Anda di halaman 1dari 13

Teori ini dikembangkan oleh Kenneth Burke.

Beliau dikenal
sebagai seorang pencetus dramatisme. Dramatisme, seperti
namanya yaitu mengonseptualisasikan kehidupan sebagai sebuah
drama, dan menempatkan pusat perhatian pada aksi yang
dilakukan oleh beragam pemain.

Teori Burke ini membandingkan kehidupan dengan sebuah


drama dan menyatakan bahwa sebagaimana bagian dari aspek
teatrikal, kehidupan membutuhkan aktor, adegan, aksi, dan
sebuah tujuan.
Teori ini juga mempersilakan seorang kritik retoris untuk
menganalisis motivasi pembicara dengan mengidentifikasi dan
membahas mengenai hal-hal ini. Drama adalah metafora yang
sukses untuk ide-ide Burke karena 3 alasan:

1. Drama menghasilkan cakupan yang luas, dan Burke tidak


membuat pernyataan terbatas. Tujuannya adalah untuk berteori
mengenai keseluruhan pengalaman manusia. Metafora dramatis
khususnya berguna dalam menggambarkan hubungan manusia
karena didasarkan pada interaksi atau dialog.
2. Drama cenderung mengikuti tipe atau genre yang mudah
dikenali. Burke percaya bahwa dengan cara tertentu kita
bisa membentuk dan menggunakan bahasa yang mungkin
berhubungan dengan cara drama manusia ini dimainkan.

3. Drama selalu ditujukan kepada khalayak. Dalam hal ini,


drama adalah retoris.
Burke mengajukan retorika baru yang memusatkan perhatian pada
beberapa masalah kunci, beberapa yang mengemuka diantaranya
mengungkapkan tentang identifikasi. Perbedaan antara pendekatan
Burke dan Aristoteles:
• Kata kunci pada retorika lama adalah persuasi dan penekanannya
pada desain yang menyeluruh.
• Sedangkan kata kunci pada retorika baru yaitu identifikasi dan
mungkin melibatkan sebagian dari faktor ‘ketidaksadaran’ pada
penampilannya.
Bahasa dan simbol-simbol Manusia adalah pembuat
Manusia adalah hewan yang
membentuk sistem yang pilihan-pilihan
menggunakan simbol-simbol
sangat penting untuk
manusia
Dalam teori Dramatisme ini terdapat 3 konsep kunci:

1. Substansi (isi materi), merupakan sifat umum terhadap suatu hal.


2. Identifikasi, yaitu keadaan yang ketika ada perpotongan antara
dua orang dalam hal isi materinya.
3. Konsubstansiasi (Proses perasaan bersalah dan Penebusan) , atau
masalah mengenai identifikasi dan substansi, berhubungan dengan
siklus rasa bersalah/penebusan karena rasa bersalah dapat
dihilangkan sebagai hasil identifikasi dan pemisahan. Bagi Burke,
proses rasa bersalah dan penebusan mengamankan keseluruhan
konsep simbolisasi.
Proses merasa bersalah dan berusaha untuk menghilangkannya ada di
dalam siklus Burke, yang mengikuti pola yang dapat diprediksi:

1. Tatanan atau hierarki (peringkat yang ada dalam masyarakat terutama


karena kempuan kita untuk menggunakan bahasa).
2. Negatifitas (menolak tempat seseorang dalam tatanan sosial;
memperlihatkan resistensi).
3. Pengorbanan (cara dimana kita berusaha untuk memurnikan diri kita dari
rasa bersalah yang kita rasakan sebagai bagian dari menjadi manusia). Ada dua
metode untuk memurnikan diri dari rasa bersalah, dengan menyalahkan diri
sendiri) dan pengkambinghitaman (salah satu metode untuk memurnikan diri
dari rasa bersalah, dengan menyalahkan orang lain).
4. Penebusan (penolakan sesuatu yang tidak bersih dan kembali pada tatanan
baru setelah rasa bersalah diampuni sementara).
Pentad yang digunakan untuk menerapkan teori
dramatisme terhadap pemahaman interaksi simbolik.

Agen Attitude

Aksi (act) Agency

Tujuan (Purpose) Adegan (scene)


RS. Siloam Sriwijaya Palembang sangat menyadari pentingnya menjalin hubungan dengan
masyarakat Palembang dalam setiap kegiatan agar terciptnya hubungan yang baik antara kedua
belah pihak yang sama-sama memiliki kota Palembang. Selain itu, RS. Siloam Sriwijaya Palembang
hadir ditengah kota Palembang untuk membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat Palembang sesuai dengan visi misi dari perusahaan. Untuk itu, pihak RS. Siloam
Sriwijaya Palembang selalu berupaya melakukan cara yang berguna untuk mencapai tujuan tersebut
dengan melakukan pengenalan (identifikasi) dengan masyarakat Palembang dengan melalui
pertukaran simbol, bahasa, dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Proses identifikasi dilakukan oleh
RS. Siloam Sriwijaya Palembang untuk menciptakan pemahaman yang sama dengan masyarakat
sehingga dapat di terima di tengah masyarakat. Dan dapat berkomunikasi dengan baik dengan
masyarakat Palembang.

Proses identifikasi yang menghasilkan strategi RS. Siloam Sriwijaya Palembang dengan
menggunakan proses rasa bersalah dan penebusan. Pengorbanan yang dilakukan adalah perubahan
nama dan lambang, dan mensosialisasikan RS. Siloam Sriwijaya Palembang lewat media. Kemudian,
penebusan RS. Siloam Sriwijaya Palembang atas rasa bersalah yaitu adanya paket-paket murah dan
mengadakan kegiatan sosial.
• Ruang Lingkup
Dramatisme telah dikiritik karena dianggap terlalu luas ruang lingkupnya.
Dramatisme mencangkup secara keseluruhan interaksi simbolis manusia.
Beberapa kritikus mungkin menyarankan bahwa ketika maksud sebua
teori sangatlah luas maka teori tersebut akan memiliki kompleksitas
berlebihan dan menjadi tumpul.

• Parsimoni
Beberapa kritikus mengeluhkan bahwa teori Burke terlalu tidak jelas dan
tumpul untuk menjadi berguna. Dramatisme terlihat bagi sebagian orang
sebagai teori yang terlalu rumit dan membingungkan (Foss, Foss&Trapp,
1991). Bahkan pihak yang berada di sisi Burke menyatakan bahwa ia sulit
untuk dipahami.
• Utilitas
Beberapa peneliti mengobservasi bahwa Dramatisme memiliki utilitas
yang rendah. Kritik ini diberikan lebih karena hal-hal yang tidak Burke
bahas dalam teorinya. Seperti pendapat dari Celeste Condit(1992) bahwa
teori ini akan lebih berguna jika mengikutsertakan gender dan budaya
secara lebih luas.

• Heurism
Dengan mempertimbangkan heurism, kebanyakan kritikus setuju bahwa
Dramatisme sangat sukses. Contohnya seperti, Dramatisme sejatinya
digunakan dalam analisis retorika terhadap pidato-pidato. Dramatisme
juga memiliki kerangka yang berguna untuk pengaplikasian komunikasi
profesional. Dan juga mengadvosikan aplikasi Dramatisme terhadap
praktik relasi publik.

Anda mungkin juga menyukai