SGBM
1nd Year / 1st Semester / 2022 / FMUI 2022
Name : Yoesoef Bachtiar Gusman Rahmadi
NPM : 2206047401
1
akan terlihat pada mikroskop tertentu. Mekanisme ini digunakan
untuk mendeteksi trisomy dan sindrom microdeletion dengan
cepat.1
2
b. Molecular
Di pendeteksian mutasi pada tingkat molecular ada kelompok metode
untuk mutasi yang sudah diketahui (Known Mutations) dan untuk yang
belum diketahui (Unknown Mutations).1
i. Known Mutations
1. PCR (Polymerase Chain Reaction)
PCR merupakan teknik yang digunakan untuk
menghasilkan jutaan copy dari sebuah daerah DNA
tertentu. Misalnya, PCR digunakan untuk amplifikasi gen
yang terkait dengan kelainan genetik dari DNA pasien
(atau dari DNA janin, dalam kasus pengujian prenatal). 2
2. DNA Microarray
3
Merupakan teknik untuk menentukan gen mana yang
secara aktif ditranskripsi dalam sel di bawah berbagai
kondisi.1
3. DNA Sequencing
Merupakan metode untuk menganalisis DNA pada tingkat
nukleotidanya. Digunakan untuk mendeteksi abnormalitas
urutan gen. Biasanya menggunakan metode Sanger. 1
4. Multiplex ligation-dependent probe amplification
(MLPA)
MLPA biasanya digunakan untuk skrining delesi dan
duplikasi pada DNA atau RNA. Untuk mekanismenya,
pada awal awal probe dihibridasikan dengan DNA dalam
larutan. Probe ini terdiri dari dua bagian. Sepasang probe
ini akan hibridasi pada taget sekuensnya secara
berdekatan sehingga dapat bergabung menggunakan
enzim ligase. Probe yang berdekatan lalu dapat di
amplifikasi melalui PCR. 1
4
pelelehan fragmen DNA kecil (200-700 bp). Ternyata,
satu subtitusi basa tunggal pun dapat menyebabkan
perbedaan tersebut. Teknik dilakukan dengan cara
membandingkan pelelehan fragmen DNA yang diselidiki
dengan DNA wild type.1
3. Analisis Heteroduplex
Heteroduplikat dibuat dengan mendenaturasi dan
mengubah sifat molekul DNA tipe liar dan mutan.
Homoduplikat dan heteroduplikat menunjukkan mobilitas
elektroforetik yang berbeda melalui gel poliakrilamid
nondenaturasi.1
5
Banyak alel resesif dapat dideteksi, termasuk untuk Tay Sachs
dan cystic fibrosis.
b. Prinsip
i. Diagnosis
Diagnosis harus bersifat etiological atau causal serta diagnosis
harus ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.4
ii. Recurrance Risk
Pembuatan pedigree chart untuk menganalisis recurrence risk
untuk keturunan dengan kelainan hereditas. 4
iii. Genetic Counseling
Predictive: untuk memprediksikan kesehatan pasien dan
kemungkinan yang akan muncul di masa depan
Diagnostic: memastikan diagnosis
Reproductive: keinginan untuk mempunyai anak, tetapi memiliki
riwayat atau kemungkinan masalah genetik. Bisa juga pada ibu
yang hamil tua.4
iv. Decision Making
6
Pemberian autonomi kepada pasien untuk menentukan Langkah
selanjutnya setelah diberikan semua informasi. 4
Immunity buatan aktif dapat diperoleh melalui vaksinasi. Prinsip dasar vaksin
adalah untuk merangsang system imun dan mempersiapkannya untuk
paparan patogen di masa depan (mengembangkan kekebalan). Jika patogen
masuk ke dalam tubuh, respons imun sekunder tubuh akan lebih segera, kuat,
dan berkelanjutan.6
Persiapan vaksin didasarkan pada salah satu dari empat persiapan antigen
berikut:
a. Inactivated Vaccines
Vaksin inaktif menggunakan virus/bakteri yang mati atau tidak aktif
sebagai imunogen untuk merangsang respons imun.
7
Karena inactivated vaccine ini terdiri dari patogen yang "mati", patogen
itu sendiri tidak dapat berkembang biak dan bereplikasi sehingga vaksin
ini seringkali membutuhkan dosis yang lebih besar dan booster yang
lebih banyak agar bekerja dengan efektif. Contoh vaksin ini antara lain
polio, hepatitis A, dan vaksin rabies.5,6
b. Attenuated Vaccines
Vaksin attenuated terdiri dari patogen dengan efek virulensi yang lebih
rendah atau ditiadakan. Hal ini biasanya dicapai dengan memodifikasi
kondisi pertumbuhan patogen (contohnya dibuat agar pertumbuhan
patogen hanya pada suhu dingin) atau memanipulasi gennya untuk
menonaktifkan faktor virulensi. Contohnya termasuk vaksin untuk
rtuberkuolosis, campak, polio, dan rubella. 5,6
Kerugiannya meliputi:5,6
i. Membutuhkan fasilitas penyimpanan khusus
ii. Kemungkinan dapat menularkan ke orang lain (kelompok rentan)
iii. Mungkin dapat bermutasi kembali ke strain virus yang menular. (FF)
c. Vaksin Subunit
Vaksin subunit merupakan vaksin yang hanya menggunakan faktor
antigen yang diisolasikan. Antigen ini yang kemudian akan merangsang
system imun tubuh untuk menghasilkan kekebalan terhadap patogen
8
aslinya. Contoh antigen bisa berupa protein di permukaan bakteri atau
protein yang menempel pada virus (kapsid). 5,6
Gen dapat berupa DNA atau RNA. Dalam vaksin RNA, metodenya
menyerupai virus RNA yang tidak menular di mana gen digabungkan
dengan urutan yang mempromosikan ekspresi dalam sel. Baru-baru ini,
vaksin covid 19 Pfizer yang dikembangkan menggunakan metode ini. 6,7
References
9
1. Mahdieh, Nejat, and Rabbani, Bahareh. An overview of mutation detection
methods in genetic disorders. Iranian Journal of Pediatrics. 2013
Aug;23(4):375-88,
2. Polymerase Chain Reaction (PCR) [Internet]. California: Khan Academy; no
date [cited 2023 Feb 25]. Available from:
https://www.khanacademy.org/science/ap-biology/gene-expression-and-
regulation/biotechnology/a/polymerase-chain-reaction-pcr
3. Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Orr RB. Campbell biology.
12th ed. New York: Pearson; 2021 Jul 21. [cited 2023 Feb 25].
4. Sjarif D. Genetic counseling [unpublished lecture notes]. Sel Genetika dan
Biologi Molekuler. Depok: Universitas Indonesia; lecture given 2023 Feb 13
5. Murray PR, Rosenthal KS, Pfaller MA. Medical microbiology. 9th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2021.
6. Talaro K, Chess B. Foundations in microbiology. 10th ed. New York: McGraw-
Hill Education; 2018.
7. Fang, Enyue, et al. Advances in COVID-19 MRNA vaccine development. Signal
Transduction and Targeted Therapy. 2022 Mar 3; 7:94.
10