Anda di halaman 1dari 40

SERI KE-10

Standar assessment of patient yang selanjutnya disingkat sebagai


standar AOP merupakan standar yang membantu kita untuk melakukan
pengkajian pada pasien kita secara komprehensif. Pengkajian tersebut
meliputi proses pengkajian awal dan ulang terutama untuk dokter dan
perawat, yang selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh berbagai profesi
lain sesuai dengan kebutuhan pasien dan dianggap cakap untuk
melakukan pengkajian.

Pengkajian yang baik terutama pada populasi khusus dan berisiko,


membutuhkan kolaborasi multidisiplin, multiprofesi, dalam upaya
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan hasil pengkajian, termasuk yang
berhubungan dengan pemeriksaan penunjang. Pengelolaan yang baik
sesuai standar untuk pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan
diagnostik diharapkan akan menghasilkan pemeriksaan yang akurat dan
membantu proses tatalaksana pasien dengan lebih bermutu.

Hormat kami,
Pokja AOP
KMKP
SERI KE-10

ASSESSMENT OF PATIENT (AOP)

Pengkajian pasien adalah proses pengumpulan informasi melalui anamnesis, pemeriksaan


fisik “head to toe” dan pemeriksaan kebutuhan lainnya secara holistik (psikologis, sosial,
ekonomi, spiritual, kultural, informasi dan edukasi yang diperlukan), riwayat penyakit, riwayat
pengobatan, dan obat-obat yang sedang dikonsumsi, riwayat alergi, status nutrisi, risiko luka
tekan, nyeri, risiko jatuh, status fungsional, serta pemeriksaan penunjang (laboratorium dan
radiodiagnostik).

Tujuan pengkajian pasien mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien, mengetahui


respons pasien terhadap perawatan sebelumnya, memilih perawatan yang terbaik untuk
pasien, menentukan kebutuhan yang diperlukan pasien untuk rencana pemulangan pascka
perawatan di RS

Pengkajian merupakan langkah pertama dan sangat penting dari proses


perawatan pasien. Menjadi dasar dalam menentukan rencana perawatan
(care plan)
SERI KE-10
AOP 1 – PENGKAJIAN AWAL (INITIAL ASSESSMENT)
Isi Pengkajian Awal
EMERGENCY RAWAT JALAN RAWAT INAP
NO ISI PENGKAJIAN
Dokter Perawat Nakes Dokter Perawat Nakes Dokter Perawat Nakes
1 Keluhan utama
2 Riwayat penyakit dan riwayat
pengobatan
3 Nilai, budaya, dan kepercayaan
4 Status psikologis sosial ekonomi
5 Pemeriksaan fisik
6 Pemeriksaan tanda-tanda vital
7 Alergi
8 Screening status nutrisi
9 Screening risiko luka tekan
10 Screening nyeri
11 Screening risiko jatuh
12 Screening status fungsional
13 Screening paliatif
14 Kebutuhan perencanaan pulang
15 Kebutuhan informasi dan
edukasi
16 Hasil pemeriksaan penunjang

Setiap profesi kesehatan yang terlibat dalam pengkajian pasien harus


membaca, memvalidasi, dan melengkapi pengkajian satu sama lain

Kurun waktu melengkapi pengkajian awal di RSCM


SERI KE-10

Pengkajian awal pasien gawat darurat (emergency):


 Pengkajian awal medis yang dilakukan oleh dokter dari tempat praktik
pribadi atau tempat layanan rawat jalan lainnya dapat digunakan sebagai
data sekunder dalam kurun waktu kurang atau sama dengan 30 hari
terakhir.
 Pengkajian awal medis dan keperawatan pasien di ruang emergency
didokumentasikan dalam formulir triase terintegrasi dan evaluasi awal.
 Untuk melengkapi penatalaksanaan pasien di ruang emergency setelah 8
jam pasien ditatalaksana, maka pengkajian pasien dilengkapi seperti halnya
pasien di rawat inap dengan menggunakan formulir pengkajian awal rawat
inap terintegrasi. Pengkajian dapat dilengkapi di ruang rawat inap dalam
rentang waktu 24 jam.
 Pengkajian pasien yang akan dilakukan tindakan invasif atau pembedahan
segera (cito) mencakup catatan singkat mengenai kondisi pasien dan
diagnosis pra operasi

Pengkajian pasien yang memerlukan pembedahan:


 Pengkajian pra operasi mencakup kebutuhan medis, fisik, psikologis,
sosial, ekonomi, spiritual/ budaya dan kebutuhan saat pemulangan
didokumentasikan sebelum anestesi dan tata laksana pembedahan
 Pengkajian pra operasi didokumentasikan di formulir pengkajian awal
rawat inap terintegrasi, catatan keperawatan pra operasi, dan catatan
perioperatif
 Pasien pra bedah yang pernah menjalani perawatan di rawat inap dan
masuk kembali rawat inap dalam kurun waktu ≤ 30 hari, dapat
menggunakan pengkajian awal saat masuk rawat inap sebelumnya,
sedangkan pengkajian perubahan kondisi pasien saat masuk ruang rawat
SERI KE-10

Pengkajian awal pasien rawat jalan:


 Pengkajian awal medis yang dilakukan oleh dokter dari tempat praktik
pribadi atau layanan rawat jalan lainnya dapat digunakan dalam kurun
waktu ≤ 30 hari terakhir dan dicatat dalam lembar catatan perkembangan
pasien terintegrasi.
 Pemeriksaan penunjang dari laboratorium luar yang kurang dari 30 hari
dapat digunakan
 Pengkajian dari layanan rawat jalan lain dan pemeriksaan penunjang yang
sudah melebihi 30 hari harus diperbaharui, ada atau tidak ada perubahan
kondisi.
 Pasien yang tidak kontrol dan berobat selama kurun waktu 1 tahun ke
RSCM maka harus dilakukan pengkajian awal seperti layaknya pasien baru.
Khusus untuk pasien yang menjalani radiasi, kemoterapi, hemodialisis, dan
pasien dengan kasus thalasemia dan tuberkulosis, apabila tidak kontrol
dalam waktu 6 bulan, maka dikaji kembali seperti layaknya pasien baru
 Apabila dalam rentang waktu kurang 30 hari pasien pasca rawat inap akan
berobat dan kontrol ke poliklinik, maka pengkajian pasien rawat jalan
didokumentasikan di lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi
 Pasien rawat jalan yang akan dilakukan tindakan non bedah, pengkajian
awal dilakukan sebagaimana pasien rawat jalan
 Pasien rawat jalan yang dilakukan tindakan, dikaji kebutuhan perencanaan
pemulangan dan diberikan edukasi persiapan perawatan di rumah sesuai
kebutuhan dan didokumentasikan dalam lembar edukasi terintegrasi
 Tindak lanjut dari hasil pengkajian nutrisi, risiko jatuh, status fungsional dan
skrining nyeri dilakukan apabila dari hasil pengkajian awal rawat jalan
ditemukan hasil yang tidak sesuai harapan. Pasien rawat jalan yang
diindikasi berisiko nyeri, dilakukan penilaian ulang nyeri
SERI KE-10

Pengkajian awal pasien rawat inap:


 Pengkajian pasien rawat inap yang belum lengkap terisi dari ruang
emergency, wajib dilengkapi di ruang rawat inap
 Pasien pasca rawat inap yang dalam kurun waktu ≤ 30 hari masuk kembali
ke ruang rawat inap maka pengkajian pasien dan perubahan kondisi yang
signifikan didokumentasikan di lembar CPPT dan observasi harian pasien
 Pengkajian lanjutan dan tindak lanjut kondisi pasien di ruang rawat inap
dilakukan apabila dari hasil pengkajian awal ditemukan adanya perubahan
dalam keadaan umum pasien, penilaian perburukan pasien, penilaian status
nutrisi, penilaian status fungsional, penilaian nyeri, penilaian risiko cedera
(jatuh, luka tekan), hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium dan
diagnostik).
 Pengkajian kebutuhan rencana pemulangan pasien (discharge planning)
dilakukan setelah pasien masuk di ruang rawat inap paling lama 2x24 jam
dengan melibatkan pasien dan keluarga.
 Dokter, perawat, dietisien, farmasis dan tenaga kesehatan lain
mempersiapkan pasien/keluarga untuk perawatan di rumah dan memberi
edukasi sesuai perencanaan pemulangan pasien sejak awal proses
perawatan pasien serta dievaluasi secara berkala untuk memastikan
kesiapan pasien dan keluarga
SERI KE-10
Screening status nutrisi
Screening awal status nutrisi pasien dilakukan oleh perawat dan divalidasi oleh dietisien/
nutrisionis dalam 24 jam pasien masuk rawat inap.

Tindak lanjut dari hasil screening status nutrisi:


 Perawat melaporkan hasil screening status nutrisi kepada dokter yang merawat pasien, memantau
berat badan pasien setiap pekan, memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sesuai program perawatan
pasien, dan memantau asupan makanan pasien
 Dokter yang merawat pasien, mencatat hasil asesmen dan program kebutuhan nutrisi pasien pada
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT). Instruksi medis terkait nutrisi pasien ditulis dalam
formulir instruksi medis non farmakologis
 Dietisien/nutrisionis melakukan pengkajian gizi dan membuat perencanaan kebutuhan nutrisi pasien
sesuai program yang dibuat dokter
 DPJP yang merawat pasien akan mengkonsultasikan pasien ke Dokter Gizi Klinik apabila skor hasil
screening ≥ 3 atau sesuai kebutuhan/ kondisi pasien.

Screening status nutrisi pasien dewasa menggunakan tools Malnutrition Screening


Tools (MST)
SERI KE-10
Screening status nutrisi pasien anak menggunakan tools Strong Kids
SERI KE-10
Screening status fungsional
Pengkajian status fungsional pasien dengan kasus non neuro menggunakan tools Katz Index,
sedangkan pasien dengan kasus neuro menggunakan tools Barthel index.

Pengkajian status fungsional pasien menggunakan Katz index


SERI KE-10
Pengkajian status fungsional pasien menggunakan Barthel index
SERI KE-10
Screening risiko jatuh
Seluruh pasien yang berkunjung ke RSCM baik layanan rawat jalan atau rawat inap harus
dilakukan screening risiko jatuh. Screening risiko jatuh menggunakan tools yang ditetapkan
rumah sakit sesuai jenis populasi pasien.

Pengkajian risiko jatuh pasien dewasa (>18 Pengkajian risiko jatuh pasien geriatri (>60
sampai dengan <60 tahun) dengan tools Falls tahun) dengan tools risiko jatuh geriatri
Morse Scale
SERI KE-10
Pengkajian risiko jatuh pasien anak (≥12 sampai dengan 18 tahun) dengan tools humpty
dumpty scale
SERI KE-10
Screening nyeri
Screening nyeri dilakukan untuk pasien rawat inap dan rawat jalan. Pasien yang teridentifikasi
mengalami nyeri dilakukan pengkajian lebih mendalam. Pengkajian nyeri meliputi penilaian
skala nyeri, lokasi, durasi, frekuensi, dan karakteristik nyeri.

Pengkajian nyeri menggunakan numerical rating scale


SERI KE-10
Pengkajian nyeri pada pasien anak
SERI KE-10
Pengkajian nyeri pada pasien yang tidak sadar dan menggunakan ventilator menggunakan
tools nyeri Behavior Pain Scale (BPS)
BEHAVIORAL PAIN SCALE
EKSPRESI WAJAH SKOR HASIL
Tenang 1
Sebagian muka menegang (dahi mengernyit) 2
Seluruh muka menegang (Kelopak mata menutup) 3
Wajah menyeringai 4

PERGERAKAN ATAU POSISI EKSTREMITAS ATAS


Tenang 1
Menekuk sebagian didaerah siku 2
Menekuk total dengan disertai jari-jari mengepal 3
Menekuk total secara terus menerus 4

TOLERANSI TERHADAP VENTILASI MEKANIK


Dapat mengikuti pola ventilasi 1
Batuk tetapi masih dapat mengikuti pola ventilasi 2
Melawan Pola Ventilasi 3
Pola ventilasi tidak ditoleransi 4
SERI KE-10
Pengkajian risiko luka tekan
Pengkajian dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa besar risiko pasien untuk mengalami
luka tekan selama menjalani perawatan di rumah sakit. Pengkajian ini juga mengantisipasi dan
mencegah bertambahnya keparahan sakit pasien akibat efek samping perawatan yang salah
satunya adalah kejadian luka tekan.

Pengkajian risiko luka tekan pada pasien dewasa menggunakan tools Braden
SERI KE-10
Pengkajian risiko luka tekan pada pasien anak menggunakan tools Braden Q
SERI KE-10
Pengkajian Populasi Khusus
Pengkajian awal terhadap jenis pasien tertentu atau populasi pasien tertentu membutuhkan
modifikasi proses pengkajian. Populasi dengan kebutuhan khusus meliputi:
 Pasien lanjut usia
 Pasien dengan penyakit terminal/ end of life
 Pasien dengan nyeri yang kronis dan intens
 Wanita dalam proses melahirkan
 Wanita dalam proses terminasi kehamilan
 Pasien dengan kelainan emosional atau gangguan jiwa
 Pasien dengan diduga ketergantungan obat atau alkohol
 Pasien korban kekerasan atau terlantar
 Pasien dengan penyakit infeksi atau menular
 Pasien yang mendapatkan kemoterapi atau radiasi
 Pasien dengan daya imun yang menurun (immunocompromised).
 Pasien gawat darurat
 Pasien koma
 Pasien dengan alat bantuan hidup
 Pasien yang menjalani dialisis
 Pasien dengan alat pengekang (restrain)
 Pasien yang mendapatkan kemoterapi
 Pasien yang berisiko bunuh diri
 Pasien transplantasi organ

Pengkajian pasien menjelang ajal


Pengkajian pasien menjelang ajal dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga
saat pasien berada di akhir hayatnya. Screening pasien paliatif di RSCM merupakan salah
satu pengkajian yang diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien dengan
penyakit kronis dan terminal lebih awal, sehingga pasien memperoleh perawatan
sebagaimana kebutuhannya.
SERI KE-10
Screening paliatif menggunakan tools sebagai berikut:
SERI KE-10
SERI KE-10
Perencanaan pulang
Perencanaan pulang pasien adalah proses untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan pasien
untuk persiapan transisi dari rumah sakit ke rumah atau perawatan di layanan primer melalui
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien
setelah menjalani perawatan dengan tujuan untuk meningkatkan perawatan yang
berkesinambungan.

Tahapan dalam perencanaan pulang pasien:


1. Pengkajian Awal Pasien.
a. Kaji kebutuhan pemulangan pasien (discharge planning) dalam waktu 2x24 jam,
termasuk kebutuhan informasi dan edukasi
b. Identifikasi keluarga atau pelaku rawat (care giver) yang akan merawat pasien di
rumah dan libatkan mereka selama proses perawatan dan saat diskusi untuk
perencanaan pulang pasien
c. Beritahu pasien dan keluarga untuk bertanya langsung ke tim kesehatan apabila ada
hal-hal terkait perawatan pasien yang perlu diklarifikasi
d. Buat rencana perawatan pasien dengan melibatkan pasien dan keluarga sesuai
dengan data pengkajian

2. Selama Proses Perawatan


Proses ini dilakukan oleh tim kesehatan yang merawat pasien yaitu dokter, perawat,
dietisien, dan tenaga kesehatan lainnya.
a. Tim kesehatan memberi edukasi pasien dan keluarga (termasuk pelaku rawat) tentang
kondisi pasien. Edukasi dapat dilakukan saat handover antar shift, visite dokter, atau
pengecekan tanda-tanda vital
b. Dokter memberi penjelasan tentang pengobatan kepada pasien dan keluarga
c. Tim kesehatan mendiskusikan bersama pasien, keluarga (termasuk pelaku rawat)
terkait dengan tujuan dan perkembangan dari pemulangan pasien sesuai dengan
rencana perawatan pasien yang telah dibuat
SERI KE-10
d. Tim kesehatan melibatkan pasien dan keluarga (termasuk pelaku rawat) dalam setiap
tindakan selama proses perawatan di rumah sakit
e. Tim kesehatan mengadakan pertemuan bersama pasien, keluarga (termasuk pelaku
rawat) untuk membahas pemulangan pasien. Tanyakan kembali kepada pasien dan
keluarga (termasuk pelaku rawat) penjelasan-penjelasan yang telah diberikan oleh tim
kesehatan atau hal lain yang ingin ditanyakan/ diperjelas kembali kepada pasien dan
keluarga
f. Dokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan terhadap pasien dan keluarga di
formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi/ CPPT untuk hal-hal yang
menyangkut perkembangan pasien dan formulir edukasi terintegrasi untuk
mendokumentasikan edukasi yang telah diberikan

3. Saat Kepulangan
a. Periksa dokumentasi dan kelengkapan catatan instruksi DPJP untuk pemulangan
pasien, instruksi terapi obat atau kebutuhan alat-alat khusus lainnya, resume medis,
hasil pemeriksaan penunjang yang akan dibawa pulang pasien (seperti pemeriksaan:
laboratorium dan radiologi) dan kartu kontrol berobat
b. Identifikasi kebutuhan fasilitas rumah sakit yang dibutuhkan untuk kepulangan pasien
seperti kursi roda, tiang infus, brankar dan lain-lain
c. Pastikan kesiapan transportasi pasien dan keluarga untuk pulang
d. Siapkan obat dan atau resep yang akan dibawa pulang pasien sesuai dengan
preskripsi di intruksi terapi pengobatan pasien
e. Informasikan jadwal kontrol/ periksa pasien di poliklinik
f. Berikan bantuan pasien dan keluarga saat pemulangan pasien dengan didampingi
oleh perawat/ porter/ petugas rumah sakit lainnya sesuai kebutuhan pasien

4. Evaluasi
Minta pasien dan keluarga (termasuk pelaku rawat) untuk:
SERI KE-10
a. Menjelaskan kembali penyakit yang diderita pasien, terapi pengobatan yang
dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus diwaspadai untuk dilaporkan
kepada dokter/ mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat
b. Mendemonstrasikan terapi pengobatan yang diberikan, pemberian makanan/
minuman melalui NGT, perawatan luka (ringan) atau tindakan lainnya yang perlu
dilanjutkan di rumah
c. Menyebutkan nomor kontak petugas kesehatan/ fasilitas kesehatan yang akan
dihubungi bilamana pasien perlu penanganan khusus dan segera

AOP 2 – PENGKAJIAN ULANG


Pasien dilakukan pengkajian ulang selama proses perawatan pada interval tertentu
berdasarkan kebutuhan dan rencana perawatan yang ditetapkan. Hasil pengkajian ulang
dicantumkan dalam rekam medis pasien.

Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pengkajian ulang:


 Dokter mengkaji ulang pasien minimal setiap hari, termasuk hari libur dan
akhir pekan
 Perawat, bidan, tenaga kesehatan lain mengkaji ulang pasien minimal
setiap shift atau sesuai dengan kebutuhan/ perubahan kondisi pasien
 Pengkajian ulang pasien di ruang rawat inap meliputi keluhan, tingkat
kesadaran, tanda-tanda vital, keluhan nyeri, risiko jatuh, risiko luka tekan,
status fungsional, respons pengobatan dan tindakan yang diberikan serta
kondisi klinis lainnya yang dirasakan perlu oleh tenaga kesehatan
 Pengkajian ulang nyeri, status nutrisi, risiko luka tekan, risiko jatuh, dan
status fungsional dilakukan sesuai prosedur. Pengkajian ulang ini dicatat
di lembar monitoring pasien harian di dalam rekam medis
 Pengkajian ulang pasien di rawat jalan, yaitu pengkajian ulang pasien
yang dilakukan setiap pasien berkunjung ke rawat jalan dicatat di lembar
catatan perkembangan pasien terintegrasi di dalam rekam medis
SERI KE-10

Pengkajian ulang untuk beberapa kondisi pasien, dilakukan sesuai rentang waktu yang
ditetapkan di RSCM.
 Pengkajian ulang status fungsional dilakukan jika ada perubahan kondisi pasien atau
minimal setiap satu minggu

 Pengkajian ulang nyeri:


Derajat Nyeri Pengkajian Ulang
Ringan Setiap 8 jam
Sedang Setiap 2 jam
Berat Setiap 1 jam

 Pengkajian ulang risiko jatuh:


Kategori Risiko Jatuh Pengkajian Ulang
Jika:
Perubahan kondisi pasien
Tidak berisiko/ risiko rendah
Pasien pasca jatuh
Perubahan pengobatan
Risiko tinggi Setiap shift

 Pengkajian ulang risiko luka tekan


 ICU/ICCU minimal setiap 48 jam
 Ruang perawatan setiap 48 jam dan saat post operasi
 PICU setiap 12 jam
 Ruang rawat anak setiap hari
 Ruang psikiatri setiap 48 jam

AOP 3 – INDIVIDU YANG MELAKUKAN PENGKAJIAN


Tenaga kesehatan yang melakukan pengkajian pasien harus sudah dilakukan kredensial dan
memiliki kewenangan klinis berdasarkan Surat Penugasan Klinis (SPK) dari Direktur Utama
RSCM atau peserta didik sesuai kompetensi.
SERI KE-10
AOP 4 – KOLABORASI TIM UNTUK MENGANALISIS DAN
MENGINTEGRASIKAN PENGKAJIAN

 Tim kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, dietisien dan tenaga kesehatan lain
melakukan kolaborasi dalam penyusunan rencana perawatan pasien (care plan)
 Hasil pengkajian yang dilakukan dokter, perawat, dietisien dan tenaga kesehatan lain
dianalisis. Kasus pasien yang kompleks perlu dilakukan konferensi kasus atau ronde klinis
 Care plan disusun dalam 24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien rawat inap
 Pasien, keluarga pasien, atau orang yang mewakili pasien dalam membuat keputusan
diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan perawatan pasien jika diperlukan

AOP 5 – LAYANAN LABORATORIUM


Point Of Care Testing (POCT)
Pemeriksaan alat POCT (Point of Care Testing) adalah pemeriksaan yang dilakukan di
luar laboratorium, menggunakan alat yang mudah dipindahkan, di samping pasien,
dan dikerjakan oleh selain tenaga laboratorium seperti dokter/ perawat/ bidan
terlatih yang bertujuan untuk mengambil keputusan dalam pengobatan/ tindakan klinis
secara cepat.

Standar Ketenagaan Pelayanan POCT


Tim POCT
Tim POCT bertanggung jawab memastikan bahwa alat yang dipakai memenuhi persyaratan
mutu. Sumber daya manusia yang menggunakan alat POCT harus kompeten. Kompetensi
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pelatihan, keahlian dan pengalaman. Pelaksanaan uraian
tugas yang memengaruhi mutu layanan, dapat secara efektif dilaksanakan oleh individu
kompeten yang mengemban tugas-tugas tersebut.
SERI KE-10
Susunan Tim POCT RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Penanggung jawab Tim POCT : Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang
Ketua Tim POCT : Kepala Subinstalasi Pelayanan, Mutu, dan
Pengembangan Patologi Klinik
Anggota Sub Instalasi Pelayanan, : Penanggung Jawab Umum, Administrasi, dan
Mutu, Pengembangan Patologi Operasional Sub Instalasasi Patologi Klinik
Klinik PIC Diklat POCT
PIC Logistik
PIC Keuangan
PIC IT POCT
PIC Aset
Anggota dari Unit Kerja terkait : PIC Pelaksana POCT
POCT (PIC POCT Unit Kerja)
Anggota dari unit pendukung : Kelompok Substansi Pelayanan Medik
Instalasi Farmasi
Instalasi Pengelolaan Logistik Rumah Sakit
Unit Pengadaan Barang dan Jasa
Kelompok Substansi Hukum, Organisasi dan Humas
Kelompok Substansi Umum
Instalasi Pengelolaan Peralatan dan Kalibrasi
Unit Manajemen Sistem Informasi
Kelompok Substansi Penyusunan dan Evaluasi
Anggaran
Komite PPI-PRA

Pelatihan dan Sertifikasi Operator


Operator POCT harus mengikuti pelatihan dan memiliki sertifikat kompetensi sebagai operator
POCT. Kompetensi personil dipantau berkala, dan dilakukan uji kompetensi ulang. Diberikan
sertifikasi kompetensi pada personil yang lulus evaluasi kompetensi tersebut. Sertifikasi
dibedakan menjadi sertifikasi awal bagi peserta perlatihan awal, dan sertifikasi lanjutan bagi
peserta pelatihan lanjutan. Tim POCT menyimpan salinan sertifikat operator POCT.

Alat POCT
Peralatan POCT yang digunakan di RSUPN-CM/FKUI diberi identifikasi unik dan dipelihara
untuk mampu menunjukkan kinerja yang dipersyaratkan (pada pemasangan dan dalam
penggunaan rutin)
SERI KE-10
Jenis POCT
Alat POCT di lingkungan RSCM dipilih berdasarkan kebutuhan dan kepentingannya untuk
penatalaksanaan pasien. Ruang lingkup pelayanan POCT di RSCM, adalah: analisis gas
darah, elektrolit, glukosa darah sewaktu, asam laktat darah

Daftar Alat POCT yang ada di RSCM per Maret 2021:

LOKASI NAMA ALAT JUMLAH ALAT


ENDOSKOPI fs optium neo H 1
ICU fs optium neo H 1
IBP fs optium neo H 2
ICCU fs optium neo H 3
KIRANA fs optium neo H 4
IGD fs optium neo H 9
PERINATOLOGI fs optium neo H 5
PJT fs optium neo H 5
GEDUNG A fs optium neo H 24
KENCANA fs optium neo H 12
TMRC fs optium neo H 1
KIARA ULTIMATE fs optium neo H 8
KIARA ULTIMATE Nova Biomedical 12
ICU KENCANA Laktat 1
ICU DEWASA 1
IGD Laktat 2
GEDUNG A Laktat 2
KIARA ULTIMATE Laktat 3
TMRC I-STAT 1
PJT CMU 1 Analisis Gas Darah/ Elektrolit 1
ICU DEWASA Analisis Gas Darah/ Elektrolit 1
PERINATOLOGI Analisis Gas Darah/ Elektrolit 1
KENCANA Analisis Gas Darah/ Elektrolit 1
TOTAL 101
SERI KE-10
Pemeliharaan Alat POCT
 Pemeliharaan harian dan mingguan oleh PIC unit pengguna POCT.
 Pemeliharaan berkala bulanan atau tahunan oleh teknisi alat POCT.
 Pemantauan pemeliharaan alat oleh PJ Aset dibantu Pelaksana Fasilitas Medis
Laboratorium Terpadu, dan PIC alat POCT dari unit terkait.

Limbah
Seluruh limbah dan bahan berbahaya dikelola secara khusus sesuai dengan persyaratan yang
relevan

Pelaporan Kerusakan Atau Kehilangan Alat


Kerusakan ataupun kehilangan alat POCT harus dilaporkan oleh PIC alat POCT ke Ketua Tim
POCT dengan menggunakan formulir yang tersedia. Apabila terjadi kehilangan alat, maka unit
tersebut harus menggantikan alat yang hilang. Pelaporan kerusakan atau kehilangan alat
menggunakan formulir berikut:
SERI KE-10

Alur Pemeriksaan menggunakan alat POCT

Pendaftaran/Billing pemeriksaan POCT oleh operator


POCT/petugas billing

Pemeriksaan oleh operator POCT

Hasil Pemeriksaan POCT dilaporkan ke DPJP


Hasil nilai kritis dilaporkan sesuai dengan SOP nilai kritis
POCT

Print out fotokopi/scan hasil POCT ditempelkan di formulir


pelayanan POCT

Hasil POCT diinput ke EHR/LIS


SERI KE-10
Alur Permintaan Pelayanan POCT di RSCM
SERI KE-10
Lembar Hasil Pemeriksaan POCT

Pelaporan Nilai Kritis Tepat waktu < 30 menit


Pelaporan hasil kritis laboratorium unit rawat inap adalah proses penyampaian nilai hasil
kritis yang memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan dalam waktu kurang
dari 30 menit sejak dibaca oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik ke Dokter Penanggung
Jawab Pasien (DPJP) / Perawat di unit rawat inap
SERI KE-10
Turn Around Time (TAT) Pemeriksaan CITO
 Turn Around Time (TAT) adalah waktu yang dibutuhkan sejak sampel check in sampai
hasil keluar
 Pemeriksaan CITO adalah sejumlah pemeriksaan yang disepakati sebagai
pemeriksaan yang membutuhkan hasil yang cepat dengan pertimbangan kondisi
klinis pasien

TAT pemeriksaan CITO paling lama adalah 2 jam. Bila membutuhkan hasil yang lebih cepat
maka hasil pemeriksaan dapat ditunggu oleh pengantar sampel

Pemeriksaan CITO:

 Hematologi Rutin  Elektrolit  Fibrinogen


 APTT  Kreatinin  Glukosa Sewaktu
 PT  Ureum  Analisis Gas Darah
 CK  D-Dimer  Anti-dengue
 CKMB  Troponin-i  NS-1

Turn Around Time (TAT) Pemeriksaan Rutin


 Turn around time (TAT) adalah waktu yang dibutuhkan oleh jenis pemeriksaan
tertentu mulai dari sampel diterima di laboratorium sampai hasil keluar
 TAT rutin adalah tenggang waktu mulai dari sampel tiba di laboratorium (Specimen
check in) sampai hasil disetujui oleh DPJP <6 jam
SERI KE-10
AOP 6 – LAYANAN RADIOLOGI
Response Time Pemeriksaan Radiologi
 Radiologi cito: 1 jam
 Radiologi konvensional reguler tanpa kontras: 3 jam
 Radiografi konvensional dengan kontras: 1 hari kerja
 Ultrasonografi: 2 hari kerja
 CT scan: 2 hari kerja
 MRI: 2 hari kerja

Nilai Kritis Hasil Pemeriksaan Radiologi


Diagnosis di bawah ini merupakan nilai kritis hasil pemeriksaan radiologi:
Perdarahan/hematoma serebral Ischemic bowel
Tumor otak (efek massa) Appendisitis
Stroke akut Emboli vena porta
Fraktur depresi pada tengkorak Volvulus
Fraktur tulang belakang servikal Perlukaan organ dalam traumatik
Kompresi sumsum tulang belakang Perdarahan retroperitoneal
Epiglotitis Obstruksi usus
Diseksi arteri karotis Kehamilan ektopik
Critical carotid stenosis Abruptio placentae
Tension pneumothorax Placenta previa menjelang aterm
Diseksi aorta Torsio testis atau ovarium
Emboli paru Kematian fetus
Aneurisma pecah atau impending rupture Deep vein thormbosis atau oklusi vaskular
Emfisema mediastinum / pneumomediastinum Kesalahan lokasi pemasangan selang/infus (misalnya
Udara bebas di abdomen (bila tanpa riwayat selang makan pada saluran nafas)
pembedahan dalam waktu dekat)

Pelaporan Nilai Kritis Pemeriksaan Penunjang


Nilai kritis akan dilaporkan sesuai dengan alur pelaporan hasil kritis RSCM.
SERI KE-10
PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI
Sumber radiasi dibagi menjadi 2 yaitu:
 Radiasi eksternal adalah radiasi yang berasal dari radionuklida atau peralatan pembangkit
seperti x ray yang berada di luar tubuh.
 Radiasi internal adalah radiasi yang berasal dari radionuklida yang masuk ke dalam tubuh.

A. Keselamatan Radiasi
Suatu kegiatan atau Tindakan untuk melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup
dari bahaya radasi. Bahaya radiasi dapat menimbulkan efek stokastik dan deterministik.
 Efek stokastik adalah efek radiasi yang peluang terjadinya merupakan fungsi dosis radiasi.
 Efek deterministik adalah efek radiasi yang tingkat keparahan bergantung dosis radiasi yang
diterima.

Kurva Efek non stokastik dan Stokastik

B. Persyaratan Keamanan Radiasi


1. Persyaratan manajemen
2. Persyaratan proteksi radiasi
3. Persyaratan teknis
4. Verifikasi keselamatan
SERI KE-10
1. Persyaratan manajeman
a. Penanggung jawab adalah pemegang ijin dan pihak lain yang terkait dengan
penggunaan pesawat sinar-x dalam radiologi diagnostik dan radiologi intervensional
b. Budaya Keselamatan
 Mendorong komitmen individu dan kolektif terhadap proteksi dan keselamatan
radiasi pada semua tingkat organisasi.
 Memberikan pemahaman umum mengenai aspek dasar budaya keselamatan
dalam organisasi.
 Menyediakan sarana yang mendukung individu atau kelompok dalam
melaksanakan tugas dengan mempertimbangkan interaksi antara individu,
teknologi, dan organisasi.
 Membangun partisipasi personel yang relevan dalam pengembangan dan
pelaksanaan kebijakan, peraturan, dan prosedur terkait proteksi dan keselamatan
radiasi.
 Menetapkan akuntabilitas organisasi dan individu untuk proteksi dan keselamatan
radiasi.
 Membangun komunikasi terbuka mengenai proteksi dan keselamatan radiasi
dalam organisasi dan dengan pihak terkait.
 Mendorong sikap bertanya belajar, dan menjauhkan dari rasa puas, terkait
dengan proteksi dan keselamatan radiasi.
 Menyediakan sarana bagi organisasi untuk terus berusaha berkembang dan
memperkuat budaya keselamatan.
c. Pemantauan kesehatan
Pemegang ijin wajib menyelenggarakan pemantauan kesehatan untuk seluruh pekerja
radiasi.
d. Personil yang bekerja di area radiasi yaitu
 Tenaga medis dalam bidang radiologi, kedokteran nuklir dan radioterapi
 Tenaga kesehatan (fisikawan medik dan radiographer)
 Petugas Proteksi Radiasi.
SERI KE-10

Rapat Rutin Tim PPR

e. Pendidikan dan Pelatihan


Pemegang ijin wajib memfasilitasi pendidikan dan pelatihan meliputi:
 Pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi
 Pelatihan pesawat x ray
f. Rekaman dan Laporan
Pemegang ijin wajib membuat, memelihara, dan menyimpan rekaman dan laporan
yang terkait proteksi dan keselamatan radiasi

Dokumen-dokumen Kalibrasi yang harus Disimpan


SERI KE-10
2. Persyaratan Proteksi radiasi
a. Prinsip proteksi Radiasi
 Justifikasi dikmaksud manfaat yang diperoleh jauh lebih besar dari risiko bahaya
radiasi yang ditimbulkan.
 Limitasi dosis dimaksud penerapan nilai batas dosis tidak boleh dilampaui dalam
kondisi operasi normal.
 Penerapan optimisasi dimaksud harus didasarkan pada upaya agar paparan radiasi
yang diterima pekerja radiasi, pasien dan anggota masyarakat serendah mungkin
yang dapat dicapai.
b. Proteksi radiasi terhadap paparan kerja
 Justifikasi paparan medik mempertimbangkan indikasi klinis dalam bentuk surat
rujukan dari tenaga medis dalam bidang radiologi sebelum pasien menjalani prosedur
radiologi diagnostic dan radiologi intervensional
 Optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi terhadap paparan medik yang dimaksud
prosedur keselamatan pengoperasian pesawat sinar x sehingga tercapai optimasi
proteksi dan keselamatan radiasi terhadap pasien..

3. Persyaratan Teknis
Pemegang ijin wajib memenuhi persyaratan teknis yang meliputi :
a. Ruangan pesawat sinar x paling sedikit memenuhi persyaratan seperti :
 Tembok dapat menahan radiasi
 Tanda bahaya radiasi
 Peringatan wanita hamil
 Lampu peringatan ruangan
 Pintu dalam keadaan tertutup
b. Fitur pesawat sinar x yang meliputi :
 Parameter yang jelas
 Terdapat kolimator
 Kebocoran tabung pesawat sinar-x di bawah 1 m
 Filter
SERI KE-10

Alat proteksi diri yang digunakan untuk mengurangi radiasi terhadap paparan Kerja

Verifikasi Keselamatan
Pemegang ijin wajib melakukan verifikasi keselamatan melalui pengukuran pemantauan
paparan radiasi di daerah kerja

Kegiatan Uji paparan Radiasi


SERI KE-10
Identifikasi terjadinya paparan potensial meliputi:
 Kelemahan dalam desain pesawat sinar x
 Kegagalan pesawat sinar x saat beroperasi
 Kegagalan perangkat lunak yang mengendalikan atau memengaruhi pengiriman radiasi
 Kesalahan manusia

Kendali mutu meliputi:


 Kendali mutu internal
 Kendali mutu eksternal

Kegiatan Uji Kesesuaian sebagai Kendali Mutu Eksternal


SERI KE-10

Ijin Pemanfaatan Operasional yang dikeluarkan oleh Bapeten

Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib


memperhatikan keselamatan, keamanan dan ketentraman, kesehatan pekerja dan
anggota masyarakat, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup

Setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memiliki izin

Anda mungkin juga menyukai