Anda di halaman 1dari 12

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA

TANAMAN

Problematika Persiapan Lahan Sirih Merah

Disusun oleh :

Kelompok 4

Ariani Puspita Sari 20160210080

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Sirih Merah
Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat potensial yang
diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit,
di samping juga memiliki nilai spritual yang tinggi. Tanaman ini termasuk di dalam famili
Piperaceae dengan penampakan daun yang berwarna merah keperakkan dan mengkilap
saat kena cahaya. Pada tahun 1990-an sirih merah difungsikan sebagai tanaman hias oleh
para hobis, karena penampilannya yang menarik.
            Tanaman sirih merah tergolong langka, karena tidak tumbuh disetiap tempat atau
daerah. Sirih merah tidak dapat tumbuh di daerah panas, di tempat berhawa dingin sirih
merah dapat tumbuh dengan baik. Jika terlalu banyak terkena sinar matahari batangnya
cepat mengering, warna merah daunnya bisa menjadi pudar, buram, dan kurang menarik.
Tanaman sirih merah akan tumbuh baik jika mendapatkan 60-70 % cahaya matahari
(Sudewo, 2005).
Klasifikasi sirih merah menurut Dasuki (1994)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Tanaman sirih merah
Species : Piper crocatum Ruiz & Pav Sumber : Lujendra, 2017

2.     Morfologi
Tanaman ini diketahui tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, seperti di
Yogyakarta, Papua, Jawa Barat, Aceh dan beberapa daerah lainnya. Tanaman sirih merah
tumbuh menjalar seperti halnya sirih hijau. Batangnya bulat berwarna hijau keunguan
dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas
meruncing, bertepi rata, dan permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang
daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak warna putih
keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa
sangat pahit, dan beraroma wangi khas sirih. Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak
buku 5-10 cm. Di setiap buku tumbuh bakal akar (Sudewo, 2005).

3. Pemanfaatan Sirih Merah sebagai Obat


Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia maupun
ekstrak kapsul. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit
seperti diabetes militus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke,
asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag,
kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit.
Selain itu air rebusan sirih merah mengandung antiseptik yang digunakan untuk
menjaga kesehatan rongga mulut dan menyembuhkan penyakit keputihan serta bau tak
sedap. Menurut Cahyana (2006) sirih merah bersifat sebagai antiseptik artinya ia mampu
mengeliminasi pertumbuhan mikroorganisme pada kulit. Misal jamur Candida albacans
penyebab sariawan pada mulut dan gatal-gatal pada alat kelamin. Golongan senyawa
yang memiliki sifat sebagai antiseptik pada daun sirih merah yaitu alkaloid, saponin,
flavonoid, minyak atsiri dan tannin .
Menurut Syariefa (2006) zat aktif yang terkandung diseluruh bagian tanaman
dapat merangsang saraf pusat, daya pikir, meningkatkan peristaltik, merangsang kejang
dan meredakan sifat dengkur. Disamping kedua fungsi dan peran yang menguntungkan,
sirih merah juga dapat bersifat sitoksis artinya pada dosis berlebih akan menyebabkan
keracunan, dan karena sifat antiseptiknya sirih merah dapat menyebabkan ovarium
kering jika digunakan secara terus menerus (Duryatmo, 2006).
Menurut Cahyana (2006), agar sirih merah dapat bermanfaat dengan semestinya
maka dalam penggunaannya tidak dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan harus
memperhatikan dosisnya, misalnya yang dibutuhkan sebagai obat efektif 500 mg, tapi
tanaman itu hanya 5 mg. Baginya tanaman herbal termasuk sirih merah memang
bermanfaat sebagai kesehatan dan pencegah penyakit.

4. Penanganan Pasca Panen


Tanaman sirih merah siap untuk dipanen minimal berumur 4 bulan, pada saat ini
tanaman telah mempunyai daun 16 - 20 lembar. Ukuran daunnya sudah optimal dan
panjangnya mencapai 15 - 20 cm. Daun yang akan dipanen harus cukup tua, bersih dan
warnanya mengkilap karena pada saat itu kadar bahan aktifnya sudah tinggi. Cara
pemetikan dimulai dari daun tanaman bagian bawah menuju atas.
Setelah dipetik, daun disortir dan direndam dalam air untuk membersihkan
kotoran dan debu yang menempel, kemudian dibilas hingga bersih dan ditiriskan.
Selanjutnya daun dirajang dengan pisau yang tajam, bersih dan steril, dengan lebar irisan
1 cm. Hasil rajangan dikering anginkan di atas tampah yang telah dialas kertas sampai
kadar airnnya di bawah 12%, selama lebih kurang 3 - 4 hari. Rajangan daun yang telah
kering dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang kedap air, bersama-sama
dimasukan silika gel untuk penyerap air, kemudian ditutup rapat. Kemasan diberi label
tanggal pengemasan selanjutnya disimpan di tempat kering dan bersih. Dengan
penyimpanan yang baik simplisia sirih merah dapat bertahan sampai 1 tahun.

5. Aspek Budidaya
Sirih merah dapat diperbanyak secara vegetatif dengan penyetekan atau
pencangkokan karena tanaman ini tidak berbunga. Penyetekan dapat dilakukan dengan
menggunakan sulur dengan panjang 20 - 30 cm. Sulur sebaiknya dipilih yang telah
mengeluarkan akar dan mempunyai 2 - 3 daun atau 2 - 3 buku. Untuk mengurangi
penguapan, daun di kurangi sebagian atau dibuang seluruhnya. Sulur diambil dari
tanaman yang sehat dan telah berumur lebih dari setahun. Cara perbanyakan dengan
dengan setek dapat dilakukan dengan menyediakan media tanam berupa pasir, tanah dan
kompos dengan perban-dingan 1 : 1 : 1. media tersebut dimasukkan ke dalam polybag
berdiameter 10 cm yang bagian bawahnya sudah dilubangi. Setek yang telah dipotong-
potong direndam dalam air bersih selama lebih kurang 15 menit. Setek ditanam pada
polybag yang telah berisi media tanam. Letakkan setek ditempat yang teduh dengan
penyinaran matahari lebih kurang 60%.
Perbanyakan dengan cara pencangkokan dilakukan dengan memilih cabang yang
cukup tua kira-kira 15 cm dari batang pokoknya, kemudian cabang tersebut diikat atau
dibalut ijuk atau sabut kelapa yang dapat menghisap air. Pencangkokan tidak perlu
mengupas kulit batang.
Penanaman di lapangan dilakukan pada awal musim hujan dan sebagai tiang
panjat dapat digunakan tanaman dadap dan kelor. Jarak tanam dapat digunakan 1 x 1 m,
1 x 1,5 m tergantung kondisi lahan.
Sirih merah dapat beradaptasi dengan baik di setiap jenis tanah dan tidak terlalu
sulit dalam pemeliharaannya. Selama ini umumnya sirih merah tumbuh tanpa
pemupukan, yang penting selama pertumbuhannya di lapangan adalah pengairan yang
baik dan cahaya matahari yang diterima sebesar 60 - 75%. (Suwandi, 2010)
6. Tanah Regosol

Tanah regosol
Sumber : Bambang, 2009

Regosol adalah tanah yang belum banyak mengalami perkembangan profilnya. Oleh
karena itu tebal solum tanahnya biasanya tidak melebihi 25 cm. Mengandung bahan yang
belum atau masih mengalami pelapukan. Tanah ini berwarna kelabu, coklat, atau coklat
kekuningan. Tekstur tanah biasanya kasar, yaitu pasir hingga lempung berdebu, struktur
remah, konsistensi tanah lepas sampai gembur dan pH 6-7. Makin tua tanah maka semakin
padat konsistensinya. Umumya regosol belum membentuk agregat, sehingga peka
terhadap erosi. Umumnya cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum
siapuntuk diserap tanaman, tetapi kekurangan unsure N. (Dharmawijaya, 1992)

Di Indonesia, tanah terdiri atas berbagai jenis. Bahkan setiap daerah jenis tanahnya
berbeda – beda, ada yang subur dan ada yang tidak subur, ada yang mudah menyerap air,
ada pula yang sulit menyerap air. Semua jenis tanah dapat kita identifikasi melalui ciri-
ciri fisik yang dimilikinya. Seperti tanah lainnya, tanah regosol juga mempunyai beberapa
ciri fisik. Beberapa ciri fisik yang dimiliki jenis tanah regosol antara lain sebagai berikut:
1. Mempunyai butiran – butiran kasar
2. Belum menampakkan adanya lapisan horisontal
3. Mempunyai variasi warna, yakni merah, kuning, coklat kemerahan, coklat, serta
coklat kekuningan. Sebenarnya warna- warna yang berbeda – beda ini tergantung
pada material yang dikandungnya.
4. Peka terhadap erosi
5. Kaya unsur hara
6. Cenderung gembur
7. Mampu mempunyai air yang tinggi.
(Yainudin, 2007)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kasus
Tanaman sirih merah banyak dibutuhkan, selain untuk tanaman hias juga
bermanfaat sebagai tanaman obat. Bapak Sujiwo yang rumahnya di ketinggian 500 mdpl
ingin mempunyai usaha menjual bibit tanaman sirih merah dalam polybag. Dia sudah
mempersiapkan banyak polybag untuk keperluan tersebut. Jenis tanah di lahan Bapak
Sujiwo adalah regosol. Jelaskan kepda Bapak Sujiwo bagaimana sebaiknya media tanam
untuk usaha bibit tanaman sirih merahnya.

2. Analisis
1. Bagaimana cara membibitkan Sirih Merah dengan media tanam dan tanah regosol di
ketinggian 500 mdpl di polybag?
2. Bagaimana formulasi media tanam yang baik untuk bibit tanaman sirih merah?

3. Solusi
Pada dasarnya, tanaman sirih merah mempunyai beberapa sifat, yaitu :
1. Hanya membutuhkan 60-75% cahaya matahari.
Tanaman sirih merah lebih menyukai tempat teduh untuk tumbuh. Jika
tanaman ini terlalu banyak terpapar sinar matahari secara terus menerus, maka
pertumbuhan daun tidak akan lebar (cenderung kecil-kecil), warnanya pudar, buram,
dan tidak menarik
2. Tidak tahan kelebihan air dalam tanah
Tanaman ini juga tidak boleh terkena air hujan atau disiram secara berlebihan.
Kelebihan air pada tanaman ini dapat menyebabkan batangnya membusuk dan
daunnya perlahan akan rontok. Hal ini dapat menyebabkan tanaman sirih merah
mati.
Tanaman sirih merah mampu tumbuh dengan baik pada wilayah memiliki
suhu dingin bisa tumbuh pada ketinggian samapai 300mdpl, pada tanah yang
memiliki tekstur lempung berpasir, dan ph tanah yang cocok 6-7 (Ppradnyasari,
2017).
Berikut adalah solusi dari analisis masalah yang dialami :
1. Bagaimana cara membibitkan sirih merah dengan media tanam dan tanah regosol di
ketinggian 500 mdpl?
Pada kasus ini tanah yang tersedia adalah tanah regosol yang kekurangan unsur N.
Umumnya cukup mengandung unsure P dan K yang masih segar dan belum siap untuk
diserap tanaman, tetapi kekurangan unsur N (Dharmawijaya, 1992). Agar tanaman sirih
merah dapat tumbuh dengan baik perlu penambahan unsur N agar tanaman tumbuh secara
normal. Misalnya bisa dilakukan penambahan pupuk kompos, kandang dan pupuk
nitrogen.
Tanaman sirih pada umumnya dapat dikembangkan di daerah dataran rendah
dengan ketinggian tempat berkisar antara 200-1000 meter di atas permukaan laut (mdpl),
dengan cara memperbaiki sifat fisik tanah seperti penambahan bahan organik yang akan
membuat atau memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik dan tanaman akan tumbuh
subur (Januwati dan Rosita, 1992),.
Sudewo (2005) menjelaskan bahwa tanaman sirih merah akan tumbuh dengan baik
jika mendapatkan 60-75% cahaya matahari. Sirih merah tidak dapat tumbuh subur di
daerah panas, sedangkan di daerah dingin sirih merah dapat tumbuh dengan baik dan
subur kemudian jika sirih merah banyak terkena sinar matahari, maka batangnya akan
cepat mengering dan apabila tanaman sirih merah disiram secara berlebihan akar dan
batangnya cepat membusuk. Pada musim hujan banyak tanaman sirih merah yang mati
akibat batangnya membusuk dan daun yang rontok. Tanaman sirih tidak tahan terhadap
genangan air, sehingga pada musim hujan drainase pada tempat tumbuhnya akar perlu
mendapatkan perhatian (Heyne, 1987).
Teknik stek merupakan salah satu cara menanam sirih merah yang dapat
dipraktikkan di rumah. Batang atau sulur yang baik digunakan adalah yang tua. Panjang
batang atau sulur yang dianjurkan adalah sepanjang dua ruas, dengan daun yang tumbuh
sekitar 2-3 helai. Setelah memotong batang sirih merah dan menyiapkan media tanam,
langkah berikutnya adalah sebagai berikut.
• Tanah, kompos dan pasir dicampur dengan perbandingan 1:1:1
• Tiga perempat dari campuran tersebut dimasukkan ke dalam pot atau polybag.
• Bibit sirih merah ditanam di dalam pot atau polybag.
• Campuran tanah, kompos dan pasir ditutup kembali untuk menjaga suhu.
• Tanaman sirih disiram secara berkala dan diletakkan di tempat teduh.
Pemeliharaan tanaman sirih merah ini tidak dapat digolongkan mudah, namun
tidak juga tergolong sulit. Salah dalam menerapkan metode perawatan akan berdampak
pada gagalnya pertumbuhan sirih merah. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
merawat tanaman sirih merah ini adalah sebagai berikut.
a. Tanah merah lebih baik digunakann daripada tanah yang lainnya.
b. Pupuk diberikan sesuai dengan dosis.
c. Pupuk diletakkan jauh dari akar agar batang tidak membusuk.
d. Tanaman disiram dua kali sehari secara rutin. Seiring bertambahnya usia tanaman,
frekuensi penyiraman dikurangi, seperti sekali dalam sehari atau dua hari sekali.
e. Tanaman diletakkan di tempat teduh atau tidak terkena paparan matahari secara
langsung.

2. Bagaimana formulasi media tanam yang baik untuk bibit tanaman sirih merah?
Perbanyakan dengan cara setek mempunyai beberapa keuntungan yang menurut
Wudianto (1996) tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai persamaan
dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan dapat memperoleh tanaman
yang sempurna yaitu tanaman yang telah mempunyai akar, batang dan daun dalam waktu
yang relatif singkat juga dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak.
Penggunaan media tanam yang sifatnya menyimpan air lebih banyak akan mengakibatkan
akar dan batang bagian bawah sirih merah dapat membusuk dan jenis media tanam yang
memiliki sifat kemampuan menahan air rendah akan mengakibatkan media tanam mudah
kering dan tanaman akan cepat mati (Sudewo, 2005).
Prayugo (2007) menyebutkan bahwa media tanam yang baik harus memiliki
persyaratan-persyaratan sebagai tempat berpijak tanaman, memiliki kemampuan mengikat
air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, mampu mengontrol kelebihan air
(drainase) serta memiliki sirkulasi dan ketersediaan udara (aerasi) yang baik, dapat
mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman dan tidak mudah lapuk atau rapuh.
Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kesehatan
tanaman sirih merah. Salah satu syarat media tanam yang baik adalah porositas yaitu
kemampuan media dalam menyerap air dan steril. Tingkat porositas tanaman di setiap
daerah berbeda-beda, di daerah dataran rendah yang berudara panas, tingkat
penguapannya tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering.
Media harus terbebas dari organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri,
spora, jamur dan telur siput (Harsono, 1992). Junaedhie (2007) menyebutkan bahwa
bahan organik yang digunakan bisa berupa serbuk sabut kelapa, pakis, arang sekam dan
humus.
Banyak berbagai jenis media tanam untuk penyetekan yang dijual di pasaran.
Namun tidak semua media tanam cocok untuk media setek sirih merah. Media setek
mempengaruhi pertumbuhan akar yang fungsi mendukung pembentukan dan pertumbuhan
akar selama penyetekan, memberikan kelembaban pada setek, dan memudahkan penetrasi
akar yang muncul pada pangkal setek (Hartmann et al., 1990). Secara umum, media tanam
harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan
dapat menahan ketersediaan unsur hara. Media tanam yang baik harus memiliki
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak mengandung bibit hama, penyakit dan bebas gulma.
b. Mampu menampung air, tetapi juga mampu membuang atau mengalirkan
kelebihan air.
c. Remah dan porous, sehingga akar bisa tumbuh dan berkembang menembus media
tanam dengan mudah.
Salah satu contoh media tanam yang mampu memenuhi persyaratan di atas adalah
pasir malang dan arang sekam. Pasir malang adalah batuan beku berupa lava dengan
komposisi basaltic atau andesitic dengan struktur scoria atau vesiculer 16 (mempunyai
rongga-rongga) akibat keluarnya gelembung gas selama erupsi. Pasir malang digunakan
karena memiliki porositas yang tinggi serta memiliki kandungan mineral dan berongga.
Arang sekam digunakan karena alur tekstur yang kasar sehingga udara mudah bersirkulasi,
sama dengan pasir malang yang memiliki rongga untuk perputaran udara. Penggunaan
sekam bakar untuk menghindari root mealy bugs yang biasa bersarang pada sekam yang
tidak dibakar. Penggunaan media seperti ini diharapkan mampu meminimalkan busuk
akar, mencegah luka akibat gesekan pasir malang dengan akar pada saat media disiram,
dan memudahkan dalam melakukan pindah tanam. Pemilihan media tanam yang tepat
dalam penyetekan sirih merah adalah menggunakan pasir malang dan arang sekam yang
dicampur dengan perbandingan 1:1 (Rachmawati, 2008).
Kesimpulan

Bapak Sujiwo dapat menanam sirih merah di lahan miliknya ataupun dalam
polybag yang terletak di ketinggian 500mdpl dengan jenis tanah regosol yang dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki unsur yang ada pada tanah dengan penambahan
unsur Nitrogen yang didapat dari pupuk buatan seperti ZA, dan urea. Untuk formulasi
media tanam yang cocok pada sirih merah ini adalah tanah : kompos : pasir dengan
perbandingannya masing – masing 1:1:1.
Daftar Pustaka

Ppradnyasari. 2017. 4 Cara Menanam Sirih Merah di Pot atau Polybag.


http://ilmubudidaya.com/cara-menanam-sirih-merah. Diakses pada 14 oktober 2017.

Bambang Utoyo.2009. Membuka Cakrawala. Jakarta : Pusat Perbukuan

Cahyana, D. 2006. Sirtih Merah Musuh Baru Beragam Penyakit, dalam Majalah Trubus
No.434, tahun 2006, hlm 86.

Dasuki, U. 1994. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu
Hayati. ITB, Bandung

Duryatmo, S. 2006. Wajah Ganda Sirih Merah, dalam Majalah Trubus No.434, tahun 2006,
hlm 93.

Harborne, J B. 1987. Metode Fitokimia. ITB, Bandung.

Hernani & M. Rahardjo. Tanaman Berkhasiat antioksidan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lujendra Ojha. 2017. Manfat daun Sirih Merah yang Harus Anda Ketahui.
http://www.lujendraojha.net/234/manfaat-daun-sirih-merah/. Diakses pada 21 Oktober
2017

Mardiana, L. 2004. Kanker pada Wanita : Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman
Obat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sholikhah, A. Sirih Merah Menurunkan Glukosa Darah. http://www.pustakatani. Tanggal


akses 14 oktober 2017

Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. PT. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Syariefa, E. 2006. Resep sirih Wulung untuk Putih Merona Hingga Kanker Ganas, dalam
Majalah Trubus No.434, tahun 2006, hlm 88.

Wijayakusuma, H. 2000. Hidup Sehat Cara Hembing. Buku 15. PT. AgroMedia Pustaka,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai