a. Pengertian Stipulatif
Pengertian stipulatif (pengertian yang diberikan oleh undang-undang)
berdasarkan UU No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian :
– Pegawai negeri adalah mereka diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam satu jabatan negeri atau
diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
– Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan
abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan
kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.
b. Perluasan Pengertian
1) Pasal 415-437 KUHP : bahwa orang yang melakukan kejahatan
jabatan adalah mereka yang melakukan kejahatan berkenaan
dengan tugasnya sebagai orang yang diserahi satu jabatan publik
baik tetap maupun sementara.
2) Pasal 92 KUH Pidana : "Orang-orang yang dipilih dalam pemilihan-
pemilihan berdasarkan peraturan-peraturan dan juga mereka yang
bukan dipilih, tetapi diangkat menjadi anggota dewan rakyat dan
dewan daerah serta kepala-kepala desa" dianggap sebagai pegawai-
pegawai negeri.
3) Undang-undang tindak pidana korupsi memperluas pengertian
pegawai negeri sehingga mencakup “orang-orang yang menerima
gaji atau upah atau keuangan negara atau keuangan daerah, atau
badan hukum yang menerima bantuan dari keuangan negara atau
keuangan daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan
modal dan kelonggaran-kelonggaran dari negara atau masyarakat.”
PEJABAT NEGARA DAN PEGAWAI NEGERI
a. Peristiwa I :
Seorang polisi kesehatan pelabuhan di Perancis menangkap
seorang wanita dengan tuduhan bahwa wanita tersebut menderita
penyakit menular.
Si wanita dimasukkan ke dalam rumah sakit, tetapi karena perawatan
di rumah sakit tidak memadai wanita tersebut meninggal.
Ayah si wanita menuntut polisi ke pengadilan umum, dengan
tuduhan bahwa polisi menyebabkan kematian anaknya.
Pengadilan umum menolak tuntutan dengan alasan, bahwa perkara
tersebut merupakan kompetensi pengadilan administrasi.
Pengadilan Tinggi yang menerima banding dari ayah si wanita
memutuskan, bahwa polisi bersalah karena dalam tindakannya tidak
meminta advis dokter ahli terlebih dulu.
b. Peristiwa II :
Walikota memerintahkan seorang warga untuk membongkar
rumahnya yang dianggap membahayakan bagi umum.
Pemilik rumah menolak, sehingga walikota membongkar rumah
tersebut atas nama jabatan.
Pengadilan pertama menghukum walikota untuk mengganti kerugian
yang dilakukannya, sebab menurut undang-undang tanggal 21 Juni
1898 pembongkaran hanya dapat dilaksanakan atas putusan
pengadilan.
Pengadilan tinggi memutuskan, bahwa walikota tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban secara pribadi, sebab tindakan walikota itu
untuk kepentingan negara.
c. Peristiwa III (Terkenal dengan nama Tutein Nulthenius) :
Seorang tukang blandong di negeri Belanda pada suatu hari
mengadakan latihan kebakaran yang mengakibatkan terbakarnya
rumput-rumput kering milik petani di sekitar tempat latihan itu.
Para petani menuntut sejumlah ganti rugi atas rumput-rumputnya
yang terbakar kepada tukang blandong.
Tukang blandong menjawab, bahwa tuntutan itu seharusnya
dialamatkan kepada negara, dengan alasan bahwa ia diangkat oleh
negara.
Putusan di tiga tingkat pengadilan (pertama, banding, dan kasasi)
menolak alasan tukang blandong, karena sebagai seorang pegawai
ia seharusnya berhati-hati dalam menjalankan tugasnya.
d. Peristiwa IV :
Setelah menyembelih seekor sapi di rumahnya, seorang jagal sapi di kota
Reysen meminta dokter hewan memeriksa daging sapinya.
Dokter hewan menolak, karena sapi tersebut tidak disembelih di abatoir.
Si jagal sapi beralasan bahwa abatoir sudah lama ditutup oleh walikota.
Akibat penolakan dokter, si jagal sapi yang menderita kerugian mengajukan
tuntutan ganti rugi.
Dokter hewan beralasan, bahwa jika demikian halnya maka tuntutan ganti
rugi ditujukan kepada negara.
Pengadilan Amelo memutuskan :
1) Meskipun pada diri dokter hewan terletak juga kesalahan, tidak terbukti ada
unsur kesengajaan dalam melakukan kesalahan itu.
2) Meskipun terdapat Fautes Personelles tetapi ada juga Fautes De Services
Publiques dalam perkara ini, sebab :
a) Apakah komisaris kerajaan belum memerintahkan kepada walikota untuk
membuka kembali abatoir itu ?
b) Apakah walikota sudah memerintahkan kepada dokter hewan untuk tidak
memeriksa hasil penyembelihan kecuali di abatoir ?