NIM : 0104212039
a. Behaviorisme
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang diperkenalkan oleh John
B.Watson (1878 – 1958), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Di Amerika Serikat,
Witson dikenal sebagi Bapak Behaviorisme karena prinsip-prinsip pembelajaran barunya
berdasarkan teori Stimulus – Respons Bond.1
Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson, tujuan utama psikologi adalah membuat
prediksi dan pengendalian terhadap perilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan
kesadaran. Menurut teori ini yang dapat dikaji oleh psikologi adalah benda-benda atauhal-hal
yangdapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus), dan gerak balas (respons),
sedangkan hal-hal yang terjadi pada otak tidak berkaitan dengan kajian. Maka dalam proses
pembelajaran menurut Watson, tidak ada perbedaan antar manusia dan hewan.
Teori behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak pada diri seseorang yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang
berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Lingkungan yang buruk akan
menghasilkan manusia yang buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang
baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang benar-benar objektif.
Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, tentang semua peristilahan yang bersifat
subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat,tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi secara
subjektif.
1
Nur Jannah, “Teori Behaviorisme”, diakses dari :
https://www.kompasiana.com/nurjannah06/552b2e5af17e61947bd623ad/teori-behaviorisme, pada 13 September
2022 (11.34).
Oleh karena kesadaran tidak termasuk benda yang dikaji oleh behaviorisme, maka
psikologi ini telah menjadikan ilmu mengenai perilaku manusia menjadi sangat sederhana dan
mudah dikaji. Mengapa? Karena semua perilaku menurut behaviorisme, termasuk tindak balas
(respons) yang ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jadi, jika gerak balas telah
diamati dan diketahui, maka rangsangan dapat diprediksikan. Begitu juga jika rangsangan telah
diamati dan diketahui, maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Dengan demikian, setiap
perilaku itu dapat diprediksikan dan dikendalikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh
naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi semua perilaku dipelajari menurut
hubungan stimulus – respons.