Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONFLIK DAN KERJASAMA DALAM ORGANISASI PUBLIK

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi
Yang Diampu Oleh Dosen Dr. Hj. Silvy Sondari Gadzali, S.Psi.,MM

Kelompok : 2 (Dua)
Kelas : Reguler 4 C
Anggota : Ane Syarifah A1A210006
Wanty Syahwila A1A210032
Dinar Putu Munggaran A1A210033
Rizal Fadilah A1A210090

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS SUBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................................2
2.1 Pengertian Dan Konsep Organisasi Publik.....................................................................................2
2.2 Ciri-Ciri Dan Karakteristik Organisasi Publik...............................................................................2
2.3 Ruang Lingkup Organisasi Publik..................................................................................................3
2.4 Pengertian Konflik..........................................................................................................................4
2.5 Faktor Yang Menyebabkan Konflik...............................................................................................4
2.6 Strategi Menyelesaikan Konflik.....................................................................................................5
2.7 Pengertian Kerjasama.....................................................................................................................5
2.8 Fungsi Kerjasama...........................................................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................................7
3.1 Pembahasan berdasarkan identifikasi.............................................................................................7
3.2 Contoh Kasus..................................................................................................................................9
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang
belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidaksiapan untuk menanggapi
terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai masalah
pembamgunan yang kompleks. Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan
pada harapan dan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan,
informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.
Aparatur pemerintah dalam hal ini pegawai negeri sipil adalah ’ujung tombak’ dalam
mewujudkan kewajiban negara melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya melalui pelayanan publik, sesuai dengan yang diamanatkan di dalam
Undang-Undang Dasar RI 1945. Bahwa dalam rangka membangun kepercayaan masyarakat
atas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah merupakan kegiatan yang senantiasa
dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
kualitas pelayanan publik.
Organisasi publik terfokus pada pelayanan publik, oleh karena itu diperlukan pemahaman
terhadap payung hukum dengan cakupan mengenai: (1) aturan kekuasan dan wewenang
organisasi pelayanan publik, (2) norma dan etika aparat pemegang kekuasan dan wewenang
organisasi pelayanan publik, dan (3) hak-hak publik dalam hubungannya dengan kekuasan dan
wewenang organisasi dan aparatur pelayanan publik.
Dalam hal ini pegawai negeri sipil dituntut memiliki dan menunjukkan integritas diri
dalam melakukan pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma pelayanan publik
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah mengenai konflik dan
kerjasama dalam organisasi sektor publik yaitu:
1. Kurangnya kerjasama antar anggota dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
berorganisasi,
sehingga berpengaruh pada konflik organisasi.
2. Kurang memperhatikan prioritas dan komitmen dalam berorganisasi. Bagaimana cara untuk
menyelesaikan konflik dalam organisasi publik.

1
3. Bagaimana perkembangan kerjasama anggota dalam melaksanakan kewajiban
berorganisasi.

2
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Dan Konsep Organisasi Publik


Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja
bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah
ditentukan, dalam ikatan mana terdapat seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan
seseorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
Publik berasal dari bahasa latin “Public” yang berarti “of people” berkenaan dengan
masyarakat. Mengenai pengertian publik, Inu Kencana Syafiie memberikan pengertian sebagai
berikut: “Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki”. Itulah
sebabnya, Inu Kencana Syfiie mengatakan bahwa publik tidak langsung diartikan sebagai
penduduk, masyarakat, warga negara ataupun rakyat, karena kata-kata tersebut berbeda.
Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan
masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang absah
(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara terlembaga
sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya,
sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai
sanksi penegakan peraturan. Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat
demi kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam
operasionalnya. Organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat tidak pada
laba atau untung.
2.2 Ciri-Ciri Dan Karakteristik Organisasi Publik
Organisasi publik memiliki ciri sebagai berikut:
a. Tidak mencari keuntungan finansial
b. Dimiliki secara kolektif oleh publik
c. Kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk saham
d. Keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi berdasarkan konsensus
Karakteristik organisasi publik bervariasi dan memiliki maksud masing-masing sendiri dalam
merumuskan karakteristiknya. Struktur organisasi pada organisasi publik lebih birokratis dan
tersentralisasi. Karakteristik organisasi publik yaitu:
a. Tujuan
Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar dan
kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani.

3
b. Aktivitas
Pelayanan publik seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan
hukum, transfortasi publik dan penyediaan pangan
c. Sumber Pembiayaan
Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan negara,
peinjaman pemerintah, serta pendapatan lain – lain yang sah dan tidak bertentangan sengan
perundangan yang berlaku.
d. Pola pertanggungjawaban
Bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan masyarakat seperti
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Lerwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
e. Kultur Organisasi Bersifat birokratis, formal dan berjenjang
f. Penyusunan Anggaran
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan program publik
dalam anggaran dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat dan
akhirnya disahkan oleh wakil dari masyarakat di DPR, DPD. Dan DPRD.
g. Stakeholder
Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para kreditor, para
investor, lembaga-lembaga internasional termasuk lembaga donor internasional seperti Bank
Dunia, IMF (International Monetary Fund), ADP (Asian Development Bank), PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa), UNDP (United Nation Depelopment Program, USAID), dan
Pemerintah luar negeri.

2.3 Ruang Lingkup Organisasi Publik

Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak
dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Membangun kepercayaan masyarakat
atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan
yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk
tentang peningkatan pelayanan publik.

Pendirian organisasi publik merupakan upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban
setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi
dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan
secara jelas.

4
Selain itu dapat juga dikatakan bahwa oganisasi publik adalah salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap
warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, dilandasi dengan pengaturan hukum yang mendukungnya.
2.4 Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja configere yang artinya saling memukul. Dilihat dari sisi
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan
ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Karena ciri-ciri
individu dibawa dalam hal interaksi sosial, konflik merupakan hal yang wajar. Dalam
kehidupan sehari-hari tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. 
2.5 Faktor Yang Menyebabkan Konflik
Di bawah ini adalah beberapa faktor penyebab konflik, antara lain:
1. Perbedaaan individu yang dimaksud yaitu meliputi perbedaan perasaan dan pendirian. Dimana
setiap manusia adalah individu yang unik. Ini artinya, setiap orang mempunyai pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan
tersebut tetaplah menjadi suatu hal ataupun kawasan yang nyata itu meraih menjadi salah satu
faktor penyebab konflik sosial. Sebab, dalam menjalani suatu hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya saja, saat berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu saja perasaan setiap orang akan berbeda-beda. Terdapat yang
merasa terganggu karena berisik, tapi juga ada yang merasa terhibur.

2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan Sehingga Menciptakan Pribadi yang Berbeda Beberapa
orang mungkin akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
Pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda itu pada akhirnya dapat memicu konflik.
3. Perbedaan Kepentingan Antara Individu dan Kelompok Perubahan Nilai yang Ekspress dan
Mendadak di dalam PendudukPerubahan merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Tapi bila
perubahan tersebut berlangsung secara cepat dan mendadak, maka perubahan itu dapat memicu
terjadinya konflik sosial.

5
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat Seperti yang sudah
dijelaskan diatas, bahwa perubahan yang terjadi secara mendadak di suatu masyarakat
berpotensi memicu adanya konflik. Sebab, hal itu terjadi karena ketidaksiapan masyarakat
dalam menghadapi suatu perubahan secara drastis.

2.6 Strategi Menyelesaikan Konflik

Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi suatu konflik.

1. Kompetisi

Penyelesaian konflik yang berbentuk kompetisi biasanya dikenal dengan istilah win-lose
orientation. Dimana proses penyelesaian ini menggambarkan satu pihak yang mengorbankan
pihak lain.

2. Akomodasi

Penyelesaian konflik jenis ini akan menggambarkan suatu kompetisi bayangan cermin yang
akan memberikan keseluruhan penyelesaian pada pihak lain tanpa adanya upaya untuk
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses itu biasanya dikenal dengan taktik perdamaian.

3. Sharing

Dalam proses penyelesaian konflik jenis ini, satu pihak akan memberi dan pihak lain akan
menerima sesuatu. Keduanya memiliki pikiran yang moderat, tidak lengkap, tapi memuaskan.

4. Kolaborasi

Ini adalah salah satu bentuk upaya menyelesaikan konflik yang bisa memuaskan kedua belah
pihak. Upaya tersebut adalah pendekatan pemecahan masalah yang membutuhkan integrasi dari
kedua pihak.

5. Penghindaran

Penyelesaian konflik ini biasanya menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok yang
bersangkutan. Kondisi tersebut menggambarkan penarikan kepentingan kelompok lain.

2.7 Pengertian Kerjasama

Kerjasama dilakukan atas dasar tujuan yang sama yang hendak dicapai, sehingga
kerjasama berbeda dengan ‘sama-sama kerja’ yang tidak mempunyai tujuan bersama.Beberapa
keuntungan yang dapat dipetik dari kerjasama antara lain:
1. Memperingan tugas yang harus dipikul oleh masing-masing pihak;

6
2. Menghemat tenaga, pikiran dan dana yang biasanya sangat terbatas dalam setiap kegiatan;
3. Dengan dana, tenaga, pikiran yang tersedia, dapat menghasilkan lebih banyak;
4. Lebih memberi kemungkinan pada seluruh pihak untuk mengembangkan kemampuan dalam
rangka menuju terbangunnya kemanusiaannya.
2.8 Fungsi Kerjasama

Kerjasama didalam orgnisasi juga merupakan hal yan sangat penting. Dengan kerjasama
tugas-tugas organisasi yang di emban oleh masing-masing pengurus dapat menjadi ringan dan
cepat selesai dengan target yan telah diprogramkan sebelumnya. Kerjasama juga dapat
merangsang semangat para pengurus dan anggota organisasi dalam acara-acara tertentu.

7
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan berdasarkan identifikasi


1. Kurangnya kerjasama antar anggota dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
berorganisasi, sehingga berpengaruh pada konflik organisasi.
Konflik dapat muncul karena perbedaan makna yang disebabkan oleh perbedaan
pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan latar belakang budaya yang
membentuk individu yang berbeda. Seseorang akan dipengaruhi oleh pola pikir dan
pembentukan kelompok. Perbedaan pemikiran dan pendirian tersebut pada akhirnya akan
menimbulkan perbedaan kepribadian individu yang dapat menimbulkan konflik. Di setiap
organisasi, ketidak sepakatan seringkali disengaja atau dibuat sebagai salah satu strategi
perubahan pemimpin. Perubahan ini dapat dilakukan dengan menciptakan konflik. Namun,
konflik juga dapat terjadi secara spontan karena kondisi objektif yang dapat menimbulkan
konflik.

Komunikasi interpersonal mengacu pada komunikasi yang terjadi antara dua orang.
Dalam komunikasi terjadi pertukaran pesan yang bermakna antar individu. Makna interpersonal
adalah makna yang dibentuk oleh individu dengan pengalaman hidup yang berbeda. Pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikator dapat memiliki makna yang berbeda.
Setelah komunikasi interpersonal, ada tingkatan yang lebih luas, yaitu komunikasi kelompok
kecil. Kelompok kecil terdiri dari beberapa orang yang ingin mencapai tujuan bersama.
Kelompok kecil biasanya terdiri dari tiga sampai tujuh orang, dan dengan bertambahnya jumlah
anggota, semakin sedikit kesempatan untuk mengembangkan hubungan pribadi. Ini
mempengaruhi tim untuk fokus pada tujuan mereka dan tetap puas dengan pengalaman mereka.
Beberapa sub kelompok sangat kohesif, yang berarti mereka memiliki tingkat kohesi dan ikatan
yang tinggi.

Pengalaman hidup yang berbeda juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang
berbeda. Setiap orang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya.
Gender, ras, kelas dan identitas agama terkait dengan nilai-nilai budaya. Seperti yang kita
ketahui bahwa setiap budaya pasti memiliki unsur nilai yang terkandung dalam setiap budaya.
Budaya yang berbeda pasti memiliki unsur nilai yang berbeda di dalamnya, seperti halnya
organisasi, budaya organisasi berbeda dengan budaya organisasi lainnya.
2. Kurang memperhatikan prioritas dan komitmen dalam berorganisasi. Bagaimana cara
untuk menyelesaikan konflik dalam organisasi publik.

8
Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi akibat dari adanya masalah-
masalah hubungan pribadi (ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai pribadi dengan perilaku yang
harus diperankan pada jabatannya, atau perbedaan persepsi) dan struktur organisasi (perebutan
sumber daya yang terbatas, pertarungan antar departemen dan sebagainya).
Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok
atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi atau dengan kata
lain, konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih
pihak. Pertentangan kepentingan ini berbeda dalam intensitasnya tergantung pada sarana yang
dipakai. Masing-masing ingin membela nilai-nilai yang telah mereka anggap benar, dan
memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik secara halus maupun keras. Untuk
mengetahui adanya konflik, sebenarnya dapat diketahui dari hubungan - hubungan yang ada,
sebab hubungan yang tidak normal pada umumnya suatu gejala adanya konflik. Misalnya
ketegangan dalam hubungan, kekakuan dalam hubungan, saling fitnah-memfitnah.
Menurut Stevenin dalam Handoko (2001: 48), terdapat lima langkah dalam mengatasi
konflik. Lima bangkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang teridentifikasi dan bagaimana keadaan yang
seharusnya.Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak
mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa,
mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada
masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang
terlibat di dalamnya.Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis.
Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Namun hati-hati, jangan biarkan
pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah pada kelompok tertentu.
5. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya
tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah -langkah sebelumnya dan cobalah lagi

9
3. Bagaimana perkembangan kerjasama anggota dalam melaksanakan kewajiban
berorganisasi.
Dalam sebuah organisasi sangat diperlukan kerjasama agar tujuan dari organisasi
tersebut dapat tercapai dengan baik. Meskipun demikian, menjalin sebuah kerja sama antara
anggota organisasi yang satu dengan anggota yang lainnya tidaklah semudah yang
dibayangkan. Dalam sebuah kerjasama, tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada bahaya dan
ancaman internal ataupun eksternal yang akan menguji bahkan menyinggung kesetiaan anggota
dalam sebuah organisasi. 
Pentingnya sebuah kerjasama dalam sebuah organisasi pada akhirnya akan mampu
menciptakan dan melahirkan karya-karya luar biasa yang akan dibutuhkan dalam menjalani
kehidupan berorganisasi. Seperti yang telah kita ketahui bersama, setiap individu memerlukan
kehadiran orang lain guna menumbuhkan nilai-nilai persatuan serta kerukunan. Itulah alasan
mengapa kita kita hidup berkelompok. Dengan kerjasama, pekerjaan seberat apapun pasti akan
terasa lebih ringan sehingga pencapaian tujuan akan selesai dengan cepat.
Dalam menjalin sebuah kerjasama, hal yang sangat penting yang tidak boleh kita
lupakan adalah menjalin komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang baik, maka kita akan
mampu menjalin kerjasama yang baik.
Dalam kerjasama, maka akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu tidak
dapat terselesaikan. Bekerja dalam bentuk tim akan lebih efektif dari pada bekerja sendiri-
sendiri, Tim tidak hanya penting dan bermanfaat pada organisasi saja, tetapi juga memberikan
manfaat bagi individu para anggotanya.

3.2 Contoh Kasus


1. SIM Keliling
Perkembangan implementasi e-government telah mampu melahirkan suatu terobosan
baru yaitu pelayanan publik bergerak atau sering disebut dengan layanan jemput bola. Layanan
tersebut adalah pelayanan publik yang bepindah mendekat kepada masyarakat. Salah satu
pelayanan publik bergerak di Indonesia yang menjadi kasus dalam penelitian ini adalah
pelayanan SIM keliling. Antusias warga yang tinggi dengan pelayanan tersebut menjadi latar
belakang penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai masalah apa saja yang dihadapi
oleh pemberi layanan dalam pemberian layanan bergerak berbasis teknologi informasi (SIM
Keliling) dan bagaimana solusi untuk menyelesaikannya serta apakah ada perbedaan masalah
yang terjadi antar daerah.

Dalam penelitian yang dilakukan di Sleman, Bantul dan Kulon Progo ditemukan tiga
kategori besar masalah yang muncul dalam pelaksanaan SIM keliling di wilayah tersebut yaitu
10
hambatan teknik, hambatan organisasi dan hambatan infrastruktur fisik. Selain itu hasil
penelitian ini menghasilkan14 solusi yang kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
berdasarkan dimensi servqual dan dimensi waktu. Berdasarkan dimensi servqual dari 14 solusi
yang ada dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu solusi yang bersifat tangible, solusi yang
bersifat reliability, solusi yang bersifat responsiveness, solusi yang bersifat assurance, solusi
yang bersifat empathy.

Sedangkan pengelompokkan yang berdasarkan dimensi waktu di bagi menjadi dua yaitu
solusi untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan SIM Keliling yang bersifat sementara
dan yang bersifat permanen. Perbedaan masalah yang muncul dalam pelayanan SIM kelliling
antar daerah adalah sedikitnya jumlah pemohon, ketidakintegrasian data, kapasitas petugas dan
komputer yang kurang, ketidakpastian waktu perbaikan, sulitnya medan tempuh, kurangnya
strategi perencanaan, tidak adanya evaluasi layanan sedangkan perbedaan solusi yang diambil
antar daerah adalah ketidakstabilan jaringan internet, ketidakpastian waktu perbaikan kerusakan
dan keterlambatan pengiriman kartu SIM.

Solusi yang diambil antar daerah adalah ketidakstabilan jaringan internet, ketidakpastian
waktu perbaikan kerusakan dan keterlambatan pengiriman kartu SIM. Temuan dalam penelitian
ini adalah terdapat satu masalah yang berbeda antara masalah yang ditemukan dalam penelitian
ini dengan masalah hasil temuan dari teori yang telah dikaji dalam studi literatur yaitu tidak
adanya resistensi karyawan.

2. Pelayanan BPJS

`Masalah pelayanan BPJS Kesehatan yang banyak diadukan meliputi masalah pelayanan
antrean, pasien yang menolak rumah sakit atau fasilitas kesehatan.permasalahan BPJS dalam
tiga tataran, yaitu tataran kebijakan (policy level), tataran organisasi (organizational level), dan
tataran operasional (operational level).Dalam tataran kebijakan , permasalahan meliputi analisa
pada PP nomor 86 tahun 2013, PMK nomor 55 tahun 2014, dan surat DPD RI nomor HM.
310/683/DPD/VIII/2015, PP No. 76 tahun 2015, Peraturan Presiden (Perpres), PP Manajemen
PPPK, serta Keputusan Presiden (Kepres).Permasalahan BPJS Kesehatan pada tataran
organisasi meliputi instrumen tata kelola pengawas eksternal BPJS Kesehatan, dan board
manual BPJS Kesehatan.

Sedangkan pada tataran operasional, permasalahan ditemukan pada RPJMD (Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Daerah) dan Peraturan Daerah (Perda).Tataran kebijakan
meliputi negara atau pemerintah; tataran organisasi meliputi Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN), Dewas, dan BPJS; sedangkan tataran operasional meliputi kepala daerah dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
11
Ketiga tataran tersebut dikaji dengan menggunakan teori collaborative governance
regimes yang menekankan pada kolaborasi yang dilakukan pemerintah dengan pihak lain demi
suksesnya program yang dijalankan.

Solusi untuk mengatasi hal ini dalam tiga tataran tersebut. Dalam tataran kebijakan, ia
menyarankan pemerintah pusat melakukan penguatan peraturan perundangan yang mengatur
program BPJS.Dalam tataran organisasi, harus dilakukan penguatan pengawasan pelaksanaan
BPJS, baik yang bersifat eksternal maupun internal. Sedangkan dalam tataran operasional,
pemerintah daerah dituntut untun membuat program-program, serta regulasi yang mendukung
pelaksanaan BPJS di tingkat lokal daerah. Terdapat hal penting lain yang ditemukan di
Indonesia yang mempengaruhi pelaksanaan BPJS, yang sangat khas karena sistem otonominya
yang kuat, yaitu political will dari para pemangku kepentingan.

12
BAB IV KESIMPULAN

Konflik merupakan suatu hal yang umum untuk kita jumpai dalam kehidupan kita.
Konflik dapat dipahami sebagai suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan
oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang
diharapkannya. jenis konflik ada lima yaitu: Konflik Intrapersonal, Konflik Interpersonal,
Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok, dan Konflik antara kelompok dalam
organisasi yang sama. Cara untuk menyelesaikan konflik ada lima yaitu pengenalan, diagnosis,
menyepakati suatu solusi, pelaksanaan dan evaluasi.
Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan
masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang absah
(terlegitimasi) di bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara
terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya, dan melayani
keperluannya, sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan
hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan.
Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi kesejahteraan
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam operasionalnya. Organisasi
publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat tidak pada profit/laba/untung.
Organisasi sektor publik memiliki ciri-ciri tidak mencari keuntungan finansial, dimiliki
secara kolektif oleh publik, kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk saham, keputusan
yang terkait kebijakan maupun operasi berdasarkan consensus.

13
DAFTAR PUSTAKA

Didy. (2012). Organisasi. Slideshare.

Enouy, M. (2017). Organisasi Sektor Publik. Academia.edu.

Farida, N. (2019). Konflik Dalam Organisasi. Academia.edu.

Rafidah, I. A. (2019). Masalah dan Solusi Dalam Pelayanan Publik. Dscape.uii.

Sinaga, G. G. (2022). Konflik Dalam Organisasi. ResearchGate.

Zulqaida, K. (2021). Tentang Kerjasama. Academia.edu.

14

Anda mungkin juga menyukai