Anda di halaman 1dari 12

OBJEK HUKUM KEPEGAWAIAN

1. Hukum kepegawaian : adalah hukum yang berlaku bagi


pegawai yang bekerja pada administrasi negara sebagai pegawai
negeri. Meskipun dalam kenyataannya banyak juga pegawai
yang bekerja pada perusahaan-perusahaan swasta.
2. Subjek hukum kepegawaian adalah mereka yang mempunyai
hubungan dinas publik, yang diatur dengan untdang-undang
kepegawaian. Sedangkan pegawai perusahaan yang tidak
mempunyai hubungan dinas publik diatur dengan hukum
perburuhan dan hukum perjanjian berdasarkan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata.
3. Di Indonesia peraturan tentang kepegawaian diatur
berdasarkan UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, beserta berbagai peraturan perundangan lainnya.
HUBUNGAN DINAS PUBLIK

a. Pengertian hubungan dinas publik :


1) Hubungan hukum yang mengikat seseorang untuk tunduk pada
perintah dari pemerintah dalam melakukan satu atau beberapa
jabatan, yang dihargai dengan pemberian gaji, tunjangan, dan
fasilitas lainnya.
2) Kewajiban pegawai untuk tunduk pada pengangkatan dalam
jabatan tertentu, atau pegawai tidak boleh menolak (menerima
tanpa syarat) pengangkatan yang telah ditentukan oleh pemerintah,
sekalipun pengangkatan jabatan tersebut tanpa persesuaian
kehendak dari pegawai yang bersangkutan.
b. Timbul dan berakhirnya hubungan dinas publik :
Tidak selalu bergantung pada pengangkatan atau pemberhentian dari
suatu jabatan, sebab ada pegawai negeri yang tidak punya jabatan
(non aktif) tetapi masih mempunyai hubungan dinas publik.
Sebaliknya, ada pegawai yang mempunyai jabatan (pejabat) tetapi
tidak mempunyai hubungan dinas publik (pejabat berdasarkan
perjanjian kerja).
ASPEK HUKUM PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI

Dua pendapat tentang aspek hukum pengangkatan pegawai negeri :


1)Hubungan dinas publik yang terbentuk melalui pengangkatan pegawai
merupakan suatu perjanjian, karena adanya persesuaian kehendak atau vrye
verdag antara pegawai dengan pemerintah. (Logemann, Kranenburg, Prins dan
Buys)
Kehendak bebas (vriye verdag) tidak didasarkan pada pasal 1338 KUH Perdata,
melainkan merupakan suatu kontrak istimewa (contract suigeneris), dimana
disyaratkan bahwa pegawai negeri harus setia dan taat selama menjadi pegawai
negeri. Meskipun demikian, setiap saat pegawai negeri itu boleh mengundurkan
diri. (Buys)
2)Hubungan dinas publik bukan merupakan "kontrak istimewa", melainkan
merupakan perbuatan hukum bersegi satu yang dilakukan oleh pemerintah
melalui penunjukan (aanstelling) terhadap pegawai yang akan duduk dalam
jabatannya. (Van der Pot dan Donner)
Aanstelling merupakan suatu akibat dari hubungan dinas publik dan bukan
peristiwa hukum yang menimbulkannya. Sebelum penunjukan, telah diadakan
suatu perjanjian antara pelamar dan pemerintah, dimana pelamar terpaksa
menerima pengangkatan. (E. Utrecht).
PENGERTIAN PEGAWAI NEGERI

a. Pengertian Stipulatif
Pengertian stipulatif (pengertian yang diberikan oleh undang-undang)
berdasarkan UU No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian :
– Pegawai negeri adalah mereka diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam satu jabatan negeri atau
diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
– Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan
abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan
kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.
b. Perluasan Pengertian
1) Pasal 415-437 KUHP : bahwa orang yang melakukan kejahatan
jabatan adalah mereka yang melakukan kejahatan berkenaan
dengan tugasnya sebagai orang yang diserahi satu jabatan publik
baik tetap maupun sementara.
2) Pasal 92 KUH Pidana : "Orang-orang yang dipilih dalam pemilihan-
pemilihan berdasarkan peraturan-peraturan dan juga mereka yang
bukan dipilih, tetapi diangkat menjadi anggota dewan rakyat dan
dewan daerah serta kepala-kepala desa" dianggap sebagai pegawai-
pegawai negeri.
3) Undang-undang tindak pidana korupsi memperluas pengertian
pegawai negeri sehingga mencakup “orang-orang yang menerima
gaji atau upah atau keuangan negara atau keuangan daerah, atau
badan hukum yang menerima bantuan dari keuangan negara atau
keuangan daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan
modal dan kelonggaran-kelonggaran dari negara atau masyarakat.”
PEJABAT NEGARA DAN PEGAWAI NEGERI

a. Menurut UU No. 43 tahun 1999 :


Pejabat negara tidak termasuk pegawai negeri, sebab pegawai negeri yang
diangkat sebagai pejabat negara dibebaskan dari jabatan organiknya selama
menjadi pejabat negara tanpa kehilangan statusnya sebagai pegawai negeri.
b. Menurut Kranenburg-Vegting :
Untuk membedakan pegawai negeri dengan pegawai lainnya :
− Pegawai negeri adalah orang­orang yang ditunjuk untuk bekerja;
− Pegawai lainnya (pejabat negara) adalah orang-orang yang dipilih untuk
mewakili.
c. Menurut Logemann :
Pegawai negeri adalah setiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas dengan
negara, dalam hal ini pejabat negara bisa dimasukkan sebagai pegawai
negeri, sebab pejabat negara juga mempunyai hubungan dinas dengan
negara.
Berhubung prosedur pengangkatan pejabat negara itu melalui pemilihan
(bukan pengangkatan seperti pegawai negeri), maka hubungan dinas
antara pejabat negara dengan negara itu merupakan hubungan dinas
khusus.
d.Perbedaan pejabat negara dengan pegawai negeri adalah :
1)Pengangkatan para pejabat negara semata-mata formalitas yang
hanya mengesahkan hasil pemilihan, sedangkan pengangkatan
pegawai negeri melalui penunjukan (aantelling) oleh pemerintah.
2)Pejabat negara mempunyai masa jabatan yang dibatasi dengan
periodisasi tertentu, sedangkan pegawai negeri dapat bekerja terus
sampai mencapai usia pensiun.
3)Pejabat negara belum tentu aparat pemerintah, sedangkan pegawai
negeri adalah aparat pemerintah yang kedudukannya selalu dikaitkan
dengan pangkat.
PERTANGGUNGJAWABAN PEGAWAI NEGERI
a.Pertanggungjawaban Pidana
 Pertanggungjawaban pidana dibebankan kepada pegawai negeri,
apabila melakukan kesalahan serius dan sangat membahayakan
negara dan masyarakat. )Titel XXVIII buku II, Pasal 413 sampai 437
KUH Pidana)
b.Pertanggungjawaban Financial/Keuangan dan Kekayaan
1)Teori Fautes Personalles : pertanggungjawaban keuangan pegawai
negeri harus dilakukan oleh si pegawai (ambtennar) secara pribadi
terhadap pihak ketiga yang dirugikan.
2)Teori Fautes de Services Publiques : kerugian atas kesalahan
pegawai negeri terhadap pihak ketiga dipertanggungjawabkan/dibayar
oleh instansi, setelah itu instansi menuntut
pertanggungjawaban/pembayaran dari pegawai yang bersangkutan.
SENGKETA KEPEGAWAIAN

a. Peristiwa I :
 Seorang polisi kesehatan pelabuhan di Perancis menangkap
seorang wanita dengan tuduhan bahwa wanita tersebut menderita
penyakit menular.
 Si wanita dimasukkan ke dalam rumah sakit, tetapi karena perawatan
di rumah sakit tidak memadai wanita tersebut meninggal.
 Ayah si wanita menuntut polisi ke pengadilan umum, dengan
tuduhan bahwa polisi menyebabkan kematian anaknya.
 Pengadilan umum menolak tuntutan dengan alasan, bahwa perkara
tersebut merupakan kompetensi pengadilan administrasi.
 Pengadilan Tinggi yang menerima banding dari ayah si wanita
memutuskan, bahwa polisi bersalah karena dalam tindakannya tidak
meminta advis dokter ahli terlebih dulu.
b. Peristiwa II :
 Walikota memerintahkan seorang warga untuk membongkar
rumahnya yang dianggap membahayakan bagi umum.
 Pemilik rumah menolak, sehingga walikota membongkar rumah
tersebut atas nama jabatan.
 Pengadilan pertama menghukum walikota untuk mengganti kerugian
yang dilakukannya, sebab menurut undang-undang tanggal 21 Juni
1898 pembongkaran hanya dapat dilaksanakan atas putusan
pengadilan.
 Pengadilan tinggi memutuskan, bahwa walikota tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban secara pribadi, sebab tindakan walikota itu
untuk kepentingan negara.
c. Peristiwa III (Terkenal dengan nama Tutein Nulthenius) :
 Seorang tukang blandong di negeri Belanda pada suatu hari
mengadakan latihan kebakaran yang mengakibatkan terbakarnya
rumput-rumput kering milik petani di sekitar tempat latihan itu.
 Para petani menuntut sejumlah ganti rugi atas rumput-rumputnya
yang terbakar kepada tukang blandong.
 Tukang blandong menjawab, bahwa tuntutan itu seharusnya
dialamatkan kepada negara, dengan alasan bahwa ia diangkat oleh
negara.
 Putusan di tiga tingkat pengadilan (pertama, banding, dan kasasi)
menolak alasan tukang blandong, karena sebagai seorang pegawai
ia seharusnya berhati-hati dalam menjalankan tugasnya.
d. Peristiwa IV :
 Setelah menyembelih seekor sapi di rumahnya, seorang jagal sapi di kota
Reysen meminta dokter hewan memeriksa daging sapinya.
 Dokter hewan menolak, karena sapi tersebut tidak disembelih di abatoir.
 Si jagal sapi beralasan bahwa abatoir sudah lama ditutup oleh walikota.
 Akibat penolakan dokter, si jagal sapi yang menderita kerugian mengajukan
tuntutan ganti rugi.
 Dokter hewan beralasan, bahwa jika demikian halnya maka tuntutan ganti
rugi ditujukan kepada negara.
 Pengadilan Amelo memutuskan :
1) Meskipun pada diri dokter hewan terletak juga kesalahan, tidak terbukti ada
unsur kesengajaan dalam melakukan kesalahan itu.
2) Meskipun terdapat Fautes Personelles tetapi ada juga Fautes De Services
Publiques dalam perkara ini, sebab :
a) Apakah komisaris kerajaan belum memerintahkan kepada walikota untuk
membuka kembali abatoir itu ?
b) Apakah walikota sudah memerintahkan kepada dokter hewan untuk tidak
memeriksa hasil penyembelihan kecuali di abatoir ?

Anda mungkin juga menyukai