Anda di halaman 1dari 8

ANALISA PUTUSAN

Kewarisan Istri, Anak Laki-laki dan Anak Perempuan Kandung

Analisa Penetapan Nomor 59/Pdt.P/2022/PA.JS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Fiqh Mawaris Lanjutan

Dosen Pengampu: Sri Hidayati, M.Ag.

Disusun Oleh:

Annisa Nurfitria (11210440000103)

Hukum Keluarga 3-C

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
ANALISA PUTUSAN

Kewarisan Istri, Anak Laki-laki dan Anak Perempuan kandung

Analisa Penetapan Mahkamah Agung

Nomor 59/Pdt.P/2022/PA.JS

A. KRONOLOGI
Pada hari Sabtu tanggal 10 September 1988, A telah menikah dengan B sebagaimana
yang tercatat di KUA Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.
Dari pernikahan keduanya dikaruniai dua orang anak yaitu C (anak laki-laki) dan D (anak
perempuan).
Kemudian pada tanggal 16 September 2021, A meninggal dunia dikarenakan sakit.
Pada saat meninggal dunia A masih berstatus sebagai suami dari B dan meninggalkan ahli
waris:
1. B (istri) → sebagai Pemohon I
2. C (anak laki-laki kandung) → sebagai Pemohon II
3. D (anak perempuan kandung) → sebagai Pemohon III
Ketika A meninggal dunia, Ayah dan Ibunya telah meninggal dunia terlebih dahulu.
Dan sejak meninggalnya A hingga diajukannya Permohonan Penetapan Ahli Waris ini oleh
para Pemohon ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tanggal 14 Januari 2022, tidak
ada pihak lain yang mengaku sebagai ahli waris selain dari yang tersebut diatas.
Permohonan Penetapan Ahli Waris dan pembagiannya ini Para Pemohon ajukan untuk
pengurusan pencairan tabungan Deposito Berjangka milik A serta untuk kepentingan
hukum lainnya yang berkaitan dengan harta peninggalan A.

B. BAGAN AHLI WARIS

A
B

C
D

Diketahui:

1
A = Pewaris
B = Istri
C = Anak laki-laki kandung
D = Anak perempuan kandung

C. ISI PERMOHONAN
I. Primer
1. Menerima dan mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya.
2. Menetapkan A telah meninggal dunia karena sakit pada tanggal 16 September 2021.
3. Menetapkan:
1) B (selaku istri)
2) C (selaku anak laki-laki kandung)
3) D (selaku anak perempuan kandung)
Sebagai Ahli Waris dari A yang sah dan utama.
4. Menetapkan bagian dari masing-masing ahli waris sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Membebankan biaya perkara ini kepada Para Pemohon sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
II. Subsider
Atau apabila Ketua Majelis Hakim memiliki pendapat lain, mohon kiranya dapat
memberikan penetapan yang seadil-adilnya.
Untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, para Pemohon telah mengajukan
bukti-bukti berupa 11 lampiran bukti surat-surat.
Disamping bukti-bukti surat, para Pemohon juga menghadirkan 2 orang saksi di
persidangan.

D. PERTIMBANGAN HUKUM
1. Bahwa pewaris pada saat meninggalnya beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan
harta peninggalan. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171 huruf (b) KHI.
2. Bahwa ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan
darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang
karena hukum untuk menjadi ahli waris. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal
171 huruf (c) KHI.

2
3. Bahwa para Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat dan menghadirkan 2 orang
saksi sehingga telah memenuhi syarat formil dan syarat materil.
4. Bahwa salah satu asas dalam hukum kewarisan Islam adalah asas bilateral /parental,
dimana ahli waris tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 174 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam.
5. Bahwa meskipun menurut asas bilateral/parental golongan ahli waris laki-laki dan
perempuan tidak dibedakan, namun berdasarkan asas keadilan berimbang (asas
proporsionalitas), dimana tanggung jawab dan peranan seorang laki-laki berbeda
dengan perempuan sehingga hukum kewarisan Islam menetapkan formula 2 : 1, yaitu
bagian untuk laki-laki dua kali lipat daripada bagian untuk perempuan.
6. Menimbang, bahwa Majelis Hakim perlu menengahkan beberapa dalil dalam Al Qur’an
yaitu Surah An-Nisa ayat 11 dan 12.

E. ISI PENETAPAN/KETENTUAN MAJELIS HAKIM


1. Mengabulkan permohonan para Pemohon sebagian.
2. Menetapkan A telah meninggal dunia pada tanggal 16 September 2021.
3. Menetapkan Ahli Waris dari A adalah :
1) B sebagai istri
2) C sebagai anak kandung laki-laki
3) D sebagai anak kandung perempuan
4. Menolak permohonan para Pemohon selain dan selebihnya.
5. Membebankan kepada para Pemohon untuk membayar biaya perkara ini sejumlah Rp.
135.000,-

F. MATERI
I. Dalil Hukum Al-Qur’an
a. Kewarisan Anak dalam QS. An-Nisa: 11
ۖ َ‫سا ٓ ًء َف ْوقَ ٱثْنَتَي ِْن فَلَ ُه َّن ثُلُثَا َما ت ََرك‬ َٰ
َ ‫وصي ُك ُم ٱ َّللُ ِف ٓى أ َ ْو َل ِد ُك ْم ۖ ِللذَك َِر ِمثْ ُل َح ِظ ٱ ْْلُنث َ َيي ِْن ۚ َفإِن ُك َّن ِن‬
ِ ُ‫ي‬
‫ُس ِم ََّا ت َ َركَ ِإن َكانَ لَِۥُ َو َلدٌ ۚ َفإِن لَّ ْم‬ ُ ‫سد‬ ُّ ‫ف ۚ َو َََِِ َو ْْ ِِ ِل ُُ ِ ِّ َٰ َو ِحد ِم ْن ُه ََا ٱل‬ ْ ‫َت َٰ َو ِحدَة ً فَلَ َها ٱ ِلن‬
ُ ‫ص‬ ْ ‫َو ِإن َكان‬
ِ‫ُو‬
ِ ْ ٍَّ‫ِي‬ ِ ‫ُس ۚ ِمن ََ ْْ ِد َو‬ ُ ‫سد‬ُّ ‫ث ۚ فَإِن َكانَ لَ ِٓۥُ إِ ْخ َوة ٌ فَ ِِل ُ ِم ِِ ٱل‬ ُ ُ‫َْ ُُن لَِّۥُ َولَدٌ َو َو ِرث َ ِٓۥُ أَََ َواهُ فَ ِِل ُ ِم ِِ ٱلثُّل‬
َ َ‫ضًٍ ِمنَ ٱ َّّللِ ۗ إِ َّن ٱ َّّللَ َكان‬
‫ع ِلي ًَا‬ َ ْ‫ب لَ ُُ ْم نَ ْفًْا ۚ فَ ِر‬ ُ ‫َِ َها ٓ أ َ ْو دَْْن ۗ َءاََآؤُ ُك ْم َوأ َ َْنَآؤُ ُك ْم ََل تَد ُْرونَ أَُّْ ُه ْم أ َ ْق َر‬
‫َح ُِي ًَا‬

3
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan
untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian
dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang
jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh
setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-
masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal)
mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika
dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat
yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa [4]: 11)

b. Kewarisan Istri dalam QS. An-Nisa: 12


‫الرَُ ُع ِم ََّا ت ََر ْكنَ ِم ْن‬ ُّ ‫ف َما ت ََركَ ا َ ْز َوا ُج ُُ ْم ا ِْن لَّ ْم َْ ُُ ْن لَّ ُه َّن َولَدٌ ۚ فَا ِْن َكانَ لَ ُه َّن َولَدٌ فَلَ ُُ ُم‬ ُ ‫ص‬ ْ ِ‫َولَ ُُ ْم ن‬
‫الربُ ُع ِم َما ت َ َر ْكت ُ ْم ا ِْن لَ ْم يَك ُْن لَ ُك ْم َولَ ٌد ۚ فَا ِْن كَانَ َل ُك ْم َولَ ٌد‬
ُّ َ‫ِيْنَ َِ َها ٓ ا َ ْو دَْْن ۗ َولَ ُهن‬ ِ ‫ِيٍَّ ْ ُّْو‬ ِ ‫ََ ْْ ِد َو‬
‫ث َك َٰللًٍَ ا َ ِو‬
ُ ‫ص ْونَ بِ َها ٓ ا َ ْو َدي ٍْن ۗ َوا ِْن َكانَ َر ُج ٌ ِّ ْ ُّْو َر‬ ُ ‫فَلَ ُهنَ الث ُّ ُمنُ ِم َما ت َ َر ْكت ُ ْم ِم ْۢ ْن بَ ْع ِد َو ِصيَ ٍة ت ُ ْو‬
‫ث‬ِ ُ‫ش َر َك ۤا ُء فِ الثُّل‬ ُ ‫ُس فَا ِْن َكانُ ْٓوا ا َ ْكث َ َر ِم ْن َٰذلِكَ فَ ُه ْم‬ ُ ۚ ‫سد‬ُّ ‫احد ِم ْن ُه ََا ال‬ ِ ‫ْام َراَة ٌ َّولَ ِٓ ا َ ٌخ ا َ ْو ا ُ ْختٌ فَ ِل ُُ ِ ِّ َو‬
‫ع ِل ْي ٌم َح ِل ْي ٌم‬
َ ُ‫ّٰللا‬
‫ّٰللاِ ۗ َو ه‬ ِ ‫ض ۤار ۚ َو‬
‫ِيًٍَّ مِنَ ه‬ َ ‫ِيٍَّ ْ ُّْوَِٰ َِ َها ٓ ا َ ْو دَْ ٍْۙن‬
َ ‫غي َْر ُم‬ ِ ‫ِم ْن ََ ْْ ِد َو‬
“Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu
mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah
dibayar) utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka
para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (setelah
dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika
seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki
(seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari

4
kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu
lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu,
setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya
dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah.
Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.” (QS. An-Nisa [4]: 12)

II. Kompilasi Hukum Islam


1. Pasal 171 KHI yang berbunyi: b. “Pewaris adalah orang yang pada saat meninggal
berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan
harta peninggalan.”, c. “Ahli Waris adalah orang yang pada saat (pewaris)
meninggal dunia mempunyai Hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan
pewaris, beraga Islam, dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.”
2. Pasal 174 KHI yang berbunyi:
“Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari a. Menurut hubungan darah: golongan
laki-laki terdiri dari: anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan kakek; golongan
perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan nenek.”
3. Pasal 175 ayat (1) KHI yang berbunyi:
“Kewajiban ahli waris terhadap Pewaris adalah: d. “Membagi harta warisan
diantara ahli waris yang berhak.”
4. Kewarisan Istri dalam Pasal 180 KHI yang berbunyi:
“Janda mendapat seperempat bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila
meninggalkan anak maka janda mendapat seperdelapan bagian.”
5. Kewarisan Anak dalam Pasal 176 KHI yang berbunyi:
“Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separuh bagian, bila dua orang
atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian, dan apabila anak
perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah
dua berbanding dengan anak perempuan.”

G. ANALISA PENULIS
Seperti yang telah di sebutkan dalam Al-Qur’an ayat-ayat yang berkaitan dengan
kewarisan istri dan anak kandung yaitu QS.An-Nisa ayat 11-12 dan juga dalam pasal-pasal
Kompilasi Hukum Islam sebagimana dasar hukum tersebut yang digunakan Majelis Hakim
untuk mengabulkan pemohon tentang penetapan istri dan anak kandung Almarhum sebagai
ahli waris. Dalam perkara kewarisan istri dan anak kandung pada Penetapan Nomor

5
59/Pdt.P/2022/PA.JS ini, Majelis Hakim telah mengabulkan permohonan para Pemohon
serta menetapkan bahwa ahli waris dari Almarhum A terdiri dari tiga orang, yaitu B sebagai
istri, C sebagai anak laki-laki kandung, dan D sebagai anak perempuan kandung.

Berikut adalah Analisa penulis melalui tabel tentang perkara kewarisan diatas:

Ahli Waris FM AM= 8 AM= 8x3 = 24 Bagian

B (istri) 1/8 1/8 3/24 3/24

C (anak laki-laki
14/24
kandung)
Ashabah 7/8 21/24
D (anak perempuan
7/24
kandung)
Jumlah 24/24

Dari tabel diatas dapat diurakan sebagai berikut:


1. Ahli waris B sebagai istri dari Pewaris mendapatkan bagian 1/8 dari harta peninggalan.
Bagian 1/8 ini merupakan Furudhul Muqaddarah (FM) yang telah ditentukan di dalam
QS. An-Nisa ayat 12. Yaitu karena Pewaris memiliki anak, maka istri mendapatkan
bagian 1/8.
2. Ahli waris C dan D sebagai anak laki-laki dan anak perempuan dari Pewaris
mendapatkan sisa (ashabah) dari harta peninggalan Pewaris yang telah dikurangi
dengan bagian ahli waris B sebagai istri.
3. Asal Masalah (AM) pertama yaitu 8, maka bagian B Istri adalah 1/8 kemudian C dan
D sebagai anak laki-laki bersama anak perempuan mendapatkan sisa (ashabah) yaitu
7/8.
Untuk bagian anak laki-laki yang mewarisi bersama dengan anak perempuan maka
menggunakan ukuran perbandingan 2:1. Yaitu bagian anak laki-laki 2 dan anak
perempuan 1. Hal ini sesuai dengan dasar hukum yang ditentukan dalam QS. An-Nisa
ayat 11 dan KHI Pasal 176.
4. Asal Masalah (AM) kedua perhitungannya menjadi 24. Rumusnya sebagai berikut:
AM Kedua = AM Pertama x (bagian anak laki-laki + bagian anak perempuan)
= 8 x (2 + 1)
= 8 x 3 = 24

6
Bagian B (Istri) = 1/8 x 24 = 3/24
C dan D (anak) = 7/8 x 24 = 21/24
Dengan menggunakan perbandingan 2:1, maka pembagian anak laki-laki dan
perempuan masing-masing yaitu:
C (anak laki-laki) = 14/24
D (anak perempuan) = 7/24
Jadi, dapat disimpulkan hasil pembagian keseluruhan sebagai berikut:
B (istri) = 3/24
C (anak laki-laki) = 14/24
D (anak perempuan) = 7/24

Jumlah = 24/24 (habis)

H. KESIMPULAN
Dari hasil analisa yang telah dikemukakan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
penetapan Majelis Hakim mengenai Permohonan Penetapan ahli waris istri dan anak laki-
laki bersama anak perempuan di atas adalah sudah sesuai dengan hukum Islam serta dasar
hukum dalam Al-Qur’an dan Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dan juga dalam perkara ini
para Pemohon telah menghadirkan banyak alat bukti serta saksi yang memang diperlukan
dalam persidangan, mengingat hal tersebut memenuhi syarat formil dan materil sebagai alat
bukti dan bahan pertimbangan oleh Majelis Hakim untuk mengabulkan permohonan para
Pemohon.

I. PENUTUP
Demikian Analisa Putusan mengenai perkara Kewarisan Istri, Anak Laki-laki dan Anak
Perempuan Kandung pada Penetapan Nomor 59/Pdt.P/2022/PA.JS yang dapat penulis
sampaikan. Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan Analisa ini dan
perlunya kritik serta saran yang membangun, agar penulis dapat memperbaikinya
dikemudian hari. Terimakasih penulis Ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah ini
yaitu Ibu Sri Hidayati, M. Ag yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga
penulis dapat meneyelesaikan tugas ini dengan baik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai