Kel.1 - Laporan Praktikum Sifat Koligatif - Xii Mipa 4
Kel.1 - Laporan Praktikum Sifat Koligatif - Xii Mipa 4
XII MIPA 4
KELOMPOK 2:
Ahmad Farel Zidan Budiono (03)
Dewanti Ayu Sekarsari (12)
Dewi Faizatul Ulya (13)
Dyah Aura Devita Putri (14)
Falda Wahyuningtias (17)
Raya Aulia Haqiqi (27)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran KIMIA yang berjudul
LAPORAN PRAKTIKUM SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. Laporan ini dibuat untuk
mengetahui kenaikan titik didih dan penurunan titik beku melalui hasil praktikum yang telah
dilakukan. Melalui tugas ini diharapkan dapat memahami tentang sifat koligatif larutan
kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
Laporan praktikum yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan masukan untuk makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di alam bebas, saat ditemukan suatu zat yang murni, kebanyakan zat tersebut telah
tercampur dengan zat yang lain, baik dalam bentuk homogen atau heterogen. Salah satunya
yaitu dalam bentuk larutan. Larutan merupakan campuran dua zat atau lebih yang menyatu
menjadi homogen. Ada banyak hal yang menyebabkan larutan mempunyai sifat yang berbeda
dengan pelarutnya. Salah satu sifat terpenting dari larutan adalah sifat koligatif larutan. Sifat
koligatif larutan didefinisikan sebagai sifat fisik larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah
partikel dalam larutan dan tidak tergantung pada jenis partikelnya. Adanya zat pelarut di dalam
pelarut menyebabkan perubahan sifat fisik pelarut dan larutan tersebut. Sifat fisik yang
mengalami perubahan misalnya, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan
titikdidih, dan tekanan osmosis. Keempat sifat tersebut merupakan bagian dari sifat koligatif
larutan. Dari sini kita akan melakukan percobaan tentang kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku yang merupakan bagian dari sifat koligatif larutan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana menentukan kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan non
elektrolit dan elektrolit pada konsentrasi P dan T tertentu?
2. Bagaimana menentukan nilai Kb dan Kf berdasar data percobaan?
C. Tujuan Praktikum
Kegiatan praktikum ini bertujuan :
1. Menentukan kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan non elektrolit dan
elektrolit pada konsentrasi P dan T tertentu.
2. Menentukan nilai Kb dan Kf berdasar data percobaan
D. Manfaat Praktikum
Manfaat melakukan praktikum ini:
1. Pembaca dapat mengetahui cara menentukan kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku larutan non elektrolit dan elektrolit pada konsentrasi P dan T tertentu.
3. Pembaca dapat mengetahui cara enentukan nilai Kb dan Kf berdasar data percobaan.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
titik didih suatu zat cair tergantung pada tekanan luar. Yang dimaksud dengan titik didih adalah
titik didih normal, yaitu titik didih pada tekanan 76 cmHg. Titik didih normal air adalah 100°C.
Suatu pelarut jika ditambahkan zat terlarut, maka titik didihnya akan naik. Besarnya titik
didih sebanding dengan konsentrasi molal (m). Kenaikan titik didih yang disebabkan oleh 1
mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut mempunyai harga tetap dan disebut tetapan kenaikan
titik didih molal (Kb).
Kenaikan titik didih larutan (∆Tb = boiling point elevation) adalah selisih antara titik didih
larutan dengan titik didih pelarut.
A. ∆Tb = Tb larutan – Tb pelarut murni
9 1000
B. ∆Tb = Mr × × Kb atau ∆Tb = m ∙ Kb
p
Keterangan:
∆Tf : Penurunan titik beku (°C)
m : molalitas larutan (molal)
Kf : tetapan penurunan titik beku molal (°C)
g : massa zat terlarut (gr)
Mr : massa molekul negatif zat terlarut
P : massa zat pelarut (gr)
6
D. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Sifat koligatif larutan ditentukan oleh jumlah partikel (ion, molekul) dalam larutan. Oleh
karena itu, untuk konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan
sifat koligatif larutan non-elektrolit. Hal ini dikarenakan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit akan lebih banyak karena adanya proses ionisasi zat terlarut.
Zat elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan partikel-
partikel di dalam larutan. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada satu mol larutan elektrolit
lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Misalnya, larutan nonelektrolit C6H12O6, jika
dimasukkan ke dalam air menghasilkan 1 mol partikel, sehingga larutan C6H12O6 1 M akan
membeku pada suhu 1,86 °C di bawah titik beku air murni.
Sedangkan 1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1 mol Na+ dan
1 mol Cl–. Larutan NaCl 1 M sebenarnya mengandung 1 mol partikel per 1.000 gram air, jadi
secara teoretis akan menurunkan titik beku 2 × 1,86 °C = 3,72 °C.
Banyaknya ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat ionisasinya (α).
Larutan elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar daripada larutan elektrolit
lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit kuat dan mendekati nol untuk larutan
elektrolit lemah.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa: “untuk konsentrasi yang sama, larutan elektrolit
memiliki sifat koligatif larutan yang lebih besar dibandingkan larutan non elektrolit”.
Untuk menghitung nilai sifat-sifat koligatif larutan elektrolit, persamaan-persamaan yang
diberikan sebelumnya untuk larutan non-elektrolit dapat digunakan dengan menambahkan
faktor i, seperti diusulkan van’t Hoff (1880). Nilai faktor van’t Hoff merupakan perbandingan
7
antara efek koligatif larutan elektrolit dengan larutan non-elektrolit pada konsentrasi yang
sama. Derajat ionisasi dirumuskan sebagai berikut :
i = 1+ (n-1) α
dimana,
i = jumlah partikel yang diukur / jumlah partikel yang diperkirakan
α = jumlah molekul zat yang terurai / jumlah molekul mula-mula yang sama.
8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
B. Tabel Kegunaan
No. Gambar Nama Alat Kegunaan
1. Spiritus Sebagai pelarut dan bahan bakar
untuk pembakar alkohol
9
4. Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan
atau zat cair dengan cepat
C. Langkah Kerja
1. Meyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan .
2. Menyiapkan 50 mL aquades , larutan sukrosa 0.5M dan (?)M ; . dan larutan NaCl 1M
dan 2M ; pada masing - masing beker glass
3. Memanaskan larutan di atas pembakar bunzen .
4. Mengamati proses pemanasan larutan hingga mendidih yang ditunjukkan dengan suhu
konstan .
5. Mencatat titik didih yang ditunjukkan oleh thermometer pada masing masing larutan
dengan konsentrasi sama .
6. Membandingkan titik didih antara perbedaan konsentrasi larutan NaCl , titik didih
antara perbedaan konsentrasi larutan sukrosa , dan membandingkan perbedaan titik
didih antara larutan sukrosa , larutan NaCl , dan air murni .
10
BAB IV
A. Hasil Praktikum
Tabel Hasil Perhitungan Kenaikan Titik Didih ( ∆Tb )
No. Suhu °C
Aquades Sukrosa NaCl
1,5 ml 0,5 ml 1 ml 2 ml
1. 99 98 99 99 101
No. Suhu °C
Aquades Sukrosa NaCl
1,5 ml 0,5 ml 1 ml 2 ml
1. 0 0,4 -1 -5 -10
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan sifat koligatif larutan, didapatkan data-data ∆Tb dan ∆Tf
setiap larutan. Untuk hasil pengamatan ∆Tf, ditemukan hasil sebagai berikut :
1. Pada sukrosa 1,5 m ditemukan titik beku sebesar -4°C, dengan ∆Tf berdasarkan
praktikum 0,4°C, dan ∆Tf berdasarkan teori sebesar 0,028°C.
2. Pada sukrosa 0,5 m ditemukan titik beku sebesar -1°C, dengan ∆Tf berdasarkan
praktikum 1°C, dan ∆Tf berdasarkan teori sebesar -0,48°C.
11
3. Pada NaCl 1 m ditemukan titik beku sebesar -5°C, dengan ∆Tf berdasarkan praktikum
5°C, dan ∆Tf berdasarkan teori sebesar 4,48°C.
4. Pada NaCl 2 m ditemukan titik beku sebesar -10°C, dengan ∆Tf berdasarkan
praktikum 8°C, dan ∆Tb berdasarkan teori sebesar 9,48°C.
Sedangkan pada hasil pengamatan ∆Tb, ditemukan data sebagai berikut :
1. Pada sukrosa 1,5 m ditemukan titik didih sebesar 98°C, dengan ∆Tb berdasarkan
praktikum -1°C, dan ∆Tb berdasarkan teori sebesar 50,96°C.
2. Pada sukrosa 0,5 m ditemukan titik didih sebesar 99°C, dengan ∆Tb berdasarkan
praktikum 0°C, dan ∆Tb berdasarkan teori sebesar 51,48°C.
3. Pada NaCl 1 m ditemukan titik didih sebesar 99°C, dengan ∆Tb berdasarkan
praktikum 0°C, dan ∆Tb berdasarkan teori sebesar 51,48°C.
4. Pada NaCl 2 m ditemukan titik didih sebesar 101°C, dengan ∆Tb berdasarkan
praktikum 2°C, dan ∆Tb berdasarkan teori sebesar 52,52°C.
Faktor kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan sifat koligatif larutan adalah kurang
bersihnya alat yang digunakan sehingga dapat mempengaruhi reaksi yang terjadi, kurang
telitinya praktikan dalam mengamati perubahan yang terjadi, kesalahan pembacaan
termometer, dan pengamatan yang dilakukan secara tidak menyeluruh pada penurunan titik
beku maupun titik didih sehingga larutan sebenarnya belum mencapai titik beku atau titik
didihnya.
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa jenis za
tantara garam dan sukrosa berpengaruh dalam kenaikan titik didih dan titik bekunya, selain
itu dipengaruhi oleh tingkat keelektrolitan suatu larutan.
Berdasarkan rumusan masalah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Menentukan kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan non elektrolit
dan elektrolit pada konsentrasi P dan T tertentu dapat dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
9 1000
∆Tb = Mr × × Kb atau ∆Tb = m ∙ Kb
p
9 1000
∆Tf = Mr × × Kf atau ∆Tf = Kf ∙ m
p
Menentukan nilai ∆Tb dan ∆Tf berdasar data percobaan dapat dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
∆Tb = Tb larutan – Tb pelarut murni
∆Tf = Tf pelarut murni – Tb larutan.
B. Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikan lebih terampil dalam penggunaan
alat, terutama dalam pembacaan dan cara memegang termometer. Pada saat praktikum sifat
koligatif selanjutnya dapat digunakan statif sebagai alat yang dikontrol untuk peletakan
termometer, agar nilai yang diperoleh lebih valid.
13
LAMPIRAN
14