Interverensi Pengembangan Masyarakat
Interverensi Pengembangan Masyarakat
Disusun oleh :
Miftakhul Zannah (H0420049)
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Agung Wibowo, S.P., M.Si
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Pengembangan Masyarakat ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi
tugas pengganti Ujian Tengah Semester mata kuliah Pengembangan Masyarakat.
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang Intervensi dalam Pengambangan Masyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya makalah ini. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Pengembangan Masyarakat yang telah membimbing penulis serta orang tua penulis
dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat dan doa. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya makalah ini.
Akhir kata penulis mengharap makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, 24 Oktober 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat Pengembangan Masyarakat pada dasarnya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah yang kondisinya
masih tertinggal dan belum mampu mengatasi hambatan-hambatan sosial
dalam upaya mengembangkan diri untuk menjamin kelangsungan hidup
masyarakat secara mandiri dan terus menerus. Sebagaimana halnya dengan
masyarakat lokal yang merupakan komunitas penduduk lokal suatu daerah
yang hidup berdampingan dengan masyarakat pendatang, namun kondisinya
cenderung masih tertinggal dan membutuhkan bantuan dari beberapa pihak
untuk merubah kondisi hidup masyarakat lokal menjadi lebih baik dan
meningkat. Menurut Saeful (2020) pengembangan masyarakat merupakan
suatu model intervensi yang sangat memperhatikan aspek manusia serta
pemberdayaan masyarakat, dimana di dalamnya kental terasa adanya unsur
pendidikan dalam upaya mengubah suatu komunitas. Partisipasi masyarakat
dalam proses intervensi pengembangan masyarakat menjadi salah satu kunci
terwujudnya peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sebagai sebuah
metode atau pendekatan yang cukup efektif, pengembangan masyarakat
menekankan adanya proses pemberdayaan, partisipasi, dan peranan langsung
warga komunitas dalam proses pembangunan di tingkat komunitas dan antar
komunitas.
Intervensi sosial merupakan perubahan yang terencana yang dilakukan
oleh pelaku perubahan (change agent) terhadap berbagai sasaran perubahan
(target of change) yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok kecil
(level mikro), komunitas dan organisasi (level mezzo) dan masyarakat yang
lebih luas, baik ditingkat kabupaten/kota, provinsi, negara, maupun tingkat
global (level makro). Tujuan utama intervensi sosial adalah membantu
masyarakat untuk memperoleh kembali keberfungsian sosialnya,
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi dengan teknik
penyelesaian masalah yang lebih baik serta dapat menjalankan peran barunya
1
2
sesuai dengan perkembangan yang dialami agar hambatan sosial yang dihadapi
tidak terulang lagi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penyusunan makalah ini antara lain:
1) Bagaimana konsep pembangunan masyarakat?
2) Bagaimana model intervensi komunitas dalam pengembangan
masyarakat?
3) Pelaksanaan intervensi sosial apa saja yang bisa dilakukan terhadap
masyarakat lokal?
4) Bagaimana peningkatan taraf hidup masyarakat lokal setelah dilakukan
intervensi?
C. Tujuan
1) Mahasiswa dapat memahami konsep pengembangan masyarakat
2) Mahasiswa mampu menjelaskan model intervensi komunitas dalam
pengembangan masyarakat
3) Mahasiswa mengetahui berbagai pelaksanaan intervensi sosial terhadap
masyarakat lokal
4) Mahasiswa dapat memahami peningkatan taraf hidup masyarakat lokal
setelah dilakukan intervensi
II. PEMBAHASAN
1. Konsep Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah komitmen dalam memberdayakan
masyarakat lapis bawah sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata
menyangkut masa depannya. Dianto, (2018) menyatakan bahwa masyarakat
lapis bawah umumnya terdiri atas orang-orang lemah, tidak berdaya dan miskin
karena tidak memiliki sumber daya atau tidak memiliki kemampuan untuk
mengontrol sarana-sarana produksi. Mereka umumnya terdiri atas: kaum
buruh, petani penggarap, petani berlahan kecil, para nelayan, masyarakat
hutan, kalangan pengangguran, orang-orang cacat dan orang-orang yang dibuat
marginal karena umur, keadaan jender, ras dan etnis.
Kegiatan pengembangan masyarakat difokuskan pada upaya menolong
orang-orang lemah yang memiliki minat untuk bekerja sama dalam kelompok,
melakukan identifikasi terhadap kebutuhan dan melakukan kegiatan bersama
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Zubaedi, (2016) menyatakan bahwa
pengembangan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam beberapa
bentuk kegiatan. Pertama, program-program pembangunan yang
memungkinkan anggota masyarakat memperoleh daya dukung dan kekuatan
dalam memenuhi kebutuhannya. Kedua, kampanye dan aksi sosial yang
memungkinkan kebutuhan-kebutuhan warga kurang mampu dapat dipenuhi
oleh pihak- pihak lain yang bertanggungjawab. Dengan demikian,
pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang
memungkinkan individu-individu dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta
mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya. Menurut Twelvetrees, pengembangan
masyarakat adalah “the process of assisting ordinary people to improve their
own communities by undertaking collective actions.” Secara khusus
pengembangan masyarakat berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh
kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender,
jenis kelamin, usia, dan kecacatan (Suharto, 2003).
3
4
mengelola sumberdaya lokal daerah dengan baik. Menurut Amin et al. (2014)
hasil assesment yang telah diidentifikasi sering kali menyatakan bahwa
permasalahan dan hambatan yang dialami masyarakat lokal adalah kurangnya
SDM berupa pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola dan
memanfaatkan potensi lokal di daerah ini sehingga mengakibatkan terjadinya
stagnasi dalam peningkatan dan pengembangan diri masyarakat lokal yang
berpengaruh pada ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Setelah diketahui permasalahan yang dihadapi masyarakat lokal melalui proses
assesment, transmigran sebagai pelaku intervensi menyusun langkah-langkah
dan persiapan kegiatan untuk membantu masyarakat lokal dalam mengelola
sumberdaya lokal di daerah transmigrasi. Menurut Tjen et al. (2022) langkah-
langkah dan persiapan yang dilakukan transmigran memperhatikan kebutuhan
dan pemecahan masalah yang tepat bagi masyarakat lokal dan dalam
pelaksanaan intervensi sosial tidak memaksakan keinginan dan ambisi
perubahan kepada masyarakat lokal. Setelah assesmen dan langkah- langkah
persiapan intervensi dilakukan, transmigran sebagai pelaku intervensi
melakukan kegiatan dalam bentuk pelatihan dan pembinaan kepada
masyarakat lokal berupa kemampuan mengelola dan menggarap lahan
pertanian dan perkebunan secara efektif. Dalam praktik ini biasanya
transmigran membuat kelompok-kelompok pelatihan yang terdiri dari 5 sampai
7 orang masyarakat lokal untuk dilatih dan diberi pengetahuan dan
keterampilan bercocok tanam dengan baik.
Transmigran dapat membagikan sampel bibit tanaman baru dan potensial
seperti bibit kakao, kedelai, padi, jagung dan jeruk untuk ditanam dan
dikembangkan oleh masyarakat lokal di lahan pertanian dan perkebunannya.
Setelah proses dan tahapan intervensi sosial telah dilakukan oleh transmigran,
selanjutnya transmigran terus melakukan pendampingan dan evaluasi terhadap
perkembangan dan kemajuan yang dialami masyarakat lokal sampai betul-
betul mampu mengadopsi dan menerima setiap pengetahuan, keterampilan dan
nilai- nilai kebaikan yang telah dibagikan oleh transmigran sebagai pelaku
intervensi kepada masyarakat lokal. Ramdani (2020) menyatakan inti dari
7
lokal menjadi lebih baik dan sejahtera. Bentuk intervensi yang dilakukan
transmigran terhadap masyarakat lokal di daerah transmigrasi ialah dengan
menularkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan nilai-nilai
kebaikan (value). Dengan penerapan model intervensi sosial dalam
pengembangan masyarakat lokal di daerah transmigrasi, terjadi perubahan
kondisi kehidupan masyarakat lokal, utamanya dalam bidang sosial dan
ekonomi.
5. Peran dan Keterampilan yang Dibutuhkan Pelaku Perubahan dalam Intervensi
Komunitas.
Secara konvensional, sekurang-kurangnya ada tujuh peran yang sering
kali diadopsi dan dikembangkan oleh community worker, yaitu : Pertama,
pmercepat Perubahan (enabler). Menurut Zega dan Suriadi, (2022), peran
enabler adalah membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan
mereka, mengidentifikasikan permasalahn mereka, dan mengembangkan
kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara
lebih efektif. Kedua, perantara (broker). Peran broker adalah menghubungkan
individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan
ataupun layanan masyarakat (community service), tetapi tidak tahu di mana dan
bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan
layanan masyarakat. Ketiga, pendidik (Educator). Peran sebagai pendidik
memprasyaratkan community worker mempunyai kemampuan menyampaikan
informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang
menjadi sasaran perubahan. Keempat, tenaga ahli (Expert). Peran sebagai
expert memprasyaratkan adanya kemampuan untuk dapat memberikan
masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area. Kelima,
perencana sosial (sosial planner). Ramdyanti el al. (2022) menyatakan peran
perencana sosial membutuhkan kemampuan pelaku perubahan dalam
mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam komunitas;
menganalisisnya; dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk
menangani masalah tersebut. Kelima, Advokat (Advocate). Peran advokat
adalah mendorong pelaku perubahan untuk menjalankan fungsi advokasi atau
10
11
DAFTAR PUSTAKA