Secara pribadi kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada dosen
pengampu mata kuliah Dogmatika Eklesiologi yaitu ibu Dr. Setinawati., M. Thdan ibuYola
Pradita., M.Th yang sudah mempercayai kami dari kelompok VII ambil bagian dalam
pembahasan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masihjauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami sangat megharapkan kritik dan saran yang sangat membangun dari Bapak/Ibu dosen dan
teman-teman semuanya demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menambah pengatahuan bagi para pembacanya.
i
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMABAHASAN
A. Pengertian kejujuran..............................................................................3
B. Kejujuran dan hati nurani dalam mandat Alkitabiah ...........................4
C. Kejujuran dalam gereja ........................................................................4
D. Kejujuran dengan diri sendiri ...............................................................5
E. Kejujuran dalam kepemimpinan ..........................................................5
F. Kejujuran dalam pelayanan di Gereja...................................................6
1. Gereja dalam persekutuan................................................................6
2. Gereja dalam pelayanan...................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................8
B. Refleksi Teologis .................................................................................9
C. Daftar Pustaka.......................................................................................10
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa kehidupan manusia dari zaman dulu hingga saat ini
sudah terlihat sangat jelas bahwa gambaran mengenai kejujuran itu sendiri sudah ada
sejak lama ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Ketidakjujuran itu sendiri sudah melekat
di dalam diri manusia mulai dari masa itu hingga saat ini yang selalu turun-temurun
menjadi sebuah kerakter yang tertanam didalam diri manusia.
Kita hidup di zaman sekarang ini ada banyak orang yang kurang memperdulikan
nilai-nilai dari kejujuran dan moral. Hati nurani orang-orang tidak peka lagi terhadap apa
yang benar dan apa yang salah. Mungkin juga hati nuraninya masih peka, tetapi situasi
lingkungan mendesaknya untuk tidak melakukan apa yang benar menurut Firman
Tuhan.Sesungguhnya Allah menghendaki supaya hidup orang-orang Kristen berbeda
secara kualitas daripada hidup masyarakat umum. Orang-orang Kristen hendaknya
menjadi garam dan terang ditengah-tengah kegelapannya dunia ini.
Maka dari itu kami dari kelompok VII ingin mengingatkan kembali bahwa
pendidikan kerakter ini perlu di tanamkan sejak dini. Karena kejujuran ini bukan saja
masalah pada dunia sekunder seperti yang kita ketahui didalam lingkungan gereja, akan
tetapi hal ini juga sangat berpengaruh diluar dari kehidupan kita sebagai umat beragama.
Harapan nya gereja tidak menutup mata akan hal ini, karena sesungguhnya ini adalah
salah satu tugas dan panggilan gereja yang menjadi tempat membantuk dan
menumbuhkan nilai-nilai kerakter kristiani yang baik bagi para jemaatnya.
Salah satu kerakter kejujuran yang perlu kita perhatikan ialah oknum yang ada di
dalam gereja itu sendiri, hal ini dapat dilakukan oleh jemaat maupun pemimpin jemaat
misalnya dalam pengelolaan keuangan yang tidak transparan, ketidakjujuran dalam
memeberi persembaan, ketidakjujuran dalam pelayanan dan masih banyak ketidakjujuran
yang terjadi didalam gereja pada umumnya. Dalam makalah ini yang menjadi pokus
kelompok yaitu tentang kerakter kejujuran didalam Gereja. Disini kami akan membahas
bagaimana kejujuran dalam gereja dan bagiamana kejujuran seorang pemimpinan gereja
itu sendiri.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan kejujuran?
2. Apa makna kejujuran itu sendiri dalam Alkitabiah?
3. Bagaimana gereja melihat kejujuran itu?
4. Apa itu kejujuran dengan diri sendiri?
5. Bagaimana kejujuran dalam kepemimpinan?
6. Bagaimana kejujuran dalam pelayanan di gereja?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kejujuran.
2. Menjelaskan makna kejujuran dalam Alkitabiah.
3. Menenrangkan bagaimana kejujuran dalam gereja.
4. Menjelaskan apa itu kejujuran dengan diri sendiri.
5. Melihat kejujuran dalam kepemimpinan.
6. Menjelaskan kejujuran dalam pelayanan di gereja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengrtian kejujuran
Kejujuranadalah kunci dari kesuksesan manusia menghadapi dunia. Kejujuran akan
membawa dampak positif bagi kehidupan. Oleh karena itu, jujurlah untuk
mengungkapkan apa adanya tanpa harus menutupinya dengan alasan apa pun itu,
termasuk alasan dan ketakutan akan rasa malu karena harus menanggung risiko dari
kejujuran. Terkadang, kejujuran mengandung risiko ketika kita harus menerima
kenyataan pahit yang harus ditanggung oleh kita yang berkata jujur. Namun, bukan
berarti setiap kejujuran itu harus dibayar dengan harga yang pahit. Sebab, banyak orang
dimuliakan dan terhormat karena kejujurannya. Karena didalam kejujuran itu sendiri
terdapat sebuah kebenaran yang bisa membebaskan dan menguntungkan untuk kita
maupun pihak lain.
3
Jujur didefinisikan sebagai berikut di dalam Alkitab:
(1) Hati yang lurus; tidak berbohong atau berkata apa adanya.
(2) Tidak curang atau mengikuti aturan yang berlaku.
(3) Tulus iklas; tidak munafik atau bermuka dua.
Jadi, jujur adalah sikap moral yang sejati, yang berasal dari hati yang bersih, lalu
diterjemahkan ke dalam tutur kata dan perbuatan. Kejujuran tidak datang dari luar,
melainkan datang dari dalam diri manusia ketika seseorang mengakui kebenaran Allah.
4
gereja, seperti para penatua, diakon dan pengajar menghadapi tuntutan mengenai
hubungan baik dari staf gereja maupun dari jemaat. Para pendeta tidak berbeda dari
kita semua dalam kebutuhan dan keinginan mereka yang terdapat dalam hubungan
pribadi dengan teman-teman khusus dll. Mereka mempunyai ukuran mengenai jumlah
dari hubungan yang kuat dan erat yang dapat mereka pelihara, namun mereka dipaksa
masuk ke dalam sejumlah besar situasi yang meminta hubungan yang erat dan
komunikasi di setiap tingkatan.
5
E. Kejujuran Dalam Kepemimpinan
Seorang pemimpin dalam gereja tetunya mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap gereja dan juga jemaatnya. Seorang pemimpin tentunya harus memiliki
kepribadian yang baik, contohnya seperti jujur, profesional, mengikuti aturan, ddl.
Dewasa ini, pemimpin gereja tidak lagi berfokus hanya untuk kepemimpinan
sebagai gembala. Banyak pemimpin gembala sekarang yang mulai goyah, mulai dari
perilaku yang tidak baik seperti kegiatan-kegiatan yang terkesan memaksa, masuknya
intervensi orang-orang tertentu yang sangat kuat mempengaruhi keputusan gembala
tersebut. Jujur dalam berpegang teguh pada firman Tuhan adalah identitas pemimpin
gereja. Karakter kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin gereja akan membuatnya
lebih tegas dalam kepemimpinannya karena bertindak atas dasar Firman Tuhan yang
kuat.
Masalah kepemimpinan yang tidak lagi mencerminkan identitasnya sebagai
pemimpin gembala yang semestinya harus menjalankan mandat Firman Tuhan tak pelak
menimbulkan permasalahan di tengah jemaat. Sangat penting mengenai integritas
seorang pemimpin. Pemimpin jemaat bukanlah kepemimpinan yang pura-pura.
Jadi, hendaknya dalam memimpin jemaat dan gereja, pemimpin jemaat harus
mempunyai ketegasan dalam menjalankan setiap program kerja yang ada, serta hal utama
yang harus diperhatikan yaitu menteladani Firman Allah dan menanamkan rasa kejujuran
dalam setiap perbuatannya, agar tidak menimbulkan kecurigaan dan juga konflik
ditengah jemaatnya.
6
manusia berarti melakukan apa yang ia butuhkan dan melakukan apa yang ia butuhkan
berarti melakukan apa yang Allah kehendaki.
Melakukan perintah Allah ini dalam kita melayani sesama kita manusia harus
dilandaskan dengan kejujuran, artinya dalam pelayanan kita harus benar-benar
menyerahkan diri kita seluruhnya untuk Tuhan pakai, bukan untuk mencari pujian atau
bahkan ada tujuan lain. Artinya dalam praktik pelayanan, kita memperjuangkan agar
manusia dapat terus hidup di dunia ini dalam perdamaian, dalam keadilan (seperti
apa yang Allah inginkan atas hidup kita, yaitu sebagai pembawa berkat bagi sesama).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kejujuran adalah kunci dari kesuksesan manusia menghadapi dunia. Kejujuran
akan membawa dampak positif bagi kehidupan. Karena didalam kejujuran itu
sendiri terdapat sebuah kebenaran yang bisa membebaskan dan menguntungkan
untuk kita maupun pihak lain.
2. Dalam Alkitab, Tuhan telah menetapkan dengan sangat jelas, bahwa berdusta,
menipu, dan mencuri itu salah (Kel. 20:15-16; Im. 19:11-13). Kejujuran tidak
akan menipu. Paulus memperingatkan, yang mencuri, yang kikir/serakah,
pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah (1Kor.
6:10). Kejujuran tidak datang dari luar, melainkan datang dari dalam diri manusia
ketika seseorang mengakui kebenaran Allah.
3. Kejujuran dalam gereja meliputi: kejujuran dalam hubungan jemaat, kejujuran
dalam berkomunikasi, hubungan istimewa dalam gereja.
4. Kejujuran dengan diri sendiri meliputi: tidak menipu diri sendiri, kejujuran
dengan Allah, citra diri, dan evaluasi diri.
5. Seorang pemimpin dalam gereja tetunya mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap gereja dan juga jemaatnya. Dalam memimpin jemaat dan gereja,
pemimpin jemaat harus mempunyai ketegasan dalam menjalankan setiap program
kerja yang ada, serta hal utama yang harus diperhatikan yaitu menteladani Firman
7
Allah dan menanamkan rasa kejujuran dalam setiap perbuatannya, agar tidak
menimbulkan kecurigaan dan juga konflik ditengah jemaatnya.
6. Melakukan perintah Allah ini dalam kita melayani sesama kita manusia harus
dilandaskan dengan kejujuran, artinya dalam pelayanan kita harus benar-benar
menyerahkan diri kita seluruhnya untuk Tuhan pakai, bukan untuk mencari pujian
atau bahkan ada tujuan lain.
B. Refleksi Teologis
Kejujuran merupakan landasan terpenting di dalam kehidupan manusia. Tanpa
adanya kejujuran, kehidupan kita akan menjadi buruk. Tidak jujur artinya berdusta.
Sekali kita berdusta, tentunya akan berdusta terus menerus untuk menutupi dusta yang
telah kita perbuat.
Bagaimana jadinya jika di dalam sebuah gereja tidak ada yang namanya kejujuran,
baik itu dalam segi diri jemaatnya, pelayanan, bahkan pemimpin gerejanya? Tentunya
banyak hal buruk yang akan terjadi, terutama kehancuran dalam jemaat dan juga
kerusakan moral rohani jemaatnya.
Oleh sebab itu, seperti yang dikatakan dalam Amsal 11:3 “Orang yang jujur dipimpin
oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” Biarlah kejujuran
dalam diri kita anak-anak Allah yang menuntun kita memberikan yang terbaik melalui
ketulusan kita dalam berjemaat, melayani, bahkan juga dalam memimpin jemaat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Whine Jerry, 2000 “Kejujuran, Moral Dan Hati Nurani” Jakarta : BPK. Gunung Mulia.
Abineno J.L,2003, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, Jakarta : BPK. Gunung Mulia