Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL INOVASI

KEJAR STUNTING (KELAS PIJAT BAYI RESIKO STUNTING)


KIPP SINOVIK KEMENTERIAN PANRB
TAHUN 2022

RINGKASAN

KEJAR STUNTING merupakan akronim dari Kelas Pijat Bayi Risiko Stunting. Inovasi ini
digagas oleh dr. Nisma, S.Ked, M.Kes selaku kepala UPT Puskesmas Kec. Tanalili Kab.
Luwu Utara agar  bayi yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tidak
mengalami gagal tumbuh dan berkembang (stunting).

Masalah utama kejar stunting adalah tingginya angka BBLR yaitu sebanyak 26 kasus per
Desember 2019. Terdiri dari Desa sidomakmur 1 orang, Desa Patila 2 orang, Desa
Sidobinangun 3 orang, Desa Rampoang 1 orang, Desa Karondang 1 orang, Desa Munte 6
orang, Desa Sumberdadi 3 orang, Desa  Bungadidi 6 orang dan Desa Poreang 3 orang

Inovasi kejar stunting memiliki keunikan dari segi penanganan yaitu hanya dengan
melakukan sentuhan pijatan dapat memberi dampak positif terhadap kenaikan berat badan
bayi.

Keunggulan dari inovasi kejar stunting adalah penanganannya sangat sederhana, bisa
dilakukan di rumah oleh orang tua bayi dan keluarga lain yang sudah mendapatkan
keterampilan memijat bayi.

Untuk menjamin keberlanjutan, maka dibuatkan Peraturan Bupati Luwu Utara Nomor 56
Tahun 2021 tentang Peran Desa dan Kelurahan Dalam Intervensi Pencegahan dan Penurunan
Stunting Terintegrasi. Serta Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Tana Lili Nomor 010
Tahun 2020 tentang Inovasi Program UPT Puskesmas Tana Lili terkait Penanggung Jawab
Pijat Bayi di Desa dan Puskesmas.

Berikut data hasil evaluasi kejar stunting berupa output dan outcame sebelum dan setelah
inovasi :

Output 

 Tahun 2020 : Sebanyak 26 Bayi BBLR. Setelah dilakukan pemijatan, 24 bayi


mengalami peningkatan berat badan
 Tahun 2021 : Sebanyak 18 Bayi BBLR. Setelah dilakukan pemijatan, 18 bayi
mengalami peningkatan berat badan

Outcome

 Dengan pijat bayi bisa meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan refleks isap
bayi  sehingga mempengaruhi produksi ASI ibu dan meminimalkan penggunaan susu
formula serta menambah kekebalan tubuh pada bayi.
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN

Rumusan Masalah

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi stunting, mulai dari edukasi dan
pemberian gizi ibu hamil sampai pada pelibatan pemerintah desa, namun pencegahan stunting
masih menjadi fokus utama pemerintah. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah akan
mengalami gagal tumbuh jika tidak dilakukan penanganan. Kasus BBLR pada tahun 2019
yaitu sebanyak 26 bayi dengan berat badan lahir rendah terjadi diwilayah kerja UPT
Puskesmas Tana Lili.

Gagasan

novasi kelas pijat bayi risiko stunting digagas agar  bayi yang BBLR tidak mengalami gagal
tumbuh dan berkembang (stunting)

Tujuan Inovasi

Miningkatkan berat badan bayi agar tidak mengalami gagal tumbuh dan berkembang.

Sasaran

Kelompok masyarakat atau populasi yang mendapatkan manfaat atau menjadi target inovasi
adalah semua keluarga yang ada di wilayah kerja UPT. Puskesmas Tana Lili yang memiliki
bayi dengan BBLR.

Data Sebelum Inovasi

  NO            NAMA DESA KASUS BBLR


  1   Desa Sidomakmur          1
  2   Desa Patilah          2
  3   Desa Sidobinangun          3
  4   Desa Rampoang          1
  5   Desa Karondang          1
  6   Desa Munte          6
  7   Desa Sumberdadi          3
  8   Desa Bungadidi          6
  9   Desa Poreang          3
   10   Desa Bungapati          0

KESESUAIAN KATEGORI

Kejar Stunting merupakan inovasi dari Dinas Kesehatan yang bertujuan pada peningkatan
bayi yang lahir BBLR. Inovasi ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan kesehatan bayi
dan penanganan bayi lahir dengan BBLR karena dengan sentuhan pemijatan yang diberikan
kepada bayi setelah kelahiran, memiliki dampak positif pada pertumbuhan dan
perkembangan bayi.

Melalui inovasi kejar stunting, bidan berbagi keterampilan dan pengetahuan kepada ibu,
bahwa pijatan mampu memberi rangsangan pada hormon yang ada di dalam tubuh dan
inovasi kejar stunting merupakan solusinya.

KONTRIBUSI TERHADAP CAPAIAN NASIONAL SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS)


ATAU TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Kejar Stunting sangat relevan dengan capaian nasional SDGs/TPB pada tujuan 3.

Tujuan 3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera

Menjamin Kehidupan yang Sehat dan Meningkatkan Kesejahteraan Seluruh Penduduk


Semua Usia

Adapun kontribusi inovasi terhadap capaian nasional SDGs/TPB adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan dan perkembangan bayi meliputi berat badan peningkatan massa tulang dan
jaringan otot. Berat badan merupakan tolak ukur untuk menentukan kesehatan seorang anak.

2. Kejar Stunting diharapkan mampu mengatasi masalah pada bayi, terutama pada berat
badan. Rata-rata berat badan sesudah pemijatan mengalami penambahan dan dengan adanya
rangsangan stimulasi pada bayi dapat memberi dampak refleks isap bayi yang kuat dan
ketenangan pada bayi.

Untuk mencapai tujuan peningkatan kesehatan bayi dalam Sustainable Development Goals
(SDG's), maka diperlukan keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam pengembangan pijat
bayi sebagai salah satu metode penanganan dini terhadap masalah kesehatan bayi dengan
tujuan  SDGs.

DESKRIPSI INOVASI

Sebelum melakukan pemijatan terhadap bayi, bidan puskesmas melakukan koordinasi dengan
bidan desa untuk melakukan kelas pijat bayi bagi ibu yang memiliki bayi BBLR.

Pada saat kelas bayi berlangsung, bidan puskesmas dan bidan desa melakukan pemijatan
terhadap bayi tersebut dengan melakukan persiapan, di antaranya, memastikan tangan sudah
tercuci sebelum melakukan pijat, menyediakan waktu yang cukup, memotong kuku dan tidak
menggunakan asesoris saat memijat, menggunakan minyak yang aman bagi bayi, serta ruang
disesuaikan dengan kenyamanan bayi.
Waktu yang tepat untuk dipijat kapan saja, asal bayi dalam keadaan senang, suhu hangat,
suasana hening dan penerangan yang redup.

Setelah melakukan persiapan, alat seperti matras, handuk, minyak dan mainan, bidan
mengatur posisi bayi dan berinteraksi dengan bayi, sehingga bayi merespon dengan kontak
mata, kemudian dilakukan sentuhan lembut dan dilanjutkan pemijatan.

Pijatan kaki: pijatan memerah seperti memerah susu sapi, pijatan memeras, pijatan telapak
dan punggung kaki, pijatan pada jari dan gerakan relaksasi.

Pijatan tangan: pijatan memerah seperti memerah susu sapi, pijatan menggulung, pijatan
memeras, pijatan telapak dan punggung tangan, pijatan memutar pada telapak tangan dan
punggung, pijatan pada jari dan gerakan relaksasi.

Pijatan perut: mengayuh, pijatan bulan, matahari, pijatan I LOVE YOU, pijatan jari-jari
berjalan (seperti bermain piano) dan gerakan relaksasi.

INOVATIF (Kebaruan, Nilai Tambah atau Keunikan)

Inovasi Kejar Stunting memiliki keunikan dari segi penanganan. Hanya dengan melakukan
sentuhan pijatan dapat memberi dampak positif terhadap kenaikan berat badan bayi.

Keunggulan dari inovasi Kejar Stunting, penanganannya sangat sederhana, bisa dilakukan di
rumah oleh orang tua bayi dan keluarga lain yang sudah mendapatkan keterampilan memijat
bayi.

Nilai Tambah Kejar Stunting yaitu mampu meningkatkan berat badan bayi, dengan rata-rata
kenaikan 100 sampai 200 gram pascapijat, karena kalau tidak dilakukan pijat bayi, maka akan
terus mengalami penuruan berat badan, dan pada akhirnya bayi tersebut akan mengalami
stunting, jika sudah besar.

Transferabilitas (Sifat dapat diterapkan pada konteks/tempat lain)

Inovasi ini awalnya dilaksanakan di UPT Puskesmas Tana Lili, hanya karena semua bidan
desa telah melakukan pelatihan dan workshop, sehingga direplikasi di 10 (sepuluh) desa 
wilayah kerja UPT Puskesmas Tana Lili.

Inovasi Kejar Stunting memiliki potensi untuk direplikasi di daerah lain, karena teknik
pemijatan bisa dilakukan oleh siapapun dengan pelatihan terlebih dahulu serta sarana yang
digunakan sangat mudah didapatkan.

SUMBER DAYA
Anggaran workshop pijat bayi kepada seluruh tenaga bidan bersumber dari Biaya
Operasional Kesehatan (BOK) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebesar
Rp.8.000.000,-

Sumber daya manusia yang digunakan adalah bidan puskesmas, bidan desa dan orangtua
bayi/keluarga

Metode yang digunakan adalah pijat bayi

Peralatan/maretial yaitu matras, handuk, minyak dan mainan

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menggerakkan dan mengoptimalkan sumber daya


yang ada, yaitu:

1. Manajemen puskesmas melaksanakan pelatihan dan workshop pijat bayi selama 2


hari, peserta yang dihadirkan adalah semua tenaga bidan;
2. Bidan yang telah mengikuti pelatihan melakukan pemijatan bayi dan mengajarkan
kepada ibu keterampilan pijat bayi tanpa pungutan biaya;
3. Lintas sektor di antaranya Camat, Danramil, Kapolsek, Kepala Desa, Babinsa, dan
Bhabinkamtibmas bekerjasama dalam hal penyampaian informasi dan memberikan
arahan kepada masyarakat, bahwa yang memiliki bayi agar berperan aktif dalam
pengembangan dan pemanfaatan pijat bayi;
4. Menerapkan pijat bayi dalam keluarga dan masyarakat;
5. Membentuk kelompok pijat bayi;
6. Bersedia mengikuti kegiatan pelaksanaan kelas pijat bayi;
7. Meyetujui segala pelaksanaan tindakan sesuai dengan prosedur dalam kegiatan pijat
bayi.

STRAETEGI KEBERLANJUTAN

1. Strategi Institusional :

 Peraturan Bupati Luwu Utara Nomor 56 Tahun 2021 tentang Peran Desa dan
Kelurahan Dalam Intervensi Pencegahan dan Penurunan Stunting Terintegrasi.
 Membuat Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Tana Lili Nomor 010 Tahun 2020
tentang Inovasi Program UPT Puskesmas Tana Lili terkait Penanggung Jawab Pijat
Bayi di Desa dan Puskesmas.

2. Strategi Sosial :

 Memasukkan kegiatan pijat bayi dalam kegiatan program kesehatan ibu dan anak
 Kerjasama dengan pemerintah kecamatan untuk mendapatkan dukungan kegiatan
pijat bayi
 Kerjasama dengan kader kesehatan dan dukun untuk bersama mengembangkan pijat
bayi

3. Strategi Manajerial
 Melakukan  workshop selama 2 hari untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
bidan  sebagai dasar untuk melakukan pemijatan
 Peserta  Workshop tenaga bidan desa dan puskesmas dan selanjutnya bidan
mengajarkan kepada orang tua bayi yang sudah dilakukan pemijatan pada bayinya

EVALUASI

Evaluasi Internal:

 Kepala Puskesmas setiap bulan melakukan lokakarya mini bulanan untuk monitoring
dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan inovasi Kejar Stunting dan melakukan
supervisi langsung ke masing-masing bidan desa;
 Bidan Koordinator (Bikor) meminta laporan implementasi inovasi Kejar Stunting
kepada bidan desa yang melakukan pijat bayi BBLR.

Evaluasi Eksternal:

 Kepala Dinas Kesehatan melalui Seksi Kesga Gizi melakukan evaluasi dalam bentuk
meminta laporan jumlah bayi kepada Bikor KIA Puskesmas yang lahir dengan BBLR
dan dilakukan pijat bayi;
 Kepala desa melakukan evaluasi kinerja bidan desa dan kader.

Metode pelaksanaan evaluasi inovasi kejar stunting dilakukan dengan monitoring dan evaluasi,
kunjungan ke posyandu dan memantau langsung pelaksaan kelas bayi BBLR yang dilanjutkan
pemantauan ke rumah.Indikator kinerjanya  berupa bayi yang lahir dengan BBLR dengan pijat, bisa
meningkatkan berat badan dan tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan atau
disebut stunting.

Hasil evaluasi kejar stunting berupa output dan Outcame

Output 

 Tahun 2020 : Sebanyak 26 Bayi BBLR. Setelah dilakukan pemijatan, 24 bayi


mengalami peningkatan berat badan
 Tahun 2021 : Sebanyak 18 Bayi BBLR. Setelah dilakukan pemijatan, 18 bayi
mengalami peningkatan berat badan

Outcome

 Dengan pijat bayi bisa meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan refleks isap
bayi  sehingga mempengaruhi produksi ASI ibu dan meminimalkan penggunaan susu
formula serta menambah kekebalan tubuh pada bayi.
Selama masa pandemi, pelayanan kejar stunting tetap dilaksanakan dengan tetap memperhatikan
penegakan disiplin protokol kesehatan. Bidan yang akan melaksanakan pemijatan dipastikan dalam
keadaan sehat dan telah mendapatkan vaksinasi covid19. Hal ini sangat penting untuk di perhatikan
mengingat bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai daya tahan tubuh yang rendah dan
sangat rentan terhadap penyakit.

PEMANGKU KEPENTINGAN

Bupati :

 Membuat Peraturan Bupati Tentang Peran Desa dan Kelurahan Dalam Intervensi
Pencegahan dan Penurunan Stunting Terintegrasi.

Kadis Kesehatan:

 Memberikan dukungan dan motivasi kepada bidan yang melakukan pemijatan

BPJS Kesehatan :

 Sebagai salah satu penyedia anggaran melalui program JKN dalam pelaksanaan kelas
pijat bayi

Forkopimcam:

 Terdiri dari Camat, Kapolsek dan Danramil. Membantu inovator untuk mengajak
warga yang memiliki bayi BBLR agar mengikuti kelas pijat bayi

Kepala Puskesmas:

 Membimbing dan melaksanakan supervisi terhadap kegiatan inovasi Kejar Stunting 


 Melaksanakan koordinasi dengan camat dan lintas sektor lainnya
 Mendukung kegiatan pelaksanaan inovasi Kejar Stunting dan selalu memantau
kegiatan pelaksanaan kelas pijat bayi

FAKTOR PENENTU

 Faktor penentu keberhasilan inovasi Kejar Stunting yaitu :

1. Kerjasama antara bidan dan orang tua sangat mendukung keberhasilan kegiatan pijat bayi

2. Kebijakan kepala puskesmas untuk tetap melaksanakan inovasi ini sebagai upaya untuk
penanganan stunting

Adapun kendala yang dihadapi pada tahun 2020 dan 2021 adalah adanya pandemi COVID-
19

Anda mungkin juga menyukai