Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

IJTIHAD DAN HULUL

Di susun Oleh :TOPIK (2108303052)

Kelas : AFI B

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
JURUSAN AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
2021

Alamat : Jl.perjuangan By Pass Sunyaragi telp(0231)481264


Faks.(2031)489926 Cirebon 54132
A.PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk lain.
Sejak lahir, manusia telah dibekali dengan berbagai kemampuan. Kemampuan untuk
mendengarkan, melihat dan memahami berbagai fenomena alam berdasarkan kecerdasan
dengan sarana panca indera yang sempurna. Bahkan dalam kronologi penciptaannya, sengaja
Allah memilihkan dengan prosedur (cara) yang berbeda.

Secara umum, dalam diri manusia terdapat dua dimensi yang antara keduanya saling
mendukung.Pertama, dimensi jasmaniyah (jasad) yang dalam kronologi penciptaannya berasal
dari tanah. Fenomena ini membangun sebuah argumentsi yang kokoh bahwa secara
jasmaniyah manusia berasal dari tanah dan yang memuaskannya, semua berasal dari tanah
serta ketika matipun, jasad dikembalikan ke tanah.Kedua, dimensi ruhani (ruh) yang berasal
dari Allah. Konsekuensi logisnya, bahwa ruh berasal dari Allah dan yang bisa memuaskannya
juga sesuatu yang berasal dari Allah serta ketika manusia dinyatakan mati, maka ruh kembali
kepada Allah.

B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa yang dimaksud dengan ijtihad
2.Apa yang dimaksud dengan hulul

C.TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengrtian ijtihad


2. Untuk mengetahui pengertian hulul
BAB I
PEMBAHASAN

A. IJttihad

1. Pengertian ijtihad

"Pengertian Ijtihad Kata ijtihad berakar dari kata al-juhd, yang berarti al-thaqa
(daya,kemampuan, kekuatan) atau dari kata al-jahd yang berarti al-masyaqqah (kesulitan,
kesukaran). Dari itu, ijtihad menurut pengetian kebahasaannya bermakna “badzl al-wus’
wa al-majhud” (pengerahan daya dan kemampuan), atau “pengerahan segala daya dan
kemampuan dalam suatu aktivitas dari aktivitas-aktivitas yang berat dan sukar”.  Ijtihad
dalam terminologi usul fikih secara khusus dan spesifik mengacukepada upaya maksimal
dalam mendapatkan ketentuan syarak. Dalam hal ini, al-Syaukani memberikan defenisi
ijtihad dengan rumusan “mengerahkan segenapkemampuan dalam mendapatkan hukum
syarak yang praktis denganmenggunakan metode istinbath”. Atau dengan rumusan yang
lebih sempit :“upaya seseor ang ahli fikih (al-faqih) mengerahkan kemampuannya secara
optimal dalam mendapatkan suatu hukum syariat yang bersifat zhanni”.

 Sedangkan pengertian ijtihad menurut istilah hukum islam ialahmencurahkan tenaga


(memeras fikiran) untuk menemukan hukum agama (Syara’)melalui sala satu dalil Syara’,
dan dengan cara-cara tertentu, sebab tanpa dalil Syara’ dan tanpa cara-cara tertentu
tersebut, maka usaha tersebut merupakan pemikiran dengan kemauan sendiri semata-
mata dan sudah barang tentu cara initidak disebut ijtihad

2.Dasar hukum

a) Alqur’an
b) Al-hadits
c) Ijma
3. Fungsi Ijtihad

Imam syafi’I ra. (150-204 H) dalam kitabnya Ar-risalah ketikamenggambarkan


kesempurnaan Al-Quran pernahmenegaskan: “Maka tidakterjadi suatu peristiwa pun pada
seorang pemeluk agama Allah, kecuali dalam kitab Allah terdapat petunjuk tentang
hukumnya”. Pernyataan Syafi’I tersebut menginspirasikan bahwa hukum-hukum
yangterkandung oleh Al-Quran yang bisa menjawab berbagai permasalahan itu harusdigali
dengan kegiatan ijtihad. Oleh karena itu, Allah mewajibkan hamba-Nyauntuk berijtihad
dalam upaya menimba hukum-hukum dari sumbernya itu. Allahmenguji ketaatan
seseorang untuk melakukan ijtihad, sama halnya seperti Allahmenguji ketaatan hamba-Nya
dalam hal-hal yang diwajibkan lainnya.Selanjutnyaijtihad memiliki banyak fungsi,
diantaranya:

a. a.Menguji kebenaran hadis yang tidak sampai ke tingkat hadis mutawattirseperti


Hadis Ahad, atau sebagai upaya memahami redaksi ayat atau hadisyang tidak tegas
pengertiannya sehingg tidak angsung dapat dipahami.
b. Berfungsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang terdapatdalam Al-
Quran dan Sunnah seperti dengan Qiyas, Istihsan, dan Maslahahmursalah. Hal ini
penting, karena ayat-ayat dan hadis-hadis hukum yang sangat terbatas jumlahnya
itu dapat menjawab berbagai permasalahan yang terus berkembang dan bertambah
dengan tidak terbatas jumlahnya.

B. Pengertian Hulul

Al-Hulul Secara harfiah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuhmanusia


tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifatkemanusiaannya melalui
fana. Paham bahwa Allah mengambil tempat pada dirimanusia ini, bertolak dari dasar
pemikiran al-Hajaj yang mengatakan bahwa padadiri manusia terdapat dua sifat
dasar,yaitu lahut (ketuhanan)dan Nasut (kemanusiaan). Ini dapat dilihat dari teorinya
mengenai kejadianmanusia dalam bukunya bernama at-thawasin. Doktrin al-hulul adalah
perkembangan lebih lanjut dari paham al-ittihadsecara lebih mendalam lagi, dimana Tuhan
mengambil tempat pada diri manusiayang sudah bersih dari sifat-sifat kemanusiaannya
melalui proses fana atauekstase. Konsepsi al-hulul diperkenalkan pertama kali oleh Husein
Ibn Mansur al-Hallaj yang meninggal karena dihukum mati di Baghdad pada tahun 308
H,karena paham yang ia sebarkan itu dipandang sesat oleh penguasa pada masa itu.
Menurut al-Hallaj, manusia mempunyai sifat dasar yang ganda, yaitu sifatke-Tuhan-an atau
lahut dan sifat kemanusiaan atau nasut. Begitu juga denganTuhan memiliki sifat ganda,
yaitu sifat-sifat Ilahiyat atau Lahut dan sifatinsaniyah atau nasut. Jika seseorang mampu
menghilangkan sifat-sifatkemanusiaannya dan mengembangkan sifat-sifat Ilahiyatnya
melalui fana, makaterjadilah kesatuan manusia dengan Tuhan dan inilah yang dimaksud
denganhulul.Teori lahut dan nasut ini, berangkat dari pemahamannya tentang
proseskejadian manusia. Al-Hallaj berpendapat, bahwa Adam sebagai manusia
pertamadiciptakan Tuhan sebagai copy dari diri-Nya shurrah min nafsih- dengan
segenapsifat dan kebesarannya.Menurut pemahamannya, adanya perintah Allah agar
Malaikat sujudkepada Adam itu adalah karena Allah telah menjelma dalam diri Adam
sehinggaia harus di sembah sebagaimana menyembah Allah.Ungkapan al-Halaj tersebut
dapat dipahami bahwa wujud manusia tetapada dan sama sekali tidak hancur atau sirna,
bersifat figuratif, tidak riel karena berlangsung dalam kesadaran psikis dalam kondisi fana
dalam iradat Allah.Manusia diciptakan Tuhan sesuai dengan citra-Nya, maka makna
perpaduan ituadalah munculnya citra Tuhan ke dalam citra-Nya yang ada dalam diri
manusia, bukan hubungan manusia dengan Tuhan secara riel. Oleh karena itu, ucapan
anaal-Haqq yang meluncur dari lidah al-Hallaj, bukanlah ia maksudkan sebagai
pernyataaan bahwa dirinya adalah Tuhan.
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ittihad adalah penggabungan antara dua hal yang menjadi satu. Ittihadmerupakan doktrin
yang menyimpang dimana di dalamnya terjadi proses pemaksaan antara dua ekssistensi.
Kata ini berasal dari kata wahd atau wahdahyang berarti satu atau tunggal. Jadi Ittihad
artinyabersatunya manusiadenganTuhan.Secara harfiah hulul berarti Tuhan mengambil
tempat dalam tubuhmanusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-
sifatkemanusiaannya melalui fana.Paham bahwa Allah mengambil tempat pada diri
manusia ini, bertolakdari dasar pemikiran al-Hajaj yang mengatakan bahwa pada diri
manusiaterdapat dua sifat dasar, yaitu lahut (ketuhanan) dan Nasut (kemanusiaan).
Inidapat dilihat dari teorinya mengenai kejadian manusia dalam bukunya bernama at
thawasin.

B.Saran

Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga pembahasan dalam
makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula
kritik dan saran dari pembaca untukkesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian
dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai