ُك ْم ُت ْفلِح
﴾٧٧﴿ ُون َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
{س} َو َجا ِه ُدوا فِي هَّللا ِ َح َّق ِج َها ِد ِه
Ibdah terdiri tina cangkang jg eusin, tina eusi ngandung vitamin tina cangkang ngandung
paleuleuwih
TARGET IBADAH SHOLAT DAN YANG LAINNYA
a. ibadah
1. Juma’ahan
2. Haid
3. Memberitahukan imam nu poho
4. Barisan shalat
5. Masjid alus keur lalaki
b. Mu’amalah
1. Jilbab
2. Lalki boleh beristri lebih dari 1
3. Jihadna
Bagimanakah kedudukan wanita dalam jihad?
Jihad Umum
Jihad Khusus
Suatu hari, saat Rasulullah sedang bersantai, Ali bin Abi Thalib, Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah,
‘Utsman bin Affan, Abu Bakar, dan Abdurrahman bin ‘Auf datang menghampiri beliau.
Ketika melihat mereka berkumpul di depannya, beliau tersenyum seraya bersabda, “Apakah
kalian datang menghadapku untuk menanyakan sesuatu? Aku akan memberi tahu kalian
sesuatu jika kalian mau. Tapi, jika kalian ingin bertanya, silakan bertanya.”
A. Jika kalian bertanya tentang jihad yang kecil, sesungguhnya itu adalah haji dan
umrah.
ِ ْجه
ِ َ اد َف َق ِ ِ
ْحج
َ ال ج َها ُد ُك َّن ال َ ِ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم في ال
َ ت النَّبِ َّي
ُ ْاستَْأذَن
ْ
“Aku meminta izin kepada Nabi SAW untuk berjihad.” Beliau lalu bersabda, “Jihad
kalian adalah pergi haji.” Dalam kitab yang sama disebutkan sebuah riwayat dari
Aisyah, “Rasulullah pernah ditanya oleh para istrinya tentang jihad.” Beliau lalu
bersabda, “Jihad itu adalah pergi haji.”
B. TAAT KA SALAKI
Jika kalian bertanya tentang jihadnya perempuan, sesungguhnya itu adalah melayani
suami dengan baik. /
Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabrani, pada suatu hari seorang wanita bernama
Zainab yang bergelar Khatibatin-nisa’ (wanita yang pintar berpidato) datang menemui
Rasulullah SAW lalu berkata: “Aku telah diutus oleh kaum wanita kepada engkau. Jihad
yang diwajibkan oleh Allah ke atas kaum lelaki itu, jika mereka luka parah, mereka mendapat
pahala. Dan jika mereka gugur pula, mereka hidup disisi Tuhan mereka dengan mendapat
rezeki. Manakala kami kaum wanita, sering membantu mereka. Maka apakah pula balasan
kami untuk semua itu?”
Pada ketika yang lain, Rasulullah SAW pernah ditanya: “Wahai Rasulullah, perempuan
manakah yang baik?”
ُ ُأ ِري
َ ƒالعش قيل َأيَ ْكفُرْ َن باهللِ قال يَ ْكفُرْ َن ْت النا َر فإذا أكث ُر أهلِها النسا ُء يَ ْكفُرْ َن
يرƒ
ْ
الت ماƒق يًئاƒƒرأت منك شْ دهر ثمƒ
َ ƒداهن الƒƒنت إلى إحƒƒإن أحس ْ اإلحسان
َ ويكفرن
ُّ منك خيرًا
قط َ رأيت ُ
Aku diperlihatkan tentang neraka, saat itu kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita yang “
kufur." Sahabat bertanya : "Apakah mereka kufur kepada Allah?" Rasulullah menjawab : "Mereka
kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Jika engkau berbuat
baik kepada salah seorang diantara mereka selama kurun waktu yang panjang kemudian dia melihat
sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : Aku tidak pernah melihat
sedikit pun kebaikan pada dirimu."” (HR. Bukhari)
Pada suatu saat , Sayyidina Ali KW datang kepada Nabi SAW bersama Fatimah.Tiba-tiba mereka
:, menjumpai Beliau sedang menangis tersedu-sedu.Ali pun bertanya kepada Beliau
".Ayah dan Ibuku menjadi tebusanmu , wahai Rasulullah "
Maksudnya , kesusahan dan tangisanmu akan saya tebus dengan Bapak dan Ibu saya , karena saya {
.}sangat mencintaimu
"?Apa yang menjadikan engkau menangis "
Nusyuz secara kebahasaan diartikan “tempat yang tinggi”, yaitu sikap ketidakpatuhan yang muncul
dari isteri ataupun suami. Dalam kitab Lisanul Arab – Ibnu Manzur (630 H) mendefenisikan nusyuz
adalah “rasa kebencian salah satu pihak (suami atau isteri) terhadap pasangannya”. Sedangkan Fikih
Islam Waadillatuhu – Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaily – guru besar Fikih dan Usul Fikih Universitas
Damaskus – Siria, mengartikan nusyuz adalah “ketidakpatuhan salah satu pasangan terhadap apa
yang seharusnya dipatuhi dan/atau rasa benci terhadap pasangannya”. Dengan kata lain, nusyuz
berarti tidak taatnya suami/isteri kepada aturan-aturan yang telah diikat oleh perjanjian yang telah
terjalin dengan sebab ikatan perkawinan, tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara’
Nusyuz bisa terjadi dari pihak isteri, sebagai dasar hukumnya adalah firman Allah Swt:
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka dan jika mereka mentaatimu maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya, sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar
(QS. an-Nisa’: 34
Nusyuz dapat terjadi dalam bentuk perkataan dan tindakan. Nusyuz perkataan dapat terjadi
jika seorang isteri tidak berbicara sopan kepada suaminya, seperti memaki-maki suaminya,
atau menjawab secara tidak sopan terhadap pembicaraan suaminya yang bersikap santun
kepadanya. Sedangkan nusyuz dalam perkataan bagi pihak suami kepada isterinya adalah
menghina isterinya, atau membentak-bentak isterinya yang telah menjalankan tugasnya
sebagai isteri.
Adapun nusyuz dalam bentuk perbuatan, dari pihak isteri misalnya tidak mau pindah
ke rumah yang telah disediakan oleh suaminya, tidak mau melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh suaminya dalam batas-batas tertentu sebagai tugas seorang isteri, keluar
rumah tanpa izin suami, tidak mau melayani suaminya sedangkan dia tidak dalam keadaan
uzur atau sakit. Sedangkan nusyuz dari pihak suami adalah mengabaikan hak-hak isterinya
atas dirinya, seperti, tidak memberikan nafkah lahir batin pada isteri atau berfoya-foya
dengan perempuan lain, atau menganggap sepi atau rendah terhadap isterinya.
Jika seorang isteri mengalami perlakuan nusyuz dari suaminya, maka isteri dapat
melakukan dua hal, yakni: Pertama, bersabar terhadap perlakuan suaminya, karena dengan
sikap sabar akan dapat menimbulkan kesadaran pada suaminya, jika membalas dengan
perlakuan yang sama, maka kedua-duanya akan terjebak kepada nusyuz, dan pada gilirannya
akan membawa kepada syiqaq dan syiqaq akan membawa kepada perseteruan yang
berkepanjangan. Kedua, isteri dapat melakukan khulu’, yaitu kesediaan untuk membayar
uang iwad (uang pengganti) agar suami bersedia untuk menceraikannya.
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka dan jika mereka mentaatimu maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya, sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar
(QS. an-Nisa’: 34
Sebaliknya, jika suami mengalami perlakuan nusyuz dari pihak isterinya, maka suami dapat
melakukan empat hal, yakni: Pertama, memberikan nasehat kepada isteri agar bertaqwa
kepada Allah Swt, dan nasehat diawali mengintrospeksi dirinya sendiri karena boleh jadi
sikap nusyuz isteri timbul akibat sikap suami sendiri. Kedua, berpisah ranjang dan tidak
saling tegur sapa (sebagai lanjutan dari tahapan pertama jika tidak berhasil di nasehati) dan
tidak lebih dari tiga hari, berdasarkan Sabda Nabi Saw: Tidak halal bagi seorang muslim
untuk tidka bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari tiga malam ((HR. Abu
Daud dan Nasai).
Ketiga, memukulnya dengan tidak sampai mencederai, tidak boleh memukul wajah
dan perut, dan dengan alat yang tidak membahayakan. Nabi Saw bersabda: Tidak dibenarkan
salah seorang kamu memukul dengan pemukul yang lebih dari sepuluh helai lidi, terkecuali
untuk melakukan hal-hal yang ditetapkan (hudud) Allah (HR. al-Bukhari Muslim). Keempat,
adalah tahap yang diberikan untuk menyelesaikan syiqaq, yaitu mencari juru damai, hingga
sampai ke pengadilan untuk melakukan perceraian.
Kriteria Nusyuz
Saleh bin Ganim al-Saldani (2004 : 27-28), menjelaskan secara rinci mengenai kriteria tindakan istri
yang termasuk ke dalam perbuatan nusyuzmenurut para ulama mazhab, yaitu sebagai berikut:
1.Menurut ulama Hanafi: Apabila seorang istri (perempuan) keluar dari rumah
suami tanpa izin suaminya dan dia tidak mau melayani suaminya tanpa alasan
yang benar.
2.Menurut ulama Maliki: seorang istri dikatakan nusyuzapabila ia tidak taat
terhadap suaminya dan ia menolak untuk digauli, serta mendatangi suatu tempat
yang dia tahu hal itu tidak diizinkan oleh suaminya, dan ia mengabaikan kewajibannya terhadap Allah
SWT, seperti tidak mandi janabah,dan tidakmelaksanakan puasa di bulan Ramadhan.
3.Menurut ulama Syafi’i, seorang stri dikatakan nusyuz apabila istri tersebut tidak mematuhi suaminya
dan tidak menjalankan ketentuan-ketentuan agama yang berkaitan dengan hak- hak suaminya serta
tidak menunaikan kewajiban agama lainnya.
4.Sedangkan menurut ulama Hanbali, seorang istri dikatakan
nusyuzapabila istri melakukan tindakan yang tidak memberikan hak-hak suami yang wajib
diterimanya karena pernikahan
akibat nusyuz isteri terhadap suaminya adalah gugur kewajiban suami memberi
nafkah kepada isteri nusyuz selama dalam nusyuznya, dan apabila suaminya meninggal dunia,
isteri tidak mendapat warisan, terkecuali harta pembawaan sebelum terjadi akad nikah.