Anda di halaman 1dari 16

I.

Latar Belakang Masalah

Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik
dan benar, yang pada gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik daerah
dengan memperhatikan azas-azas diantaranya adalah azas fungsional, azas kepastian
hukum, azas transparansi, azas efisiensi, azas akuntabilitas,dan azas kepastian nilai.
Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal
dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta
bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung,
diukur, atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-
surat berharga lainnya.(Permendagri No.17 Tahun 2007:33).
Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan
terhadap barang daerah yang meliputi perencanaan, penentuan kebutuhan,
pengangguran, standardisasi sarana/prasarana dan harga, pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan,
perubahan status hukum dan penatausahaan.
Pengelolaan barang milik daerah diatur dalam PP. No. 6/2006 Jo PP. No.
38/2008, Permendagri No. 17/2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan
Milik Daerah. Perda No. 2/2008 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah, dan Pergub Jateng No. 96/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda No.
2/2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah serta Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Visi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah :
Pendidikan Jawa Tengah yang bermoral, kompetitif dan cinta tanah air, Peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang ditopang oleh kualitas dan akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan yang transparan, akuntabel dan profesional yang
menghasilkan peserta didik yang berahklak mulia, berdaya saing dan memiliki rasa
kebangsaaan yang tinggi dilandasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Misi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah :
1. Membangun budaya kerja prestatif dan bermoral bagi seluruh aparatur
penyelenggara pendidikan.
2. Menjamin penyelenggaraan pendidikan bermutu, berkelanjutan, merata dan
berkeadilan sesuai otonomi daerah dan tugas pembantuan.
3. Mewujudkan Insan Pendidikan yang berkepribadian patriotis.
4. Mengupayakan pengelolaan manajemen layanan pendidikan yang transparan,
efektif dan efisien.

1
5. Membudayakan kepedulian dan peran serta masyarakat terhadap pendidikan
nasional.
Tujuan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah:
1. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan dalam rangka daya saing Sumber
Daya Manusia menghadapi tantangan global melalui penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Mewujudkan pemerataan dan memperluas akses layanan pendidikan bermutu bagi
seluruh lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan kualitas dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan sesuai
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan prinsip tata pemerintahan yang baik.
4. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur penyelenggaraan pendidikan.
5. Memperkuat koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan pendidikan.
6. Memperkuat kerjasama dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan.

Demi mewujudkan visi, misi dan tujuan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah, maka dibutuhkan fasilitas dan infrastruktur yang memadai dalam pelaksanaan
kegiatan kantor. Dalam hal ini sangat dibutuhkan manajemen pengelolaan aset yang
memadai dan personil yang berkompeten. Pengelolaan Aset / Barang Milik Daerah
harus dilakukan secara akuntabel agar terwujud data/laporan yang valid, dan dipercaya
kebenarannya sehingga dapat dipertanggungjawabkan baik secara fisik maupun
administrasi agar tercapai penyelenggaraan pemerintah yang baik (Good Governance).
Aset atau barang pemerintah/daerah merupakan sarana/prasarana yang
diperlukan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi dari setiap organisasi/satuan-
satuan kerja pemerintahan. Agar daya guna dari aset tersebut bisa tercapai secara
optimal, perlu digerakkan oleh manajemen yang baik. Manajemen adalah Proses
perencanaan, pengorganisian, pengarahan dan pengawasan usaha – usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya lain yang ada dalam organisasi guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Pengambilan keputusan). Pengelolaan adalah proses,
cara, perbuatan mengelola dan melakukan , merumuskan kebijakan dalam mencapai
tujuan organisasi
Salah satu bagian penting dari keseluruhan manajemen aset adalah kegiatan
penatausahaan/pengelolaan aset. Terlebih lagi hasil penilaian Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) RI Tahun 2012 untuk Provinsi Jawa Tengah, diperoleh Predikat
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Seluruh Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD)
harus berusaha untuk mempertahankan predikat tersebut.
Pada praktiknya, banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam
Pengelolaan Aset. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah merupakan SKPD yang
membawahi 3 (tiga) Balai Pengembangan (BP) yaitu Balai Pengembangan Pendidikan

2
Kejuruan (BP. Dikjur), Balai Pengembangan Teknologi Informasi Komunikasi dan
Pendidikan (BP.TIKP), dan Balai Pengembangan Pendidikan Khusus (BP. Diksus).
Dimana BP. Diksus ini membawahi 4 satker yaitu SLB N Surakarta, SLB N Pemalang
1, dan SLB N Pemalang 2, dan SLB N Semarang. Dengan adanya Undang-undang
No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka kewenangan SLB Negeri di
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah akan dikembalikan kepada Provinsi Jawa Tengah.
Hal ini tentu sangat menyita perhatian dan tenaga dalam proses pengelolaan aset.
Selain hal tersebut, dengan adanya perubahan sistem Inventarisasi Aset yang selama ini
masih manual menjadi sistem yang berbasis IT (SIM Aset), maka sangat dibutuhkan
pengetahuan dan kompetensi yang lebih.

II. Permasalahan

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai nilai Aset sebesar
Rp.301.584.200.181, yang terdiri dari 141.622 unit per 31 Desember 2014,
membawahi 3 (tiga) Balai Pengembangan dan 4 satker, serta pada tahun 2016 sudah
dipastikan bergabungnya SLB Negeri di Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah. Maka
dengan kondisi tersebut, membutuhkan sebuah manajemen untuk pengelolaan aset
yang lebih optimal. Aset atau barang pemerintah/daerah merupakan sarana/prasarana
yang diperlukan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi dari setiap
organisasi/satuan-satuan kerja pemerintahan. Agar daya guna dari aset tersebut bisa
tercapai secara optimal, perlu digerakkan oleh manajemen yang baik. Salah satu
bagian penting dari keseluruhan kegiatan manajemen aset adalah kegiatan
penatausahaan aset.
Pada tingkat SKPD, sebagian besar fungsi penatausahaan barang dilaksanakan
oleh Pengurus Barang dan Penyimpan Barang. Di SKPD Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah, pengurus barang dibantu oleh pembantu pengurus barang yang tersebar
di masing-masing bidang, Balai Pengembangan dan Satker dalam menjalankan
tugasnya. Namun faktanya masih terdapat berbagai permasalahan dalam
penatausahaaan aset diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Proses Pengadaan Barang/Jasa (Belanja Modal) oleh Tim Pengadaan Barang/ Jasa
tidak berkooordinasi dengan Pengurus Barang sehingga masih terdapat barang
Extracomptable dan Reklas;
2. Dalam penyusunan RKBMD dan RKPBMD kurang memperhatikan usulan
kebutuhan dari masing-masing Bidang/Balai/Satker sehingga banyak kebutuhan
yang belum terpenuhi.

3
3. Barang /aset dipindah dari ruangan tanpa ada pemberitahuan / ijin dari Pengurus
Barang dan Para penanggung jawab ruangan yang bersangkutan sehingga terdaapat
barang-barang yang tidak diketahui keberadannya.
4. Pembantu pengurus barang yang ada di Balai Pengembangan sebagian besar belum
memahami mengenai penyusunan laporan dan penatausahaaan aset serta memiliki
kemampuan dan kompetensi yang masih terbatas;
5. Sulitnya memperoleh data dari Balai Pengembangan dalam rangka Penyusunan
Laporan Aset;
6. Pembantu Pengurus Barang di masing-masing bidang kurang optimal membantu
dalam proses Penatausahaan Barang Milik Daerah.

III. Pembahasan
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah mempunyai nilai Aset sebesar
Rp.301.584.200.181, yang terdiri dari 141.622 unit per 31 Desember 2014,
membawahi 3 (tiga) Balai Pengembangan dan 4 satker yaitu SLB Negeri, serta pada
tahun 2016 sudah dipastikan bergabungnya SLB Negeri di Kabupaten/Kota se-Jawa
Tengah. Maka dengan kondisi tersebut, membutuhkan sebuah manajemen untuk
pengelolaan aset yang lebih optimal.
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/ atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/ atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya ( Kawedar dkk,
2008:162).
Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal
dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta
bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung,
diukur, atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-
surat berharga lainnya.(Permendagri No.17 Tahun 2007:33).
Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik
dan benar, yang pada gilirnnya dapat mewujudkan pengelolaan BMD dengan
memperhatikan azas-azas sebagai berikut :
1. Fungsional, yaitu sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab
2. Kepastian Hukum, yaitu berdasarkan hukum dan perturan perundang-undangan
3. Transparansi, yaitu menyangkut hak masyarakat dalam memperoleh informasi

4
4. Efisiensi, yaitu sesuai standar kebutuhan untuk menyelenggarakan tupoksi (tugas
pokok fungsi) secara optimal
5. Akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat
6. Kepastian Nilai, yaitu diperoleh jumlah dan nilai yang pasti (Neraca)
Penggolongan Barang Milik Daerah
Barang Milik Daerah digolongkan ke dalam 6 (enam) kelompok yaitu :
1. Tanah
2. Peralatan dan Mesin, terdiri dari :
a. Alat-alat Besar
b. Alat-alat Angkutan
c. Alat-alat Bengkel dan alat ukur
d. Alat-alat Pertanian/ peternakan
e. Alat-alat Kantor dan rumah tangga
f. Alat Studio dan Komunikasi
g. Alat-alat Kedokteran
h. Alat-alat Laboratorium
i. Alat-alat Keamanan
3. Gedung dan Bangunan
a. Bangunan Gedung
b. Bangunan monumen
4. Jalan, irigasi dan jaringan
a. Jalan dan jembatan
b. Bangunan air/irigasi
c. Instalasi
d. Jaringan

5. Aset Tetap Lainnya


a. Buku Perpustakaan
b. Barang bercorak kesenian dan kebudayaan
c. Hewan ternak dan tumbuhan
6. Konstruksi dalam pengerjaan
Dalam pengelolaan BMD, peranan dan fungsi kegiatan penatausahaan
sangatlah vital karena ini akan berpengaruh terhadap semua aspek pengelolaan
aset/BMD tersebut yaitu perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran, penggunaan, pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
pembinaan pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi.
Penatausahaan aset yang baik akan sangat mendukung efektivitas dari keseluruhan
pengelolaan barang milik daerah, demikian juga sebaliknya.

5
Dalam Permendagri Np. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Baarang Milik Daerah, yang dimaksud dengan Penatausahaan adalah rangkaian
kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan
pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil pendataan barang milik daerah
(Permendagri No.17 tahun 2007, pasal 1). Pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan
inventarisasi sangat berkaitan erat dengan kegiatan pencatatan atau pembukuan dan
juga pelaporan. Tujuan dari inventarisasi adalah untuk menatausahakan barang dengan
cara mengklasifikasikan, memberi kode atau kodefikasi terhadap kepemilikan, lokasi
dan jenis barang guna mempermudah dan meringkaskan pekerjaan penataan
administrasi serta pengawasan dan pengenalan terhadap barang/aset daerah tanpa
mengurangi arti terhadap barang tersebut. Sistem pengkodeannya dibuat berdasarkan
penggolongan, kepemilikan dan lokasi barang.
Sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 17 tahun 2007,
penyelenggaraan pembukuan dalam rangka pengelolaaan (inventarisasi) barang milik
daerah dilaksanakan menggunakan kartu-kartu dan buku. Adapun 7 (tujuh) format
kartu yang harus digunakan terdiri dari :
1. Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah
2. Kartu Inventaris Barang (KIB) B Perlatan dan Mesin
3. Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung dan Bangunan
4. Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, Irigasi dan Jaringan
5. Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya
6. Kartu Inventaris Barang (KIB) F Kontruksi dalam Pengerjaan
7. Kartu Inventaris Ruangan (KIR)
Sedangkan buku yang digunakan ada 2 (dua) jenis yaitu :
1. Buku Inventaris
2. Buku Induk Inventaris
Berdasarkan butir VII.4 lampiran Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, jenis-
jenis laporan barang milik daerah dapat dilihat dari berbagai sisi antara lain si pembuat
laporan, bentuk laporan, dan waktu pelaporan.
1. Pembuat Laporan
Menurut siapa pembuat laporannya, laporan barang milik daerah terdiri atas :
a. Laporan Kuasa Pengguna Barang kepada Pengguna Barang
b. Laporan Pengguna Barang (SKPD) kepada Kepala Daerah melalui Pengelola
Barang
c. Laporan dari Pengelola Barang/Pemerintah Daerah kepada Menteri Dalam
Negeri.
2. Bentuk Pelaporan
a. Laporan Hasil Sensus Barang Daerah berupa Buku Inventaris

6
b. Rekap Buku Inventaris
c. Laporan Mutasi Barang
d. Daftar Mutasi Barang
e. Rekapitulasi Daftar Mutasi Barang
f. Laporan Pemeliharaan
g. Daftar Usulan Barang yang akan dihapus
h. Daftar Barang Milik Daerah yang digunausahakan

3. Waktu Pelaporan
a. Laporan Semester
b. Laporan Tahunan
c. Laporan 5 (lima) tahunan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sangatlah dibutuhkan Manajemen
yang baik dalam pengelolaan aset/ Barang Milik Daerah. Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya lain yang ada dalam organisasi, guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (pengambilan keputusan).
Fungsi manajemen :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah usaha sadar dalam pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
dilakukan sebelumnya.
2. Rekruitmen
Menurut Schermerhorn, 1997 Rekrutmen (Recruitment) adalah proses penarikan
sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan yang efektif
akan membawa peluang kepada perhatian dari orang-orang yang berkemampuan
dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan.
3. Seleksi
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari
sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan
setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup / cv /
curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar dilakukan penyortiran
antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu
pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan
ujian test tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.

7
4. Orientasi, Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan
keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenagakerja
(Simamora:2006:273). Menurut (Hani Handoko:2001:104) pengertian latihan dan
pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagal ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu, terinci dan rutin. Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja)
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan
(Developrnent) mempunyai ruang lingkup Iebih luas dalam upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat
kepribadian.
5. Evaluasi Kinerja
Evaluasi sama pentingnya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, yaitu
perencanaan, pengorganisasian atau pelaksanaan, pemantauan (monitoring) dan
pengendalian. Terkadang fungsi monitoring dan fungsi evaluasi, sulit untuk
dipisahkan. Penyusunan sistem dalam organisasi dan pembagian tugas, fungsi
serta pembagian peran pihak-pihak dalam organisasi, adakalanya tidak perlu
dipisah-pisah secara nyata. Fungsi manajemen puncak misalnya, meliputi semua
fungsi dari perencanaan sampai pengendalian. Oleh karena itu, evaluasi sering
dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam suatu rapat kerja, rapat pimpinan, atau
temu muka, baik secara reguler maupun dalam menghadapi kejadian- kejadian
khusus lainnya. Sebagai bagian dari fungsi manajemen, fungsi evaluasi tidaklah
berdiri sendiri. Fungsi-fungsi seperti fungsi pemantauan dan pelaporan sangat erat
hubungannya dengan fungsi evaluasi. Di samping untuk melengkapi berbagai
fungsi di dalam fungsi-fungsi manajemen, evaluasi sangat bermanfaat agar
organisasi tidak mengulangi kesalahan yang sama setiap kali.
6. Kompensasi
Pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung berbentuk uang atau barang
kepada karyawan sebagai imbal jasa( output) yang diberikannya kepada
perusahaan. Prinsip Kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan
tanggung jawab.
7. Pengintegrasian
Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan,
sehingga tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.
8. Pemeliharaan
Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas
karyawan agar tercipta kerjasama yang panjang.
9. Pemberhentian

8
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antar pekerja dan
pengusaha. Sedangkan menurut Moekijat mengartikan bahwa Pemberhentian
adalah pemutusan hubungan kerjas seseorang karyawan dengan suatu organisasi
perusahaan.
Manajemen di atas dapat diaplikasikan dalam mengatasi permasalahan yang
terjadi pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, antara lain adalah:
1. Melakukan perencanaan secara tepat dalam hal penyusunan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang
Milik Daerah (RKPBMD) sehingga pada akhirnya sesuai dengan pelaksanaan
pengadaan Barang dan Jasa dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan masing-
masing bidang/Balai Pengembangan. Selama ini, banyak usulan kebutuhan barang
yang tidak direalisasikan dalam Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa padahal masing-
masing bidang dan Balai Pengembangan sudah dilibatkan dalam proses
Penyusunan tersebut yaitu dalam Kegiatan Bintek RKBMD dan RKPBMD yang
dilaksanakana pada awal kegiatan SKPD.
2. Melakukan rekruitmen, diterapkan pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
yaitu dengan cara memilih personil yang tepat pada posisi Pengurus
barang/pembantu pengurus barang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi
yang dibutuhkan dalam pengelolaan aset. Dengan banyaknya personil pembantu
pengurus barang pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, masih belum
maksimal dalam proses Inventarisasi Aset disebabkan karena pemilihan personil
yang kurang tepat sehingga kurang adanya tanggung jawab dari masing-masing
personil dan pada akhirnya dapat meyebabkan penyusunan laporan menjadi tidak
lancar. Terlebih lagi dengan masuknya SLB Negeri di Kabupaten/Kota se Jawa
Tengah pada tahun 2016, maka perlu penambahan personil dalam pengelolaan
aset.
3. Melakukan Orientasi, Pelatihan dan Pengembangan terhadap seluruh karyawan
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah sehingga pengurus barang/pembantu
pengurus barang lebih menguasai dan berkompeten dalam melaksanakan tugas
inventarisasi aset. Selain itu, perlu diikutsertakan bagi selain pengurus barang
agar dapat menambah pengetahuan mengenai pengelolaan aset sehingga pada
akhirnya terdapat pemahaman oleh pimpinan dan bagi karyawan yang lain dapat
bekerjasama dengan baik dalam proses inventarisasi aset. Berdasarkan
pengalaman penulis, terdapat berbagai kendala pada saat melakukan cek fisik aset
di ruangan-ruangan.
4. Melakukan Evaluasi Kinerja oleh pimpinan/pejabat yang berwenang terhadap
hasil kinerja pengurus barang sehingga hasil kinerja lebih dapat
dipertanggungjawabkan dan kesalahan pada periode sebelumnya tidak akan

9
terulang lagi. Selama ini kurang diadakan evaluasi terhadap hasil penyusunan
laporan aset sehingga kurang adanya kontrol pekerjaan dari manajemen
puncak/pimpinan.
5. Melakukan Pengintegrasian dalam proses Pengelolaan Aset. Dalam hal ini
integrasi yang dilakukan dapat berupa komunikasi dan koordinasi yang baik antara
bagian aset dengan bagian yang lain maupun antara pengurus barang dengan
pembantu pengurus barang yang ada di Bidang/Balai Pengembangan/Satker.

IV. Penutup
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Barang milik daerah merupakan salah satu unsur penting dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat sehingga harus dikelola
dengan baik dan benar. Dalam hal ini sangat dibutuhkan manajemen pengelolaan
aset secara optimal dan personil yang berkompeten. Pengelolaan Aset / Barang
Milik Daerah harus dilakukan secara akuntabel agar terwujud data/laporan yang
valid, dan dipercaya kebenarannya sehingga dapat dipertanggungjawabkan baik
secara fisik maupun administrasi agar tercapai penyelenggaraan pemerintah yang
baik (Good Governance).
2. Terdapat berbagai permasalahan dalam proses pengelolaan aset pada Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang pada intinya adalah meliputi penempatan
personil yang kurang tepat, kurangnya koordinasi, kurangnya pemahaman
mengenai pentingnya pengelolaan aset dan pentingnya pengambilan keputusan
yang tepat.
Dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut diatas, maka saran-saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Memilih personil yang tepat dalam penempatan pengurus/pembantu pengurus
barang.
2. Dilakukan pelatihan atau Bimbingan Teknis terhadap personil yang menangani
aset, untuk mendapatkan pemahanan yang lebih tentang pengelolaan aset terutama
untuk personil baru yang menangani aset.
3. Perlunya koordinasi yang baik antara bagian Aset dengan Tim Pengadaan
Barang/Jasa dan bagian Keuangan, serta antar pengurus barang dengan pembantu
pengurus barang di bidang/Balai Pengembangan demi terwujudnya sinkronisasi
data dan kelancaran pelaporan.
4. Perlu dilakukan pemahaman yang lebih terhadap pengelolaan aset terutama pada
tingkat pimpinan.
5. Melakukan perencanaan secara tepat dalam hal penyusunan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang

10
Milik Daerah sehingga pada akhirnya sesuai dengan pelaksanaan pengadaan
Barang dan Jasa serta benar-benar sesuai dengan kebutuhan masing-masing
bidang/Balai Pengembangan./Satker
6. Perlu dilakukan evaluasi kinerja oleh pimpinan terhadap hasil laporan penyusunan
aset.

11
12
13
14
15
16

Anda mungkin juga menyukai