Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Konsep Hak, Kewajiban, Keadilan”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen pengampu : Aziz Rifai M.Pd


Disusun Oleh :
1. Anggi Rahmawati
2. Suheri Dharma Putra
3. Teti Rona Sari

Fakultas Tarbiyah
Program Studi Managemen Pendidikan Islam
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Miftahul Ulum
Jl. Lintas Bengkulu-Padang Desa Sidodadi
Kec.Penarik Kab.Mukomuko Prov.Bengkulu
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada baginda alam Nabi Muhammad Saw, beserta
keluargnya, sabatnya, tabiin, hingga kepada kita selaku umatnya hingga
akhir zaman.
Makalah yang bertemakan HAK, KEWAJIBAN dan KEADILAN ini,
tidak lain hanyalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akhlak
Tasawuf. Kami sadar bahwa dalam penyelesaian makalah ini jauh dari
kesempurnaan, baik dalam penulisan maupun penyampaian materinya,
karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Meskipun demikian kami
berharap makalah ini bermanfat bagi semuanya, khususnya bagi kami.
Oleh karena itu dengan lapangdada kami akan menerima kritik dan saran
yang sifatnya edukatif guna perbaikkan dimasa yang akan datang.
Dalam pengantar ini kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada dosen mata kuliah tafsir tarbawy yaitu Bapak Aziz Rifai M.Pd,
kepada teman-teman dan juga kepada semua pihak terutama kepada
sumber-sumber yang telah membantu terselesaikannya makalah ini,
semoga amal amaliah kita semua diberi balasan oleh Allah SWT. Amiin ya
rabbal ‘alamin.

Penarik, 02 Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................ i

KATA PENGANTAR............................................................................ ii

DAFTAR ISI......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

Latar Belakang........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2

A. Hak....................................................................................... 2
B. Kewajiban............................................................................. 6
C. Keadilan............................................................................... 10
D. Hubungan Hak, Kewajiban, Keadilan Dengan Akhlak.......... 11

BAB III PENUTUP....................................................................................... 12

A. Kesimpulan...................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak adalah semacam milik, kepunyaan, yang tidak hanya
merupakan benda saja, melainkan pula tindakan, pikiran dan hasil pikiran
itu. Di dalam al-Qur’an kita jumpai juga kata al-haqq, namun
pengertiannya agak berbeda dengan pengertian hak yang dikemukakan di
atas. Jika pengertian hak diatas lebih mengacu kepada semacam hak
memiliki, tetapi al-haqq dalam al-Qur’an bukan itu artinya. Kata memiliki
yang merupakan terjemah dari kata hak tersebut di atas dalam bahasa al-
Qur’an disebut milik dan orang yang menguasainya disebut malik.
B. Rumusan Masalah
Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya
diberikan. Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban tersebut, maka
timbul pula keadilan, yaitu pengakuan dan perlakuan terhadap hak (yang
sah). Sedangkan dalam literarur islam, keadilan dapat diartikan istilah
yang digunakan untuk menunjukan pada persamaan atau bersikap
tengah-tengah atas dua perkara. Mengingat hubungan hak, kewajiban dan
keadilan demikian erat, maka dimana ada hak, maka ada kewajiban dan
dimana ada kewajiban maka ada keadilan, yaitu menerapkan dan
melaksanakan hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang
seimbang. Dengan terlaksananya hak, kewajban dan keadilan, maka
sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaqi. Disinilah
letak hubungan fungsional antara hak, kewajiban dan keadilan dengan
akhlaq.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAK
1. Pengertian Hak
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara
etis seseorang dapat mengerjakan, memiliki, meninggalkan,
mempergunakan atau menuntut sesuatu. Hak juga dapat berarti
panggilan kepada kemauan orang lain dengan perantaraan
akalnya, perlawanan dengan kekuasaan atau kekuatan fisik untuk
mengakui wewenang yang ada pada pihak lain.
Selanjutnya jika seseorang misalnya mempunyai hak
mengarang, maka ia dapat berbuat semaunya terhadap hasil
karangannya itu dengan cara menjual, menyuruh cetak,
menerbitkan dan seterusnya.
Di dalam al-Qur’an kita jumpai juga kata al-haqq, namun
pengertiannya agak berbeda dengan pengertian hak yang
dikemukakan di atas. Jika pengertian hak di atas lebih mengacu
kepada semacam hak memiliki, tetapi al-haqq dalam al-Qur’an
bukan itu artinya. Kata memiliki yang merupakan terjemah dari kata
hak tersebut diatas dalam bahasa al-Qur’an disebut milik dan orang
yang menguasainya disebut malik. 1
Pengertian al-haqq dalam al-Qur’an sebagai mana di
kemukakan al-Raghib al-Asfahani adalah al-muthabaqah waal-
muwafaqah artinya kecocokan, kesesuaian dan kesepakatan,
seperti cocoknya kaki pintu sebagai penyangganya.
Dalam perkembangan selanjutnya kata al-haqq dalam al-
Qur’an digunakan untuk empat pengertian.
1. Untuk menunjukan terhadap pelaku yang mengadakan sesuatu
yang mengandung hikmah, seperti adanya Allah disebut
sebagai al-haqq karena Dialah yang mengadakan sesuatu yang

1
Amin, Ahmad. 1995. Etika. Jakarta : PT. Bulan Bintang

2
2. mengandung hikmah dan nilai bagi kehidupan. Penggunaan al-
haqq dalam arti yang demikian dapat dijumpai pada contoh ayat
yang artinya:
“kemudian kembalilah kamu sekalian kepada Allah. Dialah
Tuhan mereka yang kaq. (QS. Al-An’am, 6:62).
3. Kata al-haqq digunakan untuk menunjukan kepada sesuatu
yang diadakan yang mengandung hikmah. Misalnya AllahSWT.
menjadikan matahari dan bulan dengan al-haqq, yakni
mengandung hikmah bagi kehidupan. Penggunaan kata al—
haqq seperti ini dapat dijumpai misalnya pada ayat yang artinya:
“Allah tidak menciptakan yang demikian itu (matahari dan bulan)
kecuali dengan haq. (QS.Yunus, 10:5).
4. Kata al-haqq digunakan untuk menunjukan keyakinan (I’tiqad)
terhadap sesuatu yang cocok dengan jiwanya,seperti keyakinan
seseorang terhadap adanya kebangkitan di akhirat, pahala,
siksaan, surge dan neraka. Penggunaan kata al-haqq seperti ini
dapat dijumpai pada contoh ayat yang artinya:
“Maka Allah member petunjuk kepada orang-orang yang
beriman terhadap apa yang mereka perselisihkan haq. (QS. Al-
Baqarah, 2:213).2
5. Kata al-haqq digunakan untuk menunjukan terhadap perbuatan
atau ucapan yang dilakukan menurut kadar atau porsi yang
seharusnya dilakukan sesuai keadaan waktu dan tempat.
Penggunaan kata al-haqq yang demikian itu sejalan dengan
ayat yang artinya:
“Dan seandainya al-haqq itu menuruti hawa nafsunya, maka
terjadilah kerusakan langit dan bumi (QS.al-Mu’minun, 23:71).
Selain itu kata al-haqq dapat berarti upaya mewujudkan
keadilan, argumentasi yang kuat, menegakkan syari’at secara
sempurna, dan isyarat tentang adanya hari kiamat. Dengan

2
Amin, Ahmad. 1995. Etika. Jakarta : PT. Bulan Bintang

4
demikian seluruh kata al-haqq yang terdapat dalam al-Qur’an tidak
ada satupun yang mengandung arti hak milik, sebagaimana arti hak
yang umumnya lazim digunakan masyarakat.
Pengertian hak dalam arti memiliki sesuatu dan dapat
menggunakan sekehendak hatinya, dalam bahasa arab dikenal
dengan istilah al-milk. Misalnya pada ayat yang artinya:
“kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya,
(untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa
pun,bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk
(menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk
mengambil) sesuatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa
mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.
(QS.al-Furqan, 25:3)3
Pada ayat tersebut kata al-milk dihubungkan dengan
kemampuan untuk menolak kemadharatan dan mengambil
manfaat.
2. Macam-macam dan Sumber Hak
Memang ada bermacam-macam hak, tidak sama luas dan
kuatnya. Dalam pada itu selalu ada dua faktor yang menyertainya:
a. Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum
dalam salah satu bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara
tentang hukum atau sosial. Contoh kasus, mengeluarkan
peraturan bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap
bulan, maka setiap veteran yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut. Hak
moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja.
Hak moral lebih bersifat solidaritas atau individu.
b. Hak positif dan hak negatif
Hak positif dan hak negatif adalah suatu hak bersifat
negatif, jika saya bebas untuk melakukan sesuatu atau memiliki

3
(QS.al-Furqan, 25:3)

4
sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh menghindari saya
untuk melakukan atau memilki hal itu. Contoh: hak atas

4
kehidupan, hak mengemukakan pendapa. Hak positif adalah suatu hak
bersifat postif, jika saya berhak bahwa orang lain berbuat sesuatu untuk
saya. Contoh: hak atas pendidikan, pelayanan, dan kesehatan.
c. Hak Khusus dan Hak Umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara
beberapa manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki
orang satu terhadap orang lain. Hak Umum dimiliki manusia
bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan
semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua
manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini
disebut dengan “ hak asasi manusia”.
d. Hak individu dan hak sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah
hak yang dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara
tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam
mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak
mengikuti hati nurani, hak mengemukakan pendapat, perlu kita
ingat hak-hak individual ini semuanya termasuk yang tadi telah
kita bahas hak-hak negatif.
Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap
Negara saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama
dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak
sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak
4
atas pelayanan kesehatan. Hak-hak ini bersifat positif.
e. Hak absolut
Hak yang bersifat absolut adalah suatu hak yang bersifat
mutlak tanpa pengecualian, berlaku dimana saja dengan tidak
dipengaruhi oleh situasi dan keadaan. Namun ternyata hak
tidak ada yang absolute. Kebebasan juga merupakan salah
satu hak yang sangat penting namun hak ini tidak dapat

4
Nata, Abbudin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

5
dikatakan hak absolute karena hak ini juga dapat
dikalahkan oleh hak lain.
B. KEWAJIBAN
1. Pengertian Kewajiban
Berkaitan dengan akhlak, maka hak adalah yang
berhubungan dengan wewengan untuk memiliki dan bertindak.
Setiap orang mempunyai hak atas sesuatu yang dia miliki, maka
tidak diperbolehkan seseorang merampas hak orang lain.
Oleh karena hak itu merupakan wewenang, bukan berwujud
kekuatan, maka perlu ada penegak hukum melindungi yang lemah,
yaitu orang yang tidak dapat melakukan haknya manakala
berhadapan dengan orang lain yang merintangi pelaksanaan
haknya.
Selanjutnya karena hak itu merupakan wewenang dan bukan
kekuatan, maka ia merupakan tuntutan, dan terhadap orang lain
hak itu menimbulkan kewajiban, yaitu kewajiban menghormati
terlaksananya hak-hak orang lain. Dengan cara demikian orang
lainpun berbuat yang sama pada dirinya, dan dengan demikian
akan terpeliharalah pelaksanaan hak asasi manusia itu.
Di dalam ajaran islam, kewajiban ditempatkan sebagai salah
satu hukum syara’, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan
akan mendapatkan pahala dan jka ditinggalkan mendapatkan siksa.
Dengan kata lain bahwa kewajiban dalam agama berkaitan dengan
pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah. Melaksanakan shalat
lima waktu membayar zakat bagi orang yang memiliki harta tertentu
dan sampai batas nisab, dan berpuasa di bulan Ramadhan
misalnya adalah merupakan kewajiban.
Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu
yang sepatutnya diberikan. Salah satu sifat khas utama manusia
adalah manusia mampu mengemban kewajiban untuk mengikuti
ajaran agama. Manusia saja yang dapat hidup dalam kerangka

6
hukum. Makhluk lain hanya dapat mengikuti hukum alam
yang sifatnya memaksa. Kondisi manusia dibebankan kewajiban
apabila:
1. Akil baligh
2. Sehat rohani
3. Tahu dan sada
4. Memiliki kebebasan memilih, berkehendak dan berbuat.
Tatanan dunia matrealistis dapat berakibat negatif, ada
kehilangan kewajiban antara sesama bagi penganutnya. Rasa
kepemilikan kepada harta dapat menutupi nilai-nilai sosial. Pribadi
mereka acuh tak acuh dan mereka menganggap segalanya dapat
dibeli dengan uangnya. Dari kondisi demikian terjadi kesenjangan
sosial dalam bidang ekonomi. Akibat lebih jauh bahwa sebenernya
kehidupan ini tidak lepas dari kewajiban sebagai indvidu, sosial dan
pencipta alam semesta ini.
Agama islam berisi aturan-aturan hidup manusia di dunia.
Untuk itu dalam ajaran islam juga diatur adanya hak dan kewajiban
ini sebagai bukti bahwa islam sangat menjunjung tinggi hak-hak
yang dimiliki setiap orang. Sabda rosulullah SAW menyebutkan
bahwa hak setiap muslim terhadap muslim lain merupakan dasar
yang fundamental bagi seorang muslim yang mempunyai kewajiban
terhadap sesama muslim. Apabila betul-betul dan sungguh-
sungguh manusia hidup di dunia ini memenuhi petujunjuk ajaran
seperti hadist di atas, akan dapat mendatangkan kebahagiaan
hidup baik individu, masyarkat dan Negara. Hal itu juga akan dapat
mengkondisikan manusia berperiklaku sopan, baik, tumbuh
kepedulia sosal, bertindak arif dan bijaksana sebagai manusia.
Manusia sebagai makhluik cipataan Allah juga mempunyai
kewajiban terhadapnya kewajiban manusia hanyalah beribadah
kepada Allah. Prinsip dasar beribadah inilah menjadi kewajiban
bagi manusia sebagai makhluk Allah, penyembahan yang dilakukan
oleh manusia, buka semata-mata untuk kepentingan Allah, namun

7
sebaliknya justru untuk keselamatan dirinya sendiri. Bagi
Allah tidak ada masalah apabila manusia tidak mau melaksanakan
kewajiban terhadapnya konsekuensinya sebenarnya terletak pada
manusia sebagai mahluk Allah, sebagaimanapun alasannya, tetap
apabila manusia ingin mencari keselamatan, harus mau
melaksanakan kewajiban tersebut.
2. Macam macam kewajiban
Kewajiban dapat dibagi tiga macam yaitu:
a. Kewajiban Individu (pribadi)
Maksudnya adalah bahwa individu memiliki kewajiban
terhadap dirinya sendiri. Contoh, manusia sebagai individu
perlu kesehatan untuk memperoleh kesehatan manusia harus
dapat memenuhinya dengan cara individu harus berkewajiban
menjaga kesehatan badan, bahkan kalau badan kurang sehat,
sebgai makhluk individu mengupayakan menyembuhkannya,
dengan demikian, dalam rangka memenuhi kewajibannya
sebagai idividu perlu berusaha dan tindakan nyata menunjukan
apakah seseorang telah memenuhi kewajibannya atau tidak. 5
b. Kewajiban Sosial (masyarakat)
Maksudnya adalah bahwa seseorang disamping sebagai
makhluk individu tetapi juga sekaligus sebagai makhluk sosial
maka keterikatan tersebut menjadikan individu harus sebagai
anggota masyarakat. Kewajiban ada sebab manusia tidak bisa
hidup menyendiri dan masing-massing individu mempunyai
kewajiban terhadap individu lain di alam masyarakat, sebagai
contoh adalah kewajiban tolong menolong antar sesama
manusia. Makhluk sosial bisa memungkiri tentang kewajiban ini
di masyarakat masalah kewajiban bagi individu terhadap
sesamanya tetap ada dan masih di perhatikan. Perasaan orang

5
Suraji, Imam. 2006. Etika dalam Perspektif Alqur’an dan Al-Hadist. Jakarta: PT. pustaka Al-Husna
Baru

8
sehat apabila di tolong oleh orang lain yang mempunyai niat
baik tentu senang dan berterimah kasih. Suasana demikia tida

8
bisa ditutupi sebab kewajiban tolong menolong adalah
perbuatan yang di harapkan semua makhluk.
c. Kewajiban Makhluk Terhadap Allah
Maksudnya adalah individu ternyata tidak hanya hidup
bersama sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial tetapi
mahluk individu ternyata tidak hanya hidup bersama sebagai
pribadi dan makhluk sosial saja teatpi individu tidak dapat lepas
dari penciptanya yaitu Allah karena Dia yang menciptakan dan
memlihara alam (termasuk manusia ini) sehingga kewajiban
sebagai hamba (ciptaan) hanya ibadah. Contoh, individu yang
ibadah arti sempit sebagi orang islam adalah berkewajiban
sholat namun dalam arti luas ibadah adalah luas artinya apabila
semua aktifitas kita niat semua ikhlas baik dan benar dan
semata-mata karena mencari ridho-Nya.
d. Kewajiban Terbatas
Ialah dapat dipertanggungjawabkan kepada orang-orang
yang sama, dan tidak berbeda-beda, dapat dijadikan undang-
undang negeri, seperti jangan membunuh dan jangan mencuri,
dimana orang disampingnya dapat diadakan hukuman-
hukuman, bagi orang-orang yang merusaknya. Didalam
pembagian ini undang-undang dan akhlak sama-sama
menghendakinya.
e. Kewajiban tak Terbatas
Kewajiban ini tidak dapat dibuat undng-undang, karena
bila ditentukan, merugikan dengan kerugian yang besar, dan
bila tidak dapat ditentukan ukuran mana yang dikehendaki oleh
kewajiban ini, seperti kebajikan, padahal kadar yang ini
berbeda masa, tempat dan keadaa yang mengelilingi manusia.
Kewajiban manusia bermacam-macam berdasarkan
keadaan hidup, menentukan kewajiban yang tertentu, manusia di
dunia seperti kelas kapal dan tentara. Tiap-tiap orang yang
mempunyai perbuatan dan dan tiap-tiap perbuatan mengandung

9
kewajiban. Tetapi kewajiban mereka berbeda-beda, karena
manusia itu berbeda-beda dilihat dari berbagai sudut:
a. Menurut kekayaan, maka diantara mereka ada yang kaya, ada
yang miskin dan ada yang sedang.
b. Menurut tingkat dan derajat seperti raja, bangsawan dan rakyat
jelata.
c. Menurut pekerjaan, diantara pekerjaan mereka ada yang
dengan pikiran sebagai hakim dan guru, ada pula yang
pekerjaanya dengan tangan sperti tukang kayu dan tukang
besi, dan lain-lain.
Inilah yang menimbulkan perbedaan kewajiban, apa yang
wajib bagi seorang hakim, lain lagi dengan kewajiban bagi rakyat,
kewajiban orang kaya lain dengan kewajiban orang miskin.
Tiap-tiap manusia bagaimanapun juga, harus menunaikan
kewjibannya. Dan hendaknya jangan seorang dari kita memperkecil
apa yang diwajibkan kepadanya, karena banyak kewajiban-
kewajiban yang besar tergantung pada kewajiban yang kecil-kecil.
Seorang penyapu jalan misalnya, tidak dapat dikatakan suatu
pekerjaan yang rendah dan hina, karena hidup dan kesehatan
orang banyak tergantung pada perbuatannya. Hal itu bukanlah
suatu soal mudah karena lepasnya sepotong kayu kecil dari kapal
terkadang menjadikannya tenggelam, dan hilangnya paku kecil
pada sebuah jam terkadang menyebabkan berhenti dan rusaknya.
C. KEADILAN
Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban tersebut diatas,
maka timbul pula keadilan. Poedjawijatna mengatakan bahwa
keadilan adalah pengakuan dan perlakuan terhadap hak (yang sah).
Sedangkan dalam literarur islam, keadilan dapat diartikan istilah yang
digunakan untuk menunjukan pada persamaan atau bersikap tengah-
tengah atas dua perkara. Keadilan ini terjadi berdasarkan keputusan
akal yang dikonsultasikan dengan agama. Masalah keadilan ini secara
panjang lebar telah dibahas diatas, dan ditempatkan dalam teori

10
pertengahan sebagai teori yang menjadi induk timbulnya akhlak
yang mulia.
Mengingat hubungan hak, kewajiban dan keadilan demikian
erat, maka dimana ada hak, maka ada kewajiban dan dimana ada
kewajiban maka ada keadilan, yaitu menerapkan dan melaksanakan
hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang seimbang.
Demikian pentingnya masalah keadilan dalam rangka pelaksanaan
hak dan kewajiban ini, Allah berfirman yang artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji , kemungkaran dan permusuhan. (QS. al –Nahl, 16:90).
Ayat tersebut menempatkan keadilan sejajar dengan berbuat
kebajikan, memberi makan kepada kaum kerabat, melarang dari
berbuat yang keji dan munkar serta menjauhi permusuhan. Ini
menunjukan bahwa masalah keadilan termasuk masalah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak sebagai suatu kewajiban
moral.
D. HUBUNGAN HAK, KEWAJIBAN, DAN KEADILAN DENGAN
AKHLAQ
Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa yang disebut
akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, mendarah
daging, sebenarnya dan tulus ikhlas karena Allah. Hubungan dengan
hak dapat dilihat pada arti dari hak yaitu sebagai milik yang dapat
digunakan oleh seseorang tanpa ada yang dapat menghalanginya.
Hak yang demikian itu merupakan bagian dari akhlaq, karena akhlaq
harus dilakukan oleh seseorang sebagai haknya.
Akhlaq yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian
dari kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk
melaksanakan tanpa merasa berat. Sedangkan keadilan
sebagaimana telah diuraikan dalam teori pertengahan ternyata
merupakan induk akhlaq. Dengan terlaksananya hak, kewajban dan

11
keadilan, maka sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan
yang akhlaqi.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mengingat hubungan hak, kewajiban dan keadilan demikian
erat, maka dimana ada hak, maka ada kewajiban dan dimana ada
kewajiban maka ada keadilan, yaitu menerapkan dan melaksanakan
hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang seimbang.
Akhlaq yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari
kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk
melaksanakan tanpa merasa berat. Dengan terlaksananya hak,
kewajban dan keadilan, maka sendirinya akan mendukung terciptanya
perbuatan yang akhlaqi. Disinilah letak hubungan fungsional antara
hak, kewajiban, dan keadilan dengan akhlaq.
B. SARAN
Karena akhlaq merupakan perbuatan yang disengaja dan
mendarah daging, maka untuk menumbuhkan akhlaq tersebut
menjadi akhlaq yang baik, maka kita harus senantiasa melaksanakan
hak, kewajiban, dan keadilan sesuai dengan peruntukannya, dengan
demikian, maka akhlaq yang baikpun akan tumbuh dalam diri kita.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1995. Etika. Jakarta : PT. Bulan Bintang

Charis Zubair, Ahmad. 1995. Kuliah Etika. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada

Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Nata, Abbudin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada

Suraji, Imam. 2006. Etika dalam Perspektif Alqur’an dan Al-Hadist.


Jakarta: PT. pustaka Al-Husna Baru

http://arifmanto.blogspot.com/2010/04/hak-kewajiban-keadilan.html

http://pusko4u.blogspot.com/2011/06/akhlak-hubungannya-dengan-hak-
kewajiban.html

13

Anda mungkin juga menyukai