Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

GLOBALISASI

A. Daya Saing Yang Diperlukan Dalam Globalisasi


Pengertian Globalisasi
Menurut istilah kata globalisasi dipopulerkan oleh Theodore
Lavitte pada tahun 1985. Istilah itu menunjukkan pada sebuah proses
tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia adalah sebuah lingkungan
yang terbangun secara utuh. Diperancis, kata itu disebut dengan
“momondialisation”. Di spanyol dan Amerika Serikat disebut
“Globalizacion”. Globalisasi berasal dari kata globe dan ization. Globe
diartikan sebagai bola bumi atau peta bumi yang bulat. Kata globe
kemudian berubah menjadi global. Artinya, secaraa umum dan
keseluruhan. Secara bulat atau bersangkut paut mengenai dan meliputi
seluruh dunia.
Dalam globalisasi ada 3 pengertian kunci yaitu: 1) Deteritorialisasi, 2)
Transnasionalisme, 3) Multilokal/translokal. Diungkapkan oleh
Sindhunata,2003

Pengertian Daya Saing

daya saing adalah kapasitas bangsa untuk menghadapi tantangan


persaingan pasar internasional dan tetap menjaga atau meningkatkan
pendapatan riil nya. Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan
produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional, dan
dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan yang
tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat
pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka
terhadap persaingan eksternal.

Daya saing (competitiveness) adalah isu hangat dalam globalisasi


dibanyak negara, termasuk Indonesia sehingga sangat penting untuk
dibahas. Daya saing merupakan gambaran bagaimana sebuah bangsa,
terutama sumber daya manusia (SDM) yang dimilinya mampu
menampilkan dan mengendalikan potensi sumber daya alam yang dimilki
secara optimal dan terpadu guna mencapai kesejahteraan dan keuntungan
sehingga mampu bersaing dengan negara-negara lain didunia.

Keadaan Daya Saing Indonesia

Menurut World Economic Forum (WEF) mengontrol peringkat


Indonesia dalam daftar daya saing global (Global Competitiveness
Indeks-GCI) 2013. WEF menyatakan posisi Indonesia naik dari urutan 50
menjadi 38 dengan skor 4,53. “Indonesia merupakan salah satu negara
yang mengalami peningkatan daya saing secara cepat dan dinamis
dikawasan Asia-Pasifik.”

Kenaikan peringkat hingga 12 takik ini menjadi obat setelah daya


saing Indonesia menurun dalam tiga tahun terakhir. WEF menobatkan
Indonesia sebagai negara dengan lompatan tinggi. Prestasi ini akan
membntu Indonesia mempertahankan momentum pertumbuhan yang
impresif. dengan kenaikan produk domestik 5,2 persen setiap tahun.

Pada era globalisasi yang semakin terbuka, Indonesia hendaknya


membuka jejaring kerjasama diberbagai bidang dengan negara-negara
lain dikawasan Asia Tenggara, Asia bahkan dunia. Upaya ini sangat
penting dilakukan untuk meningkatkan daya saing Indonesia dimasa kini
dan masa yang akan datang. Saat ini hampir dapat dipastikan bahwa
keberadaan dan keberhasilan suatu negara didukung berdasarkan prinsip-
prinsip kerjasama, persahabatn dan perdamaian dunia.

Strategi Meningkatkan Daya Saing Ekonomi Indonesia


Di era globalisasi, faktor daya saing memegang peranan kunci. Laju
globalisasi bakal menggusur mereka yang lemah dan menguntungkan
mereka yang perkasa. Terkait hal tersebut, ramai diperbincangkan soal
daya saing Indonesia. Hal itu terlihat dari melemahnya kinerja ekspor kita
pada tahun lalu. Bahkan, neraca perdagangan kita mengalami defisit. Hal
itu terjadi karena ekspor kita menurun, sementara produk impor terus
membanjiri pasar dalam negeri. Ekspor turun 4,6 persen, sedangkan
ekspor membengkak 9,92 persen.
Banyak faktor tentunya yang mempengaruhi kondisi ini. Salah satunya,
yaitu lemahnya daya saaing produk ekspor kita. Beberapa pengamat
ekonomi mengatakan kelemahan dari pengelolaan ekspor selama ini
adalah pemerintah tidak membantu peningkatan daya saing produk
nasional.
Ada berbagai macam penyebab timbulnya ekonomi biaya tinggi.
Diantaranya maraaknya pungli, korupsi, kolusi dan berbelitnya perizinan.
Kemudahan pemberian izin sesungguhnya menjadi solusi mengurangi
praktik ekonomi biaya tinggi semakin banyak peraturan akan semakin
memberi peluang untuk korupsi, kolusi, dan pungli yang berujung pada
ekonomi biaya tinggi.
Faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi ini salah satunya, lemahnya
daya saing produk ekspor, beberapa pengamat ekonomi mengatkan
kelemahan dari pengelolaan ekspor selama ini adalah pemerintah tidak
membantu peningkatan daya saing produk nasional. Indonesia juga
disarankan untuk menata ulang strategi pembangunan ekonomi dengan
titik berat meningkatkan daya saing global sehingga bisa lebih bertahan
ketika muncul guncangan dari eksternal dan internal.

B. Latihan Dalam Perusahaan

Sebuah perusahaan yang hebat tentu membutuhkan sumber daya


manusia (SDM) yang hebat pula. Pada masa sekarang ini, persaingan
bisnis semakin ketat, maka produktivitas SDM harus ditingkatkan untuk
menjaga keberlangsungan perusahaan. Untuk itu pelatihan dan
pengembangan SDM harus dilaksanakan agar dapat mengatasi
permasalahan ini.
1. Pentingnya Pelatihan SDM Agar Bisnis Berkembang Lebih Baik

Pelatihan SDM merupakan usaha yang dilakukan untuk


membentuk personal yang berkualitas dengan memiliki keterampilan,
kemampuan kerja, dan loyalitas kerja kepada suatu perusahaan ataupun
organisasi.

SDM yang berkualitas akan membantu perusahaan untuk lebih


berkembang dan mencapai tujuan perusahaan. Berikut adalah beberapa hal
yang bisa didapatkan jika Anda melakukan pengembangan SDM pada
bisnis.

a. Produktivitas kerja
Dengan pelatihan SDM, produktivitas kerja karyawan akan meningkat,
kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill
(keterampilan teknik), human skill (keterampilan karyawan) dan
managerial skill (keterampilan manajer) karyawan akan semakin baik.
b. Meningkatkan efisiensi
Pengembangan SDM juga dapat meningkatkan efisiensi tenaga, waktu,
bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Dengan begitu
pemborosan akan berkurang, sehingga biaya produksi relatif kecil dan
daya saing perusahaan semakin besar.
c. Menghindari kerusakan
Dengan pengembangan SDM, karyawan akan menjadi semakin ahli
dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan begitu
kerusakan barang, produksi, dan mesin-mesin akan semakin
berkurang.
d. Menghindari kecelaakaan kerja
Melatih SDM juga mampu mengurangi tingkat kecelakaan keryawan,
sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan
berkurang.
e. Meningkatkan pelayanan
Pelatihan dan pengembangan SDM juga penting untuk meningkatkan
pelayanan yang lebih baik dari karyawan kepada konsumen atau rekan
perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya
tarik yang sangat penting bagi rekanan-rekanan perusahaan yang
bersangkutan.
f. Moral lebih baik
Dengan pelatihan SDM yang tepat, moral karyawan akan lebih baik
karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya
sehingga mereka antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan
baik.
g. Karir karyawan
Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karir
karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan
produktivitas kerjanya lebih baik.
h. Konseptual
Manajer semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang
lebih baik, karena technical skill, human skill, mangerial skill lebih
baik.
i. Kepemimpinan
Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer akaan lebih
baik, komunikasinya lebih luwes, motivasinya terarah sehingga
pembinaan kerjasama vertikal dan horizontal semakin harmonis.
j. Balas jasa
Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah insentif, dan benefits)
karyawan akan meningkat karena produktivitas kerja mereka semakin
besar.
k. Konsumen
Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang baik bagi
masyarakat atau konsumen bagi masyarakat atau konsumen karena
mereka akan memperoleh barang atau pelayanan yang lebih bermutu.
2. Jenis-jenis pelatihan SDM
Berikut adalah jenis-jenis pelatihan dan pengembangan SDM yang bisa
dilakukan dalam perusahaan.
a. Skill training (pelatihan keahlian SDM)
Pelatihan keahlian atau skill training merupakan jenis pelatihan yeng
sering dilakukan pada setiap perusahaan.
Program skill training relatif sederhana seperti menilai kebutuhan atau
kekurangan dan kemudian diidentifikasi melalui penilaian yang teliti
b. Retraining (pelatihan ulang SDM)
Pelatihan ulang atau retraining yaitu memberikan keahlian yang
dibutuhkan oleh karyawan untuk menghadapi tuntutan kerja yang
berubah-ubah.
Melalui hal ini, karyawan dapat lebih percaya dalam menyelesaikan
pekerjaan.
c. Cross Functional Training
Cross functional training atau pelatihan lintas fungsional adalah
pelatihan yang melibatkan SDM atau karyawan untuk melakukan
aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang ditugaskan.
Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan juga
sinergitas atau fungsional satu dengan lainnya.
d. Team Training (pelatihan Tim)
Pelatihan tim dilakukan dengan bekerja sama yang terdiri dari
sekelompok individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tercapainya
tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
Pelatihan tim biasanya dilakukan diluar ruangan dengan mnerapkan
beberapa permainan namun tidak jarang pelatihan tim juga dilakukan
didalam kantor.
e. Language Training (pelatihan Bahasa)
Pelatihan bahasa bagi SDM menjadi penting karena dimaa depan atau
bahkan saat ini beberapa perusahaan lokal sudah terhubung dengan
perusahaan asing.
Dengan adanya pelatihan bahasa maka karyawan dapat meningkatkan
komunikasi bahasa asing dan dapat memberikan value tambahan pada
karyawan.
f. Technology Training (pelatihan Teknologi)
Beberapa perusahaan atau fungsi pasti menerapkan teknologi.
Misalnya saja digital marketing, developer, dan juga administrasi.
Pelatihan teknologi bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
keahlian karyawan.
g. Cretivity Training (Pelatihan Kreatifitas SDM)
Pelaatihan kreativitas atau creativity training yaitu pelatihan SDM
dengan memberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas
mungkin berdasarkan pada nilai rasional. Gagasan tersebut intinya
dapat dikembangkan untuk membenagun perusahaan yang lebih baik.

C. Cara Rasulullah Membina Sahabat


Hafidhuddin dan Tanjung (2003) dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen Syariah dalam Praktik” menjelaskan bahwa kesuksesan Nabi
Muhammad SAW dalam berbisnis dilandasi oleh dua hal pokok, yaitu
kepribadian yang amanah dan terpercaya serta pengetahuan dan
keterampilan yang mumpuni. Kedua hal tersebut merupakan pesan moral
yang bersifat universal yang uraiannya antara lain sebagai berikut :
1. Shiddiq : yaitu benar dan jujur, tidak pernah berdusta dalam
melakukan berbagai macam transaksi bisnis. Larangan berdusta,
menipu, mengurangi takaran timbangan dan mempermainkan kualitas,
akan menyebabkan kerugian yang sesungguhnya, baik di dunia ini
maupun di akhirat nanti.
2. Kreatif, berani, dan percaya diri : mencerminkan kemauan berusaha
untuk mencari dan menemukan peluang-peluang bisnis yang baru,
prospektif dan berwawasan masa depan, namun tidak mengabaikan
prinsip kekinian. Hal ini hanya mungkin dapat dilakukan bila seorang
pebisnis memiliki kepercayaan diri dan keberanian untuk berbuat
sekaligus siap menanggung berbagai macam resiko. Sifat ketiga hal ini
merupakan paduan antara amanah dan fathanah yang sering
diterjemahkan dalam nilai-nilai bisnis dan manajemen yang
bertanggung jawab, transparan, tepat waktu, memiliki manajemen
bervisi, manajer dan pemimpin yang cerdas, sadar produk dan jasa
serta belajar secara berkelanjutan.
3. Tablig : yaitu kemampuan berkomunikasi dengan baik. Istilah ini juga
diterjemahkan dalam bahasa manajemen sebagai supel, cerdas,
dekripsi tugas, delegasi wewenang, kerja tim, cepat tanggap,
koordinasi, dan supervise.
4. Istiqamah: yaitu secara konsisten menampilkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai diatas walau mendapatkan godaan
dan tantangan. Hanya dengan istiqamah dan mujahadah, peluang-
peluang bisnis yang prospektif dan menguntungkan akan selalu
terbuka lebar.

D. Globalisasi Bisnis Dan Agama


Dahulu, praktik perdagangan banyak dibatasi waktu, tempat,
ruang, dan lainnya. Namun kini batasan-batasan itu dapat dilampaui.
Keterbatasan ruang tidak lagi menjadi soal, sebagaimana perbedaan waktu
tidak lagi menghambat untuk menjalankan berbagai perniagaan. Dengan
demikian, secara logis kapasitas perniagaan dan juga hasilnya semakin
berlipat ganda. Hal inilah merupakan akibat dari globalisasi bisnis.
Dalam Islam, ketika seseorang melakukan muamalah, khususnya
muamalah maaliyah, pertama, aktivitas muamalah tersebut tidak dibatasi
oleh waktu. Contohnya, dalam konsep kepemilikan, Islam telah mengatur
bahwa ciri-ciri kepemilikan salah satunya adalah pemilik tidak dibatasi
oleh waktu. Kedua, aktivitas muamalah tidak dibedakan antara Muslim
dan Non-muslim. Penjelasan hal ini dapat dilihat pada Al-Qur’an Surat Al-
Mumtahahanah ayat 8-9 berikut ini:
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain)
untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Mumtahahanah: 8-9)

E. Globalisasi Dan Pebisnis Islam


Globalisasi dalam perspektif Islam dapat diketahui dari Al-Qur’an
dan Hadist. Globalisasi dalam Al-Qur’an yang pertama dapat ditemukan
dalam Al-Qur’an Surat Al;Hujurat [49] ayat 13. Artinya : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Globalisasi dalam Al-Qur’an juga dapat diketahui pada Al-Qur’an
Surat AlQasas [28] ayat 77, Surat As-Saba’ [34] ayat 28 dan Surat Al-
Furqan [25] ayat 1. Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan” (QS. Al-Qasas : 77).
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”. (Q.S.
As-Saba’ [34] : 28)
Artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al
Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam, (Q.S. Al-Furqan [25] : 1).
Berdasarkan perspektif Al-Qur’an diatas, menunjukkan bahwa
Islam telah mengajarkan bagaimana memaknai dan menghadapi
globalisasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan terciptanya manusia dengan
berbangsa-bangsa dan bersukusuku, dengan tujuan utama yaitu untuk
saling mengenal. Kemudian, Islam mengajarkan untuk mencari
kebahagiaan di dunia, yang menunjukkan peran manusia secara global dan
jangan sampai merusak dunia tempat manusia hidup dan tinggal. Terakhir,
Islam merupakan agama yang universal untuk seluruh umat manusia dan
seluruh alam.
Sedangkan globalisasi dalam Hadist dapat dilihat pada hadist
berikut ini: “…tidak ada kelebihan bagi seorang arab atas non-arab (ajam)
dan bagi orang non-arab atas orang arab dan yang berkulit merah atas yang
berkulit hitam dan yang hitam atas yang merah, kecuali dengan
ketakwaannya..” (HR. Ahmad).
Hadist diatas mengandung arti bahwa globalisasi dalam Islam
tidak mengenal diskriminasi, karena dalam Islam tidak ada kelebihan suatu
suku bangsa atas suku bangsa lainnya. Sehingga dalam berinteraksi secara
global, khususnya dalam interaksi perdagangan internasional, Islam
menganjurkan untuk tidak diskriminatif.

F. Perbedaan Manajer Dan Kepemimpinan


Dalam perusahaan, pemimpin adalah seorang yang memiliki tugas
serta tanggung jawab kepada perusahaan dan pemimpin juga harus bisa
berpengaruh terhadap semua orang yang dipimpinnya. Dengan menjadi
pemimpin perusahaan, maka Anda harus siap untuk menjadi pangayom
bagi seluruh karyawan/pekerja perusahaan. Menjadi pemimpin memang
tidaklah mudah, harus menjadi seorang figur yang bisa dicontoh oleh
seluruh karyawan perusahaan. Pemimpin yang baik harus berani dalam
mengambil risiko dan juga mempunyai visi yang jelas terhadap
perusahaaan kedepannya. Karena dibalik seorang pemimpin ada banyak
karyawan yang selalu berharap kepada setiap keputusan yang diambil.
Sedangkan manajer adalah seorang yang memilki tugas untuk
mengkoordinasikan berbagai kegiatan karyawan dalam perusahaan.
Manajer juga harus memastikan bahwa semua karyawan bekerja dengan
baik sesuai jobdesc masing-masing.
Perbedaan manajer dan pemimpin adalah sebagai berikut:

Pemimpin Membangun Visi, Manajer Membangun Tujuan

Seorang pemimpin memiliki pemikiran visioner tentang


perusahaan pada masa yang akan datang. Pemimpin akan berpikir lebih
jauh kedepan dibandingkan dengan karyawan biasa, pemimpin akan
mengajak semua stakeholder untuk mencapai visi yang sudah dibuat.
Sedangkan manajer lebih fokus pada untuk mengatur, mengukur
dan mencapai tujuan yang sudah dibuat oleh seorang pemimpin. Menajer
juga selalu berusaha untuk memastikan visi yang dibuat seorang pemimpin
perusahaaan agar bisa terlaksana.

Pemimpin Memberi Motivasi, Manajer Hanya Memerintah

Pemimpin akan memberikan motivasi kepada seluruh karyawannya


agar selalu bekerja dengan baik. Sedangkan tugas manajer adalah
memerintahkan kepada karyawan agar mengerjakan semua tugas yang
menjadi tanggung jawabnya sehingga menghasilkan output yang baik
sesuai harapan pemimpin.

Pemimpin Punya Ide, Manajer Mewujudkan Ide

Pemimpin memiliki banyak ide untuk kemajuan bisnis perusahaan


yang diberikan kepada para manajer untuk mewujudkaannya secara nyata.
Tugas manajer adalah mewujudkan ide tersebut sesuai dengan harapan
pemimpin. Walaupun terkadang tidak masuk akal, manajer tetap bekerja
harus keras untuk mewujudkan ide tersebut dan memastikan semua
karyawan bekerja dengan baik dan benar.

Pemimpin Mengambil Risiko, Manajer Mengatur Risiko

Pemimpin tidak ambil pusing dengan risiko bisnis untuk mencapai


kesuksesan. Semakin besar risiko maka semakin besar pula hasil yaang
akan didapatkan.

Berkebalikan dengan manajer yang lebih takut mengambil risiko,


sehingga manajer selalu membuat analisis dan perhitungan yang matang
untuk meminimalisir risiko kegagalan. Karena manajer akan bertanggung
jawab atas semua karyawan dan juuga pemimpin perusahaan.

Pemimpin Idealis, Manajer Realistis

Pemimpin perlu memiliki sifat idealis, tujuannya agar semua bisa


berjalan dengan baik dengan sesuai ekspektasi. Sedangkan untuk manajer
akan bersifat lebih realistis karena sudah mengetahui secara detail kondisi
sebenarnya. Kadang apa yang diminta seorang pemimpin tidak bisa
dijalankan dengan baik karena terkendala kondisi.

Pemimpin Memiliki Pengikut, Manajer Memiliki Bawahan

Pemimpin mmemiliki jabatan tinggi sehingga apa saja yang


diperbuat dan diperintah akan ditiru dan dikerjakan oleh karyawan. Untuk
itu pemimpin harus menjadi teladan untuuk semua karyawannya.

Sedangkan untuk manajer hanya memiliki beberapa bawahan saja


sesuai devisinya. Karyawan akan bekerja sesuai dengan arrahhan dengan
manajer untuk mencapai target yang telah disepakati.

Pemimpin Memikirkan Proses, Manajer Memikirkan Hasil


Dalam suatu pekerjaan, pasti ada proses yang dilakukan oleh
karyawan untuk mencapai suatu keberhasilan atau kegagalan. Pemimpin
akan melihat ini sebagai pembelajaran kedepannya dan dijadikan bahan
evaluasi agar tidak terulang kembali.

Sedangkan seorang manajer akan berfokus pada hasilnya agar


sesuai dengan target pemimpin. Manajer akan mengarahkan semua
karyawan dan memastikan semuanya bekerja dengan baik agar membantu
perrusahaan dalam mewujudkan visi dan misinya.

Anda mungkin juga menyukai