Anda di halaman 1dari 16

Handout

DESAIN GRAFIS PERCETAKAN


Prosedur Pengambilan Gambar
Dengan Teknik Bluring

Disusun oleh :
Anton Bagus Indarto, S.T
SMK Negeri 2 Sewon
T.A 2019/2020

1
A. KOMPETENSI DASAR
1. Menerapkan prosedur pengambilan gambar dengan teknik bluring
2. Mengambil gambar dengan teknik bluring

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


1. Menjelaskan prosedur pengambilan gambar dengan teknik bluring
2. Menerapkan prosedur pengambilan gambar dengan teknik bluring
3. Melakukan pengambilan gambar dengan teknik bluring
4. Membuat laporan pengambilan gambar dengan teknik bluring

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pengetahuan
Setelah berdiskusi dan menggali informasi,
1. Peserta didik dapat menjelaskan prosedur pengambilan gambar dengan teknik bluring
2. Peserta didik dapat menerapkan prosedur pengambilan gambar dengan teknik bluring

Keterampilan
1. Dengan disediakan kamera DSLR, peserta didik terampil dalam melakukan pengambilan
gambar dengan teknik bluring sesuai prosedur
2. Dengan disediakan LKPD dan media komputer, peserta didik terampil dalam membuat
laporan hasil praktikum pengambilan gambar dengan teknik bluring

D. POKOK-POKOK MATERI
a. Teknik Bluring
b. Konsep Exposure

2
E. URAIAN MATERI

Salah satu cara paling efektif memberi kesan bergerak pada sebuah foto adalah

dengan membiarkan subjek menjadi blur. Untuk memotret subjek yang bergerak
menjadi blur diperlukan kecepatan rana rendah. Kecepatan rana yang diperlukan

tergantung pada beberapa faktor. Kecepatan subjek yang bergerak menjadi


pertimbangan utama. Sebuah mobil yang melaju kencang mungkin akan menjadi blur

pada eksposure dengan kecepatan rana 1/500 detik. Sementara itu, pejalan kaki akan
menjadi blur pada kecepatan rana 1/30 detik saja.

Faktor penting lainnya adalah sudut pandang dari arah mana


dilakukannya pemotretan dan jarak dari subjek pemotretan. Subjek yang bergerak

melintas dari samping akan menjadi blur lebih cepat dibandingkan dengan subjek yang
bergerak menjauh atau mendekati pemotret secara frontal. Subjek yang bergerak di

dekat Anda akan lebih blur jika dibandingkan subjek yang bergerak jauh dari Anda.

Kedalaman ruang (Depth of field)


Cara obyek direproduksi dalam sebuah foto bisa sangat berbeda dari bagaimana ia

tampil ketika diambil gambarnya. Ketika Anda menatap dengan mata Anda ke seluruh obyek,
segala sesuatu di dalamnya tampak kurang lebih sama tajam, tapi kadang-kadang hanya fokus

bagian tertentu obyek foto sehingga tampak tajam dan tampak blur di bagian selainnya. Disini
akan kita bahasa penjelasan mengenai DOF.

Zona ketajaman ini disebut depth-of-field (DOF), yaitu ketajaman yang membentang ke

depan dan ke belakang dari titik yang benar-benar menjadi fokus pada saat itu. Ukuran zona
ketajaman ditentukan oleh tiga faktor utama – aperture atau bukaan lensa, panjang fokus

lensa dan jarak Anda dari subjek. Memvariasikan ketiga elemen ini memungkinkan Anda
mengontrol hampir penuh atas hasil depth-of-field dalam foto/gambar.
Ketika sebagian besar bagian obyek pada gambar terlihat tajam, maka kita katakan

DOF luas. Bila hanya beberapa bagian saja yang tajam, maka kita katakan DOF sempit atau

terbatas. Apakah kita akan menggunakan depth-of-field luas atau sempit tergantung pada
konsep dan bagaimana ingin menggambarkan obyek terkait.

Tiga faktor utama yang dapat digunakan untuk mengontrol DOF.


Faktor Utama Penentu DOF

1. Aperture Lensa
Hubungan langsung antara aperture dan depth-of-field yaitu semakin kecil aperture,

semakin luas depth-of-field (artinya semakin banyak bagian yang tajam) dan sebaliknya,
semakin besar aperture semakin sempit depth-of-field (semakin sedikit bagian yang tajam).

Jadi jika Anda ingin mendapatkan sebanyak mungkin bagian foto yang tajam,
setting sekecil mungkin aperture – misal antara f/16, atau bahkan f/22 jika lensa

mendukung. Jangan lupakan kondisi pencahayaan, mungkin perlu menggunakan tripod atau
bentuk lain yang membuat kamera stabil karena dengan aperture kecil kecepatan shutter

membutuhkan lebih lama sehingga menciptakan risiko hasil foto blur karena kamera-
goyang.

Namun, jika Anda ingin memusatkan perhatian hanya pada satu bagian dari obyek
foto, dan membuang sisanya agar blur/out-of-focus, sebaiknya pilih aperture besar.

Seberapa besar persisnya ini bisa tergantung pada aperture maksimum lensa yang Anda
gunakan. Pada lensa standar 50mm bisa f/1,7 f/1,8 atau f/2, tetapi untuk standar biasanya

sekitar f/3,5 atau f / 4,5.


Untuk pengambilan gambar pada umumnya, bila Anda ingin sebagian besar bagian

foto tajam, Anda bisa mengatur aperture sekitar f/8 sampai f/11. Ini bisa dicapai dengan
setting mode eksposur Program dimana akan diatur secara otomatis oleh kamera. Bila

memungkinkan Anda harus mengambil kendali seleksi aperture dan menggunakan


Aperture-Priority atau mode manual.

Berikut adalah contoh bagaimana menggunakan lensa Nikon lama untuk membantu
menunjukkan skala dan kedalaman lapangan berdasarkan aperture yang dipilih.

4
Lensa diatur ke aperture f/8, segala obyek dari jarak infinity (simbol yang terlihat
seperti angka delapan) ke jarak 5kaki akan tampak tajam.

Lensa diatur ke aperture f/22, segala obyek dari jarak infinity (simbol yang terlihat
seperti angka delapan) ke jarak 2 kaki akan tampak tajam.

2. Panjang Fokus Lensa


Menggunakan lensa wide-angle Anda akan mendapatkan keuntungan dari depth-of-

field yang luas, yang membuatnya mudah untuk menjaga semua bagian obyek dalam
foto dalam fokus. Semakin lebar sudut view, semakin besar dept-of-field. Sebaliknya jika

menggunakan lensa tele maka depth-of-field lebih terbatas. Semakin besar focal-
length lensa tele, semakin membatasi zona ketajaman.

Sebagai contoh pengaruh menggunakan focal length yang berbeda adalah. Lensa
Nikon 28mm wide-angle di f/22 akan memberikan hasil yang tajam dari jarak 2 kaki hingga

jarak infinity (tak terbatas). Sedangkan lensa Micro Nikkor 55mm dari jarak 7 kaki hingga
infinity. Dan lensa Nikkor 105mm dari jarak sekitar 28 meter hingga tak terbatas.

3. Jarak Kamera ke Obyek


Semakin dekat kamera dengan obyek foto maka semaki terbatas depth-of-field atau

ruang ketajaman. Bahkan, saat pengambilan foto close-up atau macro


maka ruang ketajaman akan menjadi sangat sempit hanya beberapa milimeter di depan dan
di belakang obyek.

5
Tips Trik Fotografi Foto Blur atau Bokeh

Memang dalam fotografi foto yang tajam merupakan hal yang diinginkan. Namun foto
yang blur yang diluar titik fokus juga dapat menciptakan foto dengan dimensi yang

terkesan menarik.

Gambar 1Fotografi Bluring

Definisi bokeh sendiri adalah salah satu bahasa Jepang yang memiliki arti ‘menjadi
kabur’. Jadi foto bokeh bisa diartikan foto yang menonjolkan titik objek yang fokusnya

sangat tajam yang dijadikan sebagai titik utama. Sementara objek selain titik utama akan
blur atau kabur (selective focusing).

Bokeh berasal dari lensa bukan dari kamera. Oleh karena itu, hal terpenting yang harus

dilakukan saat ingin mendapatkan bokeh adalah setting aperture lensa kita pada
bukaan yang sebesar mungkin.

Lalu bagaimana caranya bisa menghasilkan foto bokeh atau foto dengan latar
belakang yang kabur/blur ?

Berikut ini akan dijelaskan tips fotografi bokeh:

 Pilih mode manual atau Aperture Priority


 Pilih setting aperture sebesar mungkin dengan ditandai angka F sekecil

mungkin.
 Atur jarak Anda ketika memotret, yakni jarak didepan dan dibelakang bidang obyek.

 Jauhkan jarak antara obyek dan background-nya.


 Usahakan menggunakan lensa dengan kemampuan aperture besar.

 Gunakan focal length lensa yang terpanjang, misal lensa 55-200, gunakan

6
 200mm/ Jika ada, gunakan lensa prime atau fixed lens, lensa yang tidak bisa di -

zoom untuk mendapatkan pola bokeh yang menawan.

Bagaimana mendapatkan foto bokeh menggunakan kamera pocket atau kamera saku?
Nah dengan kamera saku kita pun bisa menghasilkan foto bokeh akan tetapi hasilnya tidak

sebagus menggunakan kamera DSLR dengan lensa bukaan besar. Berikut cara membuat
bokeh dengan kamera pocket anda. Tips Membuat Foto Bokeh dengan Kamera Pocket yaitu:

 Gunakan pilihan aperture priority, jika tidak ada gunakan mode Portrait atau
Macro.

 Jangan dihidupkan lampu flash, Kalau cahaya memang tidak mencukupi


pakailah tripod.

 Tentukan subjek foto yang memiliki kontras warna yang cukup antara ob jek utama
dan background.

 Atur jarak subjek dan background, jangan terlalu dekat, Jika jarak background kurang
jauh, maka semua akan terlihat tajam difoto sehingga anda tidak menghasilkan bokeh.

 Carilah background yang memiliki tektur mencolok.


 Saat memotret, dekatkan kamera dengan objek utama yang akan di foto.

 Kalau kamera saku Anda memiliki fitur optical zoom (bukan digital zoom),
gunakan zoom maksimal.

Istilah Bukaan, Diafragma, Aperture, akan dibahas arti aperture secara lebih detail.

Bukaan atau Diafragma atau Aperture adalah istilah fotografi yang mendefinisikan seberapa
besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto. Fungsi dari aperture sendiri

adalah mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke sensor kamera lewat bukaan pada

lensa tersebut. Ketika tombol shutter dipencet, saat itulah lubang di depan sensor kamera
akan terbuka. Dan setingan aperture lah yang menentukan seberapa besar lubang itu terbuka.

Semakin besar terbuka, maka makin banyak cahaya masuk yang akan dibaca oleh sensor
kamera.

Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan F-stop. Seperti diungkap diatas,
fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor

terbuka. Semakin besar nilai F-nya , makin kecil diameter / diafragmanya terbuka dan begitu
juga sebaliknya, makin kecil angka F-nya makin besar diafragma terbuka.

7
Perhatikan ilustari bukaan lensa di bawah ini:

Gambar 2 Bukaan lensa

Pada gambar di atas terlihat, F4, F8 dan F16 memiliki perbedaan bukaan

lubang/diafragma sebuah lensa. F4 lebih besar terbuka dari pada F8. Dan F8 lebih besar
terbuka diafragmanya ketimbang F16.

Berikut nilai aperture yang umum pada sebuah lensa : f/1.4, f/1.8, f/2, f/2.2, f/2.8, f/4.0,
f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, f32 … Pengaturan aperture dari f/1.4 ke f/1.8 akan membuat cahaya

berkurang setengah dari sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi


setengah seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Secara arti ISO atau ASA (dalam fotografi film) adalah kemampuan atau tingkat
sensitifitas sensor pada kamera terhadap cahaya. Sebagai dasar fungsi ISO pada fotografi,

semakin besar nilai pada setingan ISO kamera, maka semakin sensitif dan besar cahaya yang
didapatkan. Fitur ISO pada kamera akan menjadi bagian dari segitiga exposure selain

Shutter Speed dan Aperture.


Misal ISO=kerikil kemudian dimasukkan ke gelas yang akan diisi air. Dengan bantuan

kerikil tersebut, untuk mengisi air kedalam gelas hingga pas di bibir gelas, maka tidak
memerlukan air yang banyak. Begitu juga dengan ISO pada fotografi, semakin tinggi ISO

semakin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk mencapai exposure yang tepat.
Selain AUTO, satuan nilai ISO pada kamera ditandai dengan nilai yang dimulai dari

angka 50/100, 200, 400, 800, 1600 dan seterusnya sesuai spesifikasi kamera. Pada kamera
DSLR profesional, ISO Nikon D600 misalnya mampu mencapai ISO hingga nilai 25000.

Selain bisa menambah sensitifitas cahaya yang didapatkan, ISO juga bisa menimbulkan
noise pada hasil fotonya. Namun untuk kamera digital di era perkembangan teknologi saat

ini, ISO tinggi sudah bukan menjadi kendala. D3 dengan ISO 25600 masih mendapatkan foto
dengan noise yang rendah.

Ada yang belum tahu istilah fotografi NOISE ? Noise adalah bintik-bintik kecil yang ada
pada foto. Selain Noise, dengan menggunakan nilai ISO yang tinggi juga dapat menyebabkan

berkurangnya kualitas foto yang dihasilkan. Misalkan warna kurang keluar, foto jadi kurang
detail/tajem dll.

8
Kapan Menggunakan ISO

Iso tinggi biasanya digunakan saat kondisi kurang cahaya, misalnya saat motret

malam hari atau indoor. Kapan saat yang tepat memperhatikan atau menggunakan ISO pada
kamera ? saat kombinasi 2 bagian segitiga exposure shutter speed dan Aperture belum

mendapatkan exposure atau cahaya yang tepat.


Pada saat kondisi seperti itulah Anda bisa menaikkan nilai ISO sampai mendapatkan

cahaya yang cukup dan memperoleh shutter speed yang ideal. Misalkan pada suatu
kesempatan Anda ingin memotret momen yang bergerak di dalam ruangan yang minim

cahaya. Idelanya untuk menangkap momen yang cepat adalah menggunakan kecepatan rana
yang tinggi, soal besarnya aperture terserah, adanya berapa.

Gambar 3 Setting ISO

Dalam contoh kasus di atas, saya harus menggunakan kecepatan 1/250 agar kamera

mampu merekam momen yang bergerak di ruangan indoor tersebut. Namun lensa hanya
memiliki aperture terlebar F3.5. Tanpa menambah nilai ISO, saya hanya mendapatkan hasil

foto yang underexposured (UE) gelaaap. Nah, dengan mengunci shutter speed 1/250 dan
aperture F3.5 saya harus menambah nilai ISO sampai mendapatkan exposure yang tepat.

Pada umumnya, dalam fotografi banyak yang menganjurkan untuk menggunakan ISO

sekecil mungkin. Untuk menghindari Noise dan mendapatkan foto yang tajam. Apalagi jika
hasil foto akan Anda print dengan ukuran besar, Iso kecil sudah menjadi keharusan. Akan

tetapi dalam beberapa kasus, Noise kadang diperlukan untuk menambah kesan foto yang
lebih dramastis, misalnya foto BW.

Akan mengulas tentang Segitiga Exposure Shutter Speed, Aperture dan Iso. Istilah
fotografi Exposure bisa diartikan sebagai kemampuan kamera mengumpulkan cahaya yang

9
masuk. Ada tiga hal yang penting untuk mengatur exposure di kamera yaitu Shutter speed,

Aperture dan Iso. Hubungan ketiganya biasa disebut dengan segitiga exposure.

Kamera pada dasarnya adalah sebuah alat yang berguna untuk menangkap cahaya

melalui sensor kamera. Cahaya yang masuk akhirnya diterjemahkan oleh sensor menjadi
sebuah gambar. Sederhana saja, jika cahaya sedikit, gambar akan gelap atau disebut dengan

(underexposed/UE). Dan jika cahaya yang ketangkap sensor kamera banyak, gambar akan
menjadi terlalu terang (overexposed/OE).

Mari kita mencoba untuk berandai-andai, jika exposure

diibaratkan sebagai sebuah gelas, dan cahaya adalah air


yang akan dituangkan ke gelas. Maka exposure yang tepat

adalah saat gelas terisi air hingga tepat di bibir gelas. Jika isi air
tidak mencapai bibir gelas, maka gambar underexposed/UE, dan

saat air tumpah karena kepenuhan maka gambar


overexposed/OE. Sederhana kan ? motret itu menyenangkan.

Cara Mengatur Exposure

Kamera era saat ini sudah memiliki kemampuan melihat gambar dan menghitung
exposure yang canggih. Bahkan tentang kombinasi shutter speed, aperture dan ISO saat

menangkap suatu cahaya. Kamera digital DSLR ataupun kamera saku saat ini sudah
memiliki fitur pilihan mode exposure, ingin otomatis atau manual.

Dalam kamera digital ada mode exposure manual (Manual) dan otomatis
(Automatic, Program, Aperture Priority dan Shutter Speed Priority). Silahkan baca manual

kamera masing-masing kamera untuk mempelajari mode-mode lebih lanjut.

Gambar 4 Light meter

Untuk menggunakan manual exposure, Anda harus memahami terlebih dahulu


tentang shutter speed, aperture dan Iso. Jika ketiganya sudah dipahami, kami yakin untuk
menuangkan air di dalam gelas tanpa harus tumpah ataupun kurang adalah hal mudah. Baca
apa itu aperture baca terlebih dulu artikel Memahami Definisi Aperture Secara Detail dan

juga artikel Memahami Istilah Kecepatan Rana atau Shutter Speed dalam Fotografi.

10
Exposure Compensation (EV +/-)
Apa arti Exposure compensation ? Exposure compensation adalah sebuah fitur kamera
untuk mengubah hasil perhitungan exposure baik dari manual ataupun auto exposure.

Biasanya disimbulkan dengan EV +/-.

Gambar 5 Exposure value

Kapan menggunakan exposure compensation? saat kita menggunakan auto/manual exposure


namun hasil foto lebih gelap/terang dari yang diinginkan sebelumnya. Misal fotonya ingin
lebih terang lagi dari hasil pengukuran exposure sebelumnya. Maka naikkan exposure
compensation sebesar +1 EV. Dan begitu sebaliknya jika foto ingin lebih gelap, turunkan
menjadi -1 EV atau lebih. Rumus exposure: Shutter speed + aperture + ISO = Exposure

Contoh dengan angka (angka pada rumus ini hanyalah contoh, jadi jangan dihafalkan):

 1/200 + f/1.8 + ISO 100 = 0 (hasil auto exposure)


 1/200 + f/1.8 + ISO 200 = 1 (setelah +1 EV exposure compensation) foto akan

lebih terang
 1/200 + f/1.8 + ISO 100 = -1 (setelah -1 EV exposure compensation) foto akan

lebih gelap

Gambar 6 Nilai Eksposure

Perlu diingat, exposure compensation adalah bukan bagian dari faktor penentu

exposure. Exposure compensation hanya mengubah hasil perhitungan autoexposure saja.


Jika kita menerapkan exposure compensation positif, maka hasil perhitungan autoexposure

kamera akan lebih terang daripada sebelumnya. Jika kita menerapkan exposure
compensation negatif, maka hasil perhitungan autoexposure akan lebih gelap daripada

sebelumnya. Atau lebih sering disebut WB adalah kemampuan kamera membaca/mengukur


temperatur warna berdasarkan cahaya yang ada. Fungsi dari white balance sendiri adalah

mengantur komposisi warna berdasarkan cahaya yang ada, agar mendapatkan foto yang

11
akurat/tepat warna fotonya sesuai dengan warna aslinya (natural color) dengan kata lain

supaya yang putih terlihat putih, merah terlihat merah dan hijau terlihat hijau dst.

Pada umumnya, sebagian dari kita pengguna kamera digital tidak pernah
memperhitungkan setting white balance, kita hanya senang bahkan selalu menggunakan

setting auto white balance (AWB) serta menggunakan teknik segita exposure. Padahal WB
Auto akan menganggap bagian tercerah adalah warna putih, walau mungkin sebenarnya

bukan. AWB cuman akurat kalau ada banyak warna putih di depan kemera kita. Namun jika
Anda menggunakan kamera Infra Red white balance adalah hal penting untuk menghasilkan

foto yang tepat sesuai warna yang diinginkan meskipun menggunakan format RAW.
Meskipun kamera digital terbaru saat ini sudah semakin canggih dan mampu

menghasilkan foto yang bagus. Namun kamera dengan teknologi saat ini masih memiliki
kelemahan, kamera tidak selalu mampu menyesuaikan kondisi warna obyek yang

sebenarnya. Dengan kata lain, apa yang terlihat di kamera, belum tentu sama dengan kondisi
aslinya. Nah dengan menggunakan fitur white balance inilah kamera mampu mengurangi

kelemahannya untuk mengatur komposisi warna dengan tepat.


Sekedar tips untuk mengurangi kesalahan warna pada fotografi, pilihlah format

RAW saat memotret. Karena dengan setingan format RAW Anda masih bisa melakukan
perbaikan warna di olah digital dengan mudah menggunakan software pengolah file RAW

sesuai kamera digitalnya. Saat menggunakan setingan RAW, metode white balance mungkin
masih bisa diabaikan. Namun jika tetap memilih white balance yang tepat, Anda akan

mengurangi waktu untuk proses digital di komputer.

Gambar 7 Keseimbangan putih

12
Ada banyak pilihan preset white balance pada kamera digital, berikut ini beberapa

preset WB dan fungsinya yang umumnya tersedia di kamera digital. Berbicara memilih

white balance adalah bukan soal salah atau benar, namun kita mau seperti apa warna
fotonya. Karena terkadang meskipun saat tidak tepat memilih WB justru menghasilnya foto

dengan warna yang unik dan menarik :). Penentuan White Balance adalah elemen sangat
penting dlm fotografi digital krn di situ kita menentukan warna foto kita.

Jenis dan Fungsi Preset White Balance :

 Auto
Kamera akan mencari pengaturan white balance yang paling sesuai dengan kondisi
lapangan. Tapi dalam kondisi tertentu seringkali kurang tepat sehingga hasilnya standard,
kurang maksimal.
 Tungsten/Incandescent

Disimbolkan dengan ikon bohlam. WB itu cocok digunakan saat anda memotret di ruangan

dengan sumber cahaya bohlam. Karena Tungsten menormalkan obyek yang berada di
ruangan seperti ini. Tetapi ketika menggunakan di luar ruangan atau kondisi normal, hasil

fotonya akan menimbulkan efek kebiru-biruan.

 Fluorescent

Disimbolkan dengan ikon lampu neon, gunakan saat memotret di ruangan dengan
pencahayaan lampu neon. Jika memasuki ruangan seperti ini, maka gunakanlah mode white

balance Fluorescent. Mode ini bisa menetralkan temperatur obyek dengan cara meredam
pijaran warna putih yang berlebihan.
 Daylight/Direct Sunlight

Biasanya dengan simbol matahari, sesuai simbulnya gunakan saat berada di bawah
sinar matahari. Karena sistem menormalkan cahaya yang berlebih sehingga hasinya relatif

lebih maksimal dibanding mode Auto White Balance.


 Cloudy

Disimbolkan dengan awan, gunakan saat memotret di cuaca mendung. Bagus juga dipakai
saat matahari terbit di pagi hari atau senja hari. Modus ini digunakan untuk menambah dan
memperkuat warna kuning kecokelatan.
 Flash
13
Simbolnya kilat, jika Anda menggunakan flash hasil warna pada gambar akan kebiru-

biruan karena cahaya flash sifatnya lembut maka gunakanlah flash wb untuk menaikkan

warna.
 Shade

Biasanya simbolnya rumah atau pohon, gunakan saat memotret dalam rumah (siang hari)
atau anda berada di daerah bayangan, bukan bayangan dari sinar matahari langsung.

Karena mode ini bisa menetralkan kesan dingin dengan warna biru yang biasanya diperoleh
pada kondisi lingkungan yang berbayang.

Dengan berbagai pengaturan WB seperti jenis preset white balance diatas, kita bisa

menghasilkan warna yang akurat sesuai warna aslinya.

Cara Setting Custom White Balance dan Kelvin


Selain jenis preset WB di atas, dibeberapa tipe kamera DSLR seperti Canon EOS 6D juga

ada pilihan lainnya yaitu Custom WB /Preset Manual dan Color Temperature/kelvin. Pada
pilihan Custom WB/preset manual biasanya menggunakan obyek berwarna putih/netral untuk

dijadikan master preset WB. Foto kertas warna putih/netral inilah nantinya akan melakukan
koreksi warna untuk warna obyek lain.

Pada kamera profesional, white balance bisa diatur dari skala Kelvin, bukan semata dari

simbol-simbol saja. Jadi, kalau foto kita kekuning-kuningan, artinya cara setting WB di kamera
kita ketinggian. Harus kita turunkan, misalnya dari gambar awan ke gambar matahari.

Gambar 8 Keseimbangan putih dan suhu warba

14
Bermula dari seorang ilmuwan bernama Lord Kelvin (William Thomson), yang juga menciptakan

lemari es, cahaya dikelompokkan dalam skala Kelvin. Warna cahaya dimulai dari warna merah

sampai ungu. Skala 0 derajat Kelvin adalah sangat merah, sementara skala
10.000 derajat Kelvin adalah sangat ungu. Untuk acuan cara seting WB kelvin berikut kami

berikan daftar temperatur/kelvin sesuai kondisi cahaya:


 Daylight = 5.500 Kelvin,

 Cloudy = 7.000 Kelvin,


 Tungsten = 3.000 Kelvin,

 Shade = 8.000 Kelvin,


 Fluorescent = 4.000 Kelvin.

Kekurang tepatan dalam pengaturan derajat Kelvin akan menghasilkan warna yang
tidak sesuai dengan warna obyek aslinya. Karena untuk mendapatkan WB yg tepat, kita

harus tahu persis suhu warna yang ada di area pemotretan. Sebagai patokan dalam
menggunakan kelvin, berikut ini patokannya :

 Jika hasil foto berwarna kebiruan, berarti setting kelvin/temperatur terlalu rendah
 Jika hasil foto berwarna kekuningan, berarti setting kelvin/temperatur terlalu tinggi

Pernah mendengar istilah fotografi shutter speed atau kecepatan rana ? artikel fotografi
kali akan membahas apa itu shutter speed ataupun kecepatan rana pada fotografi. Shutter

adalah semacam pintu penutup sensor pada kamera digital. Pada saat kita mengambil gambar,
shutter akan membuka selama beberapa waktu sehingga sensor kamera akan merekam cahaya

yang masuk melalui lensa.


Berapa lamanya shutter terbuka inilah yang dinamakan sebagai shutter speed atau

kecepatan rana. Nah logikanya, semakin lama shutter ini terbuka, semakin banyak juga cahaya
yang kerekam oleh sensor kamera. Begitu juga sebaliknya jika shutter semakin cepat menutup

maka semakin sedikit pula cahaya yang terekam sensor kamera. Gambar ilustrasi shutter speed
yaitu:

Gambar 9 Shutter speed

15
Satuan shuuter speed atau kecepatan rana sampai saat ini masih menggunakan satuan
detik. Berikut contoh nilai shutter speed pada kamera digital.(nilai besar) Bulb , 32 , 16 , 8 , 4
, 2 , 1s , 1/2 , 1/4 , 1/8 , 1/16 , 1/32 , 1/64 , 1/125 , 1/250 , 1/500 , 1/1000 , 1/2000 , 1/4000,
1/8000 (nilai rendah)1/2 lebih cepat dari pada 1s. Artinya semakin 1/… lebih besar berarti lebih
cepat juga kecepatan rana yang didapatkan. Pada beberapa kamera digital yang baru ,
kecepatannya bisa lebih dari angka di atas, sehingga bisa menangkap gerakan peluru melesat
misalnya.

B. Evaluasi
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknik bluring!

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan DoF.


3. Sebutkanlah tips fotografi bokeh!

4. Jelaskan apa itu aperture!


5. Jelaskan prinsip menggunakan ISO!

6. Sebutkan rumus exposure!


Daftar Pustaka
 Adimas Ketut Nalendra, Tahun 2018, Desain Grafis Percetakan SMK Multimedia Kelas XI,
Malang, PPPPTK BOE VEDC
 Rumorkamera.com. (2015, 26 Januari). Teknik Fotografi Penjelasan Mengenai DOF (Depth
Of Field) – Bagian 1, dari https://rumorkamera.com/catatan-kami/teknik-fotografi-
penjelasan-mengenali-dof-depth-field/

16

Anda mungkin juga menyukai