DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH
A. Hukum Kepegawaian
Hukum kepegawaian dalam studi Hokum Aministrasi Negara membahas tentang hokum subjek
hokum ( person ) dalam lapangan administrasi Negara yang dalam status kepegawaian itu mempunyai
hubungan dinas public. Sedangkan hokum ketenagakerjaan atau Hukum Perjanjian Kerja yang diatur
dalam KUHPerdata membahas tentang subjek hokum ( person ) untuk pegawai yang bekerja di
perusahaan swasta.
Undang-undang ini disertai dengan berbagai peraturan perundangan lainnya sebagai peraturan-
peraturan organik ( pelaksanaannya).
Permasalahan dari hal kepegawaian biasanya meliputi hak-kewajiban, kedudukan atau jabatan. Hal ini
sudah diatur dalam UU no 8 tahun 1974 yang diubah dengan UU no. 43 tahun 1999 tentang Pokok-
pokok mengenai kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai negeri.
Tujuan Negara tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan melaksanakan ketertiban dunia. Sedangkan tujuan pembangunan nasional adalah untuk
membentuk satu masyarakat adil dan makmur, seimbang materil dan spiritualnya berdasarkan Pancasila
di dalam wilayah NKRI. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut di atas dibutuhkan kesempurnaan aparatur
Negara yang tergantung dari kesempuranaan pegawai negri .
Hubungan dinas public menurut Logemann adalah bilamana seseorang mengikat dirinya untuk
tunduk pada perintah pemerintah untuk melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan itu dihargai
dengan pemberian gaji dan beberapa keuntungan lain. Untuk itu pegawai negeri tunduk pada
penagngkatan dalam beberapa macam jabatan tertentu yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Sebaliknya pemerintah berhak mengangkat seseorang pegawai dalam jabatan tertentu tampa harus
adanya persesuaian kehendak dari yang bersangkutan.
- Hubungan dinas public pengangkatan pegawai itu merupakan suatu perjanjian yakni karena
adanya persesuaian kehendak atau vrye verdag ( kontrak sukarela ) antara pegawai dengan
pemerintah
- Pengangkatan atau adanya hubungan dinas public pada pegawai negeri itu bukalah merupakan
kontrak istimewa melainkan merupakan perbuatan hokum yang bersegi satu yang dilakukan
oleh pemerintah yakni merupakan penunjukan ( aanstelling ) terhadap pegawai yang
bersangkutan untuk duduk dalam jabatannya.
Aanstelling merupakan suatu akibat dari hubungan dinas public dan bukan peritiwa hokum yang
menimbulkannya dengan alasan bahwa sebelum penunjukan itu terjadi diadakan suatu perjanjian
antara pelamar dan pemerintah sehingga akibatnya pemerintah mengangkat pelamar tersebut sebagai
pegawai dan pelamar tersebut terpaksa menerima pengangkatan itu.
- Pengertian stipulatif
Sesuai dengan UU no. 8 tahun 1974 yang diubah dengan UU no. 43 tahun 1999 pasal 1a dan
pasal 3 berbunyi : Pegawai negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah
memenuhui syarat yang ditentukan , diangakt oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan negeri atau diserhi tugas Negara lainnnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
- Perluasan pengertian
Terdapat beberapa golongan pegawai yang sebenarnya bukan pegawai negeri menurut UU no. 8
tahun 1974 tetapi dalam hal-hal tertentu dianggap sebagai pegawai negri dan diperlakukan
sama dengan pegawai negeri. Perluasan pengertian tersebut tercantum dalam pasal 415-437
KUHP mengenai kejahatan jabatan.
Istilah pejabat Negara dikenal dalam UU no. 8 tahun 1974 dan UU no. 31 tahun 1999 yang
diubah dengan UU no. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan istilah
penyelenggara Negara. Pejabat Negara dapat berasal dari pegawai negeri ataupun bukan berasal dari
pegawai negeri sehingga pegawai negeri yang diangkat sebagai pejabat Negara dibebaskan dari jabatan
organiknya selama menjadi pejabat Negara tanpa kehilangan statusnya sebagai pegawai negeri.
Jabatan pejabat negara sesuai dengan UU no. 43 tahun 1999 pasal 11 ayat (1).
Nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh pegawai negeri sipil dank ode etik
pegawai negeri sipil yang mencakup etika dalam bernegara, etika dalam berorganisasi, etika
dalam bermasyarakat, etika dalam diri setiap sesame pegawai negeri sipil tertuang dalam
Peraturan Pemerintah no. 42 tahun 2004.
1. Pertanggungjawaban pidana
Masalah ancaman pidana bagi pegawai negeri antara lain terdapat dalam :
- Title XXVIII buku II pasal 413-437 KUHP tentang kejahatan jabatan
- Title VIII buku III Pasal 552 – 559 tentang pelanggaran jabatan
2. Pertanggungjawaban Finansial Keuangan dan Kehartaan
- Teori Fautes Personalles : teori yang menunjukan bahwa pertanggungjawaban
keuangan pegawai negeri itu harus dilakukan oleh si pegawai ( ambtennar ) secara
pribadi terhadap pihak ketiga yang dirugikan
- Teori Fautes de Services Publiques menyatakan bahwa kesalahan pegawai negeri
terhadap pihak ketiga dipertanggungjawabkan dalam dinas atau instansi pegawai negeri
yang bersangkutan sehingga jika ada kerugian yang harus dibayarkan kepada pihak
ketiga maka yang membayar adalah dinasnya.
Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980 mengatur tentang Disiplin Pegawai Negeri.
Setelah terbit UU no. 43 tahun 1999 maka telah pula dilakukan perubahan terhadap Peraturan
Pemerintah no. 30 Tahun 1980. Peraturan Pemerintah no. 30 tahun 1980 telah dicabut dan
diganti dengan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
- Kewajiban Pegawai Negeri Sipil sesuai pasal 3 Peraturan Pemerintah no. 53 Tahun 2010
- Larangan bagi Pegawai Negeri Sipil tercantum dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah no 53 tahun
2010
Bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hukuman disiplin PNS sesuai pasal 11, 12, dan
pasal 13 Peraturan Pemerintah no. 53 Tahun 2010.
- Hukuman disiplin ringan : teguran lisan, tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis
- Hukuman disiplin sedang : penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun, penundaan
kenaikan pangkat selama 1 tahun dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1
tahun
- Hukuman disiplin berat : penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun,
pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan,
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS dan pemberhentian
dengan tidak hormat sebagai PNS
I. 1 Upaya Administratif
Beberapa jenis hukuman disiplin yang tidak dapat diajukan upaya administrative yakni hukuman
disiplin yang dijatuhkan oleh :
- Presiden, Pejabat Pembinaan Kepegawaian sesuai pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a
dan c
- Gubernur selaku wakil pemerintah sesuai pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c
- Kepala Perwakilan RI sesuai pasal 7 ayat (2)
Hukuman disiplin yang dapat diajukan banding administrative adalah yang sesuai dengan :
Keberatan atas putusan hukuman disiplin tersebut diajukan kepada pejabat berwenang
menghukum sedangkan banding administrative diajukan kepada BadanPertimbangan
Kepegawaian.
UNDANG-UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA ( ASN )
I. KETENTUAN UMUM
Istilah mengenai Aparatur Sipil Negara (ASN ) dirumuskan secara normative dalam
Undang-undang nomor 5 tahun 2014 Pasal 1 ayat (1): “Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya
disingkat ASN adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah Dengan
Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi pemerintah”.
Sedangkan pegawai aparatur sipil negara terbagi atas 2 jenis sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU
no. 5 tahun 2014 : “Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.’
II. ASAS, PRINSIP, NILAI DASAR, SERTA KODE ETIK DAN KODE PERILAKU
IV. HUBUNGAN ANTARA UU no. 43 tahun 1999 DENGAN UU no. 5 tahun 2014
Sesuai dengan UU no. 5 tahun 2014 pasal 139 : Pada saat Undang-Undang ini mulai
berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 3890) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dan belum diganti berdasarkan Undang Undang ini.
UU no. 5 tahun 2014 melengkapi UU no. 43 tahun 1999 dengan pertimbangan :
- bahwa pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara belum berdasarkan pada perbandingan
antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan
kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada
jabatan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik;
- bahwa untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi, perlu
ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan
prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara;