I. Skenario
Seorang pria 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata berwarna
kuning, demikian pula kulit diseluruh tubuh. Keadaan ini sudah berlangsung 1
minggu, disertai badan terasa lemah. Penderita juga mengeluh nafsu makan
menurun dan kencing berwarna teh tua.
1
V. Pertanyaan :
1. Apa yang menyebabkan mata dan kulit berwarna kuning?
2. Jelaskan definisi dari ikterus !
3. Jelaskan mengenai metabolisme bilirubin !
4. Jelaskan patomekanisme dari penyakit ikterus !
5. Jelaskan pengaruh usia pada penyakit ikterus !
6. Apa yang menyebabkan badan pasien terasa lemah ?
7. Jelaskan penyebab kencing berwarna teh tua !
8. Mengapa nafsu makan pasien bisa menurun ?
9. Upaya apa yang dilakukan agar penyakit kuning tidak terjadi ?
Perubahan warna kulit yang terlihat pada pasien dengan kulit kuning
berhubungan dengan kondisi selain hiperbilirubinemia, seperti karotenemia
(disebabkan oleh konsumsi berlebihan makanan kaya beta karoten). (S
Siakavellas, G Papatheodoridis, 2018)
2
tua, serta dapat memberikan manifestasi berupa gejala-gejala lainnya yang
dialami pasien. (S Siakavellas, G Papatheodoridis, 2018)
3
saluran empedu dan saluran cerna, di dalam saluran cerna bilirubin
terkonjugasi dihidrolisis oleh bakteri usus β-glucuronidase, sebagian
menjadi urobilinogen yang keluar dalam tinja (sterkobilin) atau diserap
kembali oleh darah lalu dibawa ke hati (siklus enterohepatik) namun, sekitar
5% dari urobilinogen dengan sifatnya yang larut dalam air dapat mencapai
ginjal dan diekskresi melalui urine. (Rosida A, 2016).
Globin Hemoglobin
Heme
Heme Oksigenase
Biliverdin
Biliverdin Reduktase
Masuk ke hepar
asam glukuromat
Bilirubin terkonjugasi
Dibawa ke usus
Bakteri Usus
Urobilinogen
5
tidak larut dalam air, bilirubin ini tidak dapat diekskresi dalam urin dan
tertinggal didalam tubuh sehingga menyebabkan kulit maupun sklera mata
berwarna kuning. Namun demikian tetap terjadi proses konjugasi didalam
hepar secara berlebihan sehingga bilirubin tetap diteruskan ke usus halus
maupun usus besar dan menyebabkan peningkatan pembentukan
urobilinogen, yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan eksresi dalam
feses dan urine. Urine dan feses berwarna lebih gelap. (Price SA, Wilson
LM., 2005)
6
menurun sehingga feses terlihat pucat. Peningkatan kadar bilirubin terkon-
jugasi dapat disertai bukti-bukti kegagalan ekskresi hati lainnya, seperti
peningkatan kadar fosfatase alkali, AST, kolesterol, dan garam empedu
dalam serum. Kadar garam empedu yang meningkat dalam darah
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Ikterus akibat hiperbilirubinemia
terkonjugasi biasanya lebih kuning dibandingkan akibat hiperbilirubinemia
tak terkon- jugasi. Perubahan warna berkisar dari oranye-kuning muda
atau tua sampai kuning-hijau muda atau tua bila terjadi obstruksi total
aliran empedu. Perubahan ini merupakan bukti adanya ikterus kolestatik,
yang merupakan nama lain ikterus obstruktif. (Price SA, Wilson LM.,
2005)
7
secara klinis mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-
7 mg/dl. Kondisi ini dapat dikarenakan organ hati bayi belum matang atau
disebabkan kadar penguraian sel darah merah yang cepat. (Oswari Hanifah,
2017)
8
Sekali bilirubin berada didalam colon, kira-kira setengah dari
bilirubin “konjugasi” diubah oleh kerja bakteri menjadi urobilinogen yang
mudah larut dalam air. Beberapa urobilinogen direabsorbsi melalui
mukosa usus (colon) dan kembali ke dalam darah. Dari urobilinogen yang
diserap, sebagian besarnya akan masuk ke hati dan dapat dieksresikan
kembali oleh hati kedalam usus (siklus enterohepatik), tetapi kira-kira
sebanyak 5% dieksresikan oleh ginjal ke dalam urin. Setelah terpapar
dengan udara dalam urin, urobilinogen teroksidasi menjadi urobilin.
Sedangkan, didalam feses, urobilinogen diubah dan dioksidasi menjadi
sterkobilin. (Guyton, A. C., 2007)
9
ini disebabkan oleh sumbatan pada saluran empedu sehingga sekresi
bilirubin tidak terjadi secara optimal, hal inilah yang juga berpengaruh
pada rasa lemas yang dirasakan oleh pasien.
10
Sebagian dari banyak zat yang telah terbukti mampu mengubah perilaku
nafsu makan dan rasa lapar pada beberapa percobaan terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu zat oreksigenik yang menstimulasi rasa lapar dan zat
anoreksigenik yang menekan nafsu makan.
Sebagian besar energi yang disimpan dalam tubuh terdiri atas lemak
dan jumlahnya dapat bervariasi pada berbagai individu. Penelitian
menunjukkan bahwa hipotalamus merasakan adanya proses penyimpanan
energi melalui kerja leptin (hormon peptide yang dilepaskan dari sel-sel
lemak (adiposit). Bila jumlah jaringan lemak meningkat, adiposit akan
melepaskan leptin lebih banyak lagi ke dalam darah yang kemudian
bersirkulasi ke otak dan menempati reseptor leptin di hipotalamus (nucleus
arkuata dan paraventrikuler), sedangkan Ghrelin dilepaskan terutama oleh
sel oksintik lambung dan usus. Kadarnya dalam darah meningkat selama
puasa, sesaat sebelum makan dan menurun drastis setelah makan, yang
mengisyaratkan hormon ini berperan untuk merangsang perilaku makan
(Guyton & Hall, 2007).
Pada skenario, yang mungkin terjadi salah satunya adalah
penurunan nafsu makan oleh pengaruh hormon kolesistokinin. Hormon ini
dilepaskan apabila makanan berlemak mencapai duodenum, tujuannya
adalah untuk merangsang pengeluaran dari empedu, namun apabila seksresi
dari empedu terhambat, kolesistokinin akan terus diproduksi sehingga dapat
menekan nafsu makan karena tergolong zat anoreksigonik. (Guyton & Hall,
2007).
11
9. Upaya apa yang dilakukan agar penyakit kuning tidak terjadi ?
Jawab :
12
DAFTAR PUSTAKA
13