Anda di halaman 1dari 4

Safari Ramadan #1

Tapak Tilas Risalah Keilmuan Inyiak Parabek

Asal Muasal Ilmu: Syekh Mato Aia

No Audio Visual
1 [Presenter] - Establishing Ponpes
Syekh Ibrahim Musa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sumatera Thawalib Parabek
Inyiak Parabek merupakan seorang ulama sekaligus pendiri - Presenter di depan tulisan
Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek. Beliau dikenal Sumatera Thawalib Parabek
sebagai seorang ulama Minangkabau yang tafaqquh fiddin. - Kamera Follow Presenter

Tentunya keilmuan yang dimiliki Inyiak Parabek tidak serta


merta. Ada perjuangan menuntut ilmu yang beliau jalani
sebelum membentuk majelis ilmu di Parabek. Sejak kecil
beliau telah menuntut ilmu ke sejumlah ulama besar
Minangkabau sebelum berangkat menuju Tanah Suci Makkah.

Hari ini, kita akan menelusuri risalah keilmuan Inyiak Parabek


di ranah Minang. Asal Muasal Ilmu: Syekh Mato Aia
Pakandangan, guru pertama Inyiak Parabek di usianya yang
ke-13 tahun.

Ayo kita berangkat!


2 [Narasi] - Perjalanan Parabek-
Parabek-Pakandangan berjarak kurang lebih 60 Km. Inyiak Pakandangan
Parabek diantar langsung oleh ayahnya, Inyiak Musa, pada - Aia tajun lembah anai
tahun 1976 menuju Pakandangan. Pada zaman itu, - Presenter berjalan d aia
transportasi yang banyak digunakan adalah pedati, bendi, dan tajun lembah anai
kereta api. - Presenter berjalan di depan
Hari ini transportasi tersebut sudah tidak aktif lagi digunakan, took souvenir dan oleh oleh
tetapi kita masih bisa melihat jejak rel kereta api yang masih - Presenter berada di rel
terlihat di beberapa tempat. kereta
- Infografis peta Parabek-
[Presenter] Pakandangan
Nah, ini dia bekas rel kereta api yang pernah dinaiki Inyiak - Perjalanan presenter
Parabek menuju Pakandangan pada 1976. Berangkat dengan menuju Pakandangan
kereta api kelas 1 dari Stasiun kereta api Fort de Kock di
Dipo Tarok, Guguak Panjang menuju stasiun di Lubuak
Alung dengan ongkos 1,66 gulden per orang.
3 Kita sudah sampai di depan makan sang guru, Syekh Mato - Establish makam
Aia, memiliki nama asli Muhammad Aminullah bin Abdullah, - Insert makam
lahir Senin 1789 M di Kampung Pandan, Kampung Panyalai, - Presenter di depan makan
Nagari Lubuk Pandan dan wafat Senin September 1926 di - Presenter memasuki
Sarang Gagak, Nagari Pakandangan dalam usia 137 tahun. Kawasan makam
Beliau seorang ulama yang terkenal sebagai ulama yang
terkenal alim dan shaleh, mahir ilmu thariqat, dan mahir
nahwu sharaf. Di Pariaman, Syekh Mato Aia memiliki peran
penting dalam penulisan naskah khutbah. Bahkan disebutkan
bahwa Naskah Khutbah Idufitri dan Iduladha koleksi Surau
Syekh Mato Aia Pakandangan merupakan naskah terpanjang
saat ini dan memiliki iluminasi yang banyak dan menarik.

Selain itu, Syekh Mato Aia juga seorang ulama penulis yang
banyak meninggalkan karya tulis berupa kitab. Ada 12 kitab
karya tulis Syekh Mato Aia dari berbagai disiplin ilmu yang
telah di digitalisasikan oleh pihak Cagar Budaya yang sampai
sekarang tersimpan rapi di Surau Mato Aie. Barangkali inilah
yang menginspirasi Syekh Ibrahim Musa Parabek untuk tidak
hanya berdakwah lewat lisan, namun juga lewat tulisan.

Untuk silsilah keilmuan, sari sejarah penuturan dari yang tua-


tua dulu, Syekh Mato Aia merupakan murid generasi keempat
oleh Syekh Burhanuddin Ulakan.
[Presenter] Wawancara dengan keturunan
Kita berkesempatan untuk berbincang dengan Bapak Syekh Mato Aia
Awaluddin Datuak Pamuncak Majolelo, cicit dari Syekh Mato
Aia.
Assalamualaikum Pak

[Awaluddin]

[Presenter]
Zaman dahulu banyak sekali pemuda Minangkabau yang
menuntut ilmu kepada Syekh Mato Aia. Kira-kira apa yang
membuat Syekh Mato Aia terkenal sebagai ulama Minang
masa itu, sehingga banyak orang datang berguru pada beliau,
Pak?

[Awaluddin]

[Presenter]
Bagaimana kisah asal-usul nama Syekh Mato Aia, Pak?

[Awaluddin]

[Presenter]
Apa saja wasiat atau peninggalan dari Syekh Mato Aia yang
masih ada sampai hari ini, Pak?
[Awaluddin]

[Presenter]
Terima kasih Bapak atas waktunya. Semoga Syekh Mato Aia
dan para ulama besar Minangkabau lainnya mendapat pahala
dan tempat terbaik di sisi Allah.
(V.O) Jalan menuju surau Mato Aia
Di antara muridnya yang pada akhirnya menjadi ulama besar
yang pernah berguru ke Syekh Mato Aie, tersebutlah nama
Syekh Ibrahim Musa Parabek, Syekh Abdurrahman Bintungan
Tinggi, Syekh Ismail Kiambang, Syekh Muhammad Yatim atau
Tuanku Ampalu, dan Syekh Labai Sati Malalo.

Para calon ulama ini menuntut ilmu di surau, pendidikan khas


Minangkabau. Penasaran? Ayo kita kunjungi Surau Mato Aia,
tempat para calon ulama besar masa itu ditempa.
(V.O) - Establish Surau Mato Aia
Surau, merupakan pusat ibadah sekaligus tonggak pendidikan - Presenter berjalan menuju
pemuda Minangkabau. Orang tua menitipkan anaknya di Surau Mato Aia
surau untuk belajar kepada seorang guru yang mengelola - Presenter melihat lihat
surau tersebut. Tak ayal setiap surau memiliki seorang guru arsitekur Surau Mato Aia
yang memiliki ciri khas keilmuan masing-masing. Masa itu - Insert arsitektur luar Surau
banyak pemuda Minang yang menuntut ilmu dari satu surau Mato Aia
ke surau lainnya untuk menuntut ilmu. Itulah yang dilakukan - Presenter berwudu
oleh Syekh Ibrahim Musa di bawah arahan sang ayah, Inyiak - Presenter memasuki Surau
Ibrahim. Mato Aia
- Presenter melihat interior
Surau Syekh Mato Aia menjadi surau pertama pilihan Surau Mato Aia
pendidikan Inyiak Ibrahim untuk anaknya. Syekh Mato Aia - Insert Interior Surau Mato
terkenal sebagai ulama yang ahli di bidang Nahwu Sharaf. Aia
Tidak heran Inyiak Ibrahim memilih beliau sebagai guru
pertama sang putra. Nahwu Sharaf memang dikatakan
sebagai pucuk segala ilmu agama. Nahwu Sharaf adalah
modal yang harus dimiliki setiap pencari ilmu untuk dapat
memahami membaca kitab berbahasa arab.

Di surau ini Syekh Ibrahim Musa muda belajar bersama


sepupunya Abdul Malik di usia mereka yang ke-13 tahun.
Sistem pembelajaran di surau adalah sistem belajar adu lutut,
atau yang dikenal dengan sistem halaqah. Hari pertama
belajar, meski telah dikenalkan sang ayah, Syekh Ibrahim
Musa muda sangat kagum pada Syekh Mato Aia yang waktu
itu sudahlah berusia 105 tahun saat mereka datang berguru.

Halaqah di Pakandangan berlangsung setiap hari. Kegiatan itu


dilakukan bukan hanya pada malam hari, melainkan juga
antara shalat Asar dan Magrib. Murid memasang telinga baik-
baik, dan mencatat. Syekh Mato Aia dibantu mengajar oleh
muridnya yang dianggap telah mumpuni yang disebut sebagai
guru bantu. Pembelajaran sering menggunakan bahasa Arab,
sesekali bahasa Melayu dan bahasa Minang.

Di Surau Pakandangan ini, murid tak hanya diajari ilmu


agama, tetapi juga diajari silat dan adat-istiadat. Mereka juga
diajari bertani dan beternak ayam serta ikan. Selama satu
tahun penuh Ibrahim Musa muda menuntut ilmu di sana.
Setelah menguasai ilmu nahwu dan sharaf di Pakandangan,
Syekh Ibrahim Musa kembali dijemput oleh ayahnya untuk
melanjutkan pendidikan ke surau dan guru berikutnya.
Pesantren Luhur Surau Mata Air
Sungguh luar biasa ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang dimiliki
oleh Syekh Mato Aia masih tetap bisa dirasakan hingga hari
ini, salah satunya lewat murid beliau Syekh Ibrahim Musa
Parabek.

Demikianlah Tapak Tilas Risalah Keilmuan Inyiak Parabek, Asal


Muasal Ilmu: Syekh Mato Aia
Sampai jumpa di tapak tila berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai