Anda di halaman 1dari 26

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK GIFTED USIA DINI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BEYOND CENTERS


AND CIRCLE TIME

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :
Retno Wulan
NPM: 1811070325
Program Studi: Pendidikan Islam Anak Usia Dini

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
H / 2022 M 1444

1
INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK GIFTED USIA DINI
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BEYOND CENTERS
AND CIRCLE TIME

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:
Retno Wulan
NPM: 1811070325

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Pembimbing I : Syafrimen,M.ED.,PH.D
Pembimbing II : Neni Mulya, M. Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
H / 2022 M 1444
DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................
A. Penegasan Judul..................................................................................................................................4
B. Latar Belakang Masalah......................................................................................................................4
C. Identifikasi Masalah............................................................................................................................6
D. Fokus Penelitian..................................................................................................................................6
E. Rumusan Masalah...............................................................................................................................6
F. Tujuan Penelitian.................................................................................................................................6
G. Manfaat Penelitian...............................................................................................................................7
H. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan..........................................................................................7
I. Landasan Teori...................................................................................................................................7
a. Integrasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini............................................................................7
b. Anak Gifted.................................................................................................................................10
1. Faktor penyebab Keterbakatan...............................................................................................11
2. Konsep Gifted ........................................................................................................................12
c. Model Beyond Centers And Circle Time.....................................................................................14
1. Tujuan Pembelajaran Model Beyond Centers And Circle Time …………………………14
2. Fungsi Metode Beyond Center and Circle Time(BCCT) ………………………………..15
3. Rancangan Kegiatan......................................................................................................15
J. Metode Penelitian…………………………………………………………………………………..16
1) Jenis penelitian ......................................................................................................................16
a. Perencanaan ....................................................................................................................17
b. Tindakan .........................................................................................................................17
c. Pengamatan .....................................................................................................................18
d. Refleksi ...........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

3
A. Penegasan Judul
Untuk menghindari penafsiran yang salah pada skripsi yang berjudul “Integrasi Pendidikan
Karakter Anak Gifted Usia Dini Melalui Model Pembelajaran Berbasis Beyond Centers And
Circle Time” maka istilah-istilah pada judul akan dijelaskan, berikut uraiannya:

1. Pendidikan Karakter anak usia dini


Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa dapat
dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena
manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka perkembangan
karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya
yang bersangkutan.1
Udzlifatul Chasanah dalam karyanya menyebutkan bahwa pendidikan karakter
merupakan penanaman nilai esensial dengan pembelajaran dan pendampingan sehingga
para siswa sebagai individu mampu memahami, mengalami, dan mengintegrasikan nilai
yang menjadi core values kedalam kepribadiannya. Yang dalam hal ini peletakan dasar
untuk pengembangan pikiran dan kepribadian anak sangat ditentukan oleh proses
pembelajaran yang diberikan oleh orang tua sejak anak-anak maih berusia pra sekolah 0
hingga 6 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menempati posisi yang sangat
strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia di masa depan. Selain perkembangan
intelektual terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak, berbagai kajian
juga menyimpulkan bahwa pembentukan karakter manusia juga pada fase usia dini. 2
2. Anak Gifted

Frieda Mangunsong dalam (Tin Suharmini, 2009: 51) mengemukakan pengertian


mengenai keberbakatan yang digunakan di Indonesia adalah pengertian dari United States
Office of Education disingkat USOE dan Renzulli Konsep anak berbakat dari USOE
dalam (Tin Suharmini, 2009: 51) dapat dikemukakan sebagai berikut. Anak berbakat
adalah anak yang diidentifikasi oleh ahli (orang profesional) bahwa ia memiliki
kemampuan yang menonjol, dan prestasi yang tinggi serta membutuhkan pelayanan dan
pendidikan khusus yang terdeferensiasi agar dapat merealisasi kemampuannya. 3

3. Model Pembelajaran Berbasis Beyond Centers And Circle Time

Metode Beyond Center& Circle times(BCCT) adalah suatu metode atau


pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang bertujuan untuk
merangsan seluruh aspek kecerdasan anak( kecerdasan jamak) melalui kegiatan bermain
yang terarah.( Slamet lestari,2012; 1). Dalam pendekatan ini anak dirangsang untuk
secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar di sentra-sentra pembelajaran.
Ada 7 sentra dalam metode ini, yakni; Sentra imtaq(Iman dan Taqwa). Sentra
balok,Sentra bermain peran, Sentra seni dan Kreativitas, sentra musik dan Olah tubuh,
Sentra bahan alam, dan sentra cair dan bahan alam. 4

1
Nopan Omeri, Pentingnya Pendidikan Krakter dalam Dunia Pendidikan Volume 9, Nomor 3, Juli 2015, hal. 468
2
Udzlifatul Chasanah, Urgensi Pendidikan Hadis Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini, Pondok Modern
Darussalam Gontor, 2017, 102
3
Tin, Suharmini, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. (Yogyakarta: Kanwa Publiser,2009), 51

4
B. Latar Belakang

‫هّٰللا‬ ‫هّٰلِل‬
ٌّ ِ‫َولَقَ ْد ٰاتَ ْينَا لُ ْقمٰ نَ ْال ِح ْك َمةَ اَ ِن ا ْش ُكرْ ِ َۗو َم ْن يَّ ْش ُكرْ فَاِنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ٖ ۚه َو َم ْن َكفَ َر فَا ِ َّن َ َغن‬
ٌ‫ي َح ِميْد‬
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu,
”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur
(kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” 5

Nilai – nilai karakter diyakini sangat menentukan sebagai akar yang kokoh dalam
menopang keutuhan berbangsa dan bernegara, bahkan tidak hanya itu, keruntuhan suatu
bangsa dan negara juga dapat di latar belakangi oleh lemahnya bahkan merosotnya karakter
dalam kehidupan masyarakat, oleh karenanya pendidikan karakter haruslah dimulai dari anak
usia dini sebagai bekal dalam membangun masyarakat yang berkarakter. 6 Dalam konteks
penerapan pendidikan karakter bagi anak usia dini, memiliki karakteristik yang berbeda
dengan jenjang dan satuan pendidikan lainnya. Salah satu cirinya adalah menekankan pada
pembiasaan nilai – nilai karakter ideal dan mulia dalam kehidupan sehari – hari anak. Dengan
kata lain, penanaman karakter pada anak usia dini tidak dalam bentuk mata pelajaran
tersendiri, akan tetapi terintegritas dalam aktifitas harian anak. 7 Pada kajian ini pendidikan
karakter anak usia dini berlangsung di lembaga formal maupun non formal, dimana seorang
guru atau pendidik bertindak sebagai ujung tombak yang membimbing, mengarahkan,
mengajar, melatih dan mengevaluasi tumbuh kembang seorang anak dalam kegiatan edukatif
pada pembelajaran yang telah ditentukan.
Implementasi pendidikan karakter yang berlangsung pasti akan sejalan dengan
kebutuhan sumber daya manusia, dengan bakat dan pengalaman yang berbeda – beda, salah
satunya adalah anak berbakat (Gifted) dimana anak tersebut memilik perbedaan dengan
lainnya. Perbedaan terletak pada ciri-ciri yang khas yang ditunjukkan pada keunggulan
dirinya, namun keunggulan tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus
menjadi 'kelemahan'. Yang dimaksud sebagai kelemahan di sini adalah diabaikannya potensi
anak sebagai individu yang memiliki hak sama dalam mendapatkan pendidikan sesuaI dengan
kebutuhan dirinya. Orangtua dan guru seyogyanya menyadari pentingnya pengenalan tanda
tanda anak berbakat, dengan demikian bisa menentukan pendekatan apa yang tepat dan
bagaimana cara menerapkan pada pola didik anak yang bersangkutan . Menurut Meity (2014)
bahwa '"untuk mengembangkan anak berbakat orangtua dan guru harus merangsang anak
untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai benda atau kejadian
disekelilingnya, yang mereka dengar, lihat, rasakan ataupun mereka pikirkan dalam
kehidupan sehari-hari " 8. Orang tua harus selalu mendampingi dan mendukung anak untuk
bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya (Dewantara: 2013: 374), Sebagai
seorang guru, orang tua seyogyanya memiliki pemahaman yang mumpuni untuk dapat
mendampingi anak gifted. Faktanya masih banyak ditemui permasalahan yang dihadapi
dalam pendidikan anak gifted yang dikarenakan oleh ketidak pahaman orang tua dan guru di
4
Lestari ,Slamet,2012 Implementasi Metode Beyond Centers & Circle Times (BCCT) Jurnal Manajemen no.01/th
VIII/April, 12
5
https://www.mushaf.id/surat/luqman/12/34/
6
Bentuk Karakter Anak Dengan Dongeng, Warta PAUDNI Tahun XV II Edisi VII Tahun 2012, 7 dari
http://www.paudni.kemendikbud.go.id, diakses 17 Maret 2023
7
Dirjen PAUDNI Kemendiknas (2012), Pedoman Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini, Direktorat Pembinaan
PAUD Kemendiknas, Jakarta , iii
8
Meity H. Peran Guru Dalam Mengelola Keberbakatan Anak. (Jakarta :Media,2014), 35

5
sekolah tentang anak gifted. Salah satu penyebab keterbatasan guru untuk memahami setiap
kebutuhan anak gifted adalah karena banyaknya jumlah murid yang harus didampingi. Untuk
mengatasi hal tersebut, orang tua harus berperan aktif memberikan informasi kepada guru
tentang kondisi khusus anak gifted. Informasi yang disampaikan oleh orang tua dapat
digunakan untuk mengupayakan terpenuhinya kebutuhan belajar anak gifted secara optimal.
Hal ini tidak mudah karena keterbatasan informasi yang dimiliki orang tua tentang anak
gifted.9 Peran orang tua ideal yang diperlukan dalam pendidikan anak gifted bukan sekedar
mencari informasi dan melakukan deteksi giftedness tetapi harus dapat menindaklanjuti
temuan hasil identifikasi tersebut sehingga dapat membantu mengoptimalkan potensi yang
dimiliki anak gifted. Hal ini penting untuk dilakukan karena anak gifted merupakan kelompok
anak beresiko yang apabila tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan underachiever.
10

Seperti penelitian yang ditulis oleh Meity H. Idris dalam sebuah jurnal dengan judul
Anak Berbakat (Keberbakatan) dimana hasil dari penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
Anak berbakat (gifted child) secara alami memiliki karakteristik yang khas dan berbeda
dengan anak-anak normal. Dalam keberbakatan (giftedness) seseorang di Indonesia
merupakan ha! yang tergolong baru, hanya beberapa orang yang memahami sehingga sering
orangtua dan guru memperlakukan anak berbakat sama dengan anak yang lain maka
akibatnya banyak keberbakatan anak '"menguap" begitu saja. Karakteristik anak berbakat int
mencakup beberapa domain penting, seperti domain intelektual-kognitif, domain persepsi-
emosi, domain motivasi dan nilaini lai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.
Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak berbakat (gifted) selalu
menunjukkan atau memiliki semua karakteristik tersebut. 11 Dalam pembelajaran pada anak
gifted usia dini secara formal dilakukan oleh guru telah dikenal bebarapa pendekatan, model,
strategi, metode, dan teknik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu diantaranya adalah model Beyond Centers And Circle Time. Model pembelajaran
ini memiliki peranan penting yang dapat digunakan oleh guru untuk mengkondisikan kegiatan
belajar anak melalui permainan guna memaksimalkan psikologis dan pedagogis yang terbukti
dapat mendukung daya kembang serta kecerdasan majemuk yang dimiliki anak Gifted usia
dini tersebut. Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting dalam
pengembangan sumber daya manusia. Untuk menurunkan fungsi-fungsi pendidikan anak usia
dini dapat dilakukan melalui berbagai metode pembelajaran. Prinsip pembelajaran pada
pendidikan anak usia dini : 1). Anak sebagai pembelajar aktif, 2). Anak belajar melalui
sensori dan panca indera, 3). Anak membangun pengetahuan sendiri, 4) Anak berpikir melalui
benda konkret, dan 5).Anak belajar dari lingkungan. 12 Prinsip-prinsip sentra dalam Beyond
Center and Circle Time(BCCT), meliputi: 1) keseluruhan proses pembelajaran berdasarkan
pada teori dan empiris,2) setiap jenis permainan harus ditujukan untuk mengembangkan
seluruh aspek kecerdasan anak atau multiple intelligences, 3) Lingkungan bermain, termasuk
sentra dan pijakan harus mampu menstimulasi gerak aktif anak dan pemikiran kreatif peserta
didik, 4) menggunakan standar operasional yang baku dalam proses bermain atau
pembelajaran, 5) pendidik hendaknya sesering mengikuti berbagai pelatihan dan seminar

9
Dewantara Ki Hadjar, Pendidikan Karya Bagian I, (Yogyakarta : UST-Press, 2013), 374
10
Van Tiel, J.M. (2016). Permasalahan Deteksi dan Penanganan Anak Gifted Dengan Gangguan Perkembangan Bicara
dan Bahasa Ekspresif (Gifted Visual-spatial Learner). Psikobuana ISSN 2085-4242 2009, Vol. 1, No. 2, 128–146.
Diakses dari http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_6268 83506028.pdf
11
Meity H. Idris, Anak Berbakat (Keberbakatan), Jurnal Pendidikan PAUD vol 02, no. 1 januari 2017, 36
12
Nurani, Yuliani dan Sujiono. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,(Jakarta;PT Indeks, 2011), 90

6
yang berkaitan dengan pembuatan alat permainan edukatif dan inovasi di bidang permainan,
terutama ketika mempraktikan pendekatan Beyond Center and Circle Time (BCCT). 13
Berangkat dari permasalahan tersebut maka, peneliti tertarik untuk melakuka
penelitian dengan judul INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK GIFTED USIA
DINI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BEYOND CENTERS AND
CIRCLE TIME.
C. Identifikasi Masalah
Beradasarkan permasalahan dalam latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi berbagai
masalah sebagai berikut :
1. Perlunya Pendidikan Karakter Di Usia Dini .
2. Pendidikan untuk Anak Gifted usia Dini Perlu Pantauan dari Orang tua dan Guru
3. Model BCCT mampu memberikan jawaban dalam membimbing Pendidikan Karakter Anak
Gifted Usia Dini

D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah pada “Integrasi Pendidikan Karakter Pada Anak Gifted Usia Dini
Dengan model Beyond Centers and Circle Time"
E. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Integrasi Pendidikan Karakter Anak Gifted Usia Dini melalui Model
Pembelajaran Berbasis Beyond Centers And Circle Time ?
2. Bagaimana Nilai - Nilai Pendidikan Karakter Anak Gifted Usia Dini yang dapat dibangun
melalui Model Pembelajaran Berbasis Beyond Centers And Circle Time?
F. Tujuan Penelitian
1. Untuk Menganalisis Bagaimana Integrasi Pendidikan Karakter Anak Gifted Usia Dini
melalui Model Pembelajaran Berbasis Beyond Centers And Circle Time
2. Bagaimana menganalisis Nilai - Nilai Pendidikan Karakter Anak Gifted Usia Dini yang
dapat dibangun melalui Model Pembelajaran Berbasis Beyond Centers And Circle Time
G. Manfaat Penelitian
1. Sebagai wadah untuk menggali ilmu pengetahuan seluas-luasnya tentang Integrasi
Pendidikan Karakter Anak Gifted Usia Dini melalui Model Pembelajaran Berbasis
Beyond Centers And Circle Time
2. Sebagai tambahan referensi dalam menggali Nilai - Nilai Pendidikan Karakter Anak
Gifted Usia Dini yang dapat dibangun melalui Model Pembelajaran Berbasis Beyond
Centers And Circle Time

H. Penelitian Terdahulu
1. Analisis Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui Model Pembelajaran Sentra
(Beyond Center and Circle Time) Nurlia Alfianti menyatakan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan, pendidikan karakter bisa dilakukan dengan tepat melalui model
pembelajaran sentra (BCCT). Hal tersebut tampak dari proses pembelajaran sentra yang
mengedepankan nilai-nilai karakter, Sehingga apabila penerapan nilai-nilai karakter
tersebut sudah berjalan dengan tepat dan lancar setiap harinya, baik di sekolah, maupun
dirumah, maka akan menghasilkan anak-anak yang berkarakter, cerdas dan gemilang. 14
2. Herwina Bahar, Iswan, Venni Herli Sundi, Nurul Lailatul Fitri, Salsabila Fakhirah
PEMBELAJARAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME (BCCT) BERBASIS
13
Suyadi , Psikologi Belajar PAUD,(Yogyakarta: PT Bintang Pustaka Abadi, 2010), 245
14
Nurlia Alfianti , Analisis Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui Model Pembelajaran Sentra (Beyond Center
and Circle Time), JM2PI: Jurnal Mediakarya Mahasiswa Pendidikan Islam Vol. 01, Nomor 02, November 2020.

7
AL-QUR'AN DALAM PENINGKATAN NILAI-NILAI KARAKTER BAGI ANAK
USIA DINI, PembelajaranBCCT berguna dalam mingkatkan nilai-nilai karakter anak usia
dini karna mampu memunculkan atau merangsang anak dalam belajar yang aktif, kreatif,
dan mandiri dalam menggali pola pikirnya sendiri.. Proses pembelajaran BCCT berbasis
Al Quran dapat menciptakan program pembiasaan moral agama islam dan sosial
emosional yang diterapkan di KB TK Lab School FIP UMJ program tersebut
mengembangkan karakter dan mengembangkan kecerdasan relegius anak, proses
pembelajaran diintegrasikan kepada nilai-nilai al-Islam dan penjadwalan hafalan surat
pendek al-Qur’an, doa-doa dan bacaan hadis singkat sudah mulai diperkenalkan kepada
anak-anak, bahkan dijadwalkan secara khusus di hari kamis dan jum’at. Kegiatan ini
sangat penting bagi anak usia dini, sebagai penguat dalam aqidah dan nilai-nilai ibadah
kepada Allah SWT. Hafalan asmaul Husna dijadikan model pembelajaran di TK untuk
mengenalkan Allah sejak dini kepada mereka. Anak usia dini lebih mudah mencintai
Allah dan mensyukuri CiptaanNya. 15
3. MODEL PEMBELAJARAN BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME (BCCT) PADA
ANAK USIA DINI, Ida Ayu Gde Yadnyawati, Pembelajaran pada anak usia dini
merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap pendidik. Dalam menyajikan
suasana belajar dan pembelajaran yang menyenangkan pada anak usia dini bukanlah
perkara yang mudah. Hal ini disebabkan anak usia dini sedang dalam proses
perkembangan. Antara anak yang satu dengan yang lain terdapat perkembangan,
karakteristik, dan pengetahuan yang berbeda. Oleh sebab itulah masa usia dini ini disebut
dengan masa emas (the golden age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang.
Seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak sehingga dapat diimplementasikan dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran harus dapat merangsang seluruh aspek
kecerdasan anak. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran anak usia dini. Salah satu model pembelajaran yang dikemukakan di sini
adalah: Model pembelajaran beyond center and circle time (BCCT). Metode Beyond
Center& Circle times (BCCT) adalah suatu metode atau pendekatan dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang bertujuan untuk merangsang seluruh
aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui kegiatan bermain yang terarah. 16
4. Identifikasi Anak Berbakat/Gifted di Sekolah Inklusi, Dr. H. Amka, M.Si Mirnawati,
M.Pd Asri Indah Lestari Siti Fatimah, Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum lainnya. Anak ini dikatakan
berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. 2.
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok
besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementra (temporer) dan anak
berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanen). 3. Secara garis besar faktor
penyebab anak berkebutuhan khusus jika dilihat dari masa terjadinya dapat
dikelompokkan dalam 3 macam, yaitu: sebelum kelahiran (pra natal), saat kelahiran
(natal), dan setelah kelahiran (pasca natal).

I. Kajian Teori
1. Intregrasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
15
Herwina Bahar, Iswan, Venni Herli Sundi, Nurul Lailatul Fitri, Salsabila Fakhirah, Pembelajaran Beyond Centers And
Circle Time (Bcct) Berbasis Al-Qur'an Dalam Peningkatan Nilai-Nilai Karakter Bagi Anak Usia Dini, YAA
BUNAYYA: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, volume 4 no. 2 November 2020.
16
Ida Ayu Gde Yadnyawati , MODEL PEMBELAJARAN BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME (BCCT) PADA
ANAK USIA DINI, Tantangan dan Peluang Dunia Pendidikan di Era 4.0 - 13 Juli 2019, pp. 43-50, Vol 2, No 1 (2021)

8
A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 disebutkan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”.17

Herman H. Horn menyatakan,

“Pendidikan merupakan proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang
lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental”. 18

Pendidikan karakter merupakan program yang ditetapkan oleh pemerintah yang


digunakan agar Pendidikan anak usia dini dapat lebih meningkat.Pada program
pendidikan karakter telah diterapkan oleh beberapa aspek yaitu aspek dalam menanamkan
perilaku kebaikan, sehingga menjadi pola yang terbiasa, aspek penanaman dalam bentuk
kecintaan.19

Terdapat lima nilai-nilai karakter utama yang berasal dari pancasila sehingga
dapat menjadi pengembangan , penguatan pendidikan karakter (PPK) seperti nilai
mandiri, tolong menolong, naionalisme, dan religius.

Karakter-karakter tersebut tentu saja dibentuk melalui pembiasaan, dilatih secara


konsisten menjadi karakter dan budaya. Pendidikan karakter dapat efektif dilaksanakan
melalui model pembelajaran sentra, karena pembelajaran sentra mengacu pada prinsip
pembelajaran PAUD yaitu bermakna, menyenangkan, holistik dan terpadu, berbasis
keilmuan, berorientasi pada keilmuan, serta berorientasi pada masyarakat (Fitriana,
2018)20

B. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang dimana proses berkembangnya secara cepat dan
fundamental yang mereka kerjakan untuk kehidupan selanjutnya yaitu rentang usia 0-8
tahun yang merupakan rentang anak usia dini(Suhayati, 2013) 21
17
Wiyani, N. A, Perencanaan Strategik Pembentukan Karakter Anak Usia Dini di TK Islam al-Irsyad (Purwokerto. Al-
Athfal: Jurnal Pendidikan Anak, 2017) 110.
18
Marbun, S. M. Psikologi Pendidikan. (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), 10
19
Ruqoyah, A. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Beyond Centers and Circle Times (BCCT) dan Kemandirian
Terhadap Kreativitas. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 10(1), 81–98.
20
Fitriana, E. (2018). Model Pembelajaran Sentra Di TK ISLAM TERPADU QURROTA A'YUN BANDAR LAMPUNG.
SKRIPSI, 29.
21
Suhayati, Ii. (2013). Model Pembelajaran SentraBerbasis nilai-nilai Islam Pendidikan PAUD, Buku Pegangan
STAI Al-Mussadiyah. Garut

9
Anak usia dini merupakan individu yang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya, bahkan
dikatakan sebagai masa keemasan (Golden Age), yaitu suatu masa yang sangat berharga
dibandingkan dengan usia setelahnya. Anak memiliki sifat-sifat yang unik, egosentris,
rasa ingin tahu yang tinggi, makhluk social, kaya akan fantasi, daya perhatian yang
pendek, dan sebuah masa potensial untuk belajar. Pada masa ini sangat penting untuk
menstimulus perkembangan anak agar dapat tercapai secara optimal seluruh aspek
perkembangannya. Anak mendapatkan hal itu dari lingkungan keluarga dan lingkungan
sekitar. Oleh karena itu lingkungan anak dituntut untuk dapat memberikan pengalaman
belajar yang terbaik bagi anak. 22

Menurut Elizabeth B. Harlock anak usia dini yang terutama anak berusia 2-6
tahun disebut sebagai periode sensitif atau masa peka, dimana fungsi-fungsi tertentu perlu
dirangsang dan diarahkan sehingga tidak menghambat perkembangannya. Sebagai contoh
jika pada periode masa peka terlewatkan, tidak dimanfaatkan dengan baik, maka anak
akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya. 23

Hakikat anak usia dini, khususnya untuk anak TK/PAUD diantaranya menurut
Bredecam dan Copple, Brener serta Kellough yang dikutip Masitoh yaitu sebagai berikut:
a. Anak memiliki sifat yang unik. b. Anak dapat mengekspresikan perilakunya secara
relative spontan. c. Anak memiliki sifat yang aktif dan enerjik. d. Anak itu egosentris. e.
Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. f. Anak
bersifat ekploratif dan berjiwa petualang. g. Anak pada umumnya kaya dengan fantasi. h.
Anak yang mudah frustasi. i. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. j. Anak
memiliki daya perhatian yang pendek. k. Masa anak merupakan masa belajar yang paling
potensial, l. Anak akan semakin menunjukkan minat terhadap teman. 24

Berdasarkan UUD no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


berkaitan dimana sistem tersebut berkaitan dengan Pendidikan bagi anak usia dini yang
terdapat dalam pasal 28 ayat 1 yang didalam tertulis bahwa Pendidikan bagi anak usia
dini diselenggarakan sejak anak tersebut lahir hingga anak tersebut berusia 6 tahun dan
bukan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”.

Ajaran Islam sudah mengajarkan pendidikan Post natal yang sudah digalakan
dimana-mana dan diterapkan pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pembentukan
kepribadian anak secara utuh sangat penting dilaksanakan di PAUD yang dapat
membentuk karakter anak, cerdas ceria, terampil, berbudi pekerti luhur, mandiri serta
bertaqwa kepada Allah SWT. Berdasarkan hal di atas dimana Pendidikan anak usia dini
bisa melalui proses Pendidikan keluarga atau Pendidikan yang diterapkan di rumah.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya pemberian pendidikan pada anak usia 0-6 tahun agar dapat
mengembangkan potensi-potensi pada diri anak, karena seorang anak diibaratkan seperti

22
Atin Risnawati & Dian Eka Priyantoro, Pentingnya Penanaman Nilai-Nilai Agama Pada Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Perspektif Al-Quran, (As-Sibyan Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 6, No. 1, 2021, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta & IAIN Metro, E-ISSN 2685-1326, P-ISSN 25415549), 2
23
Ahmad Susanto, Bimbingan &Konseling Di Taman Kana-Kanak, ( Jakarta : Prenada Media Group, 2015), 44
24
Eliyyil Akbar, Metode Belajar Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2020), 2

10
kertas putih yang kosong dan lingkungan pendidikn lah yang akan memberikan warna-
warna serta goresan-goresan tinta pada kertas tersebut. 25

Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah memberikan stimulasi atau
rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, sehat, kritis,
mandiri, percaya diri, kreatif, inovatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawa. Adapun tujuan pendidikan anak usia dini secara khusus nya yang ingin
dicapai adalah sebagai berikut: a) Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak
usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologi
yang bersangkutan. b) Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan
usaha-usaha yang terkait dengan perkembanganya. c) Dapat memahami kecerdasan jamak
dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. d) Dapat memahami arti bermain
bagi perkembangan anak usia dini.26 e) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan
aplikasinya bagi pengembangan anak usia dini. f) Agar anak percaya akan adanya Tuhan
dan mampu beribadah serta mencintai sesamanya. g) Agar anak mampu mengelola
keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta mampu
menerima rangsangan sensorik. h) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman
bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk
berfikir dan belajar. i) Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,
memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. j) Anak mampu mengenal
lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan keragaman dan menghargai keragaman
social dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan control diri.
k) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta menghargai
kreatif.27

2. Anak Gifted
A. Pengertian Anak Gifted

Beberapa istilah telah banyak digunakan untuk menyebut seseorang yang


memiliki potensi unggul atau gifted seperti Child Prodigy, precocious, gifted, highly
talented, creative, superior and talented, the able and ambitious, the academically talented
oleh Buris 1962. Istilah gifted pertama kali diperkenalkan pada tahun 1869 oleh Sir
Francis Galton. Gifted pada masa itu merujuk pada suatu bakat istimewa yang tidak lazim
dimiliki oleh manusia pada umumnya yangditunjukkan oleh seorang individu dewasa.
Penekanan konsepsi giftedness Galton ada pada berbagai bidang. Sebagai contoh seperti
ahli kimia Madame Curie sebagai gifted chemist (ahli kimia dengan bakat luar biasa atau
istimewa). Menurut Galton giftedness adalah sesuatu yang diwariskan. Anak-anak yang
menunjukkan kondisi ini disebut anak gifted (Van Tiel, 2018) 28

Hollingworth mendefinisikan giftedness sebagai potensi anak yang harus digali


sehingga saat dewasa akan lebih berkembang. Linda Silverman bahkan menambahkan
bahwa pada anak gifted sering ditemukan perkembangan yang tidak sinkron. Jadi tidak
hanya IQ dan kemampuan, tapi juga emosi dan hipersensitifitas. Perkembangan yang

25
Khadijah & Nurul Amelia, Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Teori Dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2021),101
26
Ulpah Maspupah, Manajemen Pengembangan Kurikulum PAUD, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2019), 64-65
27
Tatik Ariyanti, Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak: The Importance Of Childhood
Education For Child Development, (Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016), 54
28
Van Tiel, J.M. Anakku ADHD, Autisme, atau Gifted? (Jakarta: Prenada, 2018), 35

11
tidak sinkron dimaksud adalah pada perkembangan intelektual, fisik dan emosi yang tidak
berjalan dengan kecepatan yang sama. Kemampuan intelektual selalu berkembang lebih
cepat. Dengan adanya perkembangan yang tidak sinkron ini diperlukan modifikasi dalam
hal pengasuhan baik oleh orang tua, guru maupun konselor agar anak dapat berkembang
optimal.

Gifted dilabelkan kepada anak yang menunjukkan tanda-tanda atau kemampuan


unggul atau superior. Precocious diberikan kepada anak-anak atau remaja yang mampu
menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh orang yang berusia lebih
tinggi. Kreatif diberikan kepada anak yang mampu melahirkan ide-ide baru luar biasa,
atau tak lazim. Talented adalah atribut untuk anak-anak yang mempunyai keunggulan
dalam bidang tertentu. Akan tetapi dalam konteks definisi anak gifted ini, ternyata tidak
mudah karena memiliki konsekuensi yang luas baik itu menyangkut filosofi yang
mendasarinya maupun terhadap identifikasi dan program pendidikannya (Van Tiel &
Widyorini, 2014: 50-52).29

Menurut Depdiknas (2003 ), anak berbakat adalah mereka yang oleh psikolog dan
atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan
can memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas
yang memadai, dan keterikatan pada tugas yang tergolong baik.

Sedangkan definisi menurut USOE (United States Office of Education), anak


berbakat adalah anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi
dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau
akademik spesifik dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak
sama dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-
kemampuannya (Hawadi, 2002)

Jadi keberbakatan (giftedness) dan atau keunggulan dalam kinerja


mempersyaratkan dimilikinya tiga cluster ciri-ciri yang saling terkait, ya itu " kemampuan
um urn atau kecerdasan di atas rata-rata, kreativitas, dan pengikatan diri terhadap tugas
sebagai motivasi internal cukup tinggi". Oleh karena itu, untuk menumbuhkan sumber
daya manusia yang berkualitas, ketiga karakteristik terse but perlu ditumbuhkembangkan
dalam tiga lingkungan pendidikan, yakni : keluarga, sekolah, dan masyarakat.

B. Faktor penyebab Keterbakatan


1. Faktor Genetik

Pendapat para ahli sebagian bahwa menyatakan intelegensi dan


kemampuan berkualitas diturunkan dan hal ini kurang dapat diterima di
masyarakat yang memandang bahwa semua orang itu terlahir sama. Penelitian
dalam genetika perilaku menyatakan bahwa setiap jenis dalam perkembangan
perilaku dipengaruhi signifikan gen/keturunan.
29
Van Tiel, J.M. & Widyorini, E, Deteksi & Penanganan Anak Cerdas Istimewa (Anak Gifted) Melalui Pola Alamiah
Tumbuh Kembangnya. (Jakarta: Prenada, 2014), 50-52

12
2. Faktor Biologis

Faktor biologis juga tidak dapat diingkari, karena faktor biologis yang
tidak bersifat genetik dan sangat berpengaruh pada intelegensi adalah faktor gizi
dan neurologik

3. Faktor Lingkungan

Stimulasi, kesempatan, harapan, tuntutan, dan imbalan akan berpengaruh


pada proses belajar seorang anak. Penelitian tentang individu-individu berbakat
yang sukses menunjukkan masa kecil mereka di dalam keluarga memiliki
keadaan sebagai berikut:

1) Adanya minat pribadi dari orang tua terhadap bakat anak dan
memberikan dorongan
2) Orangtua sebagai panutan
3) Ada dorongan dari orangtua untuk menjelajah bakat anak
4) Pengajaran bersifat informa l dan terjadi dalam berbagai situasi dan
proses belajar awal lebih bersifat eksplorasi dengan bermain
5) Keluarga berinteraksi dengan tutor/mentor
6) Ada perilaku-perilaku dan nilai yang diharapkan berkaitan dengan
bakat anak dalam keluarga
7) Orangtua menjadi pengamat latihan-latihan, memberi pengarahan
bila diperlukan, memberikan pengukuran pada perilaku anak yang
dilakukan dengan terpuji dan memenuhi standard yang ditetapkan. 30

Dari berbagai pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa untuk dapat


menentukan kondisi giftedness perlu dilakukan oleh seorang profesional. Seseorang dapat
dikatakan gifted bila menunjukkan suatu bakat istimewa yang tidak lazim, memiliki skor
di atas rata-rata pada tiga area perkembangan, membutuhkan dukungan lingkungan untuk
menggali potensi pada diri anak agar lebih berkembang saat dewasa, dengan peluang
terjadi perkembangan yang disinkroni akibat kesulitan belajar yang membuat mereka
underachiever terutama pada anak gifted dengan dual-exceptional sehingga mengalami
late bloomer. Sesuai dengan perkembangan keilmuan tentang giftedness.

C. Konsep Gifted
1). The Three Ring Concept of Giftedness

Konsep giftedness yang dikemukakan oleh Renzulli (2005) banyak


digunakan sebagai dasar penyusunan program pendidikan bagi anak gifted.
Konsepnya yang mengidentifikasikan giftedness dengan tiga komponen penting
yang harus dimiliki, memungkinkan tercapainya sebuah prestasi yang istimewa
pada seorang anak gifted. Ketiga komponen tersebut dapat kita lihat dalam gambar
di bawah ini, yaitu terdiri dari kapasitas intelektual berada di atas rata-rata yang
ditandai dengan skor IQ di atas 130 pada skala Wescher atau 140 pada skala Binet,
memiliki motivasi dan komitmen terhadap tugas yang tinggi, dan juga memiliki
kreativitas yang tinggi (Renzulli, 2005: 11-12)31

30
Meity H. Idris, Anak Berbakat (Keberbakatan), Jurnal Pendidikan PAUD, Vol 02, 1 Januari 2017
31
Renzulli, J.S. The Three-Ring Conception of Giftedness. In R. J. Sternberg, & J. E. Davidson, Conception of Giftedness
(pp. 246 - 279). (Cambridge: Cambridge University Press, 2005) 11-12.

13
Menurut Renzulli kesalahan sekolah apabila dalam penentuan kecerdasan
anak gifted hanya menggunakan satu kriteria saja, misalnya hanya menggunakan
IQ. Konsep Renzulli sebenarnya tidak berhenti pada konsep ini, tetapi ada
perluasan layanan yang menggunakan model pengayaan triad juga apabila ternyata
anak gifted diidentifikasi mempunyai potensi lebih berupa keunggulan bidang
akademik tertentu; misalnya dalam mata pelajaran matematika atau mata pelajaran
lainnya(Van Tiel, 2014:34)32

Dalam konteks ini guru harus mempunyai kemampuan untuk melakukan


pengukuran potensi yang akan dikembangkan pada anak. Penguasaan pengukuran
potensi anak gifted ini sangat penting, sebab tujuan utama penyelenggaraan
pendidikan anak gifted adalah pengembangan potensi anak. Karena itu
kelengkapan berupa pemberian layanan pendidikan lanjutan ini penting
keberadaannya.

2). The Triadich Renzulli Monks

Monks mengakui bahwa konsep giftedness yang disampaikan oleh


Renzulli sudah tepat, tetapi kemudian menyadari bahwa segala potensi giftedness
yang terdapat dalam diri anak, tidak akan berkembang tanpa adanya dukungan dari
keluarga, sekolah, dan lingkungan tempat anak tinggal (Monks & Katzko,
2005:6)33

3). The Munich Longitudinal Giftedness Study dari Kurt Heller

Sebuah konsep yang ditemukan oleh Heller dikenal dengan The Munich
Longitudinal Giftedness Study adalah sebuah penelitian jangka panjang yang
berdasarkan pada klasifikasi psikometrik dengan beberapa tipe giftedness yaitu
faktor talenta. Model ini terus menerus dikembangkan dan dikenal dengan model
multidimensional karena merujuk pada tujuh kelompok faktor prediktor
independen yang terdiri dari inteligensi, kreativitas, sosial kompetensi, musik,
artistik, ketrampilan motorik, dan inteligensi praktis. (Heller, 2013:62). 34

Konsep ini memiliki beberapa domain kinerja yang merupakan kriteria


variabel yaitu kepribadian dan lingkungan sebagai moderator yang dapat
mengubah potensi menjadi performa. Konsep ini adalah pengembangan dari
konsep Renzulli-Monk dan konsep multiple intellegence yang disampaikan oleh
Horward-Gardner. Dalam pengembangan konsepnya, Heller tetap menyatakan
bahwa prestasi sangat dipengaruhi oleh faktor nature dan nurture (Vialle, 2017:
372-380)

4). The Delphi Model for Giftedness

Konsep terbaru yang saat ini dikembangkan di Belanda sebagai sebuah


pendekatan giftedness adalah The Delphi model. Sesungguhnya Delphi model
bukan konsep baru dalam pendekatan giftedness. Konsensus Delphi model
tertunda sangat lama dan baru terwujud pada tahun 2015. Delphi model

32
Van Tiel, J.M. & Widyorini, 34
33
Monks, dkk, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. (Yogyakarta: UGM Press, 2006), 6
34
Heller, Robert.. Motivating People. (London: Dorling Kindersley Book, 2013), 62

14
merupakan sebuah perwujudan dari teori yang dicetuskan oleh seorang psikiater
Polandia Kazimierz Dabrowski tahun 1964 (Pijpers & Carmiggelt, 2014:4-6) 35.

Dalam konsensus Delphi model dinyatakan bahwa bahwa seluruh jajaran


profesi dan seluruh praktisi yang bersinggungan dengan anak-anak gifted harus
menggunakan model pendekatan Delphi model. Pendekatan Delphi model ini
dikembangkan lagi karena banyak anak gifted dengan hambatan perilaku dan
emosi sering salah memperoleh identifikasi yang kurang tepat. Dengan model ini
maka pihak kesehatan, psikologi, guru, dan orang tua harus bekerjasama bersama-
sama dalam satu visi.

Penyelesaian masalah pada anak gifted bukan hanya permasalahan yang


terkait dengan inteligensi dan kreativitas, tetapi membutuhkan kerjasama,
perhatian, serta peran orang tua dan guru. Banyak hal yang harus diperhatikan dan
oleh orang tua dan guru dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang
dihadapi terkait karakteristik hipersensitif dan perkembangan sosial emosional
pada anak gifted. Masalah karakter hipersensitif dan perkembangan sosial
emosional pada anak gifted menyangkut berbagai hal yang bersifat multidimensi
dan multifacet. Masalah tersebut dapat mencakup segala aspek perkembangan
yang mencakup perkembangan fisik, psikologis, inteligensi, sensorik, emosi, serta
imajinasi.

3. Model Beyond Centers And Circle Time

Pembelajaran Beyond Center and Circle Time (BCCT) yang biasa dikenal dengan
proses belajar sesuai sentra adalah suatu konsep pembelajaran yang diperuntukakan untuk
anak-anak usia dini dan konsep tersebut telah diadopsi dari Departemen Pendidikan
Nasional secara resmi. Dengan kata lain sentra merupakan alat atau tempat sederhana
yang bisa disiapkan oleh guru dan anak untuk proses belajar. Guru memberikan rangkain
pembelajaran yang disusun lesson plan dengan cara serangkaian kegiatan bermain
(Wismarti dan Shaleh, 2010)

a. Tujuan Pembelajaran Model Beyond Centers And Circle Time

Pembelajaran BBCT mempunyai beberapa tujuan yaitu : 1) menaikkan potensi


dan kecerdasaan anak terutama dalam proses menyelesaikan masalahdan peserta didik
dapat membuat suatu produk yang sesuai dengan nilai-nilai agama; 2) nilai-nilaidaridasar
yang telah ditanamkan, dimana setiap anak adalah suatu individu yang belum mengenal
dunia, dan mereka mengetahui bagaimana kehidupan sopan santu, saling menghormati,
bahkan tata karma dan lainnya. Setiap anak hendaknya selalu dibimbing dalam berbagai
hal, terutama proses pembelajaran. Dalam menanamkan nilai dasar kehidupan seperti
nilai agama,rasa nasionalisme, bagaiamana beretika, nilai social, nilai moral, merupakan
sata-saat yang berharga untuk anak usia dini. 3) proses berkembangnya kemampuan
kemampuandasar dari seorang anak(Samad & Alhadad, 2016) 36

35
Pijpers & Carmiggelt (2014). Jonge hoogbegaafde kinderen: een bijzondere groep Kenmerken en problemen. Retrived
from 111 https://www.koepelhb.nl/documenten/brochure_jonge_hb_2014
36
Samad, F., & Alhadad, B. (2016). Implementasi Metode Beyond Center and Circle Time (BCCT) dalam Upaya
Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Khalifah Kota Ternate. Jurnal Pendidikan
Usia Dini, 10(2),233–254.

15
Menanamkan pendidikan atau nilai-nilai karakter pada anak usia dini
menggunakan BCCT sehingga mampu memunculkan atau merangsang anak dalam
belajar yang aktif, kreatif, dan mandiri dalam menggali pola pikirnya sendiri.
Pembelajaran BCCT dimana adanya perkembangan nilai-nilai yang ada kandungannya di
dalam Al Quran sehingga nilai-nilai tersebut dapat terintegrasi dalam pembelajaran yang
terdapat disentra-sentra sehingga memiliki tujuan dimana dapat mengembangkan
Pendidikan serta kemampuan peserta didik yang beragamdan menjadikan pribadi yang
cerdas bagi anak usia dini, dan terbentuknya sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Sunah.

b. Fungsi Metode Beyond Center and Circle Time (BCCT)

Metode Beyond Center and Circle Time(BCCT) atau dikenal sentra dimana
model tersebut adalah model yang dikembangkan untuk tingkat anak usia dini. Model
BCCT adalah model yang dikembangkan oleh Model Crative Curiculum dimana proses
belajar yang dikelola adalah pembelajaran dengan bimbingan guru dan inisiatif anak
dapat seimbang. Bentuk penekanan dalam pemebelajaran di sekolah bisa berbentuk
dukungan dalam berkembangnya minat, tujuan, potensi dan kekuatan anak. Mulai dan
berakhir dimana dimulai dari berkembangnya ide sampai selesai sehingga terciptanya
hasil karya merupakan proses kerja anak dalam bentuk bermain.

Adanya tujuh sentra yang dimana sentra tersebut telah dikembangkan oleh Dr.
Pamela Phelps, tujuh sentra tersebut adalah yaitu 1) sentra persipan atau awalnya mulai
pembelajaran, 2) sentra balok dimana ada permainan sesuai dengan kehidupan sehari-
hari, 3) sentra peran besar dimana siswa dapat bermain peran, 4) sentra peran kecilsiswa
juga dpaat bermain peran, 5) sentra bahan alam adanya contoh-contoh model
pembelajaran bertema alam, 6) sentra seni ruang yang memiliki arti seni agar siswa bisa
belajar dan 7) sentra musik terdapat alat-alat musik untuk siswa praktek. Indonesia telah
mengembangkan beberapa sentra, berikut adalah sentra-sentranya: 1) persiapan,2) balok,
3) bahan alam, 4) seni, 5) main peran besar dan 6) main peran kecil (Latif, Zulkhairina,
Zubaidah, & Muhammad Afandi, 2013)37

Menggunakan BBCT dimana proses pembelajaran membuat siswa terangsang


dan bermain secara aktif yang ada di dalam sentra yang disediakan di sekolah,bermain
sehingg sapat menggali atau membangun pengetahuan anak tersebut.Oleh karena itu
setiap anak harus belajar secara aktif dan mandiri, dan guru hanya memfasilitasi,
memotivasi, mendampingi serta pada setiap kegiatan terdapat pijakan.Proses
pembelajaran secara individu anak dan disesuaikan perkembangan dan kebutuhan
anak(Samad & Akhadad, 2016).38

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran BCCT


1. Keunggulan
Kurikulum BCCT diarahkan untuk membangun pengetahuan
anak yang digali oleh anak itu sendiri. Anak didorong untuk bermain di
sentra-sentra kegiatan. Sedangkan pendidik berperan sebagai perancang,
pendukung dan penilai kegiatan anak. Pembelajaran bersifat individual,

37
Latif, M., Zulkhairina, Zubaidah, R., & Muhammad Afandi, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan
Praktek. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 45
38
Samad, F., & Alhadad, B. (2016). Implementasi Metode Beyond Center and Circle Time (BCCT) dalam Upaya
Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam di Kelompok B Taman Kanak-Kanak Khalifah Kota Ternate. Jurnal Pendidikan
Usia Dini, 10(2),233–254.

16
sehingga rancangan, dukungan, dan penilainya pun disesuaikan dengan
tingkatan perkembangan di kebutuhan tiap anak. Tahapan perkembangan
anak dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga guru memiliki panduan
dalam penilaian perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran tertata
dalam urutan yang jelas. Penataan lingkungan main sampai pada
pemberian pijakanpijakan. Setiap anak memperoleh dukungan untuk
aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri. Setiap tahap
perkembangan bermain anak dirumuskan secara jelas, sehingga dapat
menjadi acuan bagi pendidik melakukan penilaian perkembangan anak.
Penerapan BCCT tidak bersifat kaku.Dapat dilakukan secara bertahap,
sesuai situasi dan kondisi setempat. 39
2. Kelemahan

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan BCCT,


sudah sangat baik untuk diterapkan. Namun masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki agar berjalan sesuai dengan semestinya. Berikut ini
adalah beberapa kelemahan yang terdapat dalam pendekatan BCCT; a)
memerlukan tempat yang luas, untuk opening circle dan untuk materi
pijakan lingkunan. Mengapa menjadi kelemahan, karena tidak semua
lembaga pendidikan memiliki ruangan yang besar. B) Guru atau pendidik
diperlukan mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas.
Serta guru yang tidak begitu paham bagaimana panduan yang sebenarnya
pendekatan BCCT.

d. Rancangan Kegiatan

Guru diharapkan sudah mempersiapkan sejak awal mengenai nilainilai karakter


yang akan diterapkan dan dimunculkan pada anak, sarana dan prasarana, bahan dan alat
yang dibutuhkan, model penilaian, serta komponen lain yang mendukung demi
terlaksananya pendidikan karakter melalui model pembelajaran sentra. Hal ini yang
disebut sebagai usaha penanaman karakter secara terencana, melalui sebuah manajemen
yang berupa pengelolaan, mencakup perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian
kegiatan yang dilakukan. Terdapat beberapa perangkat pembelajaran berupa perencanaan
yang perlu di buat oleh guru sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Adapun perangkat pembelajaran sentra salah satunya adalah Rencana Kegiatan Harian
(RKH).

RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH)


Tema/Sub Tema: Lingkunganku/Rumahku Sentra: Balok Kelompok: A1 (4-5 Tahun)
Hari, Tanggal: Senin, 13 Januari 2020
Tujuan Pembelajaran: 1. Anak bisa berdoa sebelum dan sesudah kegiatan 2. Anak bisa
melakukan gerakan merangkak 3.Anak bisa mengetahui dua macam nama dan bentuk
balok 4. Anak bisa menyanyikan lagu-lagu anak sederhana 5. Anak mengenal aturan
bermain di sentra balok Konsep pengetahuan: 1. Bentuk bangunan rumah 2. Lagu dan
irama 3. Pelafalan kata Kegiatan pembelajaran 1. Aktivitas awal sekolah (07.00-08.00)
Berbaris di halaman , ikrar, bernyanyi, doa Pengembangan Karakter: Religius, Integritas,
Mandiri 2. Pijakan Lingkungan (Setting tempat, alat dan bahan main) Menata kelas sesuai
39
https//Tkislambaitussalam.Wordpress.Com/2011/03/03/PendekatanPembelajaranBcct-Kbm-Sistem-Sentra./4
juli 2019/18.0

17
tema, menyediakan alat dan bahan yang akan dipakai (masing-masing sentra) a) Tempat
main: guru mempersiapkan balok-balok yang akan digunakan bermain hari ini b) Ragam
main: menggunakan dua macam balok, segitiga dan persegi panjang, serta memakai
hiasan-hiasan seperti pohon, boneka manusia, dan mobil-mobilan Pengembangan
karakter: Integritas 3. Pijakan Sebelum Main (30 menit) a. Anak diajak melakukan
aktivitas motorik kasar dengan melakukan ice breaking dan iringan lagu. Kemudian guru
mengucap salam, dan anak menjawab salam
b. Guru dan anak duduk membentuk lingkaran, berdoa, absen, dan mengenalkan
permainan yang akan dilakukan serta aturan-aturan bermain di sentra balok
Pengembangan karakter: Religius, Nasionalis 4. Pijakan saat bermain (60 menit) a) Guru
mempersilahkan anak-anak untuk bermain dan bereksplorasi mengenai bentuk bangunan
rumah dari balok b) Guru memotivasi anak-anak untuk semangat melakukan kegiatan c)
Guru membantu anak yang kesulitan d) Guru mencatat penilaian anak selama kegiatan
berlangsung e) Guru mengingatkan jika waktu akan habis Pengembangan Karakter:
Nasionalis (taat pada aturan bermain), gotong royong (bekerjasama dengan kelompoknya
membentuk bangunan rumah), mandiri (mengambil balok sendiri di tempat yang
disediakan 5. Pijakan setelah bermain (15 menit) a) Anak-anak merapihkan kembali balok
yang digunakan ke tempat semula b) Guru bertanya kembali kegiatan main yang telah
dilakukan tadi (Recalling) Pengembangan Karakter: Mandiri, Gotong Royong, 1. Istirahat
dan Snacktime (30 menit) a) Cuci tangan, dan berdoa sebelum makan b) Makan, bermain
bebas bersama Pengembangan Karakter: Nasionalis (taat pada aturan sebelum makan dan
sesudah makan, seperti cuci tangan, duduk dan tidak berbicara ketika makan), mandiri
(mengambil dan makan makanannya sendiri), serta gotong royong (main bersama),
religius (berdoa sebelum dan sesudah makan) 2. Penutup a) Guru memberikan pesan
kebaikan kepada anak b) Bernyanyi lalu berdoa sebelum pulang Pengembangan Karakter:
Religius, dan mandiri.
Sumber : Ismail, 2013

4. Integrasi Pendidikan Karakter Model Beyond Centers and Circle Time Pada Anak
Gifted
Metode ini memiliki enam sentra yaitu sentra seni, sentra iman dan takwa, sentra
persiapan, sentra balok, sentra bahan alam, dan sentra main peran. Sentra-sentra itu
berlangsung mulai hari senin sampai kamis, untuk hari jum’at diisi kegiatan
ekstrakurikuler menari, sedangkan hari sabtu diisi dengan kegiatan melukis. Selama hari
senin sampai kamis disetiap sentra akan mengajarkan tema yang sama, misalnya minggu
ini temanya “keluargaku”, maka seluruh sentra akan mengajarkan tentang “keluargaku”.
Perbedaan setiap sentra adalah pada indikator pencapaian yang hendak dicapai. Kegiatan
yang dilakukan ketika berada disentra iman dan takwa: 40
1. Pembukaan saat lingkaran (kegiatan sebelum main) a. Setelah anak didik
mengikuti kegiatan berbaris, anak didik mengikuti materi sentra. Ketika anak didik sudah
masuk ke dalam sentra iman dan takwa, guru sentra mengajak anak untuk duduk
melingkar. Sebelum masuk pada tema yang akan dipelajari, guru sentra mengajak anak
didik untuk membaca doa, salam, bertepuk, dan bernyanyi. Setelah itu guru sentra mulai
memasuki tema yang akan dipelajari bersama dengan menunjukkan sebuah buku
bergambar yang berkaitan dengan tema yang akan dipelajari. b. Guru sentra mulai
memberikan materi sesuai tema dengan media gambar. Guru sentra bercerita tentang
sesuatu yang berkaitan dengan tema yang dipelajari untuk memberikan ide-ide pada anak
40
Hasil pengamatan di sentra iman dan takwa, pada tanggal 4,11,18,25 September 2023

18
didik dan menambah kosakata baru anak didik. Dengan media gambar, anak didik
langsung bisa mengerti apa maksud dari gambar tersebut. Anak didik menambah kosakata
baru dari media gambar dalam mengenal nama-nama benda dan lingkungan sekitar. c.
Sambil bercerita tentang sesuatu yang berkaitan dengan tema yang dipelajari, guru sentra
juga menggali pengetahuan anak didik berkaitan dengan tema yang dipelajari. Disini
terjadi dialog antara guru dan anak didik, anak didik akan menceritakan pengetahuan
tentang tema yang dipelajari. d. Setelah tema disampaikan, guru sentra memberikan
arahan aturan main dari permainan-permainan yang telah disediakan, memilih mainan,
cara menggunakan alat-alat, kapan memulai dan mengakhiri main, serta merapikan
kembali alat yang sudah dimainkan. Guru sentra menyediakan empat macam permainan,
setiap anak didik boleh memilih lebih dari satu permainan, misalnya anak didik sudah
menyelesaikan permainan A, maka ia boleh melanjutkan permainan B, C dan D.
Permainan-permainan yang disediakan untuk tema “keluargaku (rumah)”, yaitu:
1) Media : Kaligrafi bertuliskan ALLAH, lem, crayon, kertas warna.
Aturan main : Kaligrafi bertuliskan ALLAH ditebalkan, diwarnai kemudian ditempel
pada kertas warna dengan lem.
2) Media : kertas folio, spidol hitam, pencil warna.
Aturan main : menggambar bebas yang temanya tentang rumah dengan spidol hitam,
kemudian diwarnai.
3) Media : pola rumah, kertas bertuliskan angka hijaiyah, spidol, dan gunting.
Aturan main : menebalkan pola rumah dengan spidol, angka hijaiyah digunting,
kemudian angka hijaiyah ditempel dibawah gambar rumah sesuai dengan jumlahnya.
4) Media : puzzle bergambar orang yang sedang sholat dan berwudhu.
Aturan main : menyusun potongan - potongan puzzle menjadi gambar.

2.Kegiatan Inti (saat anak didik main) :

a. Guru sentra membantu anak didik yang membutuhkan pertolongan agar dapat
memunculkan perkembangan yang diharapkan.

b. Guru sentra berkeliling di antara anak didik yang sedang bermain dan memberi
contoh pada anak didik yang belum bisa menggunakan alat atau bahan.

c. Guru sentra memberikan pertanyaan positif tentang pekerjaan yang sedang


dilakukan anak didik.

d. Guru sentra mendorong anak didik yang telah menyelesaikan pekerjaannya


untuk memilih jenis main yang lain.

e. Pembelajaran iqro’ diberikan guru sentra disela-sela kegiatan ini. Anak didik
dipanggil satu persatu untuk membaca iqro’.

f. Guru sentra mengamati dan mencatat apa yang dilakukan anak didik, antara lain
mengenai tahap perkembangan, jenis main dan tahap sosial anak didik. Guru sentra
memberikan penilaian kepada setiap anak didiknya pada saat mereka sedang main. Pada
saat anak didik melakukan kegiatan main, maka akan terlihat perkembangan kemampuan
anak, melalui bermain anak mengembangkan berbagai kemampuan seperti menstimulasi
kreativitas dan imajinasinya, kemampuan berbahasa, bersosialisasi, dan mengembangkan

19
kemampuan motorik kasar dan halus. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membangun
berbagai pengetahuan anak yang digali sendiri melalui variasi pengalaman main di setiap
sentra-sentra pembelajaran sehingga mendorong berkembangnya kreatifitas anak. Proses
pembelajaran lebih bersifat individu sehingga rancangan, dukungan, dan penilaian
disesuaikan dengan potensi untuk kebutuhan dan perkembangan masing-masing anak.

3. Istirahat Istirahat digunakan untuk makan snack, dilaksanakan setelah anak


didik menyelesaikan pekerjaannya. Anak didik berdoa terlebih dahulu sebelum makan.

4. Kegiatan Penutup (Recalling) Pada akhir kegiatan ini guru sentra melakukan
penekanan materi yang disampaikan, mendukung anak didik untuk mengingat kembali
pengalaman mainnya dan menceritakan pengalaman mainnya. Beberapa guru
mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan metode klasikal, anak-anak lebih menikmati
kegiatan belajarnya dengan metode BCCT. Inti dari metode BCCT adalah bermain, namun
sebenarnya dari bermain tersebut anak-anak sedang belajar mengembangkan kemampuan
dan potensinya.

A. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian kali ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Pengertian PTK dalam Bahasa Inggris dapat di sebut dengan
Classroom Action Redearch (CAR). PTK sangat cocok untuk penelitian ini, karena
penelitiannya di lakukan di dalam kelas yang biasanya di gunakan untuk mengajar, dan
dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada masalah-masalah yang sedang terjadi di
dalam suatu kelas atau pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap masalah maupun kegiatan
yang terjadi dalam sebuah kelas.41

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di lakukan dengan maksud agar seorang


peneliti mendapatkan suatu validitas data yang nantinya akan di jadikan sebagai suatu
dasar diagnosis terhadap kelemahan pembelajaran yang sedang berlangsung. Setelah
adanya proses diagnosis, peneliti dapat mencari alternatif penyelesaian masalah dengan
metode yang lebih baik. Pada awalnya, Penelitian Tindakan Kelas di kembangkan untuk
tujuan mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk pendidikan). Hasil
kajian ini kemudian di jadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan)
untuk mengatasi masalah tersebut.

Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan model siklus yang di kemukakan


oleh Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun tahap penelitian yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

41
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Yrama Widya, 2009), hal.13

20
Pada tahapan perencanaan, menjelaskan tentang apa,mengapa, kapan,
dan di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut di lakukan.
Kegiatan dalam perencanaan ini mencakup:

1. Identifikasi masalah
2. Analisis penyebab adanya masalah
3. Pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan
masalah.

b. Tindakan

Dalam menentukan tindakan yang akan di lakukan, perlu


mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : a. Apakah
tindakan yang telah di pilih mempunyai landasan berfikir yang telah sesuai
baik secara kajian teoritis maupun secara konsep ? b. Apakah alternatif
tindakan yang di percayai dapat menjawab permasalahan yang muncul ? c.
Adakah bentuk strategi langkah – langkah di setiap siklus pembelajaran di
kelas ? d. Adakah cara yang dapat di gunakan untuk menguji tindakan
sehingga dapat di buktikan telah terjadi perbaikan kondisi dan peningkatan
proses dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang di teliti ?

c. Pengamatan

Pada tahap ini, seorang peneliti melakukan suatu pengamatan dan


mencatat semua hal yang di perlukan dan yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini di lakukan dengan
menggunakan format observasi atau penilaian yang telah di susun, termasuk
juga pengamatan secara cermat terhadap suatu pelaksanaan tindakan dari
waktu ke waktu serta dampak dari proses dan hasil belajar.

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pengambilan data


yang berkaitam dengan observasi di antaranya adalah 42: a. Jenis data yang di
himpun memang di perlukan dalam rangka implementasi tindakan perbaikan.
b. Indikator-indikator yang di tetapkan harus tergambarkan pada perilaku
siswa dan guru secara terstruktur. c. Kesesuaian prosedur pengambilan data.
d. Pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi. Pada saat melakukan
observasi, seorang peneliti dapat merekam dengan handy cam, dapat
membuat vidio, bahkan peneliti juga bisa mengambil foto, mewawancarai
siswa, melihat portofolio anak didik, serta perangkat pembelajaran dan tes. 43

d. Refleksi

Dalam proses refleksi, peneliti Kemmis dan Mc Taggart dalam


Sukardi menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas berbentuk sistem spiral
yang saling terkait antara siklus yang satu dengan siklus selanjutnya. 44

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


42
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hal. 76
43
Sa’dun Akbar, Penelitian Tindakan Kelas (Filosofi, Metodologi, dan Implementasinya), (Malang: Surya Pena
Gemilang, 2008), 43
44
Sukardi, Metodologi Penelitian Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007) , hal. 214

21
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di  Dusun Sindang Baru Desa, SindangA
gung, Dwikora, Kec. Tj. Raja, Kabupaten Lampung Utara, Lampung 34557. SK Pendirian
Sekolah : 141/060/SA-TR/2015 dalam judul penelitian integrasi Pendidikan Karekter Pada
Anak Gifted Usia Dini 4-5 Tahun di TK MIFTAHUL HUDA Menggunakan Metode
BCCT .Penelitian tindak kelas ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan
bulan oktober 2023.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan
pembelajaran Terkait dengan penelitian ini, maka subjek penelitian adalah anak TK
MIFTAHUL HUDA. Sementara objek yang akan diteliti adalah Peningkatan
Kepercayaan Diri Anak melalui Metode Beyond Centers And Circle Time.

D. Teknik Analisis Data


Wina Sanjaya mengemukakan pendapatnya mengenai analisis data. Menurutnya
analisis data merupakan proses pengolahan data yang bertujuan untuk mengetahui
informasi berdasarkan kegunaannya sehingga memiliki artian yang tepat dan sesuai
dengan keinginan dari peneliti.45 Ketika melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK),
ada dua jenis data yang dapat digunakan oleh peneliti,yaitu:

1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berisi informasi yang berbentuk kalimat. Kalimat
ini nantinya akanmemberikan gambaran secara umum mengenai kondisi anak yang
berhubungan dengan peningkatan kepercayaan diri anak dengan menggunakan metode
Beyond Centers and Circle time. Dari data tersebut akan dapat dianalisis secara kualitatif.

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif berisi tentang nilai atau hasil pencapaian dari proses pembelajaran anak
melalui metode Beyond Centers and Circle time, yang kemudian akan dianalisis dengan
statistik deskriptif.46 Data Statistikmerupakan data yang angka-angka maupun bilangan. 47
Sedangkan deskriptif adalah melakukan analisis dari data sebelumnya yang kemudian akan
diperoleh suatu informasi berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan. 48 Jadi dapat dikatakan
bahwa data statistik merupakan data yang berisi mengenai angka yang dapat diperoleh dari
data yang dilakukan peneliti secara langsung yang sifatnya apa adanya (sesuai kondisi
sekolah).
Sehingga peneliti menggunakan analisis data kualitatif dan data kuantitatif karena ingin
menggambarkan bagaimana kondisi sebenarnya yang ada di lapangan ketika proses
pembelajaran,guna meningkatkannya percaya diri anak.Untuk mengetahui nilai observasi
aktivitas guru dan siswa peneliti menggunakan rumus,seabagai berikut: 49

45
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), 106.
46
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013), 128.
47
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), 12.
48
Hendrik Rawambaku, Metodologi Penelitian Tindakan: Dasar-dasar Analisis dan Pengolahan Data Statistik, (Jakarta:
Libri, 2015), 26.
49
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 2012). 209

22
R
NP= X 100
SM

Keterangan:

NP : Nilai Perolehan
R : Skor mentah yang diperoleh
SM : Skor maksimum
100 : Bilangan tetap
Selanjutnya skor penilaian siswa dan guru yang telah diperoleh akan diklasifikasikan
kedalam bentuk sebuah predikat yang mempunyai skala sebagai berikut:

Tabel 3.6
Kriteria Penilaian Hasil Observasi Guru dan Siswa

Penilaian Kriteria

76 - 100 Berkembang Sangat Baik


51- 75 BerkembangSesuai Harapan
26 - 50 Mulai Berkembang
0 - 25 Belum Berkembang

Sedangkan untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar untuk meningkatkan


kepercayaan diri melalui metode Beyond Centers And Circle time dapat dihitung melalui
rumus sebagai berikut50:

∑ anak tuntas dalam belajar


x= x 100 %
∑ jumlah anak

Ada 4 kriteria persentase menurut Acep Yoni, sehingga peneliti dapat mengambilnya
sebagai acuan dalam memberikan kriteria penilaian terhadap TK Negeri 2 Bandar Lampung,
diantaranya:51

Tabel 3.7
Kriteria Penilaian Keberhasilan Anak

NO Kriteria Presentase
Belum
1. 0-25%
Berkembang (BB)
Mulai
2. 26-50%
Berkembang (MB)
Berkembang
3. 51-75%
Sesuai Harapan (BSH)
4. Berkembang 76-100%
50
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012). 299.
51
Acep Yoni, dkk, Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Familia, 2010), 175.

23
Sangat Baik (BSB)

A. Indikator Kinerja
Untuk mengukur hasil kinerja anak, peneliti perlu membuat indikator (alat pengukur
keberhasilan) sebagai acuan peneliti agar dapat mengetahui kapan peneltian tindakan kelas ini
dapat berakhir dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan target yang di inginkan peneliti.
Adapun rumus yang di gunakan untuk menghitung rata-rata menurut Suharsimi Arikunto
dalam buku Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ialah: 52

∑X
X=
N
Keterangan:

X :Nilai Rata-rata
∑x : Jumlah seluruh skor yang diperoleh anak
N :Jumlah banyaknya individu

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak mengalami perkembangan dari segi
percaya dirinya dalam melakukan Beyond Centers And Circle time sebesar 70%. .

B. Peran dan Posisi Peneliti


Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai praktisi atau guru dan
peneliti artinya terjadi kolaborasi antara guru dan pengamat. Melalui kolaborasi ini akan
mengkaji permasalahan yang ada di kelas. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, harus
secara jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan peneliti. Dalam PTK kolaboratif,
kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran serta
tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Peran kolaborasi turut
menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, merencanakan
tindakan, melaksanakan penelitian (tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi),
menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan hasil. 53

Daftar Pustaka

Ahmad Susanto. 2015. Bimbingan &Konseling Di Taman Kana-Kanak. Jakarta : Prenada


Media Group.
Atin Risnawati & Dian Eka Priyantoro, Pentingnya Penanaman Nilai-Nilai Agama Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif Al-Quran, (As-Sibyan Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 6, No. 1, 2021, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta &
IAIN Metro, E-ISSN 2685-1326, P-ISSN 25415549), 2
Bentuk Karakter Anak Dengan Dongeng, Warta PAUDNI Tahun XV II Edisi VII Tahun
2012, 7 dari http://www.paudni.kemendikbud.go.id, diakses 17 Maret 2023
Dewantara Ki Hadjar. 2013. Pendidikan Karya Bagian I. Yogyakarta : UST-Press.

52
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012). 299.
53
Djajadi, Pengantar Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ), 7.

24
Dirjen PAUDNI Kemendiknas (2012), Pedoman Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini,
Direktorat Pembinaan PAUD Kemendiknas, Jakarta , iii
Eliyyil Akbar, Metode Belajar Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2020), 2
Fitriana, E. (2018). Model Pembelajaran Sentra Di TK ISLAM TERPADU QURROTA
A'YUN BANDAR LAMPUNG. SKRIPSI, 29.
Heller, Robert.. Motivating People. (London: Dorling Kindersley Book, 2013), 62
Herwina Bahar, Iswan, Venni Herli Sundi, Nurul Lailatul Fitri, Salsabila Fakhirah,
Pembelajaran Beyond Centers And Circle Time (Bcct) Berbasis Al-Qur'an Dalam
Peningkatan Nilai-Nilai Karakter Bagi Anak Usia Dini, YAA BUNAYYA: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, volume 4 no. 2 November 2020.
Khadijah & Nurul Amelia. 2021. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Teori Dan
Praktik. Jakarta: Kencana.
Latif, M., Zulkhairina, Zubaidah, R., & Muhammad Afandi, Orientasi Baru Pendidikan
Anak Usia Dini Teori dan Praktek. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 45
Marbun, S. M. 2018. Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Meity H. 2014. Peran Guru Dalam Mengelola Keberbakatan Anak. Jakarta :Media.
Meity H. Idris, Anak Berbakat (Keberbakatan), Jurnal Pendidikan PAUD vol 02, no. 1 januari
2017, 36
Meity H. Idris, Anak Berbakat (Keberbakatan), Jurnal Pendidikan PAUD, Vol 02, 1 Januari
2017
Monks, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: UGM Press.
Nurani. Yuliani dan Sujiono. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks.
Nurlia Alfianti , Analisis Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui Model Pembelajaran
Sentra (Beyond Center and Circle Time), JM2PI: Jurnal Mediakarya Mahasiswa
Pendidikan Islam Vol. 01, Nomor 02, November 2020.
Pijpers & Carmiggelt (2014). Jonge hoogbegaafde kinderen: een bijzondere groep
Kenmerken enproblemen.
Renzulli, J.S. The Three-Ring Conception of Giftedness. In R. J. Sternberg, & J. E.
Davidson, Conception of Giftedness (pp. 246 - 279). (Cambridge: Cambridge
University Press, 2005) 11-12.
Retrived from 111 https://www.koepelhb.nl/documenten/brochure_jonge_hb_2014
Ruqoyah, A. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Beyond Centers and Circle Times
(BCCT) dan Kemandirian Terhadap Kreativitas. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 10(1),
81–98.
Sa’dun Akbar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Filosofi, Metodologi, dan Implementasiny.
Malang: Surya Pena Gemilang.
Samad, F., & Alhadad, B. (2016). Implementasi Metode Beyond Center and Circle Time
(BCCT) dalam Upaya Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam di Kelompok B Taman
Kanak-Kanak Khalifah Kota Ternate. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 10(2),233–254.
Samad, F., & Alhadad, B. (2016). Implementasi Metode Beyond Center and Circle Time
(BCCT) dalam Upaya Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam di Kelompok B Taman
Kanak-Kanak Khalifah Kota Ternate. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 10(2),233–254.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Suhayati, Ii. (2013). Model Pembelajaran SentraBerbasis nilai-nilai Islam Pendidikan
PAUD, Buku Pegangan STAI Al-Mussadiyah. Garut
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

25
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: PT Bintang Pustaka Abadi.
Tatik Ariyanti, Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak: The
Importance Of Childhood Education For Child Development, (Jurnal Dinamika
Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016), 54
Ulpah Maspupah. 2019. Manajemen Pengembangan Kurikulum PAUD. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.
Van Tiel, J.M. & Widyorini, 34
Van Tiel, J.M. & Widyorini, E, Deteksi & Penanganan Anak Cerdas Istimewa (Anak Gifted)
Melalui Pola Alamiah Tumbuh Kembangnya. (Jakarta: Prenada, 2014), 50-52
Van Tiel, J.M. (2016). Permasalahan Deteksi dan Penanganan Anak Gifted Dengan
Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Ekspresif (Gifted Visual-spatial
Learner). Psikobuana ISSN 2085-4242 2009, Vol. 1, No. 2, 128–146. Diakses dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_6268
83506028.pdf
Van Tiel, J.M. Anakku ADHD, Autisme, atau Gifted? (Jakarta: Prenada, 2018), 35
Wiyani, N. A, Perencanaan Strategik Pembentukan Karakter Anak Usia Dini di TK Islam al-
Irsyad (Purwokerto. Al-Athfal: Jurnal Pendidikan Anak, 2017.
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.

26

Anda mungkin juga menyukai