Anda di halaman 1dari 12

Tradisi Kerokan Pada Masyarakat Jawa dan Cara Mengimplikasikan Kerokan

Terhadap Praktik Keperawatan


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Transkultural Keperawatan

Dosen Pengampu:
Megah Andriany S.Kp.M. Kep.,SpKom, Ph.D

Disusun Oleh:
Kelompok 5

FARAH FADHILAH ADZANI PRIONO


(22020120140037)
AJENG SEKAR LARASATI GUNAWAN PUTRI
(22020120140038)
RIRIN APRILLITA WIJAYANTI
(22020120140039)
ANNISA TRI AMBARWATI
(22020120140040)
HANIFATUL ZULFA
(22020120140041)
SITI MARDHIYAH HERMANINGRUM
(22020120140042)
SHENDYKA PADMANEGARA
(22020120140047)
LARASATI PRATIWI HERLAMBANG PUTRI
(22020120140049)
NAJWA A’INAL MARDIYYAH
(22020120140050)
SEKAR AYU AMALIA
(22020120140051)
Kelas: A20.1

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2021
A. Deskripsi Kasus
Seorang bayi X, berjenis kelamin laki-laki berusia balita terlihat
menangis kesakitan saat dikerok menggunakan bawang merah oleh seorang ibu
berinisial L berusia sekitar 30 tahun. Ibu L tersebut terus saja mengerok
punggung si bayi X meskipun bayinya berurai air mata dan punggungnya merah,
punggung yang merah diduga karena digosok cukup keras oleh sang ibu L.
Dalam melakukan tindakan tersebut juga Ibu L tidak menggunakan minyak
sebagai pelumas. Hal ini terjadi di kampung yang terletak di daerah Jawa Barat,
sang ibu L sudah pernah ditegur oleh orang lain tetapi ia masih kekeh dengan
pendiriannya dengan mengatakan bahwa ‘’hal tersebut sudah biasa dilakukan
oleh orang yang tinggal di kampung’’ akibatnya orang yang menegurnya tidak
berani untuk memberitahu kembali akibat apa yang akan terjadi oleh bayi
tersebut.

B. Materi
1. Kandungan Bawang Merah
Meskipun bawang merah tidak dimakan, bawang merah juga memberikan
manfaat Ketika digunakan sebagai bahan kerokan untuk mengatasi masuk
angin. Menurut ahli kesehatan, kerokan dengan bawang merah memberikan
efek vasodilitasi, yaitu melancarkan peredaran darah dan menimbulkan efek
menenangkan, kemudian efek dari vasodilatasi tersebut akan membantu
menurunkan suhu tubuh pada bayi. Kedua efek itulah yang menjadikan
kerokan bawang merah ampuh untuk mengatasi masuk angin pada beberapa
orang.
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah sejenis tanaman yang
menjadi bumbu berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Sekarang ini
beberapa industri bidang obat-obatan banyak yang memaksimalkan manfaat
tumbuh-tumbuhan sebagai sarana pengobatan yang dimodifikasi lebih lanjut
berupa jamu-jamuan, kapsul suplemen makanan, serbuk, cair, simplisia dan
tablet. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) digunakan sebagai obat
tradisional. Bawang merah mempunyai efek antiseptik dari senyawa alliin
atau allisin. Oleh enzim allisin liase senyawa alliin atau allisin diubah
menjadi asam piruvat, ammonia. Allisin adalah antimikroba yang bersifat
bakterisida yang dapat berfungsi salah satunya mengobati penyakit infeksi
seperti abses (penimbunan nanah).

Komposisi Kandungan Gizi / Zat Pada Bawang Merah

Kandungan Jumlah

Air 80-85 %

Kalori 30 kal

Protein 1.5 %

Karbohidrat 9,2 %

Tiamin( Vit. B1 ) 30,00 mg

Kalium 334,00 mg

Jurnal medis “Phytotherapy Research” 2002 pernah membahas soal


manfaat bawang merah. Bawang merah ditemukan mengandung senyawa
antikanker, antiplatelet (untuk mencegah penggumpalan darah), dan
antibiotik alami. Kandungan flavonglikosida pada bawang merah dapat
menurunkan suhu panas tubuh, sehingga demam karena masuk angin bisa
berkurang. Jika punggung anak dikerok dengan bawang putih, kondisi
kumpulan gejala masuk angin anak bisa berkurang.Tidak ada yang salah
dengan cara itu. Namun, yang perlu diperhatikan, borehan bawang merah
dan panas yang dihasilkan oleh gerusan bawang merah juga mampu
membakar kulit bayi yang masih sensitif. Aroma bawang merah yang kuat
juga terkadang tidak nyaman bagi penciuman bayi.
Ibu juga harus dapat menyesuaikan kekuatan kerokan dengan kondisi
anak. Sebab anak usia di bawah umur juga masih memiliki jaringan kulit
yang lemah dan rentan terhadap tekanan-tekanan kuat, apalagi bayi. Selain
bawang merah harus dipotong kecil-kecil, mengeriknya juga tidak boleh
terlalu lama dan harus hati-hati agar kulit bayi tidak terbakar dan iritasi, Ibu
juga harus tetap waspada terutama jika si kecil memiliki alergi terhadap
bawang.

2. Penyebab Bawang Merah Terasa Panas


Bawang merah memiliki kandungan syn-Propanethial-S-oxide, zat iritan
yang merangsang kelenjar lakrimal mata, yang melepaskan air mata dan
lachrymatory-factor synthase. Ketika bawang merah diiris atau dihancurkan,
sel-sel LF di dalam bawang pecah dan zat yang terpisah itu mengeluarkan
gas untuk menciptakan senjata kimia yang kuat. Hal inilah yang membuat
bawang merah panas ketika mengenai kulit saat kerokan bahkan dapat
membuat jatuhnya air mata.

3. Alasan Mengapa Bawang Merah tidak boleh digunakan untuk “kerokan’’


Kerokan biasanya dilakukan dengan menggunakan uang logam. Caranya
mudah, cukup oleskan minyak pijat ke kulit dan mengerok bagian tubuh
yang terasa nyeri. Punggung menjadi bagian tubuh yang paling sering
dikerok. Berbeda dengan orang dewasa yang sering dikerok menggunakan
uang logam, biasanya bayi dikerok menggunakan bawang merah. Hal
tersebut dianggap lebih aman karena kulit bayi masih terlalu halus dan
sensitif.
Mengerok bayi menggunakan bawang merah sudah dilakukan secara
turun-menurun. Khasiatnya diyakini bisa menghangatkan dan membuat
rileks tubuh dalam waktu singkat. Saat bayi dikerok dan dipijat maka akan
mengeluarkan hormon endorfin dan dipercaya bisa memberi manfaat untuk
meningkatkan aliran darah. Ini bisa terjadi jika cara mengerok dilakukan
dengan benar. Meski begitu, hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah
yang membuktikan bahwa mengerok bayi dengan bawang merah bisa
menyembuhkan penyakit apapun pada bayi. Sifat bawang merah yang panas
justru bisa menimbulkan iritasi pada kulit bayi yang masih sangat sensitif.
Aroma bawang yang menyengat juga bisa menimbulkan ketidaknyamanan
pada bayi.

C. Pengimplikasian Kasus Terhadap Praktik Keperawatan


Seorang bayi X, berjenis kelamin laki-laki berusia balita terlihat menangis
kesakitan saat dikerok menggunakan bawang merah oleh seorang ibu berinisial
L berusia sekitar 30 tahun. Ibu L tersebut terus saja mengerok punggung si bayi
X meskipun bayinya berurai air mata dan punggungnya merah, punggung yang
merah diduga karena digosok cukup keras oleh sang ibu L. Dalam melakukan
tindakan tersebut juga Ibu L tidak menggunakan minyak sebagai pelumas. Hal
ini terjadi di kampung yang terletak di daerah Jawa Barat, sang ibu L sudah
pernah ditegur oleh orang lain tetapi ia masih kekeh dengan pendiriannya
dengan mengatakan bahwa ‘’hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh orang yang
tinggal di kampung’’ akibatnya orang yang menegurnya tidak berani untuk
memberitahu kembali akibat apa yang akan terjadi oleh bayi tersebut.
Analisis Kasus
Nama bayi : bayi X
Usia : balita
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ibu : ibu L
Usia : sekitar 30-an
Tempat : Kampung
Alamat : Jawa barat
Pengimplikasian (Keterlibatan) Kasus Terhadap Praktik Keperawatan
1. Pengkajian kasus
 Fisik: bayi memiliki jaringan kulit yang masih lemah dan rentan sehingga saat
bayi dikerok terlalu keras menyebabkan kulit dibagian punggung memerah,
walaupun alat yang digunakan adalah bawang merah. Selain itu, kandungan dari
bawang merah pun membuat kulit bayi terasa panas
 Psikis: kulit bayi termasuk kulit yang sensitif, oleh karena itu, pada saat dikerok
terlalu kuat atau terlalu ditekan serta rasa panas yang ditimbulkan oleh
kandungan bawang merah menyebabkan bayi merasa tidak nyaman sehingga
menyebabkan bayi tersebut kesakitan sampai menangis
 Sosial: Ibu L sudah ditegur oleh orang lain, tetapi dia masih teguh dengan
pendirian karena kepercayaan dan kebiasaan yang turun menurun di daerahnya
 Budaya: Ibu L percaya terhadap budaya dan adat zaman dahulu dalam hal ini
yaitu tradisi kerokan menggunakan bawang merah pada bayi. Ibu bayi ini
menganggap bahwa tradisi tersebut tidak apa-apa dilakukan selagi tidak
membahayakan keselamatan bayi. Selain itu, sesuai dengan tradisi di daerahnya
juga apabila bayi tidak mengalami sakit parah tidak akan dibawa ke dokter.
 Kognitif: Dalam penanganan pertama, Ibu L lebih mempercayai dan
mengutamakan pengobatan tradisional yaitu dengan melakukan kerokan yang
sudah turun temurun dibandingkan dengan pengobatan medis

2. Diagnosis Transkultural Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan
dengan sistem nilai yang diyakini. Potensi penggunaan obat herbal yang diyakini
dan terbukti secara ilmiah.
Berdasarkan kasus tersebut, diagnosa keperawatannya adalah ketidakpatuhan
dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Dimana Ibu L
teguh terhadap kepercayaannya dan kebudayaannya yaitu melakukan tindakan
kerokan sebagai suatu tindakan pertolongan pertama atau jika penyakitnya tidak
terlalu parah.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan Transkultural Keperawatan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan
tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995). Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan
tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
(Andrew and Boyle, 1995), yaitu mempertahankan budaya yang dimiliki klien
bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya
klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
Dalam kasus ini, borehan bawang merah dan panas yang dihasilkan oleh
gerusan bawang merah juga mampu membakar kulit bayi yang masih sensitif.
Aroma bawang merah yang kuat juga terkadang tidak nyaman bagi penciuman
bayi. Selain itu, anak usia di bawah umur juga masih memiliki jaringan kulit
yang lemah dan rentan terhadap tekanan-tekanan kuat, apalagi bayi. Oleh karena
itu, Ibu juga harus tetap waspada terutama jika si kecil memiliki alergi terhadap
bawang. Sehingga alangkah baiknya tidak membiasakan tindakan kerokan untuk
setiap penyakit, karena kita tidak mengetahui apakah kerokan tepat untuk
penyakit tersebut. Sehingga, untuk penanganan lebih lanjut tetap disarankan
melalui tindakan medis.
Disisi lain kerokan dapat mengurangi atau bahkan menyembuhkan beberapa
penyakit yang dimana dalam pelaksanaannya membutuhkan tekhnik, prosedur,
dan kondisi yang tepat. Hal itu karena didalam bawang merah terdapat
kandungan flavonglikosida pada bawang merah dapat menurunkan suhu panas
tubuh, sehingga demam karena masuk angin bisa berkurang. Jika punggung anak
dikerok dengan bawang putih, kondisi kumpulan gejala masuk angin anak bisa
berkurang.
Sebelum melakukan kerokan dengan Teknik dan prosedur yang baik pada
bayi dengan bawang merah, kita harus menyiapkan peralatan yang diperlukan
dalam melakukan kerokan. Menurut Kasnodihardjo & Angkaswati (2013).
Persiapan kerokan adalah sebagai berikut:
 Gunakan bawang merah sebagai pengganti koin untuk mengerok
balita sebanyak 2 sampai 4 siung yang dipotong menjadi 2 bagian
 Zat penghangat, berupa minyak kelapa 1-2 sendok makan
 Tissue, handuk kecil atau kain lap untuk membersihkan kulit setelah
selesai kerokan
 Tempat yang bersih, lapang, dan nyaman untuk berbaring.
Prasanti mengatakan bahwa kerokan biasanya menggunakan uang logam,
koin, atau alat bantu khusus kerok yang terbuat dari plastik, tulang, keramik,
batu giok, potongan jahe, potongan bawang, dan lain lain. Alat-alat tersebut
harus tumpul supaya tidak melukai kulit. Dalam kasus ini, Ibu L menggunakan
potongan bawang merah sebagai alat kerok untuk bayi X yang dimana bawang
merah termasuk benda tumpul sehingga tidak melukai kulit pada bayi. Selain
koin atau uang logam, perlengkapan lain yang menyertai biasanya berupa
minyak urut, balsem, krim atau jenis minyak lain yang berfungsi
menghangatkan. Dalam kasus ini seharusnya Ibu L menggunakan minyak kelapa
karena fungsi minyak ini selain menghangatkan juga untuk melicinkan proses
kerokan sehingga menghindari terjadinya kulit lecet. Akan tetapi dalam kasus
ini, Ibu L hanya mempersiapkan bawang merah untuk melakukan kerokan pada
anaknya.
Adapun teknik dalam melakukan tindakan kerokan pada bayi yaitu dengan
menggosokkan bawang merah dengan minyak kelapa mulai pada bagian
punggung dada dan perut bayi atau dengan arah gosokan bawang mulai dari
leher, punggung searah dengan ruas tulang iga, dan lengan. Dalam
pengaplikasiannya pun bawang merah harus dipotong kecil-kecil, mengeriknya
juga tidak boleh terlalu lama dan harus hati-hati agar kulit bayi tidak terbakar
dan iritasi. Selain itu, Ibu juga harus dapat menyesuaikan kekuatan kerokan
dengan kondisi anak.
Dalam transkultural keperawatan, perawat menggunakan beberapa pedoman
menurut Andrew and Boyle, 1995 yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki
klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan dan
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan. Dalam mempertahankan budaya yang dimiliki klien, perawat
menjelaskan bahwa tindakan klien dapat diimplementasikan dalam sehari-hari
jika sesuai dengan kajian ilmiah tentang tekhnik dan prosedur yang benar tetapi
disarankan untuk melakukan penanganan lebih lanjut dengan pengobatan medis.
Dalam mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan, perawat melakukan negosiasi melalui edukasi kepada klien terkait
tekhnik dan prosedur yang tepat dalam kerokan dengan menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti sehingga klien diharapkan dapat menerima penjelasan
tersebut serta dapat menerapkan tindakan tersebut atas inisiatif diri sendiri.
Namun, hasil akhir tetap tergantung pada klien sehingga perawat tidak boleh
memaksakan keinginan/kehendaknya kepada klien (Ibu L).

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Menurut Carnevali
dan Thomas dalam Junaidy (2011), langkah evaluasi dari proses keperawatan
merupakan tindakan pengukuran respon klien terhadap tindakan keperawatan
dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan. Menurut Perry & Potter (2005)
dalam Junaidy (2011), data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk
mengukur perubahan dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
ketersediaan atau penggunaan sumber eksternal. Adapun hasil keperawatan yang
diharapkan yaitu :
A) Ibu L dapat menerima dan menerapkan masukkan mengenai Teknik dan
prosedur yang baik dalam melakukan kerokan kepada bayinya melalui
media bawang merah
B) Diharapkan Ibu L mendapatkan wawasan dan informasi tentang prosedur
serta terknik yang baik dalam melakukan Tindakan keperawatan terhadap
bayinya.
Evaluasi berdasarkan kasus tersebut, Ibu L tetap memaksakan kehendakanya
dalam melaukan berdasarkan budaya daerahnya dimana melakukan kerokan
tanpa menggunakan minyak dan mungkin menekannya terlalu keras yang
berdampak pada bayi X yang merasa tidak nyaman dan kesakitan sehingga
menyebabkan bayi X menangis. Hal itu dibuktikan pada saat Ibu L ditegur oleh
orang lain tetapi dia masih teguh dengan pendiriannya.

D. Kesimpulan
Dari kasus yang terjadi di atas dan penjelasan yang telah dijabrkan dapat
diberikan beberapa kesimpulan, berikut kesimpulan yang dapat kita ambil:
1. Seorang bayi Laki X dikerok oleh sang ibu meskipun umurnya belum cukup
siap untuk melakukan Tindakan kerokan dengan menggunakan bawang
merah, bayi X menjadi korban dengan adanya tradisi di kampungnya selain
itu sang ibu tidak mempunyai cukup ilmu untuk melakukan Tindakan
kerokan kepada sang bayi X.
2. Bawang merah mempunyai banyak manfaat, salah satu manfaatnya adalah
menjadi bahan kerokan yang dapat mengatasi masuk angin yang
menimbulkan efek menenangkan, dan melancarkan peredaran darah
3. Meskipun bawang merah mempunyai manfaat sebagai mengatasi masuk
angin tetapi borehan bawang merah dan panas yang dihasilkan oleh gerusan
bawang merah mampu membakar kulit bayi yang masih sensitive. Aroma
bawang merah yang kuat terkadang menimbulkan rasa tidak nyaman.
4. Komposisi kandungan bawang merah, yaitu air (80-85%), kalori (30 kal),
Protein (1,5%), Karbohidrat (9,2%), Tiamin/Vit. B1 (30,00 mg), dan Kalium
(344,00 Mg)
5. Penyebab bawang merah panas adalah Ketika bawang merah diiri atau
dihancurkan, sel-sel LF di dalam bawang merah pecah dan zat yang terpisah
itu mengeluarkan gas untuk menciptakan senjata kimia yang kuat.
6. Alasan bawang merah digunakan untuk kerokan pada bayi adalah bawang
merah dianggap lebih aman karena kulit bayi masih terlalu sensitive dan
halus. Hal ini dilakukan secara turun temurun.
7. Dalam melakukan Tindakan keperawatan Transkulutural, perlu melalui
beberapa Langkah, yaitu pengkajian kasus, diagnosis Transkultural
Keperawatan, Perencanaan dan pelaksanaan Tindakan transcultural
keperawatan, dan evaluasi

Daftar Pustaka

HERBAL dan KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN (Suatu Pendekatan


Transkultural dalam Praktik Keperawatan Maternitas) Sri Rejeki.

Jurnal Keperawatan Volume 12 No 2, Hal 253 - 260, Juni 2020 p-ISSN 2085-1049
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8118. PENGALAMAN
KEROKAN DENGAN BAHAN TAMBAHAN BAWANG MERAH DAN
MINYAK KELAPA PADA ANAK-ANAK Musta’in1 *, Setianingsih2 , Wahyu
Adhi Saputro1 , Adinda Putri Agustina1 1 Program Studi Keperawatan, Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universtas Duta Bangsa Surakarta, Jl. Bhayangkara Tipes
Serengan Kota Surakarta, Indonesia 57154 2 Program Studi sarjana Keperawatan
dan Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln Laut 31A Kendal,
Jawa Tengah, Indonesia 51311 *mustain@udb.ac.id

Pramesti A.F., Nurjanah D.A. 2021. Nyesek, Momen Bayi Menangis Kesakitan Gegara
Dikerok bawang merah. https://jabar.suara.com/read/2021/02/02/111326/nyesek-
momen-bayi-menangis-kesakitan-gegara-dikerok-bawang-merah?page=all
diakses pada 25 mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai