Anda di halaman 1dari 33

STRATEGI PENGEMBANGAN TERNAK AYAM PEJANTAN

DI KELURAHAN METRO KECAMATAN METRO PUSAT

Proposal Penelitian

Oleh :
Eko Prasetio
19210023

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)


DHARMA WACANA METRO
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah

kegiatan mengembangbiakan dan memelihara hewan ternak untuk mendapatkan

manfaat dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Rasyaf, 2002).

Sektor pertanian di Indonesia terbagi menadi lima yaitu sektor tanaman pangan,

perkebunan, peternakan dan perikanan. Sektor peternakan sendiri terbagi menjadi

tiga yaitu ternak besar (sapi, kerbau, dan kuda) ternak kecil yang terdiri dari

(kambing, domba, dan babi) serta ternak unggas (ayam, itik, dan burung puyuh).

Kegiatan usaha yang menarik dikaji di subsektor peternakan adalah usaha ternak

ayam pejantan untuk teknik perawatan ayam pejantan ini lebih mudah dari pada

ayam pedaging, karena daya tahan terhadap penyakit lebih baik dari ayam

pedaging. Ayam pejantan dapat di katakan sebagai alternatif pengganti ayam

kampung. Saat ini sudah banyak warung makan yang menyajikan ayam jantan

sebagai hidangan, hal ini dikarenakan belum banyak peternakan yang

dikembangkan secara komersial. Usaha ternak ayam pejantan ini memiliki potensi

yang cukup bagus untuk beberapa waktu kedepan. (Passen, 2013).

Usaha peternakan merupakan keterpaduan antara manajemen produksi dengan

manajemen keuangan, dimana manajemen produksi melihat tentang pemakaian

input dan output. Bila semakin efektif dan efesien peternak dalam menjalankan

hal tersebut, maka dari itu semakin besar keuntungan yang diperoleh serta

tercapainya tujuan usaha. Didalam mengelola usaha efesiensi sangat dibutuhkan


untuk mencapai tujuan akan tetapi hal ini juga bisa gagal karena strategi utamanya

tidak tepat (Suresti dan Wati, 2012). Pengembangan Usaha merupakan aktifitas

yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan oleh konsumen yang

memiliki badan usaha, maupun perorangan. Usaha merupakan suatu kegiatan

yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dalam

pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mengetahui strategi pengembangan

usaha, dapat ditentukan dengan kombinasi faktor internal dan faktor eksternal.

Kedua faktor tersebut dapat dipertimbangkan dalam analisis SWOT (Strenghts,

Weaknesess, Opportunities, Threats).

Kecilnya jumlah produksi ayam jantan pedaging disebabkan oleh para peternak

lebih menyukai memelihara ayam dengan masa panen yang lebih singkat, masa

panen ayam jantan lebih panjang dibandingkan dengan ayam broiler. Masa panen

ayam pejantan antara 40-60 hari, Sedangkan masa panen ayam broiler cuma

antara 30- 40 hari. Masa panen yang singkat lebih disukai oleh peternak karena

perputaran uang lebih cepat, peternak lebih cepat mendapatkan hasil usahanya

untuk kebutuhan dan kelangsungan hidup keluarganya (Rasyaf, 2002). Maka dari

itu pengembangan ayam pejantan lebih rendah dibandingkan ternak ayam

pedaging lainnya, karena ayam pejantan memliki masa panen yang lebih lama.

Dalam kondisi saat ini dapat memberikan peluang untuk para peternak dalam

mengembangkan usaha ayam pejantan, dengan harapan dapat memenuhi

permintaan pasar. Meskipun usaha ternak ayam pejantan memiliki potensi yang

cukup bagus, kondisi ini juga dapat menjadi ancaman bagi peternak yang sudah

ada, karena akan banyak pengusaha yang mendirikan usaha ternak ayam yang

baru dan menambah pesaing yang berasal dari usaha ternak yang sejenis. Ayam
pejantan saat ini dijadikan produk substitusi untuk ayam kampung karena

mempunyai tekstur dan rasa yang sama dengan ayam kampung. Ayam ini

memiliki keunggulan tahan terhadap penyakit, secara relatif harga jual yang lebih

tinggi dari ayam broiler, bobot panen dapat diatur dengan pemberian pakan dan

protein yang sesuai dengan keadaan pasar. Wiyono I.E 2012.

Berdasarkan Data Kementrian Pemerinta pada tahun 2020-2021 produksi daging

ayam petelur di Kota Metro mengalami penurunan. Pada tahun 2020 produksi

daging di Kota Metro mencapai 688.139 dan pada tahun 2021 mencapai 1.134.

Produksi daging unggas di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Produksi Daging Unggas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

dan Jenis Unggas (kg), 2020-2021

No Kabupaten/Kota Ayam Petelur


2020 2021
1 Lampung Barat - 8 069
2 Tanggamus 32 853 19 681
3 Lampung Selatan 1 813 097 1 892 009
4 Lampung Timur 727 622 1 071 526
5 Lampung Tengah 283 471 624 023
6 Lampung Utara 245 515 251 174
7 Way Kanan 37 162 191 415
8 Tulang Bawang 127 968 25 062
9 Pesawaran 156 900 319 644
10 Pringsewu 216 666 571 214
11 Mesui 23 466 16 569
12 Tulang Bawang Barat 1 841 59 798
13 Pesisir Barat 9 743 1 647
14 Kota Bandar Lampung 1 197 217 3 927
15 Kota Metro 688 139 1 134
5 561 660 5 056 892
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020/2021

Berdasarkan tabel 1. Terliat bahwa Kota Metro berada di urutan ke empat dalam

produksi daging unggas di Provinsi Lampung yaitu dengan jumlah produksi di


tahun 2020 sebesar 688.139 dan di tahun 2021 mengalami penurunan hingga

menjadi urutan ke lima belas dengan jumlah produksi sebesar 1.134.

1.2 Rumusan Masalah

Peternak ayam memerlukan berbagai macam faktor produksi seperti jumlah DOC,

pakan, tenaga kerja, vaksin, obat dan vitamin. Kombinasi penggunaan faktor-

faktor produksi tersebut berpengaruh terhadap populasi ayam yang akan

mempengaruhi penerimaan, pendapatan, dan keuntungan peternak ayam. Populasi

Ternak Unggas di Kota Metro dapat dilihat pada tabel 2.

Populasi Ternak Unggas Menurut Kecamatan di Kota Metro, Tahun 2020 dan

2021

No Kecamatan Ayam Petelur


2020 2021
1 Metro Selatan 8 100 1 102
2 Metro Barat 3 162 16
3 Metro Timur - 105
4 Metro Pusat 295 1 012
5 Metro Utara 4 700 10 000
16 257 12 235
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Metro,

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa kecamatan Metro Pusat mengalami kenaikan

populasi di tahun 2020 sebesar 295 dan populasi di tahun 2021 sebesar 1.012.

Populasi Ternak Unggas di Kecamatan Metro Pusat pada tahun 2020 dan 2021.

Permasalahan utama yang dihadapi peternak ayam jantan ini adalah masa panen

ayam jantan lebih panjang dibandingkan dengan ayam broiler. Maka peternak

lebih memilih ternak ayam yang masa panennya lebih singkat karena perputaran
uang lebih cepat, peternak lebih cepat mendapatkan hasil usahanya untuk

kebutuhan dan kelangsungan hidup keluarganya.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan permasalahan di atas adalah

“Bagaimana ayam jantan bisa lebih banyak di minati para peternak di Kecamatan

Metro Pusa”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaiman strategi pengembanagan ternak ayam di

Kecamatan Metro Pusat.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan hasil penilitan ini dapat berguna bagi pemilik usaha ternak

ayam dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

2. Hasil penelitian diharapkan sebagai referensi pada penelitian yang akan

dilakukan dimasa yang akan datang.

3. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dan memperluas ilmu

bagi pengusaha ternak ayam.


II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustka

2.1.1 Ayam

Ayam petelur jantan merupakan suatu produksi ikutan dari industri penetasan

ayam petelur komersial, karena tujuan utama dari penetasan ayam petelur

komersial adalah yang betina. Anak ayam betina (DOC) akan dipelihara dan

dibesarkan untuk menjadi penghasil telur, sedangkan ayam jantan akan menjadi

limbah dan umumnya ayam jantan akan dibuang, dibakar, dibunuh atau

dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bahkan bagi perusahaan penetasan ayam

yang besar, menyatakan anak ayam petelur jantan tidak ada nilai ekonomisnya

(Sugiarsih, 1977).

Pada beberapa negara, seperti Indonesia ayam petelur jantan masih dimanfaatkan

sebagai penghasil daging. Dalam rangka untuk memenuhi konsumsi protein

hewani di Indonesia yang masih rendah yaitu 5.6 g/kapita/hari dari target 15

g/kapita/hari (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2012). Diharapkan

nantinya dapat menjadi sumber matapencaharian baru bagi masyarakat yang lebih

luas pada sektor peternakan. Maka dari itu ayam petelur jantan nantinya akan

mampu menjadi alternatif pembantu untuk memenuhi permintaan ayam kampung.

Menurut Bell dan Weaver (2002) bahwa secara genetik rasio jantan betina yang

dihasilkan dari proses penetasan adalah 50:50 persen. Artinya terdapat 50 persen

DOC ayam jantan setiap penetasan yang siap dijadikan penghasil daging. Ayam

yang biasa digunakan sebagai ternak penghasil telur adalah ayam betina,
sedangkan ayam yang digunakan sebagai penghasil daging adalah ayam jantan.

Dengan demikian, kemungkinan anak ayam petelur jantan sebagai penghasil

daging cukup besar (Riyanti, 1995).

2.1.2 Strategi

Strategi adalah rencana berskala besar yang berorientasi pada jangkauan masa

depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan

organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi

persaingan yang semuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dengan

berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan. Istilah “strategi” dirumuskan

sebagai tujuan yang ingin dicapai, upaya untuk mengkomunikasikan apa saja

yang akan dikerjakan, oleh siapa yang mengerjakannya, serta kepada siapa saja

hal-hal tersebut dikomunikasikan, dan juga perlu dipahami mengapa hasil kinerja

tersebut perlu dinilai (Assauri, 2015).

Strategi adalah sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah

tindakan serta alokasi sumber daya yang di perlukan untuk mencapai sasaran dan

tujuan itu. Strategi adalah kekuatan sumber daya, kapabilitas dan kompetensi inti

internal untuk mencapai tujuan perusahaan dalam lingkungan persaingan.

Berkaitan dengan memenangkan medan tempur persaingan dan mendapatkan

kepemimpinan global, tujuan strategi secara tidak langsung berarti bentang

sumber daya, kapabilitas, dan kompetisi intiorganisasi. Ketika di bangun dengan

efektif, tujuan strategi dapat membuat orang melakukan hal-hal dengan cara-cara

yang sebelumnya dianggap tidak mungkin (Anoraga. 2014). Strategi merupakan

alat untuk mencapai tujuan (Rangkuti, 2014).


2.1.3 Pengembangan Usaha

Pengembangan suatu usaha adalah kegiatan tanggung jawab atas usaha individu

terorganisasi untuk menghasilkan, menjual barang dan jasa guna untuk

mendapatkan keuntungan (Hughes dan Kapoor, 2016). Jika hal ini dapat

dilakukan oleh setiap wirausaha, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan

usaha yang semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah usaha

besar.

Pengembangan usaha adalah ”Tugas dan proses persiapan analitis tentang peluang

pertumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang

pertumbuhan usaha, tetapi tidak termasuk keputusan tentang strategi dan

implementasi dari peluang pertumbuhan usaha“(Hendro, 2012). Pengembangan

usaha merupakan sekumpulan aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan

cara mengembangkan dan mentransformasi berbagai sunber daya menjadi

barang/jasa yang diinginkan konsumen (Nasution, 2012).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan usaha

adalah segala sesuatu yang dilaksanakan untuk memperbaiki pelaksanaan

pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang memberikan informasi.

2.2 Analisis SWOT

SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),

Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Menurut Fredi Rangkuti (2004:

18) menjelaskan bahwa Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),


namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan

ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian,

perencanaan strategi harus menganalisa faktorfaktor strategi perusahaan

(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini.

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunity)

dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan

(weakness)

Faktor- Faktor dalam Analisis SWOT

1. Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan merupakan sumber daya/ kapabilitas yang dikendalikan oleh

perusahaan atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan

relatif lebih unggul dibanding dengan pesaingnya dalam memenuhi

kebutuhan pelanggan yang dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumber

daya dan kompetensi yang tersedia bagi perusahaan.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan merupakan keterbatasan/ kekurangan dalam satu atau lebih

sumber daya/ kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya,

yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara

efektif. Dalam praktek keterbatasan dan kelemahan-kelemahan tersebut

bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki,

kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak

sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminati oleh
konsumen atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang

kurang memadai.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan

suatu perusahaan. Kecenderungan utama merupakan salah satu sumber

peluang. Identifikasi atas segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan,

perubahan dalam kondisi persaingan/ regulasi, perubahan teknologi, dan

membaiknya hubungan dengan pembeli/ pemasok dapat menjadi peluang

bagi perusahaan.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam

lingkungan suatu perusahaan. Ancaman merupakan penghalang utama

bagi perusahaan dalam mencapai posisi saat ini atau yang diinginkan.

Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya

kekuatan tawarmenawar dari pembeli/ pemasok utama, perubahan

teknologi, dan direvisinya atau pembaharuan peraturan, dapat menjadi

penghalang bagi keberhasilan perusahaan.

Faktor kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan, sedangkan

peluang dan ancaman merupakan faktro- faktor lingkungan yang dihadapi

oleh perusahaan yang bersangkutan.


2.2.2 Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan perusahaan terbagi menjadi dua yaitu analisis lingkungan

internal dan analisis lingkungan eksternal.

1. Analisi lingkungan internal

Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strenghts and weaknesses

(S dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi

dalam perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya

pembuatan keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini

meliputi semua macam manajemen fungsional : pemasaran, keuangan,

operasi, sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan, sistem

informasi manajemen dan budaya perusahaan (corporate culture).

2. Analisis lingkungan eksternal

Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats

(O dan T). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi yang

terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan

keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri dan

lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, hukum, teknologi,

kependudukan, dan sosial budaya.

Ayam dapat di klasifikasikan melalui varietasnya. Hal itu dapat dilakukan dengan

melihat klasifikasinya sebagai berikut :

Klasifikasi Ayam
Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Divisi : Carinathae

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus domestica sp.

Ayam merupakan salah satu ternak yang sudah lama di domestikan masyarakat,

ayam ini berasal dari hutan atau disebut sebagai ayam liar. Kemudian dilakukan

beberapa persilangan dan dikawinkan dengan beberapa jenis ayam yang sudah di

ternak dan dibudidayakan para petani.

2.2.2 Analisis Matriks SWOT

Untuk membuat suatu rencana harus mengevaluasi faktor eksternal maupun faktor

internal. Analisis faktor-faktor haruslah menghasilkan adanya kekuatan (strength)

yang dimiliki oleh suatu organisasi, serta mengetahui kelemahan (weakness) yang

terdapat pada organisasi itu. Sedangkan analisis terhadap faktor eksternal harus

dapat mengetahui peluang (opportunity) yang terbuka bagi organisasi serta dapat

mengetahui pula ancaman (treath) yang dialami oleh organisasi yang

bersangkutan. Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan

ancaman dari lingkungan eksternal perusahaan diantisipasi dengan kekuatan dan


kelemahan yang dimilikinya. Maktriks SWOT akan mempermudah merumuskan

berbagai strategi. Pada dasarnya alternatif strategi yang diambil harus di arahkan

pada usaha- usaha untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan,

menanfaatkan peluang- peluang bisnis serta mengatasi ancaman. Sehingga dari

matriks SWOT tersebut akan memperoleh empat kelompok alternatif strategi

yang disebut strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT.

Masing- masing alternatif strategi tersebut adalah:

a. Strategi SO (Strenght- Opportunity)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.

b. Strategi ST (Strenght- Threath)

Strategi ini dibuat berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengantisipasi ancaman-ancaman yang ada.

c. Strategi WO (Weakness- Opportunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT (Weakness- Threath)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif, berusaha

meminimalkan kelemahan-kelemahan perusahaan serta sekaligus

mengindari ancaman-ancaman.
Tabel 3

Matriks SWOT

Strength (S) Weakness (W)


Daftar semua kekuatan Daftaer semua kelemahan
yang dimiliki. yang dimiliki.
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Daftar semua peluang Gunakan semua Atasi semua kelemahan
yang dapat di kekuatan yang dimiliki dengan memanfaatkan
identifikasi. untuk memanfaatkan peluang yang ada.
peluang yang ada.
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Daftar semua ancaman Gunakan semua Tekan semua kelemahan
yang dapat di kekuatan untuk dan cegah semua
identifikasi. menghindari ancaman. ancaman.

Gambar 1

Diagram Analisis SWOT

Peluang

III I

Strategi turn around Strategi agresif

Kelemahan Kekuatan

IV II

Strategi devensif Strategi diversifikasi

Ancaman
Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan ini

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara

strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi

dipihak lain menghadapi berbagai kendala/kelemahan internal. Fokus strategi

perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan Internal.


2.2 Penelitian Terdahulu

No Judul Tujuan Metode Kesimpulan


1 Judul: tujuan dari penelitian ini Metode yang digunakan untuk Analisis faktor-faktor linkungan
Analisis Strategi dirancang untuk mengetahui memperoleh data primer yang internal menunjukan bahwa
Pengembangan profil peternak ayam ras di dimaksudkan untuk kekuatan utama pengembangan
Agribisnis Peternakan kabupaten probolinggo, mengetahui aspek-aspek agribisnis peternakan ayam ras
Ayam Ras Di Kabupaten menganalisis faktor-faktor kuantitatif melalui media adalah usaha turun-temurun dan
Probolinggo Jawa Timur kekuatan, kelemahan, peluang, kuesioner yang terstruktur dan tersedianya sarana transportasi,
ancaman, merumuskan telah dipersiapkan sedangkan kelemahan utama adalah
Nama Jurnal : alternatif, dan menentukan keterbatasan jumlah dana serta
Ilmiah Agribisnis, prioritas strategi yang harus minimnya informasi
Ekonomi Dan Sosial dilakukan pengembangan
agribisnis peternakan ayam ras
Vol. 1, No. 1, (23-31) Tahun di kabupaten probolinggo
2017
Non Sinta

2 Judul: Tujuan penelitian ini dilakukan Metode yang digunakan dalam Usaha peternakan ayam ras petelur
Strategi Pengembangan untuk mengetahui perencanaan penelitian ini adalah metode di kabupaten kediri strategi yang di
Agribisnis Peternakan strategi bisnis yang tepat untuk penelitian deskriptif melalui dapat yaitu ST dengan
Ayam Ras Petelur Di mengembangkan usaha serta survey. menggunakan kekuatan internal
Kabupaten Kediri mampu bertahan dalam untuk mengatasi ancaman internal
Nama Jurnal : persaingan yang semakin ketat
Managemen Agribisnis: dan menghadapi lingkungan
Jurnal Agribisnis yang selalu berubah

Vol. 19, No. 2, (1-8) Tahun


2019
Sinta 5

3 Judul: Untuk mengetahui analisis Metode yang digunakan adalah . Analisis ekonomi usaha berbasis
Analisis Ekonomi Usaha ekonomi usaha berbasis metode survey perbandingan pada usaha
Berbasis Perbandingan perbandingan pada usaha peternakan ayam broiler dan ayam
Pada Usaha Peternakan peternakan ayam broiler dan pejantan layer di Kecamatan
Ayam Broiler Dengan ayam pejantan layer di Kandat Kabupaten Kediri tergolong
Ayam Pejantan Layer Di Kecamatan Kandat Kabupaten layak karena tidak ada masalah
Kecamatan Kandat Kediri. baik dari segi aturan pemerintah
Kabuaten Kediri maupun lingkungan masyarakat
disekitarnya.
Nama Jurnal :
Jurnal Ilmiah Fillia
Cendikia

Vol 3, No 1 (36-44) Tahun


2018
Sinta 4

4 Judul : Tujuan penelitian ini dilakukan Analisis data yang digunakan Berdasarkan hasil penelitian dan
Analisis Pendapatan untuk melakukan penelitian pada penelitian ini yaitu analisa pembahasan peneliti menyimpulkan
Peternak Ayam Potong lebih jauh tentang Analisis statistik deskriptif bahwa terdapat perbedaan nyata
Pejantan pada Mandiri pendapatan peternak Ayam terhadap pendapatan t hitung
dan Kemitraan di Potong Pejantan yang mandri 114,33 > t tabel 3,182 (1%) 2,179
Kecamatan Paciran dan kemitaran di Kecamatan (5%) pada pendapatan peternak
Kabupaten Lamongan Paciran Kabupaten Lamongan ayam potong pejantan pada mandiri
dan kemitraan di kecapatan paciran
Nama Jurnal: kabupaten lamongan tahu 2015.
Jurnal Ilmiah Fillia
Cendikia

Vol 4, No 2 (78-87) Tahun


2019
Sinta 4
5 Judul : Penelitian ini bertujuan untuk Metode penelitian ini Kesimpulan dari penelitian yang
Strategi Pengembangan mengetahui posisi strategi usaha menggunakan data primer dan telah dilakukan adalah usaha ternak
Ternak Ayam Ras dan strategi prioritas data skunder yang bersifat ayam petelur skala besar, skala
Petelur Di Kecamatan pengembangan yang dapat kualitatif menengah, dan skala kecil di
Gadingrejo Kabupaten diterapkan untuk menjamin kecamatan gadingrejo berada pada
Pringsewu keberlanjutan usaha ternak ayam kuadran 1 dengan posisi strategi
ras petelur di kecamatan pertumbuhan secara agresif
Nama Jurnal gadingrejo kabupaten pringsewu
Jurnal Ilmu Agribisnis

Vol. 6, No. 1 (33-40) Tahun


2018
Non Sinta
2.3 Kerangka Pemikiran

Menurut Umar (2012 : 215) Kerangka Pemikiran adalah suatu kerangka berpikir

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

terindentifikasi sebagai masalah riset.

Strategi pengembangan usaha kecil diawali dengan dilakukannya analisis

lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis lingkungan internal

digunakan untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sedangkan

analisis lingkungan eksternal digunakan untuk melihat peluang dan ancaman yang

muncul dalam persaingan. Analisis terhadap faktor internal dan eksternal

digunakan untuk mengidentifikasi faktor kekuatan/kelemahan dan

peluang/ancaman, kemudian menganalisisnya dalam matrik SWOT dengan

mengkombinasikan kekuatan dan kelemahan untuk menghadapi ancaman dan

memanfaatkan peluang.

2.3 Hipotesis

1. Diduga pendapatan peternak ayam di Kecamatan Metro Pusat

menguntungkan.

2. Faktor produksi yang berupa jumlah DOC, pakan, tenaga kerja, vaksin,

obat dan vitamin. Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut

berpengaruh nyata terhadap populasi ayam di Kecamatan Metro Pusat.

3. Diduga penggunaan faktor produksi seperti jumlah DOC, pakan, tenaga

kerja, vaksin, obat dan vitamin pada peternak ayam di Kecamatan Metro

Pusat belum bisa mencapai produksi tertinggi.


Gambar 2. Kerangka pemikiran Strategi Pengembangan Ternak Ayam Di Kota
Metro

Ternak Ayam di Kecamatan Metro Pusat

Identifikasi lingkungan

Identifikasi Faktor Internal: Identifikasi Faktor Eksternal:

 Kekuatan  Peluang
 kelemahan  Ancaman

Matriks IFE Matriks EFE

Matriks IE &

Matriks SWOT : SO, WO, ST,


WT

Alternatif Strategi

Alternatif Strategi Yang Tepat


III. METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah penjelasan maksud dari istilah dan petunjuk mengenai

variable-variabel penelitian yang menjelaskan bagaimana penelitian akan

dilaksanakan. Maka dibuat beberapa faktor penentu yang tertuju pada kegiatan

penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Strategi adalah rencana terpadu untuk mencapai suatu tujuan secara

tepat.

2. Peternakan ayam adalah kegiatan pengembangbiakan ayam untuk

diperoleh manfaatnya secara komersial maupun non komersial.

3. Faktor internal adalah factor-faktor yang ada di dalam lingkungan

yang mempengaruhi kegiatan usaha ternak ayam.

4. Faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar lingkungan usaha ternak

ayam yang mempengaruhi pengembangan usaha dan pada umumnya

belum dapat dikendalikan sepenuhnya.

5. Rating adalah peringkat dari masing-masing faktor internal eksternal

yang didasarkan pada kondisi pengembangan usaha ternak ayam.

6. Bobot adalah derajat kemenarikan masing-masing faktor internal dan

eksternal.

7. Kekuatan adalah segala sumberdaya, keterampilan, kemampuan atau

keunggulan yang dimiliki untuk menunjang suatu usaha yang dimiliki.

8. Kelemahan adalah suatu kekurangan atau keterbatasan dalam hal

sumberdaya, keterampilan, dan kemampuan suatu usaha yang dimiliki.


9. Peluang adalah faktor yang berasal dari luar dan bersifat

menguntungkan bagi pelaksanaan pengembangan ternak ayam.

10. Ancaman adalah faktor yang berasal dari luar dan bersifat mengganggu

keberlangsungan pelaksanaan pengembangan pada ternak ayam.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Metro Pusat. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan

Metro Pusat ada yang menjalankan usaha ternak ayam.

3.3 Populasi dan Sempel

Menurut (Sugiyono, 2006) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek atau subjek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang

menjadi populasi pada penelitian ini yaitu di Kecamatan Metro Pusat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu

dengan sampling jenuh (sensus) yaitu metode penarikan sampel bila semua

anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan apabila

jumlah populasi kecil, kurang dari 30 orang (Ningrum, 2017). Dalam penelitian

ini sampel yang akan di ambil sebanyak 10 orang, yaitu seluruh peternak yang ada

di Kecamatan Metro Pusat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua, yaitu dengan

pengumpulan data secara primer dan sekunder. Berikut ini penjelasan dari teknik

pengumpulan data tersebut :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan secara

langsung peneliti dari hasil penelitian langsung untuk menjawab masalah atau

tujuan penelitian yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, diskusi

dan kuesioner. Adapun penjelasan sebagai berikut:

a) Observasi adalah melakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan

ternak ayam yang telah dilakukan dan hal-hal lainnya yang mendukung

penelitian.

b) Wawancara adalah melakukan proses tanya jawab dengan beberapa objek

penelitian.

c) Kuesioner adalah memberikan pernyataan berupa kuesioner kepada

responden terpilih. Kuesioner terdiri dari kuesioner pembobotan dan

kuesioner untuk penentuan prioritas strategi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan dari pihak

lain (pihak eksternal). Data sekunder diperoleh dari kumpulan data yang

dimiliki pihak perusahaan, bahan pustaka, dan instansi terkait (BPS, BPP,

Dinas Pertanian) dan data-data lain yang diperlukan untuk menunjang

penelitian.
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian merupakan data kualitatif yang kemudian

diolah dan dianalisis lebih lanjut sehingga mampu memberikan gambaran dan

penjelasan terhadap permasalahan yang terjadi. Alat analisis yang digunakan

dalam penenelitian ini adalah matriks EFE dan IFE, matriks IE, matriks SWOT.

3.6 Metode Analisis SWOT

Proses penyusunan strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap

analisis, yaitu tahap pemasukan data (The Input Stage), tahap pemaduan data (The

Matching Stage) dan tahap keputusan (The Decision Stage).

3.6.1 Tahap Pemasukan Data (The Input Stage)

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah melakukan analisis lingkungan

internal dan eksternal perusahaan melalui matriks IFE dan EFE. Matriks IFE

digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang

membentuk kekuatan dan kelemahan usaha dari seluruh aspek fungsional 53

manajemen usaha. Sedangkan matrik EFE digunakan untuk mengidentifikasi

lingkungan eksternal yang berpengaruh terhadap usaha.

3.6.1.1 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) digunakan untuk mengetahui

faktorfaktor internal berkaitan dengan kekuatan (Strength) dan kelemahan

(Weakness) yang dianggap penting untuk pengembangan padi organik. Menurut

David (2010), langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun matriks IFE

adalah sebagai berikut :


1. Identifikasi faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan usaha,

kemudian dilakukan wawancara atau diskusi dengan responden ahli dengan

menetukan apakah faktor-faktor tersebut sesuai dengan kondisi internal saat ini.

2. Menentukan bobot setiap variabel pada masing-masing faktor dengan skala

mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh

terhadap posisi strategis pengembangan pengembangan usaha ternak kambing.

Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0.

3. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala

mulai dari 1 (poor) sampai dengan 4 (outstanding), 4 = kekuatan utama, 3 =

kekuatan kecil, 2 = kelemahan kecil, 1 = kelemahan utama. Nilai rating 1 sampai

4 ditentukan berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha

pengembangan ternak ayam.

4. Mengalikan bobot dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan,

Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya

bervariasi mulai dari4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan

untuk usaha pengembangan padi organik. Nilai total ini menunjukkan bagaimana

usaha usaha ternak ayam bereaksi terhadap faktor-faktor internalnya. Total skor

pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. jika total skor

pembobotan IFE 3,0-4,0 berarti kondisi internal usaha ternak ayam tinggi atau

kuat, kemudian jika 2,0-2,99 berarti kondisi internal usaha ternak ayam rata-rata

atau sedang dan jika 1,0-1,99 berarti kondisi internal usaha ternak ayam rendah
atau lemah. Menurut David (2010), bentuk matriks IFE (internal factor

evaluation) dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Factor Strategi Bobot Rating Skor Pembobotan


Intrnal (1) (2) (3) = (1)x(2)

Kekuatan

Kelemahan

Total Skor Pembobotan

Sumber : David, 2006

3.6.1.2 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)

Matriks EFE (external Factor Evaluation) digunakan untuk mengetahui

faktorfaktor internal berkaitan dengan peluang (opprtunity) dan ancaman (threath)

yang dianggap penting untuk pengembangan padi organik. Menurut David (2010),

langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun matriks IFE adalah sebagai

berikut :
1. Identifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman usaha ternak

kambing, kemudian dilakukan wawancara atau diskusi dengan responden ahli

dengan menetukan apakah faktor-faktor tersebut sesuai dengan kondisi eksternal

saat ini.

2. Menentukan bobot setiap variabel pada masing-masing faktor dengan skala

mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh

terhadap posisi strategis pengembangan padi organik. Semua bobot tersebut

jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0.

3. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala

mulai dari 1 (poor) sampai dengan 4 (outstanding), 4 = kekuatan utama, 3 =

kekuatan kecil, 2 = kelemahan kecil, 1 = kelemahan utama. Nilai rating 1 sampai

ditentukan berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pengembangan

ternak ayam.

4. Mengalikan bobot dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan,

Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya

bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan

untuk pengembangan ternak ayam. Nilai total ini menunjukkan bagaimana usaha

ternak ayam bereaksi terhadap faktor-faktor eksternalnya. Total skor pembobotan

akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. jika total skor pembobotan

IFE 3,0-4,0 berarti kondisi eksternal usaha ternak ayam tinggi atau kuat,

kemudian jika 2,0-2,99 berarti kondisi eksternal usaha ternak ayam rata-rata atau

sedang dan jika 1,0-1,99 berarti kondisi eksternal usaha ternak kambing rendah
atau lemah. Menurut David (2010), bentuk matriks EFE (External Factor

Evaluation) dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Factor Strategi Bobot Rating Skor


Eksternal (1) (2) Pembobotan
(3) = (1)x(2)
Peluang

Ancaman

Total Skor Pembobotan

3.6.2 Tahap Pemaduan Data (The Matching Stage)

Tahap pemaduan data (The Matching Stage) merupakan tahapan untuk

menghasilkan alternatif strategi yang layak dengan memadukan faktor-faktor

internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap input. Pada tahap

pemaduan ini digunakan alat analisis matriks IE dan SWOT.

1.6.2.1 Matriks Internal-Eksternal (I-E)


Nilai yang diperoleh pada matriks IFE dan matriks EFE kemudian dimasukkan ke

dalam matriksnternal-Eksternal (Internal External Matrix) untuk memetakan

posisi usaha padi organik pada saat ini. Total skor bobot IFE dalam matriks IE,

ditempatkan ada sumbu vertikal dan total skor bobot EFE pada sumbu horizontal.

Berikut ini merupakan tabel kriteria skor bobot pada sumbu vertikal an horizontal.

Tabel 8. Kriteria Skor bobot pada sumbu vertikal dan sumbu horizontal.

Skor Keterangan
1,0 – 1,99 Lemah
2,0 – 2,99
Sedang
3,0 – 4,0
Kuat
Sumber : Dafid, 2010

Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa total skor bobot IFE dan EFE sebesar

1,0 hingga 1,99 menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2,0 hingga 2,99

merupakan pertimbangan sedang, dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah kuat.

Gambar Matriks IE
Kuat Rata-rata Lemah
3,0 – 4,0 2,0 – 2,99 1,0 – 1.99

4,0 3,0 2,0 1,0

I II III
3,0

IV V VI
2,0

VII VIII IX
1,0

Sumber : Dafid, 2010

Matriks IE mempunyai sembilan sel strategi yang dapat dikelompokkan menjadi

tiga sel strategi utama, yaitu:

1) Growth and Build (Tumbuh dan Bina) berada dalam sel I, II, atau IV. Strategi

yang cocok adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan

pengembangan produk) dan strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi

ke depan, dan integrasi horizontal).

2) Hold and Maintain (Pertahankan dan Pelihara) dilakukan untuk sel III, V,

atau VII. Strategi yang dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan

produk.

3) Harvest or Divest (Panen atau Divestasi) dipakai untuk sel VI, VIII, atau IX.

Strategi yang dipakai adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi

konglomerat dan strategi likuidasi.

1.6.2.2 Analisis Matriks SWOT


Matriks SWOT merupakan alat analisis yang digunakan untuk mencocokkan hasil

yang diperoleh pada matriks IFE dan EFE. Hasil yang diperoleh Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenght) dan

peluang (Opportunity), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weakness) dan ancaman (Threat). Matriks ini dapat menghasilkan empat sel

kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O (Strenghts-Opportunities),

strategi W-O (Weakness-Opportunities), strategi W-T (Weakness-Threaths), dan

strategi S-T (Strenghts-Threaths).

Menurut David (2010), untuk membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah

yang harus dilakukan, yaitu :

1) Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan

2) Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan

3) Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan

4) Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan

5) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat

strategi SO dalam sel yang ditentukan

6) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat

strategi WO dalam sel yang ditentukan

7) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat

strategi ST dalam sel yang ditentukan

8) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat

strategi WT dalam sel yang ditentukan

Tabel 9. Matriks SWOT


Analisis internal STRENGHTS (S) WEAKNESS (W)
Menentukan 5 – 10 Menentukan 5 – 10
faktor kelemahan kekuatan internal
Analisis eksternal internal
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Menentukan 5 – 10 Menciptakan strategi Menciptakan strategi
faktor peluang eksternal yang menggunakan yang meminimalkan
kekuatan untuk kelemahan untuk
memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang

THREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


Menentukan 5 – 10 Menciptakan strategi Menciptakan strategi
faktor ancaman eksternal yang menggunakan yang meminimalkan
kekuatan untuk kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman

Sumber : Dafid 2010

Anda mungkin juga menyukai