Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INTERVENSI DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT


Disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat

Disusun oleh :
Miftakhul Zannah (H0420049)

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Agung Wibowo, S.P., M.Si

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Pengembangan Masyarakat ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi
tugas pengganti Ujian Tengah Semester mata kuliah Pengembangan Masyarakat.
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang Intervensi dalam Pengambangan Masyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya makalah ini. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Pengembangan Masyarakat yang telah membimbing penulis serta orang tua penulis
dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat dan doa. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya makalah ini.
Akhir kata penulis mengharap makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, 24 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Konsep Pengembangan Masyarakat ............................................................ 3
B. Model Intervensi Komunitas ........................................................................ 4
C. Pelaksanaan Intervensi Sosial Terhadap Masyarakat Lokal ........................ 5
D. Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Lokal ............................................... 7
E. Peran dan Keterampilan yang Dibutuhkan Pelaku Perubahan dalam
Intervensi Komunitas .......................................................................................... 9
III.PENUTUP ........................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat Pengembangan Masyarakat pada dasarnya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah yang kondisinya
masih tertinggal dan belum mampu mengatasi hambatan-hambatan sosial
dalam upaya mengembangkan diri untuk menjamin kelangsungan hidup
masyarakat secara mandiri dan terus menerus. Sebagaimana halnya dengan
masyarakat lokal yang merupakan komunitas penduduk lokal suatu daerah
yang hidup berdampingan dengan masyarakat pendatang, namun kondisinya
cenderung masih tertinggal dan membutuhkan bantuan dari beberapa pihak
untuk merubah kondisi hidup masyarakat lokal menjadi lebih baik dan
meningkat. Menurut Saeful (2020) pengembangan masyarakat merupakan
suatu model intervensi yang sangat memperhatikan aspek manusia serta
pemberdayaan masyarakat, dimana di dalamnya kental terasa adanya unsur
pendidikan dalam upaya mengubah suatu komunitas. Partisipasi masyarakat
dalam proses intervensi pengembangan masyarakat menjadi salah satu kunci
terwujudnya peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sebagai sebuah
metode atau pendekatan yang cukup efektif, pengembangan masyarakat
menekankan adanya proses pemberdayaan, partisipasi, dan peranan langsung
warga komunitas dalam proses pembangunan di tingkat komunitas dan antar
komunitas.
Intervensi sosial merupakan perubahan yang terencana yang dilakukan
oleh pelaku perubahan (change agent) terhadap berbagai sasaran perubahan
(target of change) yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok kecil
(level mikro), komunitas dan organisasi (level mezzo) dan masyarakat yang
lebih luas, baik ditingkat kabupaten/kota, provinsi, negara, maupun tingkat
global (level makro). Tujuan utama intervensi sosial adalah membantu
masyarakat untuk memperoleh kembali keberfungsian sosialnya,
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi dengan teknik
penyelesaian masalah yang lebih baik serta dapat menjalankan peran barunya

1
2

sesuai dengan perkembangan yang dialami agar hambatan sosial yang dihadapi
tidak terulang lagi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penyusunan makalah ini antara lain:
1) Bagaimana konsep pembangunan masyarakat?
2) Bagaimana model intervensi komunitas dalam pengembangan
masyarakat?
3) Pelaksanaan intervensi sosial apa saja yang bisa dilakukan terhadap
masyarakat lokal?
4) Bagaimana peningkatan taraf hidup masyarakat lokal setelah dilakukan
intervensi?
C. Tujuan
1) Mahasiswa dapat memahami konsep pengembangan masyarakat
2) Mahasiswa mampu menjelaskan model intervensi komunitas dalam
pengembangan masyarakat
3) Mahasiswa mengetahui berbagai pelaksanaan intervensi sosial terhadap
masyarakat lokal
4) Mahasiswa dapat memahami peningkatan taraf hidup masyarakat lokal
setelah dilakukan intervensi
II. PEMBAHASAN
1. Konsep Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah komitmen dalam memberdayakan
masyarakat lapis bawah sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata
menyangkut masa depannya. Dianto, (2018) menyatakan bahwa masyarakat
lapis bawah umumnya terdiri atas orang-orang lemah, tidak berdaya dan miskin
karena tidak memiliki sumber daya atau tidak memiliki kemampuan untuk
mengontrol sarana-sarana produksi. Mereka umumnya terdiri atas: kaum
buruh, petani penggarap, petani berlahan kecil, para nelayan, masyarakat
hutan, kalangan pengangguran, orang-orang cacat dan orang-orang yang dibuat
marginal karena umur, keadaan jender, ras dan etnis.
Kegiatan pengembangan masyarakat difokuskan pada upaya menolong
orang-orang lemah yang memiliki minat untuk bekerja sama dalam kelompok,
melakukan identifikasi terhadap kebutuhan dan melakukan kegiatan bersama
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Zubaedi, (2016) menyatakan bahwa
pengembangan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam beberapa
bentuk kegiatan. Pertama, program-program pembangunan yang
memungkinkan anggota masyarakat memperoleh daya dukung dan kekuatan
dalam memenuhi kebutuhannya. Kedua, kampanye dan aksi sosial yang
memungkinkan kebutuhan-kebutuhan warga kurang mampu dapat dipenuhi
oleh pihak- pihak lain yang bertanggungjawab. Dengan demikian,
pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang
memungkinkan individu-individu dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta
mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya. Menurut Twelvetrees, pengembangan
masyarakat adalah “the process of assisting ordinary people to improve their
own communities by undertaking collective actions.” Secara khusus
pengembangan masyarakat berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh
kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender,
jenis kelamin, usia, dan kecacatan (Suharto, 2003).

3
4

Para aktivitis pengembangan masyarakat menolak ide pembangunan


yang berpusat pada pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, ia memunculkan ide
pembangunan yang berpusat pada pertumbuhan hubungan kemanusiaan.
Sejauh ini, pola pembangunan yang berpusat pada pertumbuhan dianggap telah
menciptakan pertumbuhan yang tidak terkendalikan. Menurut Al-Kautsari,
(2019) pengembangan masyarakat dalam konteks ini berbeda dengan kerja
masyarakat (community work). Dalam pengembangan masyarakat terdapat
gagasan transformasi atau perubahan sosial. Konsep pengembangan
masyarakat berhubungan dengan penentangan secara kuat terhadap jalannya
konsep community work yang sekarang sering diterapkan oleh penguasa.
Mukhlisin et al. (2019) menyatakan pemerintah dan lembaga-lembaga
pendidikan umumnya menggunakan community work dengan merujuk pada
pekerjaan sukarela yang dilaksanakan oleh anak-anak muda pengangguran dan
anak-anak sekolah. Aparat pengadilan mengidentifikasi community work
sebagai pelayanan masyarakat bagi para pelanggar hukum sebagai salah satu
alternatif kegiatan untuk satu periode di penjara.
2. Model Intervensi Komunitas
Intervensi merupakan aktivitas yang bertujuan pemberian dampak
perubahan kondisi bagi kelompok yang membutuhkan pelayanan. Fahrudin,
(2012) menyatakan intervensi dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan yang
menghasilkan perubahan dan menyediakan sumber-sumber, sekecil suatu
teknik tertentu atau sebesar penyediaan sosial (social provision), seperti
membuat interpretasi, atau membuat rujukan ke lembaga lain, atau
pengembangan suatu program pelayanan sosial. Sedangkan istilah intervensi
komunitas merupakan salah satu metode intervensi yang dilakukan pada level
komunitas. Sebagai sebuah metode, intervensi komunitas dapat dipahami
sebagai aktivitas untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Terminologi yang banyak digunakan di Indonesia pada dasawarsa 1970-
1990-an adalah pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (community
organization and community development). Menurut Adi, (2013) istilah
5

intervensi komunitas (community intervention) adalah istilah yang relatif baru


dikembangkan sekitar tahun 2000-an. Di Indonesia istilah community
organization and community development lebih dikenal dengan istilah
pengembangan masyarakat. Dalam perkembangannya, intervensi komunitas
dilakukan dengan berbagai macam model. Rothman, (1995) membagi
pendekatan inetrevensi komunitas menjadi tiga; (1) pengembangan masyarakat
lokal, (2) perencanaan dan kebijakan sosial dan (3) aksi sosial. Salah satu ciri
dari pendekatan pengembangan masyarakat lokal pengambilan keputusan
dengan cara konsensus. Sedangkan pendekatan perencanaan dan kebijakan
sosial dilakukan sebagai bentuk adanya kepatuhan, serta pendekatan aksi sosial
berupa tekanan yang ditujukan kepada kelompok elit.
3. Pelaksanaan Intervensi Sosial Terhadap Masyarakat Lokal
Intervensi sosial menjadi metode yang efektif untuk mendorong
perubahan sosial dalam rangka pengembangan masyarakat yang difokuskan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang menjadi sasaran
intervensi dalam melakukan perubahan sosial yang diinginkan oleh pelaku
intervensi. Menurut Raharjo dan Djumiati, (2017) bentuk intervensi sosial yang
dapat dilakukan transmigran terhadap masyarakat lokal di daerah transmigrasi
ialah dengan cara membagikan atau menularkan pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan nilai-nilai kebaikan (value) dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya lokal yang ada, agar dapat di adopsi dan diterapkan
dengan baik dan sungguh- sungguh, sehingga mampu mengangkat kualitas dan
taraf hidup masyarakat lokal di sekitar kawasan transmigrasi. Sokhivah, (2021)
menyatakan bahwa intervensi sosial yang dilakukan oleh transmigran kepada
masyarakat lokal bertujuan untuk membantu dan mengaktifkan fungsi sosial
masyarakat lokal dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat lokal.
Adapun bentuk dan strategi intervensi sosial yang dapat dilakukan oleh
transmigran dalam pengembangan masyarakat lokal antara yaitu pertama
transmigran melakukan assesment terhadap permasalahan yang dihadapi
masyarakat lokal sehingga tidak mampu mengembangkan diri dalam
6

mengelola sumberdaya lokal daerah dengan baik. Menurut Amin et al. (2014)
hasil assesment yang telah diidentifikasi sering kali menyatakan bahwa
permasalahan dan hambatan yang dialami masyarakat lokal adalah kurangnya
SDM berupa pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola dan
memanfaatkan potensi lokal di daerah ini sehingga mengakibatkan terjadinya
stagnasi dalam peningkatan dan pengembangan diri masyarakat lokal yang
berpengaruh pada ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Setelah diketahui permasalahan yang dihadapi masyarakat lokal melalui proses
assesment, transmigran sebagai pelaku intervensi menyusun langkah-langkah
dan persiapan kegiatan untuk membantu masyarakat lokal dalam mengelola
sumberdaya lokal di daerah transmigrasi. Menurut Tjen et al. (2022) langkah-
langkah dan persiapan yang dilakukan transmigran memperhatikan kebutuhan
dan pemecahan masalah yang tepat bagi masyarakat lokal dan dalam
pelaksanaan intervensi sosial tidak memaksakan keinginan dan ambisi
perubahan kepada masyarakat lokal. Setelah assesmen dan langkah- langkah
persiapan intervensi dilakukan, transmigran sebagai pelaku intervensi
melakukan kegiatan dalam bentuk pelatihan dan pembinaan kepada
masyarakat lokal berupa kemampuan mengelola dan menggarap lahan
pertanian dan perkebunan secara efektif. Dalam praktik ini biasanya
transmigran membuat kelompok-kelompok pelatihan yang terdiri dari 5 sampai
7 orang masyarakat lokal untuk dilatih dan diberi pengetahuan dan
keterampilan bercocok tanam dengan baik.
Transmigran dapat membagikan sampel bibit tanaman baru dan potensial
seperti bibit kakao, kedelai, padi, jagung dan jeruk untuk ditanam dan
dikembangkan oleh masyarakat lokal di lahan pertanian dan perkebunannya.
Setelah proses dan tahapan intervensi sosial telah dilakukan oleh transmigran,
selanjutnya transmigran terus melakukan pendampingan dan evaluasi terhadap
perkembangan dan kemajuan yang dialami masyarakat lokal sampai betul-
betul mampu mengadopsi dan menerima setiap pengetahuan, keterampilan dan
nilai- nilai kebaikan yang telah dibagikan oleh transmigran sebagai pelaku
intervensi kepada masyarakat lokal. Ramdani (2020) menyatakan inti dari
7

penerapan metode intervensi sosial dalam pengembangan masyarakat lokal


adalah diterimanya hasil intervensi untuk diadopsi dengan baik oleh
masyarakat lokal, kemudian diaplikasikan atau dilaksanakan apa yang telah
diterima dalam proses intervensi tadi, selanjutnya sebagai hasil akhir adalah
kebermanfaatan yang diperoleh dari hasil intervensi sosial yang dilakukan oleh
transmigran sukses sebagai pelaku intervensi kepada masyarakat lokal target
intervensi.
4. Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Lokal
Hasil penelitian dari Achmad, (2019) menerangkan bahwa melalui
penerapan strategi dan metode intervensi sosial dalam upaya pengembangan
masyarakat lokal, mampu membawa perubahan yang mengarah pada
peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat lokal. Kondisi tersebut
ditandai dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat lokal di daerah
transmigrasi ditinjau dari beberapa aspek, utamanya di bidang sosial dan
ekonomi masyarakat lokal. Aspek sosial ekonomi merupakan bagian dari
indikator utama untuk melihat kondisi kesejahtraan masyarakat. Kedua aspek
ini tidak dapat dipisahkan dan saling keterkaitan di dalamnya. Junaidi dan
Hardiani, (2019) menyatakan apabila kondisi perekonomian masyarakat
membaik maka akan berpengaruh pula terhadap kondisi sosial masyarakat
tersebut. Sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang saling berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan yang ada di masyarakat atau lebih umumnya
terkait dengan kesejahteraan masyarakat untuk melihat kondisi sosial
ekonominya.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal yang diperoleh dari hasil
penelitian meliputi kondisi sebelum masuknya transmigran dan setelah
masuknya transmigran dengan berbagai pengaruh dan kebiasaan yang
ditularkan. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Ritonga et al. (2020) dengan
mengumpulkan data dan informasi dari sumber yang jelas, menerangkan
bahwa sebelum masuknya transmigran, daerah ini sangat tertinggal dan
pembangunan daerah hampir tidak ada, serta masyarakatnya yang tidak dapat
mengembangkan diri untuk meningkatkan taraf hidupnya. Setelah masuk
8

masuknya transmigran ke daerah ini perubahan sangat terasa dan terlihat


adanya peningkatan kondisi kehidupan masyarakat lokal. Peran transmigran
dalam bentuk intervensi sosial yang menularkan banyak manfaat dan nilai-nilai
kebaikan dalam rangka pengembangan masyarakat lokal menjadi nilai tambah
dan point positif dari program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah.
Menurut Asalal et al. (2007), peningkatan taraf hidup masyarakat lokal di
daerah transmigrasi khususnya dalam bidang sosial ekonomi yang sangat terasa
adalah adanya hubungan sosial yang baik, harmonis dan terbuka antara
transmigran dan masyarakat lokal. Hubungan sosial yang baik ini ikut
mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat, dimana muncul kepedulian dan
empati dari transmigran ketika melihat kondisi ekonomi masyarakat lokal
masih tertinggal dan cenderung tidak ada peningkatan, sehingga transmigran
dengan berbagai pengetahuan dan skill yang dimiliki dalam mengelola dan
memanfaatkan potensi lokal daerah, berusaha menularkan dan membagikan
pengetahuan, skill, pengalaman dan semangat kerja tersebut kepada
masyarakat lokal untuk dapat di adopsi dan diterapkan dalam pemanfaatan
potensi sumberdaya lokal khususnya dalam bidang pertanian dan perkebunan.
Melalui penerapan intervensi sosial kepada masyarakat lokal, sampai
dengan saat ini taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat lokal mengalami
peningkatan dan kemajuan. Diantaranya, pendapatan masyarakat meningkat,
mata pencaharian jelas dan menjanjikan, potensi lokal daerah mampu dikelola
dengan baik dalam jangka waktu yang panjang, hubungan atau interaksi sosial
terjalin dan terjaga dengan baik antara transmigran dan masyarakat lokal, serta
peran masyarakat lokal dan transmigran dalam pembangunan daerah dapat
terlihat dan dirasakan manfaatnya. Memperhatikan aspek manusia serta aspek
pemberdayaan masyarakat lokal. Menurut Triana dan Suriadi (2020),
pengembangan masyarakat lokal di daerah transmigrasi merupakan suatu
upaya untuk mendorong kemampuan dan kemandirian masyarakat lokal dalam
mengelola dan memanfaatkan sumberdaya lokal di daerah transmigrasi.
Transmigran sukses dapat menjadi pelaku intervensi untuk melakukan
pembinaan dan pelatihan sebagai upaya mengubah kondisi sosial masyarakat
9

lokal menjadi lebih baik dan sejahtera. Bentuk intervensi yang dilakukan
transmigran terhadap masyarakat lokal di daerah transmigrasi ialah dengan
menularkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan nilai-nilai
kebaikan (value). Dengan penerapan model intervensi sosial dalam
pengembangan masyarakat lokal di daerah transmigrasi, terjadi perubahan
kondisi kehidupan masyarakat lokal, utamanya dalam bidang sosial dan
ekonomi.
5. Peran dan Keterampilan yang Dibutuhkan Pelaku Perubahan dalam Intervensi
Komunitas.
Secara konvensional, sekurang-kurangnya ada tujuh peran yang sering
kali diadopsi dan dikembangkan oleh community worker, yaitu : Pertama,
pmercepat Perubahan (enabler). Menurut Zega dan Suriadi, (2022), peran
enabler adalah membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan
mereka, mengidentifikasikan permasalahn mereka, dan mengembangkan
kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara
lebih efektif. Kedua, perantara (broker). Peran broker adalah menghubungkan
individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan
ataupun layanan masyarakat (community service), tetapi tidak tahu di mana dan
bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan
layanan masyarakat. Ketiga, pendidik (Educator). Peran sebagai pendidik
memprasyaratkan community worker mempunyai kemampuan menyampaikan
informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang
menjadi sasaran perubahan. Keempat, tenaga ahli (Expert). Peran sebagai
expert memprasyaratkan adanya kemampuan untuk dapat memberikan
masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area. Kelima,
perencana sosial (sosial planner). Ramdyanti el al. (2022) menyatakan peran
perencana sosial membutuhkan kemampuan pelaku perubahan dalam
mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam komunitas;
menganalisisnya; dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk
menangani masalah tersebut. Kelima, Advokat (Advocate). Peran advokat
adalah mendorong pelaku perubahan untuk menjalankan fungsi advokasi atau
10

pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu


bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan layanan
tersebut tidak memedulikan (bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga).
Keenam, aktivis (activist). Menurut Farida (2014), peran aktivis menuntut
pelaku perubahan untuk melakukan perubahan institusional yang lebih
mendasar dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumberdaya ataupun
kekuasaan (power) pada kelompok yang kurang mendapatkan keuntungan
(disadvantaged group), yang dianggap sebagai korban.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Terkait dengan upaya pemberdayaan pada level komunitas, proses
pemberdayaan masyarakat melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan
melalui beberapa model pendekatan intervensi, seperti pengembangan
masyarakat lokal, perencanaan dan kebijakan sosial, dan aksi sosial. Dari
ketiga model intervensi tersebut, maka proses pemberdayaan terhadap
masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang bersifat consensus
seperti pemberdayaan masyarakat lokal; kepatuhan seperti pendekatan
perencanaann dan kebijakan sosial; ataupun melalui pendekatan konflik seperti
aksi sosial. Terdapat dua belas variabel untuk membedakan ketiga model
intervensi (pendekatan) yang dilakukan dalam intervensi sosial di level
komunitas, yaitu: kategori tujuan tindakan, asumsi mengenai struktur
komunitas dan kondisi permasalahannya, strategi dasa dalam melakukan
perubahan, karakteristik dan teknik perubahan, peran praktisi yang menonjol,
media perubahan orientasi terhadap struktur kekuasaan, batasan defenisi
penerima layanan, asumsi mengenai kepentingan kelompok di dalam suatu
komunitas, konsepsi mengenai penerima layanan, konsepsi mengenai peran
peneriman layanan, pemanfaatan pemberdayaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat


Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta, PT Rajagrafindo
Al-Kautsari, M. M. (2019). Asset-Based Community Development: Strategi
Pengembangan Masyarakat. Empower: Jurnal Pengembangan Masyarakat
Islam, 4(2), 259-278.
Amin, M. A., Krisnani, H., & Irfan, M. (2014). Pelayanan sosial bagi anak jalanan
ditinjau dari perspektif pekerjaan sosial. Share: Social Work Journal, 4(2).
Andayani, I., Roesminingsih, M. V., & Yulianingsih, W. (2021). Strategi
Pemberdayaan Masyarakat Pelaku UMKM Di Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Pendidikan Nonformal, 16(1), 12-20.
Area, T. V. T. (2019). Intervensi Sosial Terhadap Pengembangan Masyarakat Lokal
Di Daerah Transmigrasi Desa Topoyo. Jurnal Public Policy Vol, 5(2), 111-
122.
Asalal, N., Zakaria, E., & Abd Wahab, H. (2007). Intervensi kerja sosial sekolah
dalam menangani masalah sosial pelajar. Jurnal Pendidikan Malaysia. 6(7):
15-36
As' ari, H., & Habibie, D. K. Empowerment of the Akit Tribe Community in the
Development of Sago Commodities. Journal Of Community Services Public
AFFAIRS, 2(1), 38-44.
Dianto, I. (2018). Peranan dakwah dalam proses pengembangan masyarakat Islam.
HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam, 12(1), 98-118.
Fahrudin, Adi, 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung, PT Refika
Aditama
Farida, U. (2014). The Role of the Muslim Brotherhood in Socio-Political Change
in Egypt. Research Journal, 8(1), 45-70.
Junaidi ; Hardiani. (2009). Dasar-Dasar Teori Ekonomi Kependudukan. Jakarta:
Hamada Prima.
Mukhlishin, A., & Suhendri, A. (2017). Application of Sociological Theory in the
Development of Islamic Society. INJECT (Interdisciplinary Journal of
Communication), 2(2), 211-234.
Raharjo, S. Y., & Djumiarti, T. (2017). Evaluasi Tahapan Intervensi Sosial Pada
Kelompok Nelayan Dalam Program Pengembangan Perikanan Tangkap Di
Dukuh Tambakrejo Kota Semarang. Journal of Public Policy and
Management Review, 6(2), 669-682.
Rahmat, A., & Mirnawati, M. (2020). Model Participation Action Research Dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal,
6(1), 62-71.
Ramdani, J. (2020). Intervensi Komunitas Berbasis Green Social Work. Jurnal
Obor Penmas: Pendidikan Luar Sekolah, 3(2), 270-277.
Ramdyanti, B. D., Susilowati, E., & Rahayuningsih, E. (2022). Praktik Intervensi
Krisis Dalam Penanganan Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual (Studi
pada Pekerja Sosial Di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Yang Memerlukan
Perlindungan Khusus–-BRSAMPK Paramita Mataram Provinsi Nusa
Tenggara Barat). Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial, 21(1).
Ritonga, F. U., Arifin, A., & Atika, T. (2020). Intervensi Sosial Komunitas
Birmingham Owner’s Motorcycle Siantar. PERSPEKTIF, 9(2), 111-118.
Rothman, Jack, et.all. (eds) 1995. Strategies of Community Intervention, Macro
Practice. 5th edition. Illinois: F.E. Peacock Publishers
Saeful, A. (2020). Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Islam. Syar'ie: Jurnal
Pemikiran Ekonomi Islam, 3(3), 1-17.
Sokhivah, S. (2021). Evaluation and Success Indicators of Social Intervention
Programs for Change. Khidmat Sosial: Journal of Social Work and Social
Services, 2(1), 1-9.
Suharto, E. (2003). Pedagang Kaki Lima Di Wilayah Metropolitan Bandung,
Masukan Bagi Pembuatan Kebijakan. Sosio Informa: Kajian Permasalahan
Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 8(3).
Tjen, C. A., Nastasya, C., Vincent, N., Angelica, S., & Hestyanti, Y. R. (2022).
Online Intervention: Managing Students' Internal and External Resources
To Adapt During the COVID-19 Pandemic. Madani: Journal of Community
Service, 8(1).
Triana, L., & Suriadi, A. (2020). Peran Pekerja Sosial dalam Manajemen Kasus
Penanganan Orang Dengan Human Immunodeficiency Virus di Balai
Rehabilitasi Sosial ODH Bahagia Medan. Jurnal Intervensi Sosial dan
Pembangunan (JISP), 1(2), 96-106.
Zega, Y., & Suriadi, A. (2022). Efektivitas Bantuan Sosial Tunai (BST) Dalam
Upaya Membantu Perekonomian Masyarakat Akibat Pandemi Covid-19 di
Desa Om. Jurnal Intervensi Sosial, 1(1), 33-46.
Zubaedi, M. A. (2016). Pengembangan masyarakat: wacana dan praktik. Kencana.

Anda mungkin juga menyukai