TRANSMISI
DOSEN PENGAMPU :
Dr. M. ROZALI, MA
TA 2018/2019
A. Pendahuluan
1
hadits, sebagaimana tertulis dalam kitab taisir mushtholah hadits, Tahammul
artinya menerima hadits dan mengambilnya dari para syekh atau guru.1
Syarat-syarat Tahammulul-Hadits
Karena Tidak semua orang bisa menyampaikan hadits kepada orang lain,
Dalam hal ini mayoritas ulama hadits, ushul, dan fiqh memiliki kesamaan
pandangan dalam memberikan syarat dan kriteria bagi pewarta hadist, yang antara
lain:
3) Mengetahui maksud-maksud kata yang ada dalam hadits dan mengetahui arti
hadits apabila ia meriwayatkan dari segi artinya saja ( bil ma’na ).
Mayoritas ulama hadits, ulama ushul dan ulama fiqh sependapat bahwa
orang yang riwayatnya bisa dijadikan hujjah, baik laki-laki maupun wanita, harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Islam
1
ibnu sholah,Ulumul Hadits al- Ma’ruf bi Muqoddimah ibn ash-Sholah, Tsaqofiyah,hlm. 137.,hlm.
156
2
Islam bisa diterima? Di samping itu, Allah SWT juga memerintahkan kita untuk
mengecek berita yang dibawa oleh orang fasik, melalui firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu. (Qs. al-Hujurat: 6)
Bila terhadap berita yang dibawa orang fasik saja seperti itu, maka
terhadap berita yang dibawa orang kafir tentu kita harus menolaknya.
b. Baligh
Ini merupakan pusat taklif, karena itu riwayat anak yang berada di bawah
usia taklif tidak bisa diterima, sebagai penerapan sabda Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Abu Daud.
Terangkat pena dari tiga orang: dari orang gila sampai sembuh, dari orang yang
tidur sampai terbangun dan dari anak kecil sampai mimpi basah. (HR. Abu Daud)
3
periwayatannya berarti mengabulkan atau memberikan kekuasaan padanya
terhadap segenap kaum muslimin.
c. Sifat Adil
d. Dhabt
Dhobit oleh ulama ahli hadits dibagi menjadi dua yaitu: 1) Dlobtu ash-
shodri, yaitu dengan menetapkan atau menghafal apa yang ia dengar didalam
dadanya, sekiranya ia mampu untuk menyampaikan hafalan tersebut kapanpun ia
4
kehendaki. 2) Dlobtul kitab, yaitu memelihara, mempunyai sebuah kitab catatan
yang catatan hadits yang ia dengar, kitab tersebut dijaga dan ditashhih sampai ia
meriwayatkan hadits sesuai dengan tulisan yang terdapat dalam kitab tersebut.
1.As-Sima’, ( mendengar)
yaitu seorang guru membaca hadits baik dari hafalan ataupun dari kitabnya
sedang hadirin mendengarnya, baik majlis itu untuk imla’ ataupun untuk yang
lain. Menurut mayoritas ulama, metode ini berada di peringkat tertinggi. Cara as-
sama’ ini tinggi nilainya, sebab lebih meyakinkan tentang terjadinya
pengungkapan riwayat.
5
2.Al-Qira’ah ‘ala asy-Syaikh (membaca di hadapan guru).
3.Ijazah
b. Syaikh mengijazahkan orang yang tertentu dengan tanpa menentukan apa yang
c. Syaikh mengijazahkan kepada siapa saja (tanpa menentukan) dengan juga tidak
d. Syaikh mengijazahkan kepada orang yang tidak diketahui atau majhul. Seperti
diamengatakan,”Aku ijazahkan kepada Muhammad bin Khalid Ad-Dimasyqi”;
sedangkan di situ terdapat sejumlah orang yang mempunyai nama seperti itu.
e. Syaikh memberikan ijazah kepada orang yang tidak hadir demi mengikutkan
mereka yang hadir dalam majelis. Umpamanya dia berkata,”Aku ijazahkan
riwayat ini kepada si fulan dan keturunannya”.
6
4.Al-Munawalah Maksudnya, seorang ahli hadits memberikan sebuah sebuah
naskah asli kepada muridnya atau salinan yang sudah dikoreksinya untuk
diriwayatkan.
5.Al-Mukatabah
Yaitu seorang guru menulis dengan tangannya sendiri atau meminta orang
lain menulis darinya sebagian haditsnya untuk seorang murid yang ada
dihadapannya atau murid yang berada di tempat lain lalu guru itu
mengirimkannya kepada sang murid bersama orang yang bisa dipercaya.
Mukatabah ini memiliki dua bagian Pertama, disertai dengan ijazah. Jenis ini
setara dengan munawalah yang disertai dengan ijazah dalam keshahihan dan
kekuatan.Kedua, tanpa disertai dengan ijazah.
6.I’lam asy-Syeikh
7.A I- Washiyyah
7
Fulan, mengatakan telah memberikan khabar kepadaku Fulan dengan cara wasiat,
atau saya menemukan dalam wasiat Fulan kepadaku, bahwa Fulan meriwayatkan
kepadanya begini-begini.
D.Simpulan
Syarat kelayakan al-Ada adalah: Islam, Baligh, Sifat Adil, Dhabt. Sedangkan
metode dalam tahammul al-ada’ adalah melalui beberapa jalan yaitu as-sima’, al-
Qira’ah ‘ala Syaikh, al-Ijazah, al-Munawalah, al-Mukatabah, I’lam asy-Syaikh, al-
Washiyyah, al-Wijadah.
8
DAFTAR PUSTAKA