Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RESKY APRIYANI SIMAMORA

NIM : 856583291

KELAS/UPBJJ : 2A/KOTA JAMBI

MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN ABK (PDGK 4407)

HARI/TANGGAL : RABU, 24 NOVEMBER 2021

TUGAS MODUL 6

1. CARILAH 1 (SATU) KASUS ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH ANDA /


TANYAKAN KE TEMAN ATAU SAUDARA ANDA. SEBUTKAN DIMANA
ASAL SEKOLAH KASUS TERSEBUT.

2. ANALISA KASUS YANG ANDA DAPATKAN TERSEBUT SESUAI DENGAN


PEMBELAJARAN YANG TELAH DIBERIKAN (KASUSNYA SEPERTI APA,
KLASIFIKASI, PENYEBAB, DAMPAK DAN LAYANAN PENDIDIKAN
KHUSUS dll. YANG TEPAT UNTUK KASUS TERSEBUT).

JAWABAN

1. Kasus anak kesulitan belajar yang saya dapatkan dialami oleh anak tetangga saya yang
sekarang bersekolah di SMA N 4 Muaro Jambi. Anak tersebut berinisial P dan berjenis
kelamin laki-laki. Keluarganya merupakan salah satu orang terpandang di Desa ini, Ayah
dan ibunya adalah seorang guru. P merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dari segi
fisik, ia seperti anak normal lainnya, hanya saja tubuhnya sangat kurus dan tinggi, ia
berkacamata tebal. Ia mengalami kesulitan belajar sejak dari kecil, kemudian ia
mengenyam pendidikan di SDN 170/IX MARGA, hingga akhirnya saat ini ia duduk di
kelas 2 SMA. Kesulitan belajar yang dialaminya adalah ia sama sekali tidak bisa
mengikuti pelajaran dengan baik, dia tidak pernah nyambung dengan mata pelajaran yang
diajarkan. Ia tidak bisa melakukan dengan benar apa yang diperintahkan oleh gurunya.
Semua tugas yang ia kerjakan, nilainya 0 semua, ia sulit untuk menulis, sulit untuk
menangkap apa yang diperintahkan oleh gurunya. Apa yang disuruh gurunya, lain yang
dikerjakannya.
Anak ini sangat tidak percaya diri bila diajak berbicara, misalnya ketika guru
mengecek kehadiran dan memanggil namanya kemudian memintanya untuk berdiri
memeriksa kerapian bajunya, ia berdiri tetapi mukanya langsung memerah dan ketika
berbicara ia gemetaran lalu cepat-cepat untuk duduk kembali. Ia tidak pernah mau
menatap mata gurunya ketika sedang berbicara. Namun, ketika ia mengobrol dengan
temannya, ia masih sedikit nyambung dengan obrolan itu. Meskipun sikapnya memang
sedikit berbeda. Karena kekurangannya tersebut, ia sering di bully oleh teman di kelas
dan juga terkadang dimanfaatkan oleh temannya.
Secara penampakan dari luar, memang terlihat anak tersebut memiliki kelainan.
Akan tetapi, anehnya adalah setelah pulang sekolah, dia bisa bepergian menggunakan
motor, setiap sore saya selalu melihat dia jalan-jalan sendirian menggunakan motor, tidak
pernah sehari pun saya tidak melihat dia pergi. Pasti dia selalu keliling – keliling desa
dengan menggunakan motor. Entah bagaimana ceritanya hingga ia sekarang bisa duduk
di kelas 2 SMA, mungkin karena orang tuanya meminta tolong kepada gurunya untuk
dinaikkan ke kelas berikutnya saja dengan resiko yang siap dihadapi oleh orang tuanya,
atau memang karena tuntutan pendidikan yang mengharuskan semua siswanya untuk naik
kelas semua, dan bisa juga karena kasihan terhadap anak tersebut, sehingga gurunya
memaklumi anak tersebut dengan kekurangannya, karena jika di tinggalkan kelas, ia juga
tak akan mampu untuk menyelesaikannya. Saya pun tidak begitu menanyakan hal ini,
karena sudah memasuki ranah yang cukup sensitive untuk dibahas.
Berdasarkan cerita dari orang tuanya, si P ini ketika ia masih bayi, sekitar umur 3
atau 4 bulan, ia pernah mengalami sakit demam tinggi, hingga step. Ia sering sekali step
dan langsung dilarikan ke rumah sakit sampai diopname. Semenjak itulah, anak ini masih
bisa selamat namun ternyata dampaknya baru terlihat semakin jelas ketika ia memasuki
usia SD sampai saat ini. Untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah luar biasa itu sangat
jauh, harus pergi ke kota Jambi, sementara disana tidak ada keluarga yang bisa
menjaganya, mungkin itu juga menjadi satu dilema bagi orang tuanya, sehingga memang
sedikit memaksakan anaknya untuk bersekolah di sekolah umum saja di desa ini. Orang
tuanya mengatakan, terkadang mereka merasa malu dan sedih, namun mau bagaimana
lagi, semua sudah menjadi takdir. Namun, orang tuanya tetap sangat menyayanginya
sama seperti anak-anaknya yang lain. Ia berharap kelak si P bisa berubah sedikit lebih
baik meski dengan segala kekurangannya saat ini.

2. Berdasarkan kasus diatas, maka analisa yang saya lakukan adalah sebagai berikut:
Menurut Arifin (2020:992) Kesulitan belajar pada siswa merupakan kenyataan
yang sering ditemui di setiap sekolah. Kesulitan belajar menyebabkan siswa
menghadapi kendala dalam mencapai hasil belajar yang maksimal. Menurutnya,
kesulitan belajar merupakan sekelompok kesulitan atau gangguan pemahaman dan
penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis atau
bernalar, baik dalam mata pelajaran yang spesifik seperti membaca, menulis dan
matematika atau dalam keterampilan yang bersifat lebih umum seperti mendengarkan,
berbicara dan berpikir. Siswa yang mengalami kesulitan belajar memperoleh prestasi
yang rendah. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila:
1) Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran
tingkat penguasaan minimal dalam pengajaran tertentu.
2) Anak yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi
yang semestinya.
3) Anak yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang
diperlukan sebagai prasyarat pada pelajaran berikutnya.
Menurut Mursalin (2021: 310) guru harus melakukan identifikasi kasus, yaitu sebuah
upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni:
a. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa
secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang
benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat
dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan
belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan
situasi-situasi informal lainnya.
c. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke
arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara
mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes,
seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis
bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui
tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang
diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial

Menurut Wardani (2020: 8.7) tiga faktor penyebab kesulitan belajar adalah sebagai
berikut:
1) Faktor Organis/Biologis
Beberapa ahli menyatakan bahwa timbulnya kesulitan belajar khusus pada anak
disebabkan oleh adanya disfungsi dari sistem syaraf pusat. Bukti adanya gangguan
dari sistem syaraf pusat terlihat dari studi yang dilakukan oleh E. Roy John dan
kawan-kawan (1989) menganalisis electro encephalogram (ECG) dan ditemukan
adanya kelainan pada gelombang otak.
2) Faktor Genetis
Munculnya anak berkesulitan belajar dapat disebabkan oleh adanya faktor genetis
atau keturunan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Olson, Wise, Conners,
Rack, dan Fulker (1989) yang menemukan bahwa anak kembar siam biasanya lebih
banyak mengalami kesulitan membaca.
3) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan menjadi faktor pemberat terjadinya kesulitan belajar bagi anak.
Misalnya dari segi program pengajaran yang kurang baik atau dari keluarga yang
tidak mendukung, dan lainnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kasus yang diatas dapat disebabkan oleh
faktor organis/biologis dan faktor Lingkungan, hal ini karena tidak ada keturunan dari
orang tuanya yang seperti itu dan lingkungan belajarnya juga tidak menunjang untuk
pengoptimalan kemampuannya.
Menurut Maryani (2018:87) upaya pelayanan anak kesulitan belajar dapat
diidentifikasi melalui hasil asesmen. Hasil asesmen merupakan data yang diperoleh
pada tahap need asesmen yang berasal dari hasil asesmen formal maupun non formal,
baik melalui teknik tes maupun non tes. Berdasarkan hasil need asesmen dapat
digunakan untuk:
a. Membuat profil kesulitan belajar peserta didik. Berdasarkan hasil asesmen
pendahuluan, dapat disusun profil peserta didik dengan gangguan kesulitan
belajar. Profil tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel yang berisi identititas
peserta didik, jenis gaya belajar peserta didik, serta profil kategori kesulitan
belajar peserta didik. Kategori kesulitan belajar peserta didik dapat
menggambarkan kondisi peserta didik secara umum apakah termasuk ke dalam
kategori rendah, sedang, tinggi.
b. Membuat profil indikator pencapaian kompetensi yang menjadi permasalahan
utama peserta didik. Profil indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang
merupakan letak kesulitan belajar diperoleh dari proses lokalisasi kesulitan
belajar. Profil IPK akan menggambarkan bagian-bagian tersulit yang dirasakan
peserta didik yang kemudian dapat kita cari faktor-faktor penyebabnya
c. Membuat profil faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.
Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab kesulitan belajar
pada peserta didik. Depth interview lebih sesuai digunakan sebagai metode
pengambilan data. Profil akan memberikan gambaran faktor internal dan eksternal
yang menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik. Profil inilah yang
kemudian dapat dijadikan salah satu acuan guru dalam menentukan model
intervensi yang tepat. Pada tahap ini, guru juga harus melakukan self assessment
pada proses pembelajaran yang telah disajikan. Hal tersebut karena guru
merupakan salah satu faktor eksternal yang juga berpotensi menyebabkan
kesulitan belajar peserta didiknya.
d. Membuat rancangan intervensi. Berdasarkan profil kesulitan belajar peserta didik,
profil IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi), dan profil faktor penyebab
kesulitan belajar di atas, rancangan intervensi dapat disusun dengan
mempertimbangkan karakteristik maupun gaya belajar peserta didik.
Berdasarkan kasus tersebut, maka sebaiknya dilakukan intervensi terhadap
kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik tersebut. Adapun intervensi
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Intervensi Langsung
a. Bimbingan individual, yaitu bimbingan yang memungkinkan peserta didik
mendapatkan pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru
pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan
kesulitan belajar yang dideritanya. Fungsi utama bimbingan individu ialah
fungsi pengentasan.
Langkah-langkah Bimbingan ini yaitu :
 Langkah Analisis, adalah langkah memahami permasalahan belajar
peserta didik, yaitu dengan menghimpun data dari berbagai sumber.
Dengan arti lain, analisis merupakan kegiatan penghimpunan data
tentang peserta didik yang berkenaan dengan lokasi kesulitan belajar,
faktor penyebab kesulitan belajar, serta disposisi personal peserta didik
dalam hal ini adalah gaya belajar agar guru dapat meramalkaan strategi
penanganannya. Alat-alat yang dapat digunakan untuk keperluan analisis
ini antara lain berupa: (a) tes prestasi belajar, (b) kartu pribadi peserta
didik, (c) pedoman wawancara, (d) riwayat hidup, (e) catatan anekdot, (f)
tes psikologi, (g) inventori, (h) daftar cek masalah, (i) kuisioner, (j)
sosiometri, dan (k) daftar cek.
 Langkah Sintesis, adalah langkah yang menghubungkan dan merangkum
data. Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis, guru mengorganisasikan
dan merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau
keluhankeluhan peserta didik. Rangkuman ini haruslah dibuat
berdasarkan data yang diperoleh dalam langkah analisis.
 Langkah Diagnosis, adalah langkah menemukan atau mengidentifikasi
masalah. Langkah ini mencakup proses interpretasi data dalam kaitannya
dengan gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan peserta didik.
Dalam proses penafsiran data dalam hubungannya dengan perkiraan
penyebab masalah, guru haruslah menentukan penyebab masalah yang
paling mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab akibat yang
paling logis dan rasional. Masalah yang diidentifikasi oleh guru mungkin
saja lebih dari satu.
 Langkah Pragnosis, yaitu langkah meramalkan akibat yang mungkin
timbul dari masalah itu dan menunjukkan perbuatan-perbuatan yang
dapat dipilih. Atau dengan kata lain prognosis adalah suatu langkah
mengenai alternatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan kepada
peserta didik sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana
ditemukan dalam langkah diagnosis.
 Langkah Bimbingan, adalah pemeliharaan yang berupa inti dari
pelaksanaan bimbingan yang meliputi berbagai bentuk usaha, diantaranya
menciptakan hubungan baik/kedekatan (rapport) antara guru dengan
peserta didik, menafsirkan data, memberikan berbagai informasi, serta
merencanakan berbagai bentuk kegiatan bersama peserta didik. Bentuk-
bentuk bantuan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
melalui bimbingan ini antara lain: (a) memperkuat diri dalam lingkungan
(memperkuat komformitas), (b) mengubah lingkungan, (c) memilih
lingkungan yang memadai, (d) mempelajari keterampilan yang
diperlukan, dan (e) mengubah sikap. Pemberian bantuan melalui
bimbingan ini dapat dilakukan dengan mengubah teknik-teknik
bimbingan seperti: (a) menciptakan hubungan baik/ kedekatan (rapport),
(b) membantu peserta didik meningkatkan pemahaman diri, (c)
memberikan nasihat, (d) membantu peserta didik dalam melaksanakan
keputusan atau rencana kegiatan yang dipilih, dan (e) merujuk ke pihak
lain.
 Tindak Lanjut, adalah merupakan suatu langkah penentuan efektif
tidaknya program bimbingan yang telah dilaksanakan. Langkah ini
merupakan langkah membantu peserta didik melakukan program
kegiatan yang dikehendaki atau membantu peserta didik kembali
memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalahanya
semula.

2) Bimbingan kelompok, Pelayanan bimbingan kelompok, yaitu layanan


bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama
melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber
tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan/ atau membahas secara
bersamasama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang
pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/ atau untuk perkembangan
dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan
dalam pengambilan keputusan dan/ atau tindakan tertentu.
Pelayanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan
peserta didik secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan seperti halnya
masalah kesulitan belajar. Bimbingan kelompok merupakan pemberian bantuan
yang dilakukan kepada peserta didik secara berkelompok. Bimbingan kelompok
terdiri dari 20-35 orang. Bimbingan kelompok dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya permasalahan dan mengembangkan potensi peserta didik dalam
belajar. Pelaksanannya di SD sering kali menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan belajar mengajar setiap mata pelajaran itu sendiri dalam rangka
pembentukan sikap pribadi, sosial, dan dalam belajar.

3) KBM Bernuansa bimbingan, KBM di SD secara tidak langsung harus


diintegrasikan dengan prinsip kegiatan bimbingan dan konseling. Melalui KBM
yang bernuansa bimbingan, menurutnya prinsip-prinsip KBM yang bernuansa
bimbingan harus memperhatikan:
 Menciptakan iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan menempatkan
peserta didik sebagai subjek pengajaran.
 Menerima dan memperlakukan individu peserta didik sebagai individu
yang memiliki harga diri dan memahami kekurangan, kelebihan serta
permasalahnnya.
 Mempersiapkan dan menyelenggarakan KBM sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuian peserta didik.
 Membina hubungan yang dekat dengan seluruh peserta didik.
 Memahami setiap permasalahan danhambatan peserta didik dalam
memperlajari materi tiap-tiap bidang studi.
 Memberikan bantuan dengan segera pada peserta didik yang mengalami
hambatan belajar.
 Membimbing peserta didik agar mengembangkan kebiasaan belajar yang
baik.
 Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi.
 Menggunakan pendekatan pembelajaran PAIKEM

Berdasarkan uraian diatas, seharusnya anak tersebut mendapatkan pelayanan


pendidikan khusus sejak ia memasuki usia sekolah dasar (SD), Namun karena
disini pelaksanaan terhadap layanan khusus anak ABK belum sempurna, maka
anak tersebut tidak mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai, sehingga anak
tersebut tidak dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin.M.F. (2020). Kesulitan Belajar Siswa Dan Penanganannya Pada Pembelajaran


Matematika Sd/Mi. Jurnal Inovasi Pelatihan (JIP). PGMI UNISKA MAB
Banjarmasin
Maryani.I. (2018). Model Intervensi Gangguan Kesulitan Belajar. Yogyakarta : K-Media
Mursalin. (2021). Permasalahan Siswa Dalam Kesulitan Belajar. Seminar Nasional Hasil Riset
dan Pengabdian Ke-III. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Wardani,dkk.(2020). Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas
Terbuka: Tangerang.

Anda mungkin juga menyukai