Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH ASURANSI : BARAT, ISLAM DAN INDONESIA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Manajemen Asuransi Syariah

Dosen Pengampu :
Yana Mas'ud Tasdiq, M.E

Yudi Indra Jaya (E.20.342.95)

Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqam Muhammadiyah Garut
Garut
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
Latar Belakang .............................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................................ 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Sejarah Asal Mula Asuransi Umum.................................................................... 2
B. Perkembangan Asuransi Di Indonesia ................................................................ 4
C. Sejarah Asuransi Syariah..................................................................................... 6
BAB III............................................................................................................................. 10
KESIMPULAN ............................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 10

i
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji pujian semata-mata hanya lah milik Allah kita berharap hidayahnya
agar kita mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa
ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi kita Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beserta keluaganya, para sahabatnya hingga kepada kita semua
selaku ummatnya.
Dan Alhamdulillah, saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini pada mata
kuliah Manajemen Asuransi Syariah. Makalah ini saya buat sebagai sarana untuk pembelajaran
sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan saya khususnya dalam prodi Ekonomi
Syariah.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
Manajemen Asuransi Syariah .dan kawan-kawan yang membantu saya. Saya hanya bisa
bemengucapkan Jazakallahukhairankatsiran. Semoga Allah membalas dengan balasan yang
terbaik.

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tidak ada yang dapat memprediksi kejadian di masa depan, bahkan seorang peramal
pun tidak dapat memprediksi dirinya sendiri. Kejadian yang terjadi merupakan rahasia tuhan,
manusia hanya dapat berusaha dan berdoa agar kejadian di masa depan berharap akan baik bagi
dirinya dan bagi orang-orang yang disayanginya.
Namun kejadian terkadang tak selalu seperti diharapkan, Untung tak dapat diraih,
malang tak dapat ditolak, berharap untung, berharap baik, apa lacur, musibah yang diraih,
risiko yang di dapat. Hal ini lah yang sering terjadi pada kehidupan manusia di masa depan.
Risiko Risiko di masa depan kerap membanyangi pikiran manusia pada umumnya, risiko sakit,
risiko kematian, risiko kehilangan dan risiko risiko lain yang membawa dampak pada kerugian.
Manusia selalu berusaha mntuk mengantipasi segala risiko di masa depan, dengan menabung
atau dengan mengalihkan risiko kepada orang lain dengan membayar sejumlah uang dalam
jangka waktu sesuai perjanjian atau bisa disebut dengan asuransi.

Rumusan Masalah
Sebelum melangkah lebih jauh mengenai asuransi, perlu kiranya diketahui tentang sejarah
perasuransian secara umum, sejarah perasuransian dalam islam dan sejarah asuransi di
Indonesia

Tujuan
Makalah ini dibuat agar mahasiswa mengetahui sejarah perasuransian

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

Sebelum melangkah lebih jauh pembahsan materi tentang asuarnsi, alangkah lebih baik
jika kita mengetahui terlebih dahulu tentang sejarah dari asal mulanya sampai kepada keadaan
seperti sekarang ini. Dengan mempunyai wawasan yang luas mengenai sejarahnya, maka kita
akan dengan mudah mengerti dan meresapi seluk beluk dalam dunia asuransi ini.
Di bawah ini diuraikan mengenai sejarah asuransi di dunia dan perkembangan asuransi
di Indonesia.

A. Sejarah Asal Mula Asuransi Umum


Dari penggalian sejarah perekonomian dan kebudayaan manusia, sejak jaman dahulu
sampai sekarang maka dapat ditemukan riwayat tentang asal-usulnya sampai terjadinya
perkembangan asuransi.
• Jaman Sebelum Tahun Masehi
Pada umumnya manusia, mempunyai naluri selalu berusaha untuk menyelamatkan
jiwanya dari berbagai ancaman terhadap dirinya termasuk dari ancaman kekurangan makanan/
pangan.
Salah satu riwayat mengenai masalah ini tercantum pada Al-Qur’an Surat Yusuf ayat
43-49 dan Kitab Injil Testamen Lama Genesus 41, diriwayatkan tentang salah seorang Raja di
Negeri Mesir yang bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang kurus masing-masing menelan
seekor sapi yang gemuk. Dalam mimpinya yang kedua Raja tersebut melihat tujuh butir
gandum yang berat dan berisi dimakan habis oleh tujuh butir gandum yang kosong.
Nabi Yusuf A.S mengartikan mimpi tersebut dimana akan terjadi selama 7 tahun masa
kemakmuran dan 7 tahun masa kekeringan, maka memberikan saran agar pada saat panen yang
melimpah tersebut dibuat sebagian cadangan gandum untuk digunakan kelak pada masa
paceklik yang akan datang.
Selain daripada itu sebuah buku kuno dari India yang dinamakan Rig Veda yang ditulis
dalam bahasa Sansakerta menyebutkan riwayat tentang Yoga Kshema yang berarti
pertanggungan.
Riwayat tersebut diatas adalah sebagai bukti bahwa manusia senantiasa memikirkan
dan mempersiapkan kehidupan masa depannya.
• Bottomry Contract

2
Dari penelitian para ahli terhadap sejarah pertumbuhan asuransi banyak yang menyoroti
bahwa Bottomry Contract ini merupakan awal terbentuknya asuransi. Bottomry Contract ini
adalah suatu cara pembiayaan perdagangan yang mempunyai sifat khusus.
Riwayatnya yaitu sekitar tahun 2.250 SM bangsa Babylonia, yang hidup di daerah
sungai Euphrat dan Tigris (sekarang wilayah Irak), pada waktu itu pedagang atau pemilik kapal
dapat mengambil barang-barang dagangan untuk dijual ke tempat-tempat lain tanpa membayar
harga barang tersebut terlebih dahulu, namun mereka diwajibkan untuk membayarnya kelak
dengan pembayaran bunganya dan ditambah pula dengan sejumlah uang sebagai imbalan atas
resiko yang telah dipikul oleh pemberi barang. Akan tetapi jika ternyata barang-barang tersebut
dirampok dalam perjalanan, maka para pedagang akan dibebaskan dari kewajiban tersebut.
Kontrak perjanjian ini adalah mirip dengan asuransi dalam bentuknya yang masih primitif.
• Tahun 600 Sebelum Masehi
Tahun 600 sebelum Masehi India pun ternyata sudah mengenal praktek Bottomry ini.
• Tahun 400 Sebelum Masehi
Dari tulisan Plutarach dan dari cerita mengenai Demostinus didapat suatu petunjuk
bahwa Yunani pun sejak tahun 400 sebelum Masehi telah mengenal praktek Bottomry.
• Tahun 215 Sebelum Masehi
Pada tahun 215 sebelum Masehi pemerintah Kerajaan Romawi diminta oleh para
supplier perlengkapan dan perbekalan tentara Kerajaan untuk menerima suatu konsepsi
pemberian perlindungan kepada mereka terhadap segala resiko kerugian yang mereka derita
atas barang-barang mereka yang berada di kapal sebagai akibat daripada bahaya
maritim/pelayaran seperti halnya serangan musuh dan badai.
• Tahun 50 Sebelum Masehi
Cicero pada kira-kira 50 tahun sebelum masehi memberi penjelasan tentang prektek
pemberian perlindungan atau jaminan terhadap keselamatan pengiriman uang atau surat-surat
berharga selama dalam perjalanan. Sebagai imbalannya, maka pihak yang diberi perlindungan
tersebut memberikan semacam balas jasa berupa uang premi kepada pihak pemberi
perlindungan.
• Tahun 50
Kaisar Claudius mengeluarkan suatu jaminan kepada para importir/pemasok barang
terhadap semua kerugian yang mereka derita sebagai akibat angin badai, tentunya dengan
dikenakan premi.
• Tahun 200

3
Para saudagar dan aktor di Italia mendirikan semacam lembaga asuransi yang disebut
Collegia Tenniorium dengan maksud untuk membantu para janda dan anak-anak yatim para
anggotanya.
Para bekas budak belian yang diperbantukan kepada ketentaraan pun membentuk lembaga
yang serupa dengan nama Collegia Nititum, hal mana kumpulan tersebut dimaksudkan agar
para bekas budak tersebut apabila meninggal dapat dikuburkan secara layak.
• Tahun 1194-1266
Perkembangan lembaga yang mirip dengan asuransi tumbuh terus dan akhirnya pada
masa pemerintahan Ratu Elenor di Belgia dibentuk undang-undang asuransi yang tercantum
dalam ROLES D’OLERON.

B. Perkembangan Asuransi Di Indonesia


Asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda dan Negara kita pada
waktu itu disebut Nederland Indie. Adanya asuransi di negeri kita ini akibat dari berhasilnya
Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan akan jaminan kehilangan usahanya, adanya asuransi
mutlakdiperlukan.
Diperkirakan masuknya asuransi ke Indonesia adalah sesaat setelah berdirinya sebuah
perusahaan asuransi di Negeri Belanda yang bernama DE NEDERLANDEN VAN 1845. Di
Indonesia sendiri oleh orang Belanda didirikan sebuah perusahaan asuransi jiwa dengan nama
NEDERLANDSH INDISCH LEVEN VERZEKERING EN LIEFRENTE MAATSCHAPPIJ
(NILMIY), dimana perusahaan ini terakhir diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia
dan sekarang bernama PT. Asuransi Jiwasraya.
Pada tahun 1853 terdapat perusahaan asuransi kerugian pertama yang beroperasi
diIndonesia yakni, BATAVIASCHE ZEE END BRAND ASURANTIE MAATSCHAPPIJ.
Selanjutnya tahun 1912 didirikan perusahaan asuransi jiwa bernama Boemi Poetra 1912, yang
dimiliki dan dipimpin sendiri oleh tenaga-tenaga bangsa Indonesia. Pada tahun 1942 - 1945,
perkembangan asuransi praktis terhenti karena sedang terjadirevolusi fisik.
Setelah bangsa Indonesia merdeka, maka mulai tahun 1950, asuransi mulai tumbuh lagi
dimana pada periode ini bangsa Indonesia mulai membangun perekonomian sendiri.
Perusahaan-perusahaan asuransi yang tadinya dibekukan mulai dibuka kembali, namun
demikian adanya kebijaksanaan Pemerintah Republik Indonesia pada saat itu yang menguasai
semua jalur perekonomian, dan masa perjuangan mengembalikan wilayah Irian Barat dari
tangan penjajah Bangsa Belanda, maka pada saat itu semua perusahaan asing diambil alih oleh
4
negara, hal mana ini juga termasuk perusahaan-perusahaan asuransi. Perusahaan-perusahaan
asuransi kerugian asing yang dinasionalisasikan ini dijadikan
Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) yang pada saat itu ada 6 PNAK, yaitu;
1. PNAK Ika Mulya ex. O. J. W Schlenckeer.
2. PNAK Ika Karya ex. Bloim Van Der Aa.
3. PNAK Ika Chandra ex. DE. Nederlandan Van 1945.
4. PNAK Ika Nusa ex NV. Assurantie Maatschappij de Nederlandshe Llyod Anno 1953.
5. PNAK Ika Bharata ex. Batabiashe Zee and Brand Ass 1843.
6. PNAK Ika Bhakti ex. Langevelt Schoroder
Selanjutnya keenam PNAK ini dilebur menjadi tiga perusahaan negara yaitu :
1. PNAK Djasa Raharja, yang khusus bergerak dalam bidang sosial.
2. PNAK Djasa Samoedera, yang khusus bergerak untuk bidang asuransi marine.
3. PNAK Djasa Aneka, yang khusus dalam bidang asuransi kebakaran dan aneka.
Ketiga PNAK ini kemudian dilebur menjadi satu perusahaan yang disebut Perusahaan
Negara Asuransi Bendasraya yang bergerak dalam semua jenis asuransi kerugian. Pada tahun
1973 Perusahaan Negara Asuransi Bendasraya ini digabungkan dengan PT Umum
Internasional Underwriter menjadi PT (Persero) Asuransi Jasa Indonesia.
PT. Jasindo merupakan hasil peleburan dari seluruh perusahaan-perusahaan asuransi
asing (Retender) di Indonesia setelah Indonesia merdeka. Untuk kesejahteraan rakyat,
pemerintah juga mendirikan perusahaan-perusahaan asuransi sosial yang melaksanakan
kegiatannya berdasarkan ketentuan perundang- undangan, seperti :
1. Perum Jasa Rahardja (sekarang Persero), yang melaksanakan Undang-Undang Kecelakaan
penumpang dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas.
2. Perum Taspen yang menyelenggarakan Tabungan dan Asuransi untuk PegawaiNegeri.
Didirikan tahun 1964, pada saat itu menjadi satu-satunya perusahaan milik negara yang
mengkhususkan penetapan asuransi dalam valuta asing.
3. Perum Asabri, untuk anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
4. Perum Astek (Jamsostek), yang melaksanakan Peraturan Pemerintah tahun 1977, yakni
Asuransi Sosial tenaga Kerja (Astek) yaitu asuransi kecelakaan tenaga kerja perusahaan
swasta.
Dengan lahirnya Pemerintah Orde Baru 1966 maka sektor swasta ditumbuhkan lagi dan
jalur perekonomian yang dikuasai perusahaan-perusahaan negara dibagi menjadi tiga golongan
yaitu Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum dan Persero (Undang-Undang No. 9 tahun
1969).
5
Dan sejalan dengan pesatnya pembangunan di Indonesia sebagai keberhasilan dari
Pemerintah Orde Baru melakukan pembangunan di segala bidang, maka perasuransian pun
berkembang dengan pesat.
Dalam upaya menerbitkan dan meningkatkan mutu dari Industri Asuransi di Indonesia
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan berupa ketentuan dan perundangan.
Ketentuan perundangan yang penting dalam menertibkan usaha bidang perasuransian ini
adalah Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 214 dan 215/KMK.013/1988 yang dikenal
dengan Paket Desember.
Tidak lama kemudian setelah itu lahirlah undang-undang khusus mengenai usaha
perasuransian sebagai yang pertama kalinya sejak Republik Indonesia merdeka, yaitu Undang-
Undang No. 2 tahun 1992 berikut dengan peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1992 dan Surat
Keputusan Menteri Keuangan No. 223 sampai 226/KMK.017/1993 yang mengatur sangat rinci
mengenai langkah-langkah usaha perasuransian dalam dunia asuransi.

C. Sejarah Asuransi Syariah


Praktek asuransi sudah ada sejak zaman sebelum Rasulullah SAW. Asuransi
merupakan budaya dari suku Arab kuno. Praktek asuransi disebut dengan ‘aqilah 1.
Thomas Patrick menyebutkan dalam bukunya Dictionary of Islam seperti yang telah
dikutip oleh Zainuddin Ali menjelaskan bahwa jika terdapat salah satu anggota suku yang
terbunuh oleh anggota suku lain, keluarga atau ahli waris korban akan dibayar dengan sejumlah
uang darah (diyat) 2.
Uang darah ini merupakan konpensasi yang diberikan oleh saudara terdekat dari
pembunuh kepada keluarga ahli waris korban pembunuhan. Istilah ‘aqilah berarti saudara
terdekat pembunuh.

1
'Aqilah adalah pihak yang menanggung diyat atas kasus pembunuhan semi sengaja dan tersalah. Dewasa ini
konsep 'aqilah tidak lagi berlaku dalam sistem hukum Islam, termasuk belum mendapat tempat yang seharusnya
dalam kajian fikih kontemporer. Padahal konsep 'aqilah ini dapat menjadi solusi dalam menjawab persoalan yang
dihadapi umat, khususnya pada kasus pembunuhan semi sengaja dan tersalah. Penelitian ini mengakaji tentang
konsep 'aqilah dan relevansinya untuk penerapan pada masa sekarang. Hasil kajian menemukan bahwa 'aqilah
pada masa rasul adalah 'asabah. Pada masa Umar, kosep 'aqilah mengalami perubahan, dimana pembebanan diyat
bukan hanya kepada 'ashabah tetapi juga pada kalangan diwan. Kalangan Hanafiyah dan Malikiyah sependapat
dengan pendapat Umar, sedangkan kalangan Hanabilah dan Syafi'yah menganggap bahwa ijtihad umar bertentang
dengan ketetapan Rasul. Kajian ini juga menemukan bahwa definisi 'aqilah dapat diperluas ke dalam beberapa
kategori; yaitu sebagai teman seprofesi, asuransi bahkan negara dapat menjadi 'aqilah dengan syarat-syarat
tertentu. karena ketiga kategori tersebut sekarang ini dapat digolongkan sebagai pihak yang dapat menolong dan
membantu tindak pidana
2
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 10

6
Kata ‘aqilah secara sederhana dapat diartikan sebagai saling memikul dan bertanggung
jawab bagi keluarga. Hal ini dapat menggambarkan bahwa suku Arab pada saat itu harus siap
untuk melakukan kontribusi financial atas nama pembunuhan untuk membayar sejumlah uang
kepada keluarga atau ahli waris korban.
Dalam âqilah, setiap anggota suku memberikan kontribus yang fungsinya untuk
membayar uang darah apabilah salah satu anggota suku membunuh anggota suku lain. Praktek
âqilah sama halnya dengan praktek asuransi, kontribusi yang dberikan kepada ahli waris korban
sama dengan nilai pertanggungan.
Dengan demikian, maka suku Arab pada zaman dahulu sudah mempraktekkan asuransi
dengan cara melakukan proteksi terhadap anggota sukunya terhadap risiko pembunuhan yang
bisa terjadi setiap saat tanpa duga sebelumnya.
Pembahasan asuransi dalam wilayah kajian ilmu-ilmu keislaman baru muncul pada fase
lahirnya ulama kontemporer. Tercatat dalam literature sederet nama yang menekuni kajian
asuransi diantaranya adalah, Ibnu Abidin (1784-1836), Muhammad Nejatullah al Shiddiqi,
Muhammad Muslehuddin, Fazlur Rahman, Mannan, Yusud al Qardhawi, Mohd. Ma’shum
Billah, merupakan deretan nama ulama ternama yang hidup di era abad modern.
Di sini, kajian tentang asuransi merupakan sebuah paket dari kajian ekonomi Islam
yang biasanya selalu dikaji bersama-sama dengan pembahasan perbankan dalam Islam, Jadi,
asuransi Islam atau asuransi syariah merupakan hasil pemikiran ulama kontemporer.
Sejarah terbentuknya asuransi syariah dimulai sejak tahun 1979 yang ditandai dengan
berdirinya perusahaan asuransi di Sudan bernama Sudanese Islamic Insurance.
Perusahaan tersebut pertama kali memperkenalkan asuransi syariah. Pada tahun yang
sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat Arab juga memperkennalkan asuransi
syariah di wilayah Arab.
Kemudian asuransi syariah juga dikenal di Swiss yang ditandai dengan berdirinya
asuransi syariah bernama Dar al Mâl al Islâmi pada tahun 1981 yang selanjutnya
memperkenalkan asuransi syariah ke Jenewa. Di Eropa, asuransi syariah kedua bernama
Islamic Takafol Company (ITC) yang berdiri di Luksemburg pada tahun 1983, dan diikuti oleh
beberapa Negara lainnya.
Secara prinsipil kajian ekonomi Islam selalu mengedepankan asas keadilan, tolong-
menolong, menghindari kezaliman,pengharaman riba, prinsip profit and loss sharing serta
penghilangan unsur gharar, Maka dari sini ditarik garis parallel terhadap prinsip-prinsip yang
harus ada dalam sebua institusi asuransi syariah. Sebab, asuransi syariah secara teoritis masih
menginduk kepada kajian ekonomi Islam secara umum.
7
Di samping prinsip dasar di atas yang harus dipenuhi oleh lembaga asuransi syariah,
asuransi syariah juga harus mengembangkan sebuah manajemen asuransi secara mandiri,
terpadu, professional serta tidak menyalahi aturan dasar yang telah digariskan dalam syariah
Islam. untuk tujuan menjaga agar selalu sesuai dengan syari’at Islam maka pada setiap asuransi
harus ada Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Di sinilah ulama kontemporer bermain dalam menggali dan menyusun sebuah kinerja
dan manajemen asuransi syariah. Mengutip pernyataan Nejatullah al Shiddiqi, bahwa asuransi
syariah harus membawa unsur tolong-menolong,seperti apa yang terjadi di awal sejarah
asuransi yang menjadikan prinsip tolong- menolong sebagai unsur utama di dalamnya.
Dari sini, asuransi syariah mengemban tugas agar melakukan pembersihan unsur-unsur
yang tidak sesuai dengan syariah terhadap praktik yang dijalankan oleh asuransi konvensional.
Nilai-nilai seperti matrealistis, individualistis, kapitalis, harus dihapus, sebagai
gantinya dimasukkan semangat keadilan, kerja sama dan saling tolong-menolong.
Asuransi syariah di Indonesia merupakan sebuah cita-cita yang telah dibangun sejak
lama, dan telah menjadi sebuah lembaga asuransi modern yang siapmelayani umat Islam
Indonesia dan bersaing dengan lembaga asuransi konvensional.
Adapun perkembangan asuransi syariah di Indonesia baru ada pada paruh akhir tahun
1994, yaitu dengan berdirinya Asuransi Takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994,
dengan diresmikannya PT Asuransi Takaful Keluarga melalui SK Menkeu No. Kep-
385/KMK.017/1994.
Pendirian Asuransi Takaful Indonesia diprakarsai oleh Tim Pembentuk Asuransi
Takaful Indonesia (TEPATI) yang diperoleh oleh ICMI melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank
Muamalat Indonesia Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Pejabat dari Departemen
Keuangan dan Pengusaha Muslim Indonesia.
Melalui berbagai seminar nasional dan setelah mengadakan studi banding dengan
Takaful Malaysia, akhir berdirilah PT Syarikat Takaful Indonesia (PT STI) sebagai Holding
Company pada tanggal 24 Februari 1994, kemudian PT STI mendirikan 2 anak perusahaan,
yakni PT Asuransi Takaful Keluarga (Life Insurance) dan PT Asuransi Takaful Umum
(General Insurance).
PT Asuransi Takaful Keluarga diresmkan lebih awal pada tanggal 25 Agustus 1994
oleh Menteri Keuangan saat itu. Setelah keluarnya izin operasional perusahaan pada tanggal 4
Agustus 1994.
Setelah itu beberapa perusahaan asuransi syariah yang lain lahir seperti PT. Asuransi
Syariah Mubarakah 1997 dan beberapa unut asuransi syariah dari asuransi konvensional seperti
8
MAA Assurance 2000, Asuransi Great Eastern 2001, Asuransi Bumi Putra 2003, Asuransi
Beringin Jiwa Sejahtera 2003, Asuransi Tripakarta 2002.
Asuransi Jasindo Takaful 2003, Asuransi Binagria 2003, Asuransi Burnida 2003,
Asuransi Staci Jasa Pratama 2004, Asuransi Central Asia 2004, Asuransi Adira Syariah 2004,
Asuransi BNI Jiwasraya Syariah 2004, Asuransi Sinar Mas 2004, Asuransi Tokio Marine
Syariah 2004, dan Reindo Divisi Syariah 2004 yang hingga bulan Agustus 2005 merupakan
satu- satunya perusahaan re-asuransi yang syariah.
Berdasarkan data terakhir dari DSN MUI, jumlah asuransi syariah saat ini telah
mencapai 52 jenis asuransi, yang terdiri dari 43 asuransi syariah, 3 reasuransi syariah dan 6
broker asuransi dan reasuransi syariah.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan perkembangan asuransi syariah di dunia
hingga saat ini semakin dikenal luas dan dinikmati oleh masyarakat dunia, baik oleh negara-
negara dengan penduduk muslim mayoritas maupun dengan penduduk muslim minoritas.
Adapun perkembangan asuransi syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan pesat,
khususnya karena Indonesia didominasi oleh kaum muslim maka permintaan akan asuransi
syariah pun semakin tinggi apalagi asuransi ini didasarkan pada prinsip syari’at Islam.

9
10

BAB III
KESIMPULAN

Praktek Asuransi umum terjadi jaman sebelum tahun masehi, kisah Nabi Yusuf a.s,
baik yang diceritakan melalui Al-Alquran maupun Alkitab, menjadi titik awal sejarah
perasuransian umum, adapun Sejarah Perasuransian di Indonesia dimulai sejak jaman
penjajahan belanda.
‘Aqilah pada jaman sebelum Rasulullah dan merupakan budaya dari suku Arab
merupakan salah satu catatan sejarah permulaan Asuransi di wilayah Arab. Pada tahun 1979
dimulainya era Asuransi Syariah yang dipelopori oleh perusahaan asuransi di Sudan bernama
Sudanese Islamic Insurance. Perusahaan tersebut pertama kali memperkenalkan asuransi
syariah. Pada tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat Arab juga
memperkennalkan asuransi syariah di wilayah Arab.

Daftar Pustaka
Ajib, M. (2019). Asuransi Syariah. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.
Buku 4 – Perasuransian Seri Literasi Keuangan. (2019). Jakarta: OJK (Otoritas Jasa
Keuangan).
Muthalib, S. A. (2016). Konsep 'Aqilah dalam Perspektif Hukum Islam. 2nd International
Social Development Conference (ISDC) (hal. 624). Malaysia: Pusat Pengajian
Psikologi: Gunaan, dasar Dan kerja Sosial Universiti Utara Malaysia.
Y.S, I. R. (2016). Pengantar Asuransi. Jakarta: ACA Asuransi.
Zainuddin, A. (2008). Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

10

Anda mungkin juga menyukai