu yang sama pembelajaran dari seorang guru.

Menurut Almash dan kawan-kawan (1998) PTK adalah suatu bentuk

penelitian reflektif yang melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas lebih

profesional yang hendak dicapai.Musir dan Gunawan (1998) mengemukakan PTK

adalah penelitian ilmiah yang mencari kebenaran tindakan nyata perbaikan suatu

keadaan dengan menunjukkan secara langsung hubungan sebab akibat antara

tindakan dan hasil yang hendak dicapai, penelitian ini dilakukan secara

kalaboratif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan PTK adalah penelitian tindakan yang

dilakukan dikelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktek

pembelajaran.

14
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII UPT SMPN 2 Ranah Ampek

Hulu Tapan yang berjumlah 26 orang siswa, yang mana terdiri dari 10 siswa

laki-laki dan 16 siswa perempuan.

C. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yaitu gambaran tentang langkah-langkah riil yang

akan dilakukan dalam tindakan. Penelitian didahului dengan mengamati dan

mengidentivikasi permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran di

ruang kelas. Selanjutnya di focus penelitian dari permasalahan yang telah ditemui,

rencana dan tindakan yang akan diterapkan di kelas sebagai upaya pemecahan

masalah. Berdasarkan penjelasan diatas, rencana penelitian yang akan dilakukan

menggunakan empat aspek pokok yaitu: rencana, tindakan, observasi dan refleksi

Step of Action Reaserch


PLANNING

ACTING

PLANNING

OBSERVATING

Gambar 1. Model penelitian tindakan kelas


Sumber Arikunto (2007:6)

15
D. Tahap Penelitian

1. Persiapan

Persiapan pada penelitian ini berkaitan dengan penulisan proposal, persiapan

RPP, menyiapkan observer dan lembar observasi.

2. Studi Awal

a. Melakukan pretes (tes awal) untuk menyeleksi pengetahuan awal yang

dimiliki oleh siswa Kelas VIII UPT SMPN 2 Ranah Ampek Hulu

Tapan tentang Komepentensi dasar Mengidentifikasi keunikan gagasan

dan teknik dalam karya seni rupa terapan daerah setempat.

b. Menentukan kelas yang akan diobservasi.

3. Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan beberapa siklus, masing-masing kegiatan pokok

yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

a. Peaksanaan siklus1

1) Perencanaan tindakan

a) Menyiapkan materi pembelajaran

b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c) Menyiapkan lembar observasi

2)Pelaksanaan tindakan

a) Membuka pelajaran dengan melakukan absensi, persepsi, dan

motivasi.

b) Menjelaskan cara belajar kepada siswa agar dapat mengerti

tindakan yang akan dilakukan.

16
3) Tindakan penelitian

a) Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kerja

b) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan

materi kepada setiap kelompok

d) Siswa mencari dan mendiskusikan materi yang diberikan guru

lebih kurang 20 menit

e) Guru membimbing masing-masing kelompok

f) Siswa membimbing siswa untuk menyampaikan pendapat

g) Siswa melaporkan hasil kerjanya kedepan kelas dan sekaligus

meminta tanggapan dari kelompok lain

h) Guru memberikan kesimpulan akhir

b. Pelaksanaan siklus 2

1) Pelaksanaan tindakan

a) Menyiapkan materi pembelajaran

b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c) Menyiapkan lembar observasi

2) Pelaksanaan tindakan

a) Membuka pelajaran dengan melakukan absensi, apersepsi, dan

motivasi.

b) Menjelaskan cara belajar kepada siswa agar dapat mengerti

tindakan yang akan dilakukan.

17
3) Tindakan penelitian

a) Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kerja

b) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan materi

kepada setiap kelompok

d) Siswa mencari dan mendiskusikan materi yang diberikan guru

lebih kurang 20 menit

e) Guru membimbing masing-masing kelompok

f) Siswa membimbing siswa untuk menyampaikan pendapat

g) Siswa melaporkan hasil kerjanya kedepan kelas dan sekaligus

meminta tanggapan dari kelompok lain

h) Guru memberikan kesimpulan akhir

4. Observasi

Tindakan yang dilakukan pada saat observasi adalah mengamati dan

mencatat segala tindakan dan perilaku siswa.

5. Refleksi

Tindakan refleksi merupakan catatan tentang tanggapan, kesimpulan dan

hasil perilaku dan tindakan siswa dan memcatat segala kelebihan dan

kekurangan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung.

Kolaborator dalam hal ini berperan untuk mencatat segala bentuk prilaku

atau tindakan siswa selama pembelajaran.

18
E. Data dan Cara Pengumpulan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah keterkaitan dengan

tindakan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Alat yang dipakai untuk

pengumpulan data pada penelitian ini terdiri checklist, anekdot, dan pedoman

wawancara.

1. Checklist

Checklist bertujuan melihat kejadian yang diharapkan terlaksana atau tidak.

Kejadian-kejadian yang diharapkan itu mengacu pada aktivitas hasil belajar

siswa yang sub indikatornya terdiri dari aktifitas bertanya, aktifitas menjawab,

aktifitas menyimpulkan dan aktifitas menjawab soal.

Tabel 1. Alat pengumpul data

No. Indicator aktifitas diskusi siswa Pertemuan Jumlah


diKelas VIII
1. Bertanya
2. Menjawabsoal-soal
3. Bekerjasama
4. Menyimpulkan
Sumber : pengelolaan data primer,2019

2. Rupakan Anekdot record

Anekdot record merupakan catatan penelitian tentang apa yang terjadi

dilapangan. Apa yanag dicatat harus sesuai dengan keadaan sebenarnya, atau

dengan kata lain apa adanya,” .Catatan refleksi, catatan deskriptif. Catatan

deskriptif mencakup uraian atau gambaran mengenai kondisi kelas seperti apa

adanya, kondisi siswa, suasana kelas, guru yang mengajar dan guru mitra.

19
Sedangkan catatan reflektif mencakup tentang tanggapan penelitian dan guru

mengenai apa saja yang ada dalam catatan deskriptif, rumusan tentang

kelemahan dan kekuatan tindakan untuk kegiatan yang perlu dilakukan pada

Nama sekolah :

Kelas :

Hari / tanggal :

Nama portugis :1.......................

2.......................

Materi

Catatan deskriptif :

Catatan reflektif :

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti

selaku penelitian tindakan kelas, untuk pembelajaran Seni Budaya di Kelas

VIII UPT SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan . Pedoman wawancara

digunakan untuk menyaring data, pendapat siswa tentang aktifitas.belajar

mereka dalam kelas.

F. Teknik Analisis Data

Untuk megukur tindakan keaktifan belajar siswa maka digunakan kriteria

keberhasilan sebagai berikut:

1. Apabila < 41% siswa aktif masih perlu dilanjutkan


2. Apabila >41%-<59% aktif perlu dikonfirmasi dengan guru
3. Apabila >60% siswa aktif tindakan dianggap berhasil (Suciadi:2000)
Untuk mendapatkan besaran presentase diatas maka di tentukan melalui :

Rumus : P =F/N X 100%

20
Keterangan:
P = Presentase
F = Frekuensi
N = Sampel

Analisis persentase dilakukan untuk melihat kecendrungan dari sejumlah

data atau skor berdasarkan kategori yang telah ada (Zafri, 1999:83). Dimyati,

(1994:115) mengemukakan bahwa siswa yang aktif digolongkan berdasarkan

indikator keberhasilan sebagaimana kategori berikut ini.

0%-33% :aktifitas rendah

34%-66% :aktifitas sedang

67%-100% : aktifitas tinggi

21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Siklus pertama

Pada siklus pertama pembelajarannya menggunakan metode diskusi,

dan kerja kelompok materi dan pelaksanaan dimuat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2. Pelaksanaan dan Materi Ajar pada Siklus I

No Pertemuan Indikator Pembelajaran


a. Menjelaskan pengertian karya
1. I
seni rupa terapan
a. Menjelaskan dan menyebutkan
2. II keunikan karya seni rupa
terapan daerah sumatera barat
Berikut diuraikan tahap-tahap kegiatan pada siklus pertama:

a. Rencana tindakan

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus dan RPP

2) Menyiapkan materi yang akan didiskusikan

3) Menyiapkan materi belajar

4) Menyiapkan LKS

5) Menyiapkan format observasi yang akan digunakan untuk pengamatan

b. Tindakan

Sesuai perencanaan diatas maka tahap tindakan ini mengikuti langkah

sebagai berikut:

1) Menyajikan garis besar materi secara klasikal sekitar 20 menit

2) Membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang secara

bervariasi, kemudian siswa duduk secara kelompok waktu 5 menit

22
3) Menjelaskan mekanisme, 5 menit

4) Siswa membuat ringkasan, 10 menit

5) Siswa mempresentasikan, 5 menit

6) Siswa melakukan tanya jawab kemudian menyimpulkan 30 menit

7) Guru membimbing siswa merangkum materi 5 menit

Sebelum diskusi kelompok dilakukan maka siswa diberiwaktu untuk

mencatat dan membuat ringkasan materi yang akan didiskusikan.

Mekanisme ini berlaku untuk empat kali pembelajaran siklus pertama.

c. Observasi

Bertolak dari tujuan penelitian yang dikemukakan pada bagian

terdahulu,maka aspek yang diamati dalam diskusi kelompok menyangkut

aktifitas bertanya, menjawab, menjawab soal dan menyimpulkan. Hasil

observasi diskusi pertama pada empat kali pembelajaran untuk setiap

indicator aktifitas diuraikan satu persatu. Untuk pertemuan pertama

distribusi frekuensi aktifitas siswa belajar digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi frekuensi aktifitas belajar siswa pada pembelajaran seni


Rupa (Keterampilan) pertemuan 1 siklus I , N=26.
No. Indicator aktifitas Pertemuan 1
F N %
1. Bertanya 6 26 23,07
2. Menjawab soal-soal 17 26 65,38
3. Bekerja sama 9 26 34,61
4. Menyimpulkan 15 26 57,69
Rata-rata 45,19
Sumber: pengolahan data primer, 2019

Berdasarkan Tabel 3 diatas tergambar bahwa aktifitas belajar siswa

dalam pembelajaran paling menonjol yakni aktifitas menjawab soal-soal

23
65,38 % dan yang paling rendah adalah aktifitas bertanya yakni 23,07%.

Sedangkan aktifitas bekerjasama dan menyimpulkan masing-masing

sebesar 34,61 % dan 57,69 %. Untuk rata-ratanya yaitu sebesar 45,19 %

Untuk pertemuan kedua pada siklus pertama dapat diketahui

mengenai frekuensi aktifitas belajar siswa pada tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi frekuensi aktifitas belajar siswa pada pembelajaran Seni


Rupa (Keterampilan) pertemuan 2 siklus I , N=26.
Pertemuan II
No. Indicator aktifitas
F N %
1. Bertanya 7 26 26,92
2. Menjawab soal-soal 18 26 69,23
3. Bekerjasama 10 26 38,46
4. Menyimpulkan 17 26 65,38
Rata-rata 50
Sumber: pengolahan data primer, 2019

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa aktifitas belajar siswa

yang paling menonjol adalah aktifitas menjawab soal-soal yakni 69,23%

dan aktifitas belajar siswa yang paling rendah terdapat pada aktifitas

bertanya yakni 26,92 %. Rata – rata ke empat aspek 50 %.

Hasil observasi disiklus pertama pada dua kali pembelajaran untuk

setiap indikator aktifitas disusun sebagaimana terangkum dalam Tabel 5

berikut:

Tabel 5. Rekapitulasi Distribusi frekuensi Aktifitas Belajar siswa pada


pembelajaran Seni Rupa (Ketrampilan) di siklus I.
Pertemuan
Rerata
No. Indicator aktifitas I II
%
F % F %
1. Bertanya 6 23,07 7 26,92 24,99
2. Menjawab 17 65,38 18 69,23 67,30
3. Bekerjasama 9 34,61 10 38,46 36,53
4. Menyimpulkan 15 57,69 17 65,38 61,53
Rata-rata 45,19 50 47,59

24
Sumber: Pengolahan Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5 yaitu persentase pembelajaran seni rupa

(keterampilan) pada siklus 1 terlihat aktivitas yang menonjol adalah

aktivitas menjawab pertanyaan dengan persentase 67,30 %, sedangkan

aktivitas yang masih rendah adalah aktivitas pembelajaran bertanya yaitu

dengan persentase 24,99 %.

d. Refleksi

Berdasarkan analisis data observasi dan diskusi dengan kolaborator

terdapat kesepakatan bahwa metode diskusi dalam pembelajaran

Matematika terpadu cukup potensial untuk meningkatkanaktifitas belajar

siswa.

Metode diskusi pada hakekatnya tidak asing lagi bagi siswa.

Persoalannya siswa yang aktif pada keempat indicator masih berbeda jauh

dengan presentasenya, dimana dua incator menjawab soal dan bertanya

masih minim sekali.

Akhirnya peneliti dan kolaborator menyadari mekanisme

diskusinya mesti diinovasi yakni dalam diskusi semua anggota kelompok

diberi kesempatan yang sama untuk beranya, menjawab soal, dan

digilirkan. Berdasarkan kelemehan tersebut maka pelaksanaan siklus

keduameski dilakukan perubahan mekanisme

2. Siklus Kedua

Pembelajaran disiklus kedua berlangsung dua kali pertemuan di kelas yang

sama seperti di siklus pertama. kegiatan pembelajaran dan materi ajar disiklus

keduan ini di rangkum dalam tabel berikut:

25
Tabel 6. Pelaksanaan dan Materi Ajar pada Siklus II

No Pertemuan Indikator Pembelajaran


1. I Menyebutkan dan menjelaskan
keunikan teknik seni rupa
ukiran daerah sumatera barat
2. II Menyebutkan model dan corak
ukiran sumatera barat
Sumber :pengelolaan data primer 2019

Pada siklus kedua mengikuti tahapan sebagai berikut:

a. Rencana tindakan

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus dan RPP

2) Menyiapkan materi yang akan di diskusikan

3) Menyiapkan materi belajar

4) Menyiapkan LKS

5) Menyiapkan format observasi yang akan digunakan untuk pengamatan

b. Tindakan

Sesuai dengan perencanaan, diatas maka tahap tindakan ini

mengikuti langkah sebagi berikut:

1) Menyajikan garis besar materi secara klasial sekitar 20 menit

2) Membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang secara

bervariasi kemudian duduk secara berkelompok waktu 5 menit

3) Menjelaskan mekanisme diskusi, 5 menit

4) Siswa membuat ringkasan 10 menit

5) siswa mempresentasikan materi 5 menit

6) siswa melakukan tanya jawab kemudian menyimpulkan 30 menit

7) guru membimbing siswa merangkum materi 5 menit.

26
Sebelum diskusi kelompok dilakukan maka siswa diberi waktu

untuk mencatat atau membuat ringkasan materi yang akan didiskusikan.

Mekanisme tindakan ini berlaku untuk pembelajaran disiklus kedua.

c. Observasi

Bertolak dari tujuan penelitian yang dikemukakan pada tindakan

terdahulu, maka aspek yang diamati dalam diskusi kelompok menyangkut

aktifitas bertanya, menjawab, menjawab soal, dan menyimpulkan.

Hasil observasi disiklus kedua pada empat kali pengajaran untuk

setiap incator aktifitas diuraikan satu persatu. Untuk pertemuan pertama

pada siklus kedua distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa digambarkan

pada tabel berikut:

Tabel 7. Distribusi frekuensi aktifitas belajar siswa pada pembelajaran


seni Rupa Terapan pada pertemuan I siklus 2. N=26
Pertemuan I
No. Indikator aktifitas
F N %
1. Bertanya 13 26 50
2. Menjawab 23 26 88,46
3. Bekerjasama 15 26 57,69
4. Menyimpulkan 21 26 80,76
Rata-rata 69,23
Sumber: pengolahan data primer, 2019

Berdasarkan tabel diatas tergambar bahwa aktifitas belajar siswa

dalam pembelajaran paling menonjol yakni aktifitas menjawab pertanyaan

sebesar 88,46 %. Sedangkan aktifitas paling rendah ada pada indikator

bertanya yakni 50 %. Rata – rata semua aspek 69,23 %.

Untuk pertemuan kedua pada siklus kedua dapat diketahuai

mengenai frekuensi aktifitas belajar siswa pada tabel dibawah ini:

27
Tabel 8. Distribusi frekuensi aktifitas belajar siswa pada pembelajaran
Seni Rupa (Keterampilan) pada pertemuan II siklus 2. N=26

Pertemuan II
No. Indikator aktifitas
F N %
1. Bertanya 14 26 53,84
2. Menjawab 25 26 96,15
3. Bekerjasama 18 26 69,23
4. Menyimpulkan 23 26 88,46
Rata-rata 76,92
Sumber: Pengolahan Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel diatas tergambar bahwa aktifitas bejalar siswa

dalam pembelajaran paling menonjol yakni aktivitas menjawab pertanyaan

sebesar 96,15 %. Sedangkan aktifitas yang paling rendah ada pada

aktifitas bertanya yakni 53,84 %. Rata – rata semua aspek 76,92 %.

Hasil observasi disiklus kedua pada dua kali pertemuaan untuk

setiap indikator aktifitas disusun sebagai terangkum dalam tabel berikut

Tabel 9. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi aktifitas belajar siswa pada


pembelajaran Seni Rupa (Keterampilan) pada siklus II.
Pertemuan
Rerata
No. Indikator aktifitas I II
%
F % F %
1. Bertanya 13 50 14 53,84 51,92
2. Menjawab 23 88,46 25 96,15 92,30
3. Bekerjasama 15 57,69 18 69,23 63,46
4. Menyimpulkan 21 80,76 23 88,46 84,61
Rata-rata 69,23 76,92 73,07
Sumber : pengelolaan data primer, 2019

Berdasarkan tabel diatas tercemin aktifitas belajar siswa pada

pembelajaran Seni Rupa (Keterampilan) yang tertinggi adalah aktifitas

menjawab pertanyaan yakni 92,30 % dan yang terendah yakni bertanya

yakni 51,92 %. Rata – rata semua aspek sebesar 73,07 %.

28
Untuk mendapatkan gambaran peningkatan aktifitas belajar siswa

dari siklus I ke siklus II maka digambarkan pada table berikut:

Tabel 10. Rekapitulasi Aktifitas Belajar Siswa pada siklus I dan II

No. Aktivitas Siklus I Siklus II Peningkatan


% % (%)
1. Bertanya 24,99 51,92 26,93
2. Menjawab 67,30 92,30 25,00
3. Bekerjasama 36,53 63,46 26,93
4. Menyimpulkan 61,53 84,61 23,08
Rata-rata 47,59 73,07 25,48

Berdasarkan tabel diatas tergambar bahwa peningkatan tertinggi

adalah aktifitas kerjasama soal dan bertanya yakni 26,93 % dan yang

terendah menyimpulkan 23,08 %. Secara keseluruhan untuk semua

indikator aktifitas terjadi peningkatan 25,48 %.

B. Pembahasan

Berdasarkan temuan yang diuraikan diatas ternyata aktifitas belajar sesuai

dapat menyangkut dengan penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran

Matematika persentase aktifitas terendah adalah menjawab soal.

Kenyataan aktifitas terendah adalah aktifitas menjawab soal.Kenyataan ini

terjadi sangat beralasan misalnya takut salah.Takut salah biasanya dipengaruhi

kurang memahami masalah yang sedang dibicarakan.Disamping itu siswa juga

khawatir teman yang ditanya takut menyerang balik dan ditertawakan teman

sekelas. Disisi lain presentase aktifitas menyimpulkan merupakan yang paling

besar. Hal ini sangat logis sebab menyimpulkan tersebut dituntun oleh guru secara

klasial.

29
Temuan bahwa aktifitas paling minim pada siswa dalam pembelajaran

adalah menjawab soal dan bertanya.Hal ini sangat masuk akal sebab kedua

aktifitas ini sangat erat kaitannya dengan emotional aktivitas.Konsep ini searah

dengan pendapat Diedrich dalam Sardiman, lebih jauh Diedrich menyatakan

bahwa aktifitas emosional menyangkut menaruh minat, rasa bosan, gembira,

semangat, gairah keberanian, ketenangan dan kegugupan.

Dalam bagian ini juga dijelaskan bahwa penyebab adalah rendahnya

aktifitas siswa.Untuk menjawab soal dan bertanya disebabkan oleh rendahnya

minat dan kurangnya keberanian serta kegugupan.Namun dapat dimengerti bahwa

siswa yang tidak mau bertanya atau menjawab soal sesungguhnya dilatar

belakangi oleh keberanian yang rendah.Keberanian pun sesungguhnya tidak

berdiri sendiri pada intinya bermuara pada tidak menguasai materi atau rendahnya

terhadap persoalan.

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut:

1. Aktifitas belajar siswa disiklus pertama dan kedua tertinggi pada indikator

menjawab soal-soal

2. Aktifitas belajar siswa yang terendah disiklus pertama dan kedua ada pada

indikator aktifitas bertanya

3. Aktifitas siswa pada pembelajaran Seni Rupa dari siklus pertama sampai

kedua mengalami peningkatan melalui model kerja kelompok di Kelas

VIII UPT SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan .

B. Saran

1. Diharapkan guru mencari taktik dan strategi agar siswa lebih banyak

terdorong untuk mau bertanya dalam pembelajaran.

2. Diharapkan agar guru tidak lagi terkonsentrasi menggunakan model

ceramah dalam PMB tetapi menggunakan model alternatif seperti model

kerja kelompok.

3. Diharapkan agar pimpinan sekolah melakukan supervise secara

berkelanjutan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Bumi Aksara

Davis keyfitas. 1998. Partisipasi dalam Organisasi. (terjemah). Jakarta :


Gramdia

Depdiknas. 2004. Manajemen Pemerintah Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:


Dirjen Dikdasmen

Djamarah, Syaiful. 2002. Guru dan Anak Didik dalam Ide interaksi Edukasi.
Jakarta: PT . Rineka Cipta

Dunner. 1999. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Gardon , 1991. Hystory and Phyloshopy of Social Science. London: Longman


Press

Konswara. 1989. Motivasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Lie, Anita. 1995. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Utama

Mujiono.2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT . Transito

Sudirman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafino Persada

Semiawan, Conny. 1985. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.


Gramedia

32
FORMAT OBSERVASI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL KERJA


KELOMPOK SISWA PADA PEMBELAJARAN SENI RUPA (KETERAMPILAN)
DI KELAS VIII UPT SMPN 2 RANAH AMPEK HULU TAPAN
Hari/Tanggal :
Siklus/Pertemuan ke :
Materi :
Kreatifitas Belajar
NO NAMA Bertanya Menjawab Bekerja sama Menyimpulkan jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
DOKUMENTASI PENELITIAN
BERITA ACARA SEMINAR

Hari .............................. tanggal ................................................ telah dilaksanakan Seminar


Laporan Penelitian bertempat di ............................................................................. dengan
rincian kegiaan sebagai berikut:

NO BAHASAN HASIL SEMINAR


PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL KERJA KELOMPOK DALAM
1 Judul PTS PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI KELAS VIII UPT
SMPN 2 RANAH AMPEK HULU TAPAN

2 Penulis Emrizal

3 Jumlah Peserta ..............Orang

4 Kesimpulan Sudah di seminarkan dan akan diperbaiki sesuai saran pada


notulen seminar

Demikianlah kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih

Mengatahui : .............................................
Kepala Sekolah Notulen Seminar

MUKHLIS, S.Pd, M.Pd .............................................


NIP. 19730308 199802 1 001 NIP.
DOKUMENTASI SEMINAR
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UPT SMP NEGERI 2 RANAH AMPEK HULU

SURAT KETERANGAN PUBLIKASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH


Nomor : 448 / I08.08.420.08/ SMP.02/KP-2019

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala UPT SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan Kabupaten
Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat menerangkan :

Nama : EMRIZAL, S.Pd


NIP : 19820407 201001 1 031
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk I / III.b
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Seni Budaya

Nama tersebut di atas telah memberikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang Berjudul
“PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL
KERJA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI KELAS VIII UPT
SMPN 2 RANAH AMPEK HULU TAPAN ” untuk disimpan di Perpustakaan UPT SMPN 2
Ranah Ampek Hulu Tapan.

Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Mengetahui : Tapan, 26 Oktober 2019


Kepala Sekolah Kepala Perpustakaan

MUKHLIS, S.Pd, M.Pd EMRIZAL, S.Pd


NIP. 19730308 199802 1 001 NIP. 19820407 201001 1 031
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UPT SMP NEGERI 2 RANAH AMPEK HULU

SURAT IZIN PENELITIAN


Nomor : 338/ I08.08.420.08/ SMP.02/KP-2019

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala UPT SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan Kabupaten
Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat menerangkan :

Nama : EMRIZAL, S.Pd


NIP : 19820407 201001 1 031
Pangkat/ Gol : Penata Muda Tk I / III.b
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Seni Budaya
Judul Penelitian : “PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL KERJA KELOMPOK DALAM
PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI KELAS VIII UPT SMPN 2
RANAH AMPEK HULU TAPAN ”

Dengan ini memberi izin kepada nama tersebut di atas untuk melakukan penelitian di UPT
SMPN 2 Ranah Ampek Hulu Tapan selama 3 (tiga) bulan yaitu dari Bulan Agustus s.d Oktober
2019.

Demikianlah surat keterangan ini diberikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tapan, 04 Agustus 2019


Kepala Sekolah

MUKHLIS, S.Pd, M.Pd


NIP. 19730308 199802 1001

Anda mungkin juga menyukai