Anda di halaman 1dari 13

KERAKTER KEJUJURAN DI DALAM

GEREJA MASA KINI

Mata kuliah : Dogmatika Eklesiologi

Dosen Pengampu : Dr. Setinawati., M. Th


Yola Pradita., M.Th
Nama Kelompok 7 : Fetris Phasa Rivaldoi. T (2002120879)
Lawina Ngapi (2002120875)
Hendri Prianto (20021208
Semester /Kelas : V/A
Prodi : Teologi
Jurusan : Ilmu Keagamaan Sosial
Fakultas : FISIKK

FAKULTAS ILMU SOSIAL KEAGAMAAN KRISTEN


INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI PALANGKARAYA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kekhadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah
memberikan beragam hikmatnya bagi kita semua sebagai mahluk ciptaannya. Sehingga sampai
hari ini kami masih dimampukan dan diberikan kelancaran dalam menyusun makalah ini.
Didalam makalah ini kami akan menguraikan beberapa hal mengenai “Kerakter Kejujuran di
Dalam Gereja Masa Kini”

Secara pribadi kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada dosen
pengampu mata kuliah Dogmatika Eklesiologi yaitu ibu Dr. Setinawati., M. Thdan ibuYola
Pradita., M.Th yang sudah mempercayai kami dari kelompok VII ambil bagian dalam
pembahasan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masihjauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami sangat megharapkan kritik dan saran yang sangat membangun dari Bapak/Ibu dosen dan
teman-teman semuanya demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menambah pengatahuan bagi para pembacanya.

PalangkaRaya, Senin 21 November 2022


Penyusun :
Kelompok VII

i
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMABAHASAN
A. Pengertian kejujuran..............................................................................3
B. Kejujuran dan hati nurani dalam mandat Alkitabiah ...........................4
C. Kejujuran dalam gereja ........................................................................4
D. Kejujuran dengan diri sendiri ...............................................................5
E. Kejujuran dalam kepemimpinan ..........................................................5
F. Kejujuran dalam pelayanan di Gereja...................................................6
1. Gereja dalam persekutuan................................................................6
2. Gereja dalam pelayanan...................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................8
B. Refleksi Teologis .................................................................................9
C. Daftar Pustaka.......................................................................................10

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa kehidupan manusia dari zaman dulu hingga saat ini
sudah terlihat sangat jelas bahwa gambaran mengenai kejujuran itu sendiri sudah ada
sejak lama ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Ketidakjujuran itu sendiri sudah melekat
di dalam diri manusia mulai dari masa itu hingga saat ini yang selalu turun-temurun
menjadi sebuah kerakter yang tertanam didalam diri manusia.
Kita hidup di zaman sekarang ini ada banyak orang yang kurang memperdulikan
nilai-nilai dari kejujuran dan moral. Hati nurani orang-orang tidak peka lagi terhadap apa
yang benar dan apa yang salah. Mungkin juga hati nuraninya masih peka, tetapi situasi
lingkungan mendesaknya untuk tidak melakukan apa yang benar menurut Firman
Tuhan.Sesungguhnya Allah menghendaki supaya hidup orang-orang Kristen berbeda
secara kualitas daripada hidup masyarakat umum. Orang-orang Kristen hendaknya
menjadi garam dan terang ditengah-tengah kegelapannya dunia ini.
Maka dari itu kami dari kelompok VII ingin mengingatkan kembali bahwa
pendidikan kerakter ini perlu di tanamkan sejak dini. Karena kejujuran ini bukan saja
masalah pada dunia sekunder seperti yang kita ketahui didalam lingkungan gereja, akan
tetapi hal ini juga sangat berpengaruh diluar dari kehidupan kita sebagai umat beragama.
Harapan nya gereja tidak menutup mata akan hal ini, karena sesungguhnya ini adalah
salah satu tugas dan panggilan gereja yang menjadi tempat membantuk dan
menumbuhkan nilai-nilai kerakter kristiani yang baik bagi para jemaatnya.
Salah satu kerakter kejujuran yang perlu kita perhatikan ialah oknum yang ada di
dalam gereja itu sendiri, hal ini dapat dilakukan oleh jemaat maupun pemimpin jemaat
misalnya dalam pengelolaan keuangan yang tidak transparan, ketidakjujuran dalam
memeberi persembaan, ketidakjujuran dalam pelayanan dan masih banyak ketidakjujuran
yang terjadi didalam gereja pada umumnya. Dalam makalah ini yang menjadi pokus
kelompok yaitu tentang kerakter kejujuran didalam Gereja. Disini kami akan membahas
bagaimana kejujuran dalam gereja dan bagiamana kejujuran seorang pemimpinan gereja
itu sendiri.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan kejujuran?
2. Apa makna kejujuran itu sendiri dalam Alkitabiah?
3. Bagaimana gereja melihat kejujuran itu?
4. Apa itu kejujuran dengan diri sendiri?
5. Bagaimana kejujuran dalam kepemimpinan?
6. Bagaimana kejujuran dalam pelayanan di gereja?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kejujuran.
2. Menjelaskan makna kejujuran dalam Alkitabiah.
3. Menenrangkan bagaimana kejujuran dalam gereja.
4. Menjelaskan apa itu kejujuran dengan diri sendiri.
5. Melihat kejujuran dalam kepemimpinan.
6. Menjelaskan kejujuran dalam pelayanan di gereja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengrtian kejujuran
Kejujuranadalah kunci dari kesuksesan manusia menghadapi dunia. Kejujuran akan
membawa dampak positif bagi kehidupan. Oleh karena itu, jujurlah untuk
mengungkapkan apa adanya tanpa harus menutupinya dengan alasan apa pun itu,
termasuk alasan dan ketakutan akan rasa malu karena harus menanggung risiko dari
kejujuran. Terkadang, kejujuran mengandung risiko ketika kita harus menerima
kenyataan pahit yang harus ditanggung oleh kita yang berkata jujur. Namun, bukan
berarti setiap kejujuran itu harus dibayar dengan harga yang pahit. Sebab, banyak orang
dimuliakan dan terhormat karena kejujurannya. Karena didalam kejujuran itu sendiri
terdapat sebuah kebenaran yang bisa membebaskan dan menguntungkan untuk kita
maupun pihak lain.

B. Kejujuran Di Dalam Alkitabiah


Dalam Alkitab, Tuhan telah menetapkan dengan sangat jelas, bahwa berdusta,
menipu, dan mencuri itu salah (Kel. 20:15-16; Im. 19:11-13). Tuhan mengulangi
ketetapan-Nya ini sepanjang sejarah. Tuhan menghukum mati Akhan yang tidak jujur
(Yosua 7:11), Tuhan juga menghukum mati Ananias dan Safira yang berbohong. Siapa
saja yang tidak jujur melawan Tuhan karena hal itu melanggar ketetapanNya.
Kejujuran tidak akan menipu. Paulus memperingatkan, yang mencuri, yang
kikir/serakah, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah
(1Kor. 6:10). Kejujuran tidak mendapatkan sesuatu dengan cara curang atau mengelabui
orang. Kejujuran itu benar karena Tuhan itu jujur. Kebenaran bukan sesuatu yang
dilakukan Tuhan, bukan juga sesuatu yang dimiliki-Nya; ini adalah bagian dari apa diri-
Nya. Dia adalah Allah yang tidak akan mungkin berdusta (Titus 1:2). Kalau Tuhan
mengucapkan janji Alkitab mengatakan, kita boleh mengandalkannya.

3
Jujur didefinisikan sebagai berikut di dalam Alkitab:
(1) Hati yang lurus; tidak berbohong atau berkata apa adanya.
(2) Tidak curang atau mengikuti aturan yang berlaku.
(3) Tulus iklas; tidak munafik atau bermuka dua.
Jadi, jujur adalah sikap moral yang sejati, yang berasal dari hati yang bersih, lalu
diterjemahkan ke dalam tutur kata dan perbuatan. Kejujuran tidak datang dari luar,
melainkan datang dari dalam diri manusia ketika seseorang mengakui kebenaran Allah.

C. Kejujuran Dalam Gereja


1. Kejujuran dalam hubungan berjemaat
Jemaat gereja dibentuk dari individudan merekalah sebab bukan soal program gereja
yang dilihat namun kualitas jemaatnya setelah keluar dari situ. Dan jemaat itu sendiri
bukanlah orang yang terisolasi satu dengan yang lain, melainkan orangyang
berhubungan erat satu dengan yang lain. Bila hubungan tersebut kurang ataupun sama
sekali tak ada, maka keadaan itu akan memecah suatu jemaat gereja, meretakkan
persahabatan dan merusak kesaksian Kristen gereja di masyarakat. Kebanyakan dari
persoalan gereja adalah akibat dari kerusakan hubungan dan rohani, dan seringkali
kerusakan itu terjadi karena ketidakjujuran.
2. Kejujuran dalam berkomunikasi
Hubungan antara manusia selalu gagal tanpa adanya komunikasi. Satu cara untuk
mengukur apakah ada komunikasi yang berarti adalah dengan memperhatikan jika
orang tersebut sering saling menceritakan perasaan dan pikiran mereka yang benar
dalam. Suatu hubungan di antara dua orang yang semakin lama menjadi semakin
lemah ditandai oleh pernyataan seperti. Kita hampir tidak pernah berbicara bersama-
sama lagi, atau kita sesungguhnya tidak saling berbagi perasaan dan pengalaman
seperti dulu yang pernah kita lakukan melalui hubungan yang erat menuntut adanya
komunikasi, yaitu komunikasi yang efektif, jujur dan bersifat saling mendukung.
3. Hubungan istimewa dalam Gereja
Struktur gereja menempatkan tuntutan-tuntutan yang istimewa pada hubungan-
hubungan tertentu. Kebanyakan pendeta perlu menjadi orang yang serba tahu dan
serba berkuasa untuk memenuhi harapan kebanyakan anggota gereja. Dan pemimpin

4
gereja, seperti para penatua, diakon dan pengajar menghadapi tuntutan mengenai
hubungan baik dari staf gereja maupun dari jemaat. Para pendeta tidak berbeda dari
kita semua dalam kebutuhan dan keinginan mereka yang terdapat dalam hubungan
pribadi dengan teman-teman khusus dll. Mereka mempunyai ukuran mengenai jumlah
dari hubungan yang kuat dan erat yang dapat mereka pelihara, namun mereka dipaksa
masuk ke dalam sejumlah besar situasi yang meminta hubungan yang erat dan
komunikasi di setiap tingkatan.

D. Kejujuran Dengan Diri Sendiri


1. Menipu diri sendiri
Sering kali kita secara tidak sadar menipu orang lain, membohongi orang lain.Namun
tidak jarang juga kitamenjadi ahli dalam menipu diri kita sendiri. Kita berbantah
dengan diri kita sendiri, berdusta kepada diri kita sendiri, menolak mempercayai
kebenaran tentang diri kita sendiri dan pada umumnya melindungi diri kita sendiri
terhadap segala sesuatu yang dapat mengganggu dan mengacaukan dunia pribadi kita.
2. Kejujuran dengan Allah
Allah mempunyai maksud yang jelas bagi kita masing-masing dan ingin agar kita
semua mengikuti rencana-Nya bagi kita. Namun, kita begitu asyik pada tujuan dan
rencanakita sendiri sehingga kita tidak memberi respons kepada Dia secara jujur.
3. Citra diri
Citra diri adalah melihat diri kita sendiri sebagaimana Allah melihat kita, sebab Dia
telah mengetahui pikiran didalam hati kita serta tindakan kita pada masa lalu. Tetapi
ingatlah bahwa Allah memandang kita dengan kasih melalui salib Yesus Kristus.
4. Evaluasi diri
Secara realistik, kita harus menyadari bahwa kita memiliki keterbatasan maupun
bakat dan karunia dari Roh Kudus. Kita perlu melihat secara obyektif kedalam cermin
pengalaman dan nasihat untuk memahami kelemahan kita maupun kekuatan kita.
Evaluasi diri sendiri mungkin sulit dan bersifat mengelak, tetapi hal ini dapat
membantu kita menjadi jujur tentang semua kekuatan, kemampuan, kelemahan dan
bakat serta karunia kita dari Roh Kudus.

5
E. Kejujuran Dalam Kepemimpinan
Seorang pemimpin dalam gereja tetunya mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap gereja dan juga jemaatnya. Seorang pemimpin tentunya harus memiliki
kepribadian yang baik, contohnya seperti jujur, profesional, mengikuti aturan, ddl.
Dewasa ini, pemimpin gereja tidak lagi berfokus hanya untuk kepemimpinan
sebagai gembala. Banyak pemimpin gembala sekarang yang mulai goyah, mulai dari
perilaku yang tidak baik seperti kegiatan-kegiatan yang terkesan memaksa, masuknya
intervensi orang-orang tertentu yang sangat kuat mempengaruhi keputusan gembala
tersebut. Jujur dalam berpegang teguh pada firman Tuhan adalah identitas pemimpin
gereja. Karakter kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin gereja akan membuatnya
lebih tegas dalam kepemimpinannya karena bertindak atas dasar Firman Tuhan yang
kuat.
Masalah kepemimpinan yang tidak lagi mencerminkan identitasnya sebagai
pemimpin gembala yang semestinya harus menjalankan mandat Firman Tuhan tak pelak
menimbulkan permasalahan di tengah jemaat. Sangat penting mengenai integritas
seorang pemimpin. Pemimpin jemaat bukanlah kepemimpinan yang pura-pura.
Jadi, hendaknya dalam memimpin jemaat dan gereja, pemimpin jemaat harus
mempunyai ketegasan dalam menjalankan setiap program kerja yang ada, serta hal utama
yang harus diperhatikan yaitu menteladani Firman Allah dan menanamkan rasa kejujuran
dalam setiap perbuatannya, agar tidak menimbulkan kecurigaan dan juga konflik
ditengah jemaatnya.

F. Kejujuran Dalam Pelayanan di Gereja


Gereja adalah lembaga, persekutuan dan umat Allah di dunia ini untuk melayani:
melayani Allah dan melavani manusia. Karena itu dalam karangan ini kita juga harus
berkata-kata tentang pelavanan Gereja. Tanpa pelayanan, Gereja bukanlah Gereja.
Pelayanan Gereja adalah pelayanan kembar: pelayanan kepada Allah dan
pelayanan kepada manusia. Kedua pelayanan ini erat berhubungan. Keduanya meru-
pakan dua muka dari mata uang yang sama. Melayani Allah berarti melakukan kehendak
Allah dan melakukan kehendak Allah berarti berada di dunia untuk manusia. Melayani

6
manusia berarti melakukan apa yang ia butuhkan dan melakukan apa yang ia butuhkan
berarti melakukan apa yang Allah kehendaki.
Melakukan perintah Allah ini dalam kita melayani sesama kita manusia harus
dilandaskan dengan kejujuran, artinya dalam pelayanan kita harus benar-benar
menyerahkan diri kita seluruhnya untuk Tuhan pakai, bukan untuk mencari pujian atau
bahkan ada tujuan lain. Artinya dalam praktik pelayanan, kita memperjuangkan agar
manusia dapat terus hidup di dunia ini dalam perdamaian, dalam keadilan (seperti
apa yang Allah inginkan atas hidup kita, yaitu sebagai pembawa berkat bagi sesama).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kejujuran adalah kunci dari kesuksesan manusia menghadapi dunia. Kejujuran
akan membawa dampak positif bagi kehidupan. Karena didalam kejujuran itu
sendiri terdapat sebuah kebenaran yang bisa membebaskan dan menguntungkan
untuk kita maupun pihak lain.
2. Dalam Alkitab, Tuhan telah menetapkan dengan sangat jelas, bahwa berdusta,
menipu, dan mencuri itu salah (Kel. 20:15-16; Im. 19:11-13). Kejujuran tidak
akan menipu. Paulus memperingatkan, yang mencuri, yang kikir/serakah,
pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah (1Kor.
6:10). Kejujuran tidak datang dari luar, melainkan datang dari dalam diri manusia
ketika seseorang mengakui kebenaran Allah.
3. Kejujuran dalam gereja meliputi: kejujuran dalam hubungan jemaat, kejujuran
dalam berkomunikasi, hubungan istimewa dalam gereja.
4. Kejujuran dengan diri sendiri meliputi: tidak menipu diri sendiri, kejujuran
dengan Allah, citra diri, dan evaluasi diri.
5. Seorang pemimpin dalam gereja tetunya mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap gereja dan juga jemaatnya. Dalam memimpin jemaat dan gereja,
pemimpin jemaat harus mempunyai ketegasan dalam menjalankan setiap program
kerja yang ada, serta hal utama yang harus diperhatikan yaitu menteladani Firman

7
Allah dan menanamkan rasa kejujuran dalam setiap perbuatannya, agar tidak
menimbulkan kecurigaan dan juga konflik ditengah jemaatnya.
6. Melakukan perintah Allah ini dalam kita melayani sesama kita manusia harus
dilandaskan dengan kejujuran, artinya dalam pelayanan kita harus benar-benar
menyerahkan diri kita seluruhnya untuk Tuhan pakai, bukan untuk mencari pujian
atau bahkan ada tujuan lain.

B. Refleksi Teologis
Kejujuran merupakan landasan terpenting di dalam kehidupan manusia. Tanpa
adanya kejujuran, kehidupan kita akan menjadi buruk. Tidak jujur artinya berdusta.
Sekali kita berdusta, tentunya akan berdusta terus menerus untuk menutupi dusta yang
telah kita perbuat.
Bagaimana jadinya jika di dalam sebuah gereja tidak ada yang namanya kejujuran,
baik itu dalam segi diri jemaatnya, pelayanan, bahkan pemimpin gerejanya? Tentunya
banyak hal buruk yang akan terjadi, terutama kehancuran dalam jemaat dan juga
kerusakan moral rohani jemaatnya.
Oleh sebab itu, seperti yang dikatakan dalam Amsal 11:3 “Orang yang jujur dipimpin
oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” Biarlah kejujuran
dalam diri kita anak-anak Allah yang menuntun kita memberikan yang terbaik melalui
ketulusan kita dalam berjemaat, melayani, bahkan juga dalam memimpin jemaat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Whine Jerry, 2000 “Kejujuran, Moral Dan Hati Nurani” Jakarta : BPK. Gunung Mulia.

Abineno J.L,2003, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, Jakarta : BPK. Gunung Mulia

Anda mungkin juga menyukai