Anda di halaman 1dari 2

Workshop Temukan Kriteria

1. PENETAPAN KEBIJAKAN K3
PT Taruna Karya telah menetapkan Kebijakan K3, kebijakan ditetapkan per tanggal 16
Nopember 2020 oleh Direktur. Kebijakan sudah menyebutkan komitmen dan tujuan utama
penerapan SMK3 yang berkaitan dengan mematuhi ketentuan perundang-undangan K3,
menghasilkan pekerjaan yang aman dengan melakukan pencegahan
cidera/kejadian/kecelakaan dan sakit akibat kerja, penyediaan informasi, petunjuk,
pelatihan, supervisi terkait sistem kerja yang aman dan melakukan perbaikan secara
berkelanjutan terhadap kinerja K3. PP 50 th 2012 pasal 7 ayat 1 bunyi pasal Penetapan
kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh
pengusaha. (KRITERIA 1.1.1) Terdapat kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal,
ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran
K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3.
Perlu diperhatikan untuk melalui proses konsultasi dengan pihak perwakilan pekerja
pada saat penyusunan kebijakan K3 . PP 50 th 2012 pasal 7 ayat 2 huruf c bunyi pasal
Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling sedikit
harus: c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh………………………………... Kebijakan disusun oleh pengusaha dan/atau pengurus setelah
melalui proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja.
Untuk memastikan semua orang yang bekerja di area kerja memahami kebijakan,
seharusnya dilakukan beberapa pendekatan sepertis induksi bagi karyawan baru atau sub-
kontraktor/supplier yang akan bekerja di area kegiatan dan kebijakan tersebut
dikomunikasikan melalui pemampangan di setiap area kerja yang strategis dan
disosialisasikan. (perusahaan tidak mencantumkan kebijakan komunikasi kepada seluruh
tenaa kerja. ……………………………………..
2. PERENCANAAN K3
Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko (IBPPR)
Kegiatan penerapan SMK3 juga diawali dengan menyusun identifikasi potensi bahaya,
penilaian dan pengendalian resiko dengan mengacu pada Prosedur Identifikasi Bahaya,
Penilaian dan Pengendalian Resiko No. SMK3-PRO-01. Di dalam prosedur sudah
menetapkan pada skala mana resiko dapat diterima (acceptable risk) seperti yang sudah
ditetapkan di dalam form, hasilnya dituangkan dalam form identifikasi bahaya dan penilaian
resiko No. SMK3-PRO-01-01 dan form pengelompokan bahaya No. SMK3-PRO-01-02.
………………………………….
Untuk perancangan dan perancangan ulang, perusahaan menggunakan Prosedur
Pengendalian perencanaan K3 No. SMK3-PRO-12 sebagai panduan teknis untuk pembuatan
IBPPR atau JSA yang akan digunakan sebagai perencanaannya……………………………………….
Meskipun demikian masih terdapat beberapa ketidaksesuaian dalam menyusun IBPPR
seperti penetapan pengendalian yang belum dilakukan untuk semua proses kerja.
………………………………………… IBPPR untuk penanganan secara manual dan mekanis,
terutama untuk B3 yang terdapat aktifitasnya pada perusahaan, sudah ditetapkan panduan
teknis untuk penerapannya yaitu instruksi kerja pengangkatan manual No. SMK3-IK-01 (dan
KEPMENAKER/187/1999).
…………………………………………………. Semua pekerja yang ditunjuk sebagai tim pembuatan
IBPPR tidak dapat dipastikan sudah mengikuti pelatihan manajemen resiko yang dilakukan
secara internal maupun eksternal terutama untuk pegawai yang ditunjuk sebagai pembuat
JSA di lingkungan proyek. (UU No 13 Tahun 2003 pasal 12 tentang ketenagakerjaan)
………………………………………… Dalam melakukan pengendalian resiko yang sudah
teridentifikasi pada form pengelompokan bahaya No. SMK3-PRO-01-02 dilakukan dengan
langkah pengendalian yang ditetapkan dengan berdasarkan 5 (lima) hirarki pengendalian
yang ada …………………………………….namun pada pengendalian sudah ditetapkan baru
diperuntukkan untuk aktifitas pekerjaan di kantor sedangkan pengendalian untuk aktifitas
pekerjaan di proyek belum ditetapkan, seperti pengendalian untuk aktifitas proses
pembuatan Direksi Kit dan pembuatan pembatas/pagar Kawasan Wisata (PP No 50 Tahun
2012).

Anda mungkin juga menyukai