Anda di halaman 1dari 12

Prakata

Saya ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan lancar. Selain
itu, ada banyak orang yang berkontribusi untuk terselesaikannya Karya Tulis
Ilmiah saya. Pada bagian ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
pribadi-pribadi berikut :
1. Bapak (nama guru) yang telah membimbing saya dengan sabar dalam
memberikan masukan pada proses pengerjaan KTI saya ini. Terima kasih atas
totalitas yang telah anda berikan kepada saya. Banyak pelajaran yang saya
dapat dari anda baik sebagai dosen pembimbing maupun sebagai pribadi yang
memotivasi. Mohon maaf apabila saya selaku siswa tidak bisa memberikan
yang terbaik sebagaimana yang diharapkan.
2. Ibu (nama guru) selaku guru yang telah memberikan masukan yang sangat
substansial terhadap celah yang lalai menjadi perhatian saya. Lebih dari itu,
secara pribadi saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
kepercayaan yang telah anda berikan kepada saya. Saya akan berusaha untuk
menjaga kepercayaan tersebut dengan baik. Sehingga Insya Allah saya dapat
memberikan sesuatu yang membanggakan sebagai siswa anda.
3. Bapak dan ibu selaku orang tua saya yang telah memberikan saran, masukan,
support serta materi dalam proses pengerjaan KTI saya. Terima kasih atas
waktu dan kesempatan yang anda berikan.
4. Untuk seluruh guru di SMA Kebangsaan Sekolah Kader Pemimpin yang
selama ini telah membina dan membimbing saya sebagai mahasiswa. Terima
kasih atas kesabaran dan totalitas yang telah anda sekalian berikan.
5. Untuk teman-teman serta keluarga besar SMA Kebangsaan Sekolah Kader
Pemimpin, terima kasih atas hari-hari yang selama ini telah kita lewati
bersama. Semoga kebersamaan kita dapat menjadi salah satu momen terbaik
yang tidak pernah bisa terlupakan. Sebuah klise hanya untuk mengatakan
bahwa karya ini tidak sempurna. Yang perlu digaris bawahi di sini adalah
ketidak sempurnaan tersebut merupakan tanggungjawab saya secara pribadi.
Saya akan sangat senang menerima kritikan dan masukan dari anda sekalian.
Mungkin sekian kata pengantar dari saya, selamat membaca.

Kota, Januari 2023


Daftar Isi
BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pakaian merupakan kebutuhan primer (sandang) selain makanan (pangan) dan


perumahan (papan). Manusia tidak terlepas dari kebutuhan pakaian. Kebutuhan
akan pakaian ini harus dipenuhi mengingat sangat pentingnya dalam kehidupan
sehari-hari. Pakaian digunakan sebagai penutup untuk tubuh dan anggota serta
tangan, kaki, kasut, sandal, dan kepala. Pakaian tidak hanya digunakan sebagai
penutup tubuh, tetapi juga dapat melindungi tubuh dari perubahan iklim dan
cuaca, meningkatkan keamanan selama kegiatan berbahaya, memberikan
penghalang higienis, membatasi penularan kuman serta alasan keselamatan
lainnya sehingga dapat mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja
atau olahraga.
Namun seiring perkembangan kehidupan manusia fungsi pakaian tidak hanya
digunakan dalam hal keselamatan tetapi juga memberikan makna, kesan dan
pesan atau hanya dalam hal modis semata. Pakaian juga digunakan
sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya.
Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan,
dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing.  Pakaian yang utama
mengikuti kebiasaan masyarakat setempat karena pakaian merupakan simbol atau
ciri khas masyarakat itu sendiri agar mudah dikenali. Pakaian tersebut hendaknya
tidak menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat, berusaha menggunakan pakaian
yang biasa digunakan masyarakat, selama tidak terdapat pelanggaran syari’at.
Pakaian adat terkandung unsur-unsur kebudayaan yang menjadi warisan budaya
bagi masyarakat setempat. Pemakaian baju adat juga dapat dijadikan
sebagai sarana memperkenalkan pakaian masing-masing. Pakaian adat biasanya
digunakan secara turun temurun dalam perayaan khusus seperti acara resmi,
upacara selamatan, akad nikah, pameran budaya dan upacara-upacara lainnya.
Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi yang juga banyak memiliki ragam
budaya peninggalan bersejarah. Salah satunya pakaian adat yang biasa digunakan
dalam acara tertentu. Pada dasarnya masyarakat Kalimantan Utara rata-rata
kebanyakan berasal dari sebuah suku Dayak, yang pada kenyataannya suku Dayak
memiliki ciri yang memang hampir mirip dengan orang “Thionghoa china”.
Kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat adalah hasil produk berfikir,
berasa dan berkehendak manusia, agar dapat bertahan hidup dilingkungan alam,
budaya dan sosialnya. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial itu tidak mungkin hidup tanpa kebudayaan dan adat istiadatnya,
karena kebudayaan dan adat istiadatnya itu menyatu dengan dirinya. Dengan kata
lain manusia tidak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan adat istiadat yang
dilestarikan secara turun-temurun. Dan yang perlu menjadi catatan untuk kita
adalah perbedaan pakaian adat dan budaya selayaknya menjadi sarana bagi kita
untuk saling menghormati serta cara kita untuk melestarikannya. Sehingga hal
tersebut menjadi latar belakang karya tulis ilmiah saya.
2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana latarbelakang pakaian adat Kalimantan Utara suku dayak ?


b. Bagaimana hubungan pakaian adat dan kebiasaan masyarakat?
c. Apa saja yang bisa kita lakukan dalam menjaga kelestarian pakaian adat dan
kebiasaan masyarakat berbudaya suku dayak ?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui latarbelakang pakaian adat Kalimantan Utara suku dayak


b. Untuk mengetahui hubungan pakaian adat dan kebiasaan masyarakat
c. Untuk mengetahui apa saja yang bisa kita lakukan dalam menjaga kelestarian
pakaian adat dan kebiasaan masyarakat berbudaya suku dayak

BAB II

Tinjauan Pustaka

1. Sejarah Singkat Kalimantan Utara

a. Asal Mula Kalimantan Utara

Provinsi Kalimantan Utara terbentuk sebagai Daerah Otonom Baru (DOB)


berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tanggal 16 November 2012
tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, yang sebelumnya disahkan
menjadi provinsi baru dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012.

Sebagai Provinsi baru yang ke 34 di Indonesia, Provinsi Kalimanta Utara


diresmikan pada tanggal 22 April 2013 seiring dengan dilantiknya Penjabat
Gubernur Kalimantan Utara yaitu Dr. H. Irianto Lambrie oleh Menteri Dalam
Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia di Jakarta. Pelantikan Penjabat
Gubernur Kalimantan Utara tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden
RI No.48/P Tahun 2013 tanggal 20 April 2013.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Utara dibentuk melalui


hasil Pemilihan Umum Tahun 2014 yang penetapan keanggotaannya dilakukan
oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kalimantan Timur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Provinsi Kalimantan Utara berasal dari sebagian
wilayah Provinsi Kalimantan Timur, yang cakupan wilayahnya terdiri dari:
 Kabupaten Bulungan;
 Kota Tarakan;
 Kabupaten Malinau;
 Kabupaten Nunukan; dan
 Kabupaten Tana Tidung.

b. Visi dan Misi

Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Utara


untuk tahun 2016-2021:
“Terwujudnya Provinsi Kalimantan Utara yang Berubah, Maju dan
Sejahtera”
Dalam rangka mewujudkan visi yang telah ditetapkan maka dirumuskan misi
yang akan dilaksanakan lima tahun ke depan yaitu:
1. Mewujdukan Kalimantan Utara, yang aman, nyaman dan damai melalui
penyelenggaraan pemerintahan yang baik;
2. Mewujudkan sistem Pemerintahan provinsi yang di topang oleh Tata
Kelola Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pilar utama secara
profesional, efisian, efektif, dan fokus pada sistem penganggaran yang
berbasiskan kinerja;
3. Mewujudkan pembangunan Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas,
kreatif, inovatif, berakhlak mulia, produktifitas dan berdaya saing
dengan       berbasiskan Pendidikan wajib belajar 16 Tahun dan
berwawaskan;
4. Mewujudkan pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Alam dengan
nilai tambah tinggi dan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan,
secara       efisien, terencana, menyeluruh, terarah, terpadu, dan bertahap
dengan       berbasiskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
5. Mewujudakan peningkatan pembangunan infrastruktur pedesaan, 
pedalaman, perkotaan, pesisir dan perbatasan untuk meningkatkan
mobilisasi dan produktifitas daerah dalam rangka pemerataan
pembangunan;
6. Mewujudkan peningkatan ekonomi yang berdaya saing, dan mengurangi
kesenjangan antar wilayah serta meningkatkan ketahanan pangan dengan
berorientasi pada kepentingan rakyat melalui sektor perdagangan, jasa,
industri, pariwisata, dan pertanian dalam arti luas dengan pengembangan
infrastruktur yang berkualitas dan merata serta meningkatkan konektivitas
antar kabupaten/kota;
7. Mewujudkan kualitas kerukunan kehidupan beragama dan etnis dengan
berbagai latar belakang budaya dalam kerangka semangat Kebhinekaan di
Provinsi Kalimantan Utara;
8. Mewujudkan ketahanan Energi dan pengembangan PLTA serta energi
terbarukan dengan pemanfaatan potensi daerah;
9. Mewujudkan peningkatan kualitas kesetaraan gender dan Melinial dalam
pembangunan;
10. Mewujudkan perlindungan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM;
11. Meningkatkan kinerja Pembangunan dan Investasi Daerah dengan
melibatkan Pengusaha dan investor Lokal serta Nasional.
12. Memberi bantuan pengembangan sektor produktif dan potensi strategis di
setiap desa dan kelurahan melalui Pengembangan Produk lokal masing-
masing Kabupaten/Kota;
13. Mewujudkan pembangunan yang berbasiskan RT/Komunitas dalam upaya
gerakan membangun desa menata kota, serta memberi Bantuan Keuangan
kepada Kabupaten/Kota sebagai pilar provinsi sesuai kemampaun APBD
setiap Tahun.
14. Mewujudkan Tanjung Selor menjadi DOB sebagai Ibu Kota Provinsi
Kalimantan Utara serta Beberapa DOB yang telah diusulkan yaitu; Kota
Sebatik, Kabupaten Kabudaya, Kabupaten Krayan, Kabupaten Apo
Kayan.

c. Kondisi Wilayah

Provinsi Kalimantan Utara terletak pada posisi antara 114 035’22” – 118003’00”
Bujur Timur dan antara 1021’36” – 4024’55”. Provinsi Kalimantan Utara yang
memiliki luas ± 75.467,70 km2 dengan luas lautan seluas 11.579 Km2 (13%
dari luas wilayah total). Secara administratif Provinsi Kalimantan Utara
berbatasan dengan negara Malaysia tepatnya dengan negara bagian Sabah dan
Serawak, Malaysia. Batas daerah daratan terdapat sekitar 1.038 km garis
perbatasan antara Provinsi Kalimantan Utara dengan Negara Malaysia.
 Sebelah Utara         : Negara Sabah (Malaysia)
 Sebelah Timur        : Laut Sulawesi
 Sebelah Selatan      : Provinsi Kalimantan Timur
 Sebelah Barat         : Negara Sarawak (Malaysia)

d. Lambang Daerah

Warna Lambang Daerah mempunyai arti :

1. Warna Putih, melambangkan kesucian, keikhlasan, kejujuran;


2. Warna Biru, melambangkan keindahan, kesejahteraan, kedamaian,
kewibawaan;
3. Warna Hijau, melambangkan kesuburan, kemakmuran, ketaqwaan,
pertembuhan;
4. Warna Hitam, melambangkan ketegasan, perlindungan, ketokohan;
5. Warna Merah, melambangkan keberanian, kekuatan;
6. Warna Kuning, melambangkan kemuliaan, keagungan, kesuksesan.

  Makna Lambang Daerah


1. Tulisan KALIMANTAN UTARA, melambangkan identitas Provinsi
Kalimantan Utara sebagai Daerah Otonomi Baru;
2. Bintang, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa;
3. Sepasang burung Enggang berhadapan, melambangkan kepemimpinan
yang harmonis dan kesetian kepada Tanah Air Indonesia;
4. Gerbang Perbatasan Warna Merah Putih, melambangkan bahwa Provinsi
Kalimantan Utara merupakan wilayah yang berada di perbatasan Negara
Republik Indonesia;
5. Perisai dengan ukiran khas budaya Dayak, Bulungan dan Tidung, dengan
parang dan tombak bersilang, melambangkan budaya masyarakat di
Kalimantan Utara terdapat suku dan budaya yang beragam yang hidup
saling berdampingan rukun, bersatu dan harmoni, penuh semangat pantang
mundur untuk membangun dan selalu siap dalam menghadapi tantangan
yang dating dari luar maupun dari dalam;
6. Padi dan Kapas, melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran yang
merupakan tujuan seluruh masyarakat Provinsi Kalimantan Utara;
7. Padi berjumlah 25 butir, pita 10 simpul dan kapas 12 buah melambangkan
tanggal, bulan, dan tahun lahirnya Provinsi Kaltara atau tanggal
disetujuinya UU pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, yakni 25
Oktober 2012;
8. Gunung, melambangkan potensi sumber daya alam di daratan yang
terbentang mulai dari pesisir pantai sampai pegunungan di perbatasan
negara;
9. Perahu, yang melambangkan kebersamaan dalam mengarungi kehidupan;
10. Laut bergelombang, melambangkan potensi sumber daya alam yang ada di
lautan yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Utara, gelombang
melambangkan kehidupan yang dinamis;
11. 4 (empat) buah sungai berwarna putih, bermakna sebagai urat nadi
perekonomian dari 4 (empat) yang menghubungkan masyarakat di
pedalaman dengan daerah pantai dan perbatasan (sungai kayan, sungai
sesayap, sungai sembakung dan sungai sebuku).
12. Tulisan motto “BENUANTA” di atas pita kuning, merupakan
motto/semboyan dari Provinsi Kalimantan Utara yaitu Kalimantan Utara
adalah wilayah kita/daerah kita yang harus dibangun dan dipertahankan
untuk kesejahteraan masyarakatnya.

2. Suku Dayak

Suku Dayak ( /ˈdaɪ.ək/ ejaan lama: Dajak atau Dyak) adalah suku bangsa atau


kelompok etnik yang mendiami pedalaman pulau Kalimantan. Kata "daya"
serumpun dengan misalnya kata "raya" dalam nama "Toraya" yang berarti "orang
(di) atas, orang hulu".
Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di Gua Niah (Sarawak)
dan Gua Babi (Kalimantan Selatan), penghuni pertama Kalimantan memiliki ciri-
ciri Austro-Melanesia, dengan proporsi tulang kerangka yang lebih besar
dibandingkan dengan penghuni Kalimantan masa kini yang mendiami
Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak,
serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan). Ada 3
suku pokok atau 5 suku asli Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai,
dan Tidung[15]
Menurut sensus Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2010, suku
bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokkan menjadi 3 suku
pokok yaitu: suku Dayak Indonesia (268 sub etnik/sub suku di Indonesia), Suku
Melayu, dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak & non Melayu). Dahulu,
budaya masyarakat Dayak adalah budaya maritim atau bahari. Hampir semua
nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama
kekeluargaannya.
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun antara lain: rumpun
Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak
Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan rumpun
Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa yang
dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau
Kalimantan :

 "Barito Raya" (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok bahasa


Madagaskar, dan Sama-Bajau termasuk Suku Dayak Paser.
 "Dayak Darat" (13 bahasa), termasuk bahasa Rejang di Bengkulu.
 "Borneo Utara" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina serta satu
suku yang berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu Suku Tidung.
 "Sulawesi" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman,
Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.
 "Dayak Melayik" dituturkan: Dayak Meratus/Bukit (alias
Banjar arkhais), Dayak Iban (dan Saq Senganan (Malayic Dayak), Dayak
Kendayan (Kanayatn). Beberapa suku asal Kalimantan beradat Melayu yang
terkait dengan rumpun ini sebagai suku-suku tersendiri yang berdiri mandiri
ataupun suku Melayu itu sendiri yaitu Suku Banjar, Suku Kutai, Suku Melayu
Berau, Suku Melayu Sambas, dan Suku Melayu kedayan.

a. Asal Mula Suku Dayak


Secara umum kebanyakan penduduk kepulauan Nusantara adalah penutur bahasa
Austronesia. Saat ini teori dominan adalah yang dikemukakan linguis seperti Peter
Bellwood dan Blust, yaitu bahwa tempat asal bahasa Austronesia adalah Taiwan.
Sekitar 4 000 tahun lalu, sekelompok orang Austronesia mulai bermigrasi
ke Filipina. Kira-kira 500 tahun kemudian, ada kelompok yang mulai bermigrasi
ke selatan menuju kepulauan Indonesia sekarang, dan ke timur menuju Pasifik.
 Namun orang Austronesia ini bukan penghuni pertama pulau Borneo.
Antara 60.000 dan 70.000 tahun lalu, waktu permukaan laut 120 atau 150
meter lebih rendah dari sekarang dan kepulauan Indonesia berupa daratan
(para geolog menyebut daratan ini "Sunda"), manusia sempat bermigrasi
dari benua Asia menuju ke selatan dan sempat mencapai benua Australia
yang saat itu tidak terlalu jauh dari daratan Asia.
 Dari pegunungan itulah berasal sungai-sungai besar seluruh Kalimantan.
Diperkirakan, dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar
menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir
pulau Kalimantan. Tetek Tahtum menceritakan migrasi suku Dayak Ngaju
dari daerah perhuluan sungai-sungai menuju daerah hilir sungai-sungai.
 Di daerah selatan Kalimantan Suku Dayak pernah membangun sebuah
kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak di daerah itu sering
disebut Nansarunai Usak Jawa, yakni kerajaan Nansarunai dari Dayak
Maanyan yang dihancurkan oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi
antara tahun 1309-1389. Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak
Maanyan terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman ke
wilayah suku Dayak Lawangan. Arus besar berikutnya terjadi pada saat
pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersama masuknya para
pedagang Melayu (sekitar tahun 1520).
 Sebagian besar suku Dayak di wilayah selatan dan timur kalimantan yang
memeluk Islam keluar dari suku Dayak dan tidak lagi mengakui dirinya
sebagai orang Dayak karena adanya pengaruh budaya, bahasa, adat bahkan
DNA/genetika yang sangat kuat dari para pendatang karena adanya
akumulasi. Hal ini membuat perbauran/akulturasi suatu suku sehingga
membentuk budaya baru yang kemudian menjadi suku yang
mandiri/melahirkan etnis tersendiri. Walau begitu, orang Dayak yang
hanya memeluk Islam tetap teguh dengan Dayaknya mereka tetap lah
Dayak tetapi disebut sebagai orang Senganan/Dayak Senganan (kecuali
orang-orang Dayak yang berakulturasi yang akhirnya melahirkan
kebudayaan/suku baru yang bukan bagian dari Dayak lagi) tetapi biar
begitu asal-usul mereka ya tetaplah Dayak. Contoh saja suku Dayak yang
memeluk Islam lalu membentuk budaya baru seperti Banjar dan Kutai,
mereka lebih senang jika menyebut dirinya sebagai atau orang
Banjar dan Orang Kutai. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama
Islam & tetap teguh dengan agama lama kembali menyusuri sungai, masuk
ke pedalaman, bermukim di daerah-daerah Kayu
Tangi, Amuntai, Margasari, Batang Amandit, Batang Labuan
Amas dan Batang Balangan. Sebagian lagi terus terdesak masuk rimba.
Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan
dan sebagian Kotawaringin, salah seorang pimpinan Banjar Hindu yang
terkenal adalah Lambung Mangkurat menurut orang Dayak adalah seorang
Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum). Di Kalimantan Timur, orang Suku
Tonyoy-Benuaq yang memeluk Agama Islam menyebut dirinya
sebagai Suku Kutai. Tidak hanya dari Nusantara, bangsa-bangsa lain juga
berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa tercatat mulai datang ke
Kalimantan pada masa Dinasti Ming yang tercatat dalam buku 323
Sejarah Dinasti Ming (1368-1643). Dari manuskrip berhuruf hanzi
disebutkan bahwa kota yang pertama dikunjungi adalah Banjarmasin dan
disebutkan bahwa seorang pangeran yang berdarah Biaju menjadi
pengganti Sultan Hidayatullah I . Kunjungan tersebut pada masa Sultan
Hidayatullah I dan penggantinya yaitu Sultan Mustain Billah. Hikayat
Banjar memberitakan kunjungan tetapi tidak menetap oleh pedagang jung
bangsa Tionghoa dan Eropa (disebut Walanda) di Kalimantan Selatan
telah terjadi pada masa Kerajaan Banjar Hindu (abad XIV).
Pedagang Tionghoa mulai menetap di kota Banjarmasin pada suatu tempat
dekat pantai pada tahun 1736.
 Kedatangan bangsa Tionghoa di selatan Kalimantan tidak mengakibatkan
perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung
karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di
Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak.
Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak
seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik. Tidak hanya
itu, sebagian dari mereka juga ada bangsa Eropa.
 Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada
abad XV Kaisar Yongle mengirim sebuah angkatan perang besar ke
selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Cheng Ho, dan kembali
ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah
ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan
Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang
mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang
dagangan di antaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring,
cangkir, mangkuk dan guci.

b. Pembagian sub-sub Etnis

Dikarenakan arus migrasi dan pengaruh yang kuat dari para pendatang, Suku
Dayak yang masih mempertahankan adat budayanya akhirnya memilih masuk
ke pedalaman. Akibatnya, Suku Dayak yang berakulturasi akhirnya
melahirkan kebudayaan baru dan menjadi sub-sub etnis tersendiri.
Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih
jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku
Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip,
merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat,
budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut
suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap
pemukiman mereka.
Persebaran suku-suku Dayak di Pulau Kalimantan.
Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam
Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku
besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan.
Pembagian lama Suku Dayak terdiri atas enam Stanmenras atau rumpun yakni:
1. rumpun Klemantan alias Bidayuh
2. rumpun Iban
3. rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau
4. rumpun Murut
5. rumpun Ot Danum-Ngaju
6. rumpun Punan.
3. Pakaian Adat dan Kebiasaan Masyarakat

4. Pelestarian Pakaian Adat dan Kebiasaan Masyarakat Berbudaya

BAB III

Penutup
Daftar Pustaka

https://kaltara.bpk.go.id/profil-pemerintah-provinsi-kalimantan-utara/

Anda mungkin juga menyukai