Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan : Aspek PPN atas Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan di KEK

Contoh Kasus :
Suatu perusahaan memiliki tanah atau bangunan yang berlokasi di wilayah KEK (Kawasan
Ekonomi Khusus) bermaksud menjual tanah atau bangunan tersebut kepada pembeli dari
luar KEK.
Pertanyaan :
1. Apakah transaksi tersebut tidak dipungut PPN?
2. Jika tidak dipungut PPN bagaimana teknis penerbitan faktur dan PJKEK?
3. Bagaimana cara pemanfaatan PPN atas pemasukan barang ke KEK?
Penjelasan umum

KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi dengan manfaat perekonomian tertentu.Tujuan utama pengembangan KEK adalah
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan peningkatan
daya saing bangsa.

KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan
geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan
ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.  Pada saat ini,
Indonesia telah memiliki 19 wilayah Kawasan Ekonomi Khusus, dimana 12 wilayah KEK telah
beroprasi dan 7 wilayah KEK masih dalam tahap pembangunan.
Pembahasan:
Berdasarkan PMK 237/PMK.010/2020

 Aspek PPN atas Pengalihan Tanah dan/atau Bangunan di KEK


Tanah atau bangunan merupakan unsur dari barang modal yang berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha serta pembangunan / pengembangan di wilayah KEK.Penyerahan
Barang Kena Pajak tertentu antar Badan Usaha, Pelaku usaha, atau antar Badan Usaha
dengan Pelaku Usaha di KEK yang sama atau KEK lainnya yang telah memiliki perizinan
berusaha di KEK, selama barang modal tidak berpindah keluar wilayah KEK atau sebaliknya,
maka pengusaha tidak dipungut PPN atas penjualan tanah dan/atau bangunan tersebut.
(dikutip dari pasal 22 , Pasal 23 dan Pasal 29)

Penyerahan barang atau jasa kena pajak yang dilakukan oleh pelaku usaha kepada
pembeli / penerima jasa yang berkedudukan di TLDDP (Tempat Lain Dalam Daerah Pabean)
akan dikenakan PPN sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, kecuali jika
penyerahan barang/jasa dilakukan kepada pihak yang mendapatkan fasilitas dan
kemudahan atas PPN, maka pelaku usaha tidak dikenakan PPN. (dikutip dari pasal 24)
 Teknis Penerbitan Faktur Pajak dan PJKEK
Pelaku usaha yang sudah berstatus PKP (Pengusaha Kena Pajak) wajib membuat Faktur
Pajak setiap melakukan penyerahan Barang Kena Pajak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. (dikutip dari pasal 25)
Perolehaan barang atau jasa kena pajak oleh pelaku usaha dari TLDDP, harus membuat
dokumen kepabeaan berupa PPKEK atas setiap perolehan barang kena pajak dan wajib
membuat PJKEK atas perolehan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak
PPKEK dan atau PJKEK menjadi dasar bagi pengusaha kena pajak yang menyerahkan barang
kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak ke KEK dari TLDDP.
BKP/JKP yang tercantum pada PPKEK/PJKEK yang telah diterbitkan faktur pajak harus
dengan ketentuan berikut :
1. BKP tidak dimasukkan ke KEK
2. Bukan merupakan BKP tertentu selain dalam Pasal 23 ayat 1
3. Bukan merupakan JKP tertentu selain dalam Pasal 23 ayat 2
BKP tidak dimasukkan ke KEK apabila pemasukan BKP tidak terdata pada gate-in SINSW
yang terintegrasi antara DJP dan DJBC dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak faktur
pajak terbit. Jika dalam jangka waktu tidak dapat terpenuhi, Badan usaha atau pelaku usaha
wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada DJP sebelum 30 hari terlewati.
Pemberitahuan hanya dapat disampaikan satu kali dengan alasan yang jelas dan membuat
rencana tanggal kedatangan barang paling lama 15 hari sejak berakhirnya jangka waktu. Dan
disampaikan melalui SINSW
Barang kena pajak dan atau jasa kena pajak berasal dari TLDDP, Kawasan bebas dan atau
TPB,pelaku usaha wajib melunasi PPN dan pajak penjualan atas barang mewah yang pada
saat perolehannya tidak dipungut. PPN dihitung berdasarkan harga jual atau pergantian saat
penyerahan barang kena pajak dari KEK ke TLDDP, pelunasan PPN harus menggunakan SSP
(Surat Setoran Pajak) yang dilengkapi dengan mencantumkan kode akun 411211 (pajak
pertambahan nilai dalam negri) dan kode jenis setoran 121 (pembayaran PPN yang semula
mendapatkan Fasilitas) dan dilunasi paling lambat pada saat penyerahan jasa kena pajak.
Pajak pertambahan nilai yang dilunasi dapat diperhitungkan sebagai Pajak Pertambahan
Nilai disetor dimuka dalam masa pajak yang sama. (dikutip dari pasal 30 dan pasal 32)
Pengusaha kena pajak yang berkedudukan di TLDDP,TPB,dan KEK lainnya yang
menyerahkan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak kepada badan usaha atau pelaku
usaha wajib membuat faktur pajak dengan keterangan kode transaksi 07 sepanjang
pengusaha kena pajak TLDDP tersebut menerima PPKEK dan faktur pajak harus diberikan
cap atau keterangan “PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TIDAK DIPUNGUT SESUAI DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH no 12 tahun 2020.” (dikutip dari pasal 34)
Badan Usaha atau Pelaku Usaha yang tidak melunasi PPN atau tidak membatalkan
PPKEK, tidak dapat membuat PPKEK untuk transaksi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai