Cara obyek direproduksi dalam sebuah foto bisa sangat berbeda dari bagaimana ia tampil
ketika diambil gambarnya. Ketika Anda menatap dengan mata Anda ke seluruh obyek, segala
sesuatu di dalamnya tampak kurang lebih sama tajam, tapi kadang-kadang hanya fokus
bagian tertentu obyek foto sehingga tampak tajam dan tampak blur di bagian selainnya.
Disini akan kita bahasa penjelasan mengenai DOF.
Zona ketajaman ini disebut depth-of-field (DOF), yaitu ketajaman yang membentang ke
depan dan ke belakang dari titik yang benar-benar menjadi fokus pada saat itu. Ukuran zona
ketajaman ditentukan oleh tiga faktor utama – aperture atau bukaan lensa, panjang fokus
lensa dan jarak Anda dari subjek. Memvariasikan ketiga elemen ini memungkinkan Anda
mengontrol hampir penuh atas hasil depth-of-field dalam foto/gambar.
Namun, jika Anda ingin memusatkan perhatian hanya pada satu bagian dari obyek foto, dan
membuang sisanya agar blur/out-of-focus, sebaiknya pilih aperture besar. Seberapa besar
persisnya ini bisa tergantung pada aperture maksimum lensa yang Anda gunakan. Pada lensa
standar 50mm bisa f/1,7 f/1,8 atau f/2, tetapi untuk standar biasanya sekitar f/3,5 atau f / 4,5.
Untuk pengambilan gambar pada umumnya, bila Anda ingin sebagian besar bagian foto
tajam, Anda bisa mengatur aperture sekitar f/8 sampai f/11. Ini bisa dicapai dengan setting
mode eksposur Program dimana akan diatur secara otomatis oleh kamera. Bila
memungkinkan Anda harus mengambil kendali seleksi aperture dan menggunakan Aperture-
Priority atau mode manual.
Berikut adalah contoh bagaimana menggunakan lensa Nikon lama untuk membantu
menunjukkan skala dan kedalaman lapangan berdasarkan aperture yang dipilih.
Lensa diatur ke aperture f/8, segala obyek dari jarak infinity (simbol yang terlihat seperti
angka delapan) ke jarak 5kaki akan tampak tajam.
Lensa diatur ke aperture f/22, segala obyek dari jarak infinity (simbol yang terlihat seperti
angka delapan) ke jarak 2 kaki akan tampak tajam.
2. Panjang Fokus Lensa
Menggunakan lensa wide-angle Anda akan mendapatkan keuntungan dari depth-of-field yang
luas, yang membuatnya mudah untuk menjaga semua bagian obyek dalam foto dalam fokus.
Semakin lebar sudut view, semakin besar dept-of-field. Sebaliknya jika menggunakan lensa
tele maka depth-of-field lebih terbatas. Semakin besar focal-length lensa tele, semakin
membatasi zona ketajaman.
Sebagai contoh pengaruh menggunakan focal length yang berbeda adalah. Lensa Nikon
28mm wide-angle di f/22 akan memberikan hasil yang tajam dari jarak 2 kaki hingga jarak
infinity (tak terbatas). Sedangkan lensa Micro Nikkor 55mm dari jarak 7 kaki hingga infinity.
Dan lensa Nikkor 105mm dari jarak sekitar 28 meter hingga tak terbatas.
3. Jarak Kamera ke Obyek
Semakin dekat kamera dengan obyek foto maka semaki terbatas depth-of-field atau ruang
ketajaman. Bahkan, saat pengambilan foto close-up atau macro maka ruang ketajaman akan
menjadi sangat sempit hanya beberapa milimeter di depan dan di belakang obyek.
Jadi di atas adalah penjelasan secara teorinya, perlu banyak berlatih praktek langsung sekian
lama untuk mendapatkan feel mengenai DOF ini.
Background blur tak dikenali, Image Credit : Wikimedia Labeled for Reused
Ada kondisi di mana kita ingin agar POI (Point of Interest) atau subyek foto tampil keluar
menonjol dibandingkan dengan latar belakang yang blur. Biasanya yang populer adalah untuk
memfoto Portrait dimana penekanannya adalah pada benda atau orang, bukan lokasi. Contoh
di atas adalah foto yang fokus pada benda dengan latar belakang yang tidak penting untuk
diketahui ada dimana.
Yang kita butuhkan di sini adalah menggunakan sebuah lensa tele di aperture terlebar. Kalau
bisa POI atau subyek terletak sejauh mungkin dari latar belakang. Yang perlu diperhatikan
adalah meskipun fokus akurat, tetapi sebagai bidang ketajaman DOF sangat sempit sehingga
bisa tidak fokus pada bagian yang tidak diinginkan.
3. Obyek Utama Tajam, Latar Belakang Blur Bisa Dikenali
Background blur masih bisa dikenali, Image Credit : The Verge Labeled for Reused
Kadang-kadang membuang latar belakang benar-benar out-of-focus atau blur terlalu
berlebihan. Misal kita tetap ingin menunjukkan subjek / POI berada dalam lingkungan alam,
tetapi dengan latar belakang yang soft agar POI tetap terisolasi dan tidak bersaing
mendapatkan perhatian.
Contoh misal seseorang di pantai, hewan di kebun binatang atau bunga di taman seperti foto
di atas. Biasanya menggunakan lensa standar tele pendek, misal 50mm hingga 135mm sudah
sangat ideal – terutama jika itu digabungkan dengan berbagai aperture tengah sekitar f/8.
4. Zona Ketajaman Sangat Terbatas
Jika ingin kondisi ekstrim dimana fokus hanya sangat tajam dibagian tertentu, misal potret
seseorang dengan hanya fokus pada mata dan bahkan telinga atau ujung hidung pun blur. Di
sini, sekali lagi, skala depth-of-field pada lensa sangat membantu.
Contoh yang sering dilakukan oleh para fotografer adalah foto bunga yang hanya benar-benar
membatasi ruang ketajaman DOF pada benang sari dan membuat latar depan dan latar
belakang kelopak benar-benar lembut. Foto pertama di artikel ini juga salah satu contoh
dimana fokus hanya pada 1 baris kalimat saja dalam puluhan baris kalimat.
Ringkasan Penjelasan Mengenai DOF
Demikian artikel ini semoga bermanfaat. Terkahir secara keseluruhan, penggunaan praktis
depth-of-field (DOF) dapat disimpulkan sebagai berikut:
Untuk memaksimalkan ruang ketajaman / DOF gunakan lensa wide-angle dengan setting
pada aperture kecil dan menjauh dari POI atau subjek foto.
Untuk meminimalkan ruang ketajaman / DOF gunakan lensa tele dengan mengatur aperture
besar dan dekati subjek atau POI foto.