Anda di halaman 1dari 2

Nama: Pinita Tampubolon

NIM: 211000045

SURVEILANS KESEHATAN KERJA

Surveilans Kesehatan Kerja menurut NIOSH (National Institut Occupational Safety and Health) adalah
usaha pengumpulan data secara sistematis dan berkelanjutan, melakukan analisis atas data tersebut serta
melakukan interpretasi dengan tujuan untuk perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja.

Komponen surveilans kesehatan kerja: surveilans hazard kesehatan, surveilans efek kesehatan dan biological
monitoring.

a. Surveilans hazard kesehatan kerja

Surveilans hazard kesehatan kerja adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus yang dilakukan
dengan pengukuran hazard dan dibandingkan dengan NAB (Nilai Ambang Batas)

Tujuan:

1. identifikasi pola penyakit


2. deteksi dini paparan hazard
3. memantau pekerja yang terpapar di luar pekerjaan
4. melindungi pekerja yang rentan
5. identifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan.

Manfaat: metode untuk deteksi dini, penentuan PAK/Non PAK dan Dasar untuk upaya preventif dan promosi
kesehatan.

Pengukuran dan pengendalian lingkungan kerja:

1. Pengukuran lingkungan kerja dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan: factor fisika, factor kimia, factor
biologi, factor ergonomic dan factor psikologi
2. Pengukuran lingkungan kerja dilakukan sesuai dengan metode uji yang ditetapkan Standar Nasional
Indonesia
3. Metode uji lainnya sesuai dengan standar yang telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang
4. Pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan sesuai hirarki pengendalian meliputi upaya:
- eliminasi
- substitusi
- rekayasa teknis
- administratif
- penggunaan alat pelindung diri

Adapun factor factor yang perlu dimonitoring di tempat kerja yaitu:

1. Faktor fisika adalah factor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat fisika, disebabkan
oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan dan kondisi lingkungan di sekitar tempat kerja yang dapat
menyebabkan gangguan dan penyakit akibat kerja pada tenaga kerja, meliputi Iklim kerja, kebisingan, getaran,
radiasi gelombang mikro, radiasi ultra ungu (ultra violet), radiasi medan magnet statis, tekanan udara dan
pencahayaan.

2. factor kimia adalah factor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat kimiawi, disebabkan
oleh penggunaan bahan kimia dan turunannya di tempat kerja yang dapat menyebabkan penyakit pada tenaga
kerja, meliputi kontaminan kimia di udara berupa gas, uap dan partikulat.

3. factor biologi adalah factor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat biologi, disebabkan
oleh makhluk hidup meliputi hewan, tumbuhan dan produknya serta mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja.

4. factor ergonomic adalah adalah factor yang dapat mempengaruhi aktivitas tenaga kerja, disebabkan oleh
ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja dan beban angkat terhadap
tenaga kerja.

5. factor psikologi adalah factor yang mempengaruhi aktivitas tenaga kerja, disebabkan oleh hubungan antar
personal di tempat kerja, peran dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Scribd.id.(2014,14 November). Medical Surveillance. Diakses pada 22 November 2022, dari
https://www.scribd.com/embeds/246561871/content?start_page=1&view_mode=sgulung&access_key=key-
fFexxf7MbzEfWu3HKwf
2. Jdih.kemnaker.go.id.(2018). PERMENAKER NO.5 TAHUN 2018. Diakses pada 22 November 2022, dari
https://jdih.kemnaker.go.id/asset/data_puu/Permen_5_2018.pdf

Anda mungkin juga menyukai