Anda di halaman 1dari 76

STUDI PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI ON-THE-JOB


TRAINING (OJT) INSTRUCTORS ICAO COURSE 211 (STUDI KASUS
PENGEMBANGAN METODE PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI
SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus


Pendidikan Diploma IV Pemanduan Lalu Lintas Udara
Pada Program Studi Pemanduan Lalu Lintas Udara

Oleh

DHIAYU HANDAYANTRI
NIT.LLU.IV.08.11.285

SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA


JURUSAN KESELAMATAN PENERBANGAN
CURUG – TANGERANG
2012
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pandangan tradisional, konsep pembelajaran di

Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia selalu digambarkan melalui

pertemuan tatap muka antara dosen dan mahasiswa yang

berlangsung di dalam ruang kuliah atau di dalam kelas. Kelas,

dalam konteks ini, memiliki makna sebagai sebuah tempat di mana

dosen dan mahasiswa bertemu secara tatap muka di dalam satu

ruang yang sama. Inglis, Ling, dan Joosten (1999) menegaskan

bahwa menurut konsep tradisional mahasiswa akan memperoleh

pendidikan terbaik di dalam kampus melalui metode (pengajaran)

tertentu. Sementara itu, konsep dan metode yang digunakan dalam

proses pembelajaran itu semakin mendapat saingan seiring dengan

berkembangnya teknologi baru yang memungkinkan terjadinya

interaksi yang terpisah antara dosen dengan dosen, antara

mahasiswa dengan mahasiswa, antara dosen dengan mahasiswa,

serta antara mahasiswa dengan penyelenggara pendidikan. Dari

sisi konsep tradisional, interaksi antara dosen dan mahasiswa

digambarkan terjadi secara langsung. Manakala mahasiswa

menanyakan sesuatu kepada dosennya maka dosen yang

bersangkutan dapat secara langsung pula menjawab pertanyaan

1
2

mahasiswanya. Pengembangan e-Learning sangat diperlukan

untuk menunjang pembelajaran konvensional serta menyiapkan

media media untuk menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel,

mudah untuk diakses dari mana saja dan kapan saja. Dengan

sistem e-learning, Taruna dapat mengikuti kelas serta ikut ujian dari

tempat bekerja.

Sistem e-learning yang dimiliki suatu intitusi merupakan

investasi yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang dimiliki. Sistem ini dapat membantu

menciptakan budaya belajar dan mengajar yang fleksibel sesuai

dengan perkembangan tuntutan kebutuhan pembelajaran oleh

masyarakat luas. Sistem ini juga dapat meningkatkan kompetisi dan

kompetensi SDM tanpa harus meninggalkan tugas-tugas yang

diembannya.

Di era globalisasi ini dunia penerbangan berkembang pesat,

hal ini dikarenakan transportasi udara banyak diminati oleh

masyarakat umum dimana pengguna sarana transportasi udara

tersebut menghendaki kecepatan waktu, keamanan dan

keselamatan yang merupakan prioritas dalam menggunakan

sarana transportasi udara.

Agar pemberian pelayanan secara prima dapat tercapai

maka pihak manajemen pendidik berusaha meningkatkan kinerja

pengajaran dengan cara mengorganisasikan, mengatur dan

memberdayakan segala sumber daya yang dimiliki. Untuk itu maka


3

akan dibutuhkan peningkatan kualitas sumber daya yang tersedia,

dalam hal ini dibutuhkan sumber daya manusia yang terampil,

cakap. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu adanya

pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan

kemampuan dalam melaksanakan dan menghadapi tuntutan tugas

yang semakin berat dan kompleks agar menjadi sumber daya yang

profesional. Oleh karena itu, tingkat profesionalisme personil

tersebut harus dipertahankan bahkan setiap waktu harus

ditingkatkan. Salah satu cara meningkatkan profesionalime tersebut

adalah melalui pembinaan pendidikan.

Dengan sifatnya yang tidak tergantung pada ruang dan

waktu, e-learning memiliki keunggulan lain yakni memungkinkan

akses ke pakar yang tak terhalang waktu dan tak tidak memerlukan

biaya mahal. Seorang pelajar di daerah dapat belajar langsung dari

pakar di pusat melalui fasilitas internet chatting atau mengakomodir

suara dan bahkan gambar realtime. Dengan e-learning, ATS

Training Provider dengan mudah dapat melakukan kerjasama

saling menguntungkan melalui program kemitraan. Satu lagi

keunggulan e-learning tentunya adalah ketesediaan informasi yang

melimpah dari sumber-sumber di seluruh dunia. Dengan

menggunakan internet sebagi media pembelajaran akan

didapatkan sumber informasi untuk pengayaan materi yang

jumlahnya sangat tak terbatas.


4

Keuntungan menggunakan metode pembelajaran e-learning

yang dapat di peroleh diantaranya, yaitu : menghemat waktu proses

belajar mengajar, mengurangi biaya perjalanan, menghemat biaya

pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-

buku), menjangkau wilayah geografis yang lebih luas, melatih

pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Rancangan ini seharusnya mulai diterapkan pada program

studi Pemanduan Lalu Lintas Udara di Jurusan Keselamatan

Penerbangan untuk seterusnya dikembangkan dan untuk lebih

memajukan dan mengembangkan pengetahuan dan memeberikan

kemudahan dalam melakukan pembelajaran kepada para taruna.

Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk

pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai

kekurangan, diantaranya : kurangnya interaksi antara guru dan

siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri, adanya kecenderungan

mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial, proses belajar

dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada

pendidikan, berubahnya peran guru dari yang semula menguasai

teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui

teknik pembelajaran yang menggunakan ICT, siswa yang tidak

mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal, tidak

semua tempat tersedia fasilitas internet, kurangnya tenaga yang

mengetahui dan memiliki ketrampilan internet, kurangnya

penguasaan bahasa komputer.


5

Beberapa hal yang menjadi alasan penulis untuk memilih

judul skripsi antara lain :

1. Keinginan penulis untuk mengetahui lebih banyak dan

mendalam mengenai pengaruh sistem pendidikan di STPI

terhadap diklat kompetensi on the job training instructor di

jurusan keselamatan penerbangan.

2. Keinginan penulis untuk meningkatkan metode pendidikan di

Jurusan Keselamatan Penerbangan agar memberi kemudahan

kepada seluruh personel ATC yang berada di daerah – daerah

di Indonesia dapat terus mengupdgrade tingkat pengetahuan

dan pendidikannya.

3. Keinginan penulis untuk mengetahui pentingnya diklat

kompetensi khususnya diklat kompetensi on-the-job training

instructor untuk setiap personel ATC di Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis ingin

membahas mengenai masalah yang timbul berkaitan dengan

sistem pendidikan di Program Studi Pemanduan Lalu Lintas Udara

di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia dengan memilih judul

“STUDI PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI ON THE JOB

TRAINING INSTRUCTORS (OJTI) ICAO COURSE 211 (STUDI

KASUS PENGEMBANGAN METODE PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN DI STPI) “
6

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa beberapa

hal untuk mencapai efisiensi dan efektifitas dalam mengadakan

training kompetensi on the job training instructors di jurusan

Keselamatan Penerbangan dapat dicapai dengan baik dalam

penelitian ini adapun permasalahan-permasalahan yang akan

dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana metode pembelajaran untuk Diklat Kompetensi OJTI

di Prodi PLLU yang ada saat ini?

2. Bagaimana personil ATC yang berada di daerah untuk dapat

mengikuti diklat kompetensi OJTI yang dapat diakses dengan

mudah tanpa harus datang ke STPI?

C. PERUMUSAN MASALAH

Pelaksanaan diklat kompetensi on the job training instructor

bagi personil pemandu lalu lintas udara atau ATC merupakan

sebuah proses pengembangan kemampuan individu tersebut untuk

dapat melakukan pengawasan terhadap taruna atau peserta yang

sedang melakukan on the job training di bandara tersebut atau

pengawasan kepada personil baru yang akan bekerja di bandara

tersebut dan juga adanya kewajiban bahwa setiap personil

penerbangan (khususnya personil Navigasi Penerbangan) wajib

memiliki lisensi atau sertifikat kompetensi.


7

Mengacu pada permasalahan yang dipaparkan sebelumnya

maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas adalah

Bagaimana merancang kegiatan pelatihan yang efektif dan efisien.

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan penelitian

a. Mengumpulkan data dan meneliti sistem pendidikan

menggunakan metode e-learning pada Sekolah Tinggi

Penerbangan sipil khususnya pada program studi

pemanduan lalu lintas di Indonesia.

b. Meninjau pengaruh sistem pendidikan e-learning kepada

para taruna yang menjalani pendidikan di sekolah tinggi

penerbangan khususnya taruna program studi pemanduan

lalu linta penerbangan.

2. Kegunaan penelitian

a. Signifikasi Penelitian

Sebagai masukan untuk pengembangan sisitem pendidikan

yang sudah ada di program studi lalu lintas udara Sekolah

Tinggi Penerbangan Indonesia guna lebih mengembangkan

system pengajaran Prodi LLU di jurusan keselamatan

penerbangan STPI.
8

b. Signifikasi kebijakan

Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif

terhadap pendidikan yang ada di Prodi LLU jurusan

keselamatan penerbangan STPI dalam rangka

mengembangkan sistem pendidikan yang telah ada.

c. Signifikasi akademis

Penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

informasi yang berguna bagi kegiatan peningkatan metode

pendidikan, serta dari penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. LANDASAN TEORI

Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada

konsep-konsep pakar ilmu sosial yang berkaitan dengan masalah

yang akan dibahas, yaitu pengembangan proses pendidikan PLLU

di ATS Training Provider sehingga pembahasan dan kesimpulan

tulisan ini mempunyai nilai objektivitas yang tinggi. Landasan teori

yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pendidikan

a. Pengertian pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya

pembentukan kepribadian manusia yang mengacu kepada nilai

- nilai tertentu. Kepribadian yang dimaksud sebagai pola

berpikir, merasa, bersikap dan bertindak yang terpadu dalam

diri seseorang (Suriasumantri : 1988).

Menurut UU nomor 2 tahun 1989, pendidikan adalah

usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

yang akan datang. Sedangkan menurut Sudirman N, dkk

9
10

(1992), pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan

oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa

atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi

dalam arti mental.

Lebih luas Ki Hajar Dewantara seperti yang dikutip oleh

Suwarno (1985) berpendapat bahwa pendidikan yaitu tuntunan

di dalam hidup tumbuhnya anak - anak, adapun maksudnya,

pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada

pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai

anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan

kebahagiaan yang setinggi - tingginya.

Berdasarkan definisi - definisi di atas, dapat disimpulkan

bahwa pendidikan adalah transfer dan transformasi

pengetahuan dari pendidik kepada anak didik lewat

serangkaian proses yang sadar dan terarah yang bertujuan

membentuk keperibadian manusia yang mengacu kepada nilai

- nilai tertentu.

b. Tujuan pendidikan

“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada tuhan yang maha sedan berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani dan rohani yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. (UU No.2


11

Tahun 1998)

Pendidikan merupakan sarana utama dalam meneruskan

nilai-nilai dari generasi yang satu kepada generasi yang

berikutnya. Di samping itu, pendidikan merupakan wahana

untuk mempersiapkan manusia untuk mampu hidup dan

bekehidupan pada zamannya (Suriasumantri : 1988). Oleh

karena itu menurut Suriasumantri pendidikan mempunyai dua

tujuan utama, yakni (1) melestarikan nilai - nilai luhur masa lalu

yang menjangkarkan manusia pada satu kebudayaan tertentu

dan (2) mengembangkan nilai - nilai baru yang mempersiapkan

manusia bagi kehidupan yang akan datang.

Dalam hal yang sama, seorang ahli pendidikan, Langeveld

(1971) berpendapat bahwa pendidikan merupakan bimbingan

terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita - cita

tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi

pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya Langeveld (1971) mengemukakan hierarki

tujuan pendidikan, sebagai berikut ;

1) Tujuan umum, merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan

mendidik dalam segala waktu dan keadaan.

2) Tujuan khusus, merupakan pengkhususan dari tujuan

umum sesuai dengan lingkungan pendidikan.

3) Tujuan tak lengkap, merupakan tujuan yang hanya

mencakup salah satu dari aspek kepribadian tanpa


12

memperhatikan yang lainnya.

4) Tujuan sementara, merupakan tingkatan demi tingkatan

yang diupayakan untuk menuju tujuan umum (akhir).

5) Tujuan insidentil, merupakan tujuan yang bersifat sesaat

karena adanya situasi yang terjadi secara kebetulan

meskipun tidak terlepas dari tujuan umum.

6) Tujuan intermedier disebut juga tujuan perantara,

merupakan tujuan yang dilihat sebagai alat dan harus

dicapai terlebih dahulu demi kelancaran pendidikannya.

c. Proses pendidikan

Proses pendidikan terdiri dari masukan (sarana

pendidikan) dan keluaran (perubahan prilaku), serta faktor yang

mempengaruhi proses pendidikan yang pada dasarnya dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu : (Sedarmayanti : 2001)

1) Perangkat Lunak (software), mencakup antara lain :

kurikulum, organisasi pendidikan, peraturan, metode

belajar dan lainnya.

2) Perangkat keras (hardware), yaitu fasilitas yang

mencakup : gedung, perpustakaan, alat bantu peraga dan

sebagainya.

d. Faktor-faktor Pendidikan

Menurut Barnadib (1986), bahwa perbuatan mendidik

dan di didik memuat faktor - faktor tertentu yang mempengaruhi

dan menentukan, yaitu :


13

1) adanya tujuan yang hendak dicapai.

2) adanya subyek manusia (pendidikan dan anak didik) yang

melakukan pendidikan.

3) yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu

(milieu).

4) yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai

tujuan.

TTujuan
Anak didik
Lingkungan

Proses
Pendidikan
Pendidik Alat-alat

Gambar 1. Faktor – Faktor Pendidikan dalam Proses


Pendidikan (Sumber : Wens, Tanlain.dkk, Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan, Gramedia: Jakarta,1996, hal.19)

Keempat faktor tersebut tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lain karena secara keseluruhan saling

mempengaruhi dalam proses pendidikan. Tujuan

mempengaruhi lingkungan, alat, pendidik dan anak didik,

sedangkan lingkungan mempengaruhi alat, pendidik dan anak


14

didik. Dalam hal ini alat hanya mempengaruhi pendidik dan

anak didik, sedangkan subyek manusianya yaitu pendidik

mempengaruhi anak didik dan anak didik mempengaruhi ke

pencapaian tujuan.

Jadi berdasarkan definisi diatas dapat diartikan bahwa

pendidikan adalah usaha di dalam proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang sebagai usaha sadar dan terencana

dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan

pelatihan.

e. Peran pendidikan

Scumacher seperti yang dikutip Sedarmayanti (2001)

mengatakan bahwa pendidikan adalah yang terpenting, serta

dilihat dari perannya, maka pendidikan adalah kunci untuk

segalanya. Meskipun pengalaman juga merupakan modal yang

besar artinya dalam menjalankan roda organisasi belum tentu

selalu dapat digunakan untuk melaksanakan tugas yang selalu

dipengaruhi oleh perubahan dan perkembangan yang mungkin

terjadi. Hal tersebut dapat berarti bahwa orang yang

berpengalaman sekalipun tetap memerlukan tambahan

pendidikan dan pengetahuan.

Bahwa peran pendidikan adalah sebagai landasan untuk

membentuk, mempersiapkan, membina dan mengembangkan


15

kemampuan sumber daya manusia yang sangat menentukan

dalam keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.

f. Nilai Pendidikan

Drikarya (1980) menyatakan bahwa nilai - nilai merupakan

kesatuan yang perlu dicapai secara utuh, karena berharga bagi

kehidupan manusia rohani - jasmani. Hierarki nilai - nilai

pendidikan adalah : (Drikarya : 1980)

1) Nilai jasmani (vital) seperti makan, minum, pakaian,

perumahan;

2) Nilai keindahan (seni) seperti bahagia dengan mengalami

barang-barang yang bagus dan indah;

3) Nilai kebenaran seperti pengetahuan, pengertian (ilmu

pendidikan);

4) Nilai kesusilaan (nilai moral) yaitu cinta sejati terhadap

sesama, menghormati sesama;

5) Nilai religius (nilai keagamaan) yaitu pengakuan terhadap

Tuhan Yang maha Esa.

Menurut Drikarya (1980), nilai - nilai (1) sampai dengan

(3) diatas merupakan nilai sarana (nilai medial) artinya

selamanya dipandang dan dikejar demi keseluruhan struktur

manusia. Sedangkan nilai-nilai (4) dan (5) merupakan nilai

kesempurnaan (nilai final) yang fundamental dan merupakan

kesempurnaan manusia sebagai pribadi rohani - jasmani.


16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai

pendidikan sangat bermanfaat dalam kehidupan untuk

menghayati dan membangun nilai - nilai kemanusiaan dalam

pribadi seseorang.

g. Pendidikan ATC

Philip H. Coombs seperti yang dikutip Tanlain dkk. (1996)

membedakan pendidikan berdasarkan bentuk pengelolaannya

menjadi tiga bagian, yaitu pendidikan informal, formal dan

nonformal.

1) Pendidikan Informal

Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh

seseorang dari pengalaman sehari - hari dengan sadar atau

tidak sadar, sejak lahir sampai mati, di dalam keluarga,

dalam bekerja, atau pergaulan sehari - hari (Idris : 1986).

Proses pendidikan informal ini tidak diselenggarakan secara

khusus, tidak ada waktu belajar tertentu, tidak memiliki

evaluasi yang sistematis dan tidak sulit untuk dipahami.

2) Pendidikan Formal

Menurut Idris (1986) pendidikan formal adalah

pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara

teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat -

syarat yang jelas dan ketat. Pendidikan formal yang telah

ditempuh merupakan modal penting, karena dapat


17

menguasai satu disiplin ilmu meskipun masih perlu

beradaptasi dengan persyaratan ataupun ketentuan dalam

suatu organisasi.

Berikut adalah tingkat pendidikan formal untuk ATC :

a) Diploma II RLLU (Pengatur Lalu Lintas Udara)

b) Diploma III PLLU (Penilik Lalu Lintas Udara)

c) Diploma IV ALLU (Ahli Lalu Lintas Udara)

3) Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diperoleh

seseorang secara teratur, terarah, disengaja, tetapi tidak

terlalu mengikuti peraturan yang ketat (Idris : 1986).

Pendidikan nonformal bersifat fungsional dan praktis yang

bertujuan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan peserta

didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidup mereka.

Terdapat beberapa jenis pendidikan ATC yang bersifat

nonformal, salah satunya adalah pelatihan atau biasa disebut

training. Michael J. Jucius seperti yang dikutip Sedarmayanti

(2001) mengemukakan bahwa ; “ The term ‘training’ is used

here to indicate any process by which the attitude, skill and

abilities of employees to perform specific job are increased “.

Kutipan tersebut mengisyaratkan bahwa training bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan, produktifitas, keterampilan

personil, memperbaiki sikap moral dan mengembangkan


18

bakat. Disamping itu, dengan mengikuti training seorang ATC

juga dapat memperoleh license atau rating.

License adalah Surat Tanda Kecakapan Personil (STKP)

yang dikeluarkan oleh Subdit Keselamatan Lalu Lintas

Penerbangan dan diberikan kepada ATC setelah menjalani

pendidikan dan pelatihan. Setiap ATC diwajibkan memiliki

license sebelum bekerja sebagai pengatur lalu lintas udara.

Sedangkan rating merupakan spesialisasi keahlian ATC

dalam bekerja yang digunakan terutama dalam pembagian

wilayah wewenang (authority).

Terdapat beberapa jenis pelatihan yang dikategorikan

dalam pelatihan manajerial, pelatihan manajerial adalah

pelatihan yang diadakan oleh perusahaan dan harus

dilaksanakan oleh pegawai sebelum menduduki jabatan

manajerial di perusahaan tersebut, seperti:

a) Manajer Utama (JERTAMA)

b) Manajer Madya (JERDYA)

c) Manajer Muda (JERDA)

Selain itu, terdapat beberapa pelatihan teknis yang

bersifat pengkayaan seperti :

a) Air Traffic Services Operational Managerial Course (ATS

Ops. Mgr Course)

b) Air Traffic Services Regional Managerial Course (ATS


19

Reg. Mgr Course)

c) Air Traffic Services Operational Coordinator Course (ATS

Reg. Operational Course)

d) Air Traffic Services Regional Coordinator Course (ATS

Reg. Coordinator Course )

e) Air Traffic Control Supervisor Course (ATC Supervisor

Course)

f) Radio Detection Ranging Course (Radar Course)

g) Air Traffic Control Automation (ATC Automation)

h) Automatic Dependent Surveillance - Control Pilot Data

Link Communication (ADS - CPDLC)

i) Air Traffic Management (ATM)

j) Communications Navigation System - Air Traffic

Management (CNS - ATM)

k) On The Job Training Instructure Course (OJT Instructure

Course)

l) Procedure for Air Navigation Service Operations (PANS

OPS)

m) Quality Assurance, dan lain - lain.

Sebagai seorang ATC sudah selayaknya memiliki

pendidikan tersebut di atas karena keberhasilan pendidikan

dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa

sumber daya manusia yang berkualitas sangat tergantung pada

sejauh mana bagian tersebut berperan.dan pendidikan sangat


20

berpengaruh terhadap cara berfikir sebagai seorang ATC

karena dalam pekerjaan sebagai seorang personel ATC selalu

berkembang menjadikan seorang personel ATC tersebut harus

mempunyai pemikiran bahwa pendidikan merupakan sarana

utama dalam meneruskan nilai-nilai dari generasi yang satu

kepada generasi yang berikutnya.

2. Pelatihan

a. Pengertian Pelatihan

Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk

meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang

atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”.

Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut,

Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang

diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah

proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja

seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan

kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan

kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang

dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan

membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan

kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam

pekerjaannya.
21

Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses

mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang,

ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan

pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha

dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia

kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja

perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan

yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja,

strategi, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Kamus

Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional 2008) pelatihan adalah suatu proses melatih, kegiatan

atau pekerjaan.

Dari pengertian diatas menurut kesimpulan penulis

Pelatihan adalah sebagai bagian dari pendidikan yang

menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan

meningkaketerampilan di luar system pendidikan yang berlaku,

pelaksanaannya dalam waktu yang relative singkat dengan

metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada teori.

b. Metode Pelatihan

Dalam menyelenggarakan / melaksanakan suatu program

pelatihan, metode yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan

jenis pelatihan yang akan dilaksanakan, pelatihan untuk

kebutuhan pengembangan metode pendidikan saat ini maupun


22

di waktu mendatang yang seharusnya dapat dikembangkan

oleh STPI, khususnya pada pendidikan LLU.

Metode pelatihan terbaik menurut Veithzal Rivai tergantung

dari beberapa faktor, antara lain :

1. Efektivitas biaya

2. Materi program yang dibutuhkan

3. Prinsip-prinsip pembelajaran

4. Ketepatan dan kesesuaian fasilitas

5. Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan.

Keterkaitan dan keterkaitan antara faktor yang berperan dalam

pelatihan dapat digambarkan sebagai berikut :

Instruktur

Pelatihan Tujuan

Materi
Peserta

Gambar 2. Faktor yang berperan dalam pelatihan,

Tingkat pentingnya faktor-faktor tersebut di atas sangat

tergantung pada situasi. Metode pengembangan yang

digunakan adalah metode latihan atau training, pemilihan


23

metode latihan adalah berdasarkan pada kebutuhan jenis

pekerjaan atau kebutuhan berdasarkan keahlian yang memang

seharusnya dimiliki dan akan sangat terkait dengan beberapa

faktor, antara lain : fatror latihan, biaya, jumlah peserta, tingkat

pendidikan dasar peserta, dan latar belakang peserta.

Metode pelatihan dan pengembangan personel ATC yang

dapat dan biasa dilakukan salah satunya adalah on the job

training. On the job training (OJT) atau dapat disebut juga

sebagai pelatihan dengan instruksi pekerjaan sebagai suatu

pelatihan bagi calon personel ATC untuk tau bagaimana kondisi

pekerjaan yang riil.

3. Kompetensi

a. Pengertian Kompetensi

Kompetensi mengandung pengertian pemilikan

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh

jabatan tertentu (Rustyah, 1982). Kompetensi dimaknai pula

sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kopetensi

dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan

tugas yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan. (Herry,

1998).

Menurut Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004 : 38)

bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah penguasaan

terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang


24

diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukan

bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan sikap dan

apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk dapat

melaksanakan tugas – tugas pembelajaran sesuai dengan jenis

pekerjaan tertentu.

Kompetensi menurut UU No. 13/2003 tentang

ketenagakerjaan: pasal 1 (10), “Kompetensi adalah

kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai

dengan standar yang di tetapkan”.

b. Manfaat Kompetensi

Menurut Prihadi (2004:14-16) manfaat kompetensi adalah

Prediktor kesuksesan kerja. Model kompetensi yang akurat

akan dapat menentukan dengan tepat pengetahuan serta

ketrampilan apa saja yang dibutuhkan untuk berhasil dalam

suatu pekerjaan. Apabila seseorang pemegang posisi mampu

memiliki kompetensi yang dipersyaratkan pada posisinya maka

ia dapat diprediksikan akan sukses.

c. Jenis-jenis Kompetensi

Ada beberapa jenis kompetensi yang harus di ikuti oleh

seorang personel ATC. Menurut CASR 69G (69.051) tentang


25

Other ATC training requirements jenis-jenis dari kompetensi

tersebut adalah :

- ATS refresher training course;

- ATC Automation course;

- Aviation Enforcement course;

- Team Resources Management course;

- Safety Audit of Air Traffic Services training;

- Human Factor in ATS course;

- Air Traffic Services Resources Management Training;

- On The Job (OJT) Instructor;

- General Instructor Course;

- ATS Safety Management and Investigation Course;

- ATS Training Evaluation Training;

- CNS/ATM course;

- Windshear course;

- ICAO Language Proficiency Training;

- Approach control surveillance;

- Area control surveillance;

- ATS Operational management course;

- Supervisory course;

- Safety Management System Training;

- Safety Oversight Manager Course;

- ICAO PANS OPS Training;

- Aircraft Accident and Incident Investigation;


26

- ATC Check Controller Course;

- ATS Safety Officer Course;

- ATC Simulator Evaluation Training;

- RVSM Operations Course;

- ADS-C/CPDLC course;

- ADS-B course

- ATS Specialist course;

- Airspace Planner and Desaign Training;

- Air Traffic Flow Management Training;

- Leadership and Talent Management Training;

- Aviation Management Course;

- Courses, workshop, symposium and seminars relating to

aviation management, supervision and decision marking;

- Other training relevant in air traffic management.

4. Pemanduan Lalu Lintas Udara

Menurut ICAO Circular 241 – AN/145, pemanduan lalu

lintas udara harus mampu merencanakan pengaturan lalu lintas

udara, melaksanakan rencana tersebut, mengambil keputusan,

menyelesaikan masalah dan merumuskan prediksi – prediksi

Pemandu lalu lintas udara yang cakap harus menggetahui

dan memahami :

a. Bagaimana pelayanan lalu lintas udara dilaksanakan

b. Arti dari semua informasi yang ada

c. Tugas-tugas yang harus dipenuhi


27

d. Aturan, prosedur dan instruksi yang diterapkan

e. Bentuk-bentuk dan metode-metode komunikasi

f. Pertimbangan factor manusia untuk pemanduan lalu

lintas udara

g. Cara bekerja sama antar pemanduan lalu lintas udara

sehingga dapat saling membanntu dan tidak dapat

menghambat satu sama lain.

Pengertian lalu lintas udara adalah perihal yang berkaitan

dengan alat transportasi yaitu pesawat terbang untuk

menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Jadi bisa diartikan

pengertian pemanduan lalu lintas udara adalah perihal yang

berkaitan dengan mengarahkan, atau memberi petunjuk

kepada pesawat sebagai sarana transportasi yang

menghubungkan berbagai wilayah melalui udara.

5. Penyelenggara Diklat ATS

a. Pengertian ATS

Air Traffic Services atau pelayanan lalu lintas udara adalah

pemanduan dan pengaturan pesawat terbang yang diberikan

ATC dengan jalur khusus. Tujuan dari pengaturan lalu lintas

udara adalah untuk menghindarkan tabrakan antar pesawat

terbang, menghindarkan pesawat terbang yang berada di

daerah pergerakan pesawat dengan penghalang lainnya dan

terciptanya kelancaran serta keteraturan lalu lintas udara.


28

Tugas Pemandu Lalu Lintas Udara ( ATC/Air Traffic

Controler ) yang tercantum di dalam Annex 2 ( Rules of the Air )

dan Annex 11 (Air Traffic Services) Konvensi Chicago 1944

adalah mencegah tabrakan antar pesawat, mencegah tabrakan

pesawat dengan obstructions , mengatur arus lalu lintas udara

yang aman, cepat dan teratur kepada pesawat terbang, baik

yang berada di ground atau yang sedang terbang / melintas

dengan menggunakan jalur yang telah ditentukan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut diperlukan seorang

petugas ATC dalam pengaturan arus lalu lintas udara yang

dimulai dari pesawat melakukan contact (komunikasi) pertama

kali sampai dengan pesawat tersebut mendarat (landing) di

bandara tujuan.

Disamping itu diperlukan dukungan prasarana, sarana,

serta perangkat peraturan yang sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang dikeluarkan ICAO (International Civil Aviation

Organization) Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, yang

dari hari ke hari terus dilakukan amandemen sesuai dengan

pengembangan arus lalu lintas penerbangan dan teknologi.

Dengan semakin tingginya frekuensi penerbangan yang

melintasi ataupun mendarat di bandar udara dewasa ini, maka

tugas dan tanggung jawab pelayanan Operasi Lalu Lintas

Udara menjadi semakin berat. Oleh karena itu, kualitas dan


29

kehandalan perangkat kerja dan SDM yang ada dibelakangnya

harus benar-benar prima untuk menjamin terhindarnya insiden

penerbangan.

Untuk dapat menjadi seorang Pengatur Lalu Lintas Udara

harus mengikuti pendidikan khusus Pengatur Lalu Lintas

Udara, yang saat ini hanya ada di Diklat-Diklat Perhubungan

Udara di seluruh Indonesia. Pendidikan dilaksanakan selama 2

(dua) tahun (DII) sebagai pemegang license Junior ATC, dan 3

(tiga) tahun (DIII) sebagai pemegang license Senior ATC.

Pendidikan ini kemudian diteruskan dengan Diklat Radar

selama kurang lebih 3 (tiga) bulan, dan atau mengikuti

pendidikan selama 4 (empat) tahun (DIV) sesuai kebutuhan di

lapangan.

6. E-Learning

A. Pengertian E-Learning

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja

adalah sesuatu yang dicapai, kemampuan kerja, atau prestasi

yang diperlihatkan.

Pendapat Bernardin dan Russel dalam buku Kerangka

Dasar Sistem Informasi Manajemen karangan Gordon B. Davis

(1993 : 379), kinerja adalah sebagai catatan hasil dan

keuntungan yang dihasilkan oleh fungsi pekerjaan tertentu atau

aktivitas tertentu selama periode waktu tertentu.


30

Suatu sistem bukan seperangkat unsur yang tersusun

secara tak teratur, tetapi terdiri dari unsur yang dapat dikenal

sebagai saling melengkapi karena satu maksud, tujuan atau

sasaran. Sistem menurut Gordon B. Davis dalam bukunya

Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, dapat diartikan

sebagai berikut : Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri dari

bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama

untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Model umum

sebuah sistem terdiri dari masukan, pengolah dan keluaran. Ini

tentu saja sangat disederhanakan karena sebuah sistem

mungkin memiliki beberapa masukan dan keluaran.

Belum adanya standard yang baku baik dalam hal definisi

maupun implementasi e-learning menjadikan banyak orang

mempunyai konsep yang bermacam-macam. E-learning

merupakan kependekan dari electronic learning (Sohn, 2005).

Salah satu definisi umum dari e-learning diberikan oleh Gilbert

& Jones (2001), yaitu: pengiriman materi pembelajaran melalui

suatu media elektronik seperti Internet, intranet/extranet,

satellite broadcast, audio/video tape, interactive TV, CD-ROM,

dan computer-based training (CBT). Definisi yang hampir sama

diusulkan juga oleh the Australian National Training Authority

(2003) yakni meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan

berbagai media elektronik seperti internet, audio/video tape,

interactive TV and CD-ROM guna mengirimkan materi


31

pembelajaran secara lebih fleksibel.The ILRT of Bristol

University (2005) mendefinisikan e-learning sebagai

penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim, mendukung,

dan meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian.

Udan and Weggen (2000) menyebutkan bahwa e-learning

adalah bagian dari pembelajaran jarak jauh sedangkan

pembelajaran on-line adalah bagian dari e-learning. Di samping

itu, istilah e-learning meliputi berbagai aplikasi dan proses

seperti computer-based learning, web-based learning, virtual

classroom, dll; sementara itu pembelajaran on-line adalah

bagian dari pembelajaran berbasis teknologi yang

memanfaatkan sumber daya Internet, intranet, dan extranet.

Lebih khusus lagi Rosenberg (2001) mendefinisikan e-learning

sebagai pemanfaatan teknologi Internet untuk mendistribusikan

materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari

mana saja. Kaitan antara berbagai istilah yang berkaitan

dengan e-learning dan pembelajaran jarak jauh dapat

diilustrasikan dalam gambar di bawah (Surjono,2006).

2009@herman d surjono 4
32

Gambar 3. Ilustrasi E-learning dan pembelajaran jarak


jauh(Surjono,2006). 2009@herman d surjono 4.

Sedangkan pendapat Endang Kandar dalam artikel prinsip

dasar e-learning: teori dan aplikasinya di Indonesia (2007), e-

Learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai

salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di

negara-negara maju maupun di negara yang sedang

berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang

berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-

learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa

elektronika sebagai alat bantunya.

e-Learning memang merupakan suatu teknologi

pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk


33

menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat

menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’

yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang

berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran

dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi

dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio,

video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.

Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi

salah satu pilihan untuk penyelesaian masalah pendidikan,

antara lain:

yaitu disebabkan karena pesatnya fasilitas teknologi

informasi yang dalam prakteknya e-learning memerlukan

bantuan teknologi. Dalam perkembangannya, komputer yang

paling populer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran secara

electronic, karena itu dikenal dengan istilah:

• computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang

sepenuhnya menggunakan komputer; dan

• computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran

yangmenggunakan alat bantu utama komputer.

B. Metode pembelajaran E-Learning

e-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal

maupun informal. e-Learning secara formal misalnya adalah

pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan


34

tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang

telah ditetapkan.

a. Metode pembelajaran e-learning memiliki 3 kunci penting:

1. Instruction  adanya arahan tugas yang jelas

2. Interaction  adanya sarana untuk berkomunikasi

(siswa-siswa, siswa-pengajar, siswa-sumber lain)

3. Evaluation  adanya kriteria keberhasilan

b. Tugas pengajar

Tugas pengajar untuk dapat mencapai berhasilnya

metode belajar dengan sisten E-Learning adalah :

a. Menyusun bahan belajar

b. Mengemas menjadi bahan belajar on-line

c. Berkomunikasi dengan siswa

d. Memberi tugas

e. Mendorong siswa untuk saling berkomunikasi

f. Menyediakan waktu menjawab pertanyaan

g. Mendorong siswa aktif berdiskusi

7. Metode belajar jarak jauh

Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak,

mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi

khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena

teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-


35

hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak ‘gagap’ teknologi.

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terla

mbat menguasai informasi, maka terlambat pulalah

memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju.

Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan

secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media

cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video,

computer/internet, siaran radio dan televisi). Makna terbuka

adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar,

waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Dengan

demikian, Pendidikan jarak jauh didasarkan pada dasar

pemikiran bahwa pelajar adalah pusat proses pembelajaran,

bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri, dan

berusaha sendiri di tempat mereka sendiri.

Karena masih diperlukannya pengembangan, maka masih

diperlukan fokus perhatian akan e-Learning ini. Khusus dari sisi

regulasi, perlu diamati sudah seberapa jauh peranan regulasi

dari pemerintah atau departemen terkait dalam mendukung

terealisasinya dukungan e-Learning dalam proses pendidikan di

Tanah Air. Hingga saat ini Indonesia sudah memiliki Undang-

undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang

PTJJ (Pembelajaran Teknologi Jarak Jauh). Di mana secara

lebih spesifik UU ini mengizinkan penyelenggara pendidikan di


36

Indonesia untuk melaksanakan pendidikan melalui cara PTJJ

(Pembelajaran Teknologi Jarak Jauh) dengan memanfaatkan

teknologi informasi.

Undang-undang yang mengakomodasi e-Learning itu di

antaranya UU nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan.

Namun demikian tidak menutup kemungkinan pengaturan

pemerintah lebih lanjut untuk mandapatkan jaminan kualitas

dalam e-Learning, termasuk di dalamnya sistem akreditasi dan

asesmen yang efektif.

8. Teknologi Informasi Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam

bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information and

Communication Technologies (ICT), adalah payung besar

terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk

memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua

aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi.

Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan

proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan

pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah

segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu

untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang

satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan

teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak

terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi


37

mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait

dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan

informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya

perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras

maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada

pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut

berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga

awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai

perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.

9. On The Job Training Instructor (OJTI)

On The Job Training adalah latihan kerja mengendalikan

lalu lintas udara di bandar udara sesuai dengan tingkat

pendidikan masing-masing selama waktu yang ditetapkan.

OJT merupakan salah satu bagian integral dari seluruh

kegiatan pendidikan dan pelatihan sebagai salah satu alat ukur

untuk mengetahui tingkat keberhasilan Diklat Pemandu Lalu

Lintas Udara.

OJT merupakan interface penting antara pelatihan dan

operasi aktual yang berfungsi untuk ATC dan penerbangan,

Course ini dirancang untuk menghasilkan instruktur OJT

dengan pengetahuan yang komprehensif pada pendekatan

sistematis untuk sebuah OJT terstruktur. Course ini bertujuan


38

untuk menyediakan pembelajaran dan perkembangan

keterampilan, sehingga memungkinkan OJT instruktur untuk

memenuhi kewajiban mereka yang berhubungan dengan

keefektifan pengawasan dan pelatihan.

Diklat On the Job Training (OJT) Instructors 211 – INS

BAS, dilaksanakan untuk menghasilkan OJT instructors dengan

dilengkapi pengetahuan pada pendekatan sistematis untuk

struktur On The Job Training (OJT). Diklat ini disertai

instructional and development skill, dengan demikian

dimungkinkan OJT instructor untuk melaksanakan kewajiban

yang berkaitan dengan pengawasan dan pelatihan yang efektif.

B. KERANGKA BERPIKIR

Metode pelatihan dan pengembangan personel ATC yang

dapat dan biasa dilakukan salah satunya adalah on the job

training. On the job training (OJT) atau dapat disebut juga

sebagai pelatihan dengan instruksi pekerjaan sebagai suatu

pelatihan bagi calon personel ATC untuk tau bagaimana kondisi

pekerjaan yang riil, dibawah bimbingan dan supervisor, namun

beberapa kendala yang ada adalah senior pengawas yang

kurang berpengalaman atau belum memiliki pelatihan khusus

sebagai pengawas OJT. Untuk menghindari permasalahan

tersebut, supervisor pengawas hendaknya dipilih secara


39

selektif, dan salah satunya dengan mengikuti diklat kompetensi

on the job training instructor.

on the job training instructor sangat diperlukan untuk

personel ATC pada setiap bandara agar dapat menentukan

kedudukan kerja pada personel ATC lainnya yang baru

bergabung di bandara tersebut,yaitu dengan cara pengecekan

dan sebagainya. Selain itu juga dapat menjadi pengawas bagi

taruna ATC STPI yang sedang melaksanakan on the job

training di bandara yang bersangkutan.

Perkembangan sistem pembelajaran merupakan

peningkatan - peningkatan yang dilakukan oleh para pengajar

dalam bidang yang digelutinya di satu organisasi. Jurusan

Keselamatan Penerbangan dalam memberikan informasi

akademik masih sangat terbatas, bersifat manual dan masih

terpisah-pisah, dengan perkembangan teknologi yang semakin

pesat dapat mempermudah penyampaian informasi secara

cepat, tepat dan akurat. Yaitu dengan membuat sistem

informasi berbasis website. Perkembangan ini tidak akan

terwujud bila tidak ada usaha ke arah itu. Usaha yang dapat

dilakukan berupa peningkatan ilmu pengetahuan lewat

pendidikan formal atau non formal berupa pelatihan yang

berkaitan dengan bidang yang digeluti. Melalui pendidikan

seseorang dapat meraih pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang


40

pekerjaan akan memberikan nilai tambah bagi seseorang

dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain,sistem cara

belajar dan tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai

hubungan yang kuat dengan perkembangan karir seseorang.

Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin

tinggi pula perkembangan karirnya. Karenanya ada pengaruh

dari tingkat pendidikan terhadap perkembangan pengetahuan

seseorang meskipun masih ada faktor lain yang berperan

dalam perkembangan pengetahuan seseorang.

Pemanfaatan teknologi merupakan kebutuhan mutlak

dalam dunia pendidikan (persekolahan) sehingga sekolah

benar-benar menjadi ruang belajar dan tempat siswa

mengembangkan kemampuannya secara optimal, dan nantinya

mampu berinteraksi ke tanmgah-tengah masyarakatnya.

Lulusan sekolah yang mampu menjadi bagian intergaral

peradaban masyarakatnya. Suatu keinginan yang tidak mudah,

apabila sekolah-sekolah yang ada tidak tanggap untuk

melakukan perubahan. Sejarah persekolahan di Indonesia telah

mencatat, bahwa upaya-upaya perubahan yang dilakukan

pemerintah untuk melakukan pengembangan terhadap

kurikulum sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, juga pengembangan terhadap berbagai metode dan

proses pembelajaran yang menarik untuk memancing dan


41

memicu perkembangan kreatif siswa pada akhirnya kermbali

kepada titik awal.

Demikian juga halnya dengan perkembangan pengetahuan

ATC, faktor pendidikan merupakan unsur utama dalam

pembentukan air traffic controller yang handal dan berprestasi.

Dalam rangka mendukung terciptanya metode

pembelajaran yang lebih maju pada pendidikan LLU di

STPI.Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No.

107/U/2001 tentang PTJJ (Pembelajaran Teknologi Jarak

Jauh). Di mana secara lebih spesifik UU ini mengizinkan

penyelenggara pendidikan di Indonesia untuk melaksanakan

pendidikan melalui cara PTJJ (Pembelajaran Teknologi Jarak

Jauh) dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Dalam era globalisasi dan serba teknologi seperti sekarang

ini, pengguna computer sebagai alat teknologi sangat

dibutuhkan keberadaannya hampir di setiap aspek kehidupan,

terlebih sebagai sarana dan prasarana kegiatan belajar

mengajar murid didik. Dengan demikian penggunaan perangkat

komputer dalam pembelajaran sangat mendukung dalam

meningkatkan mutu dari efisiensi proses belajar mengajar.

Oleh karena itu maka penulis mencoba membuat sebuah

analisa sistem pembelajaran akademik jurusan keselamatan

penerbangan yang berbasiskan electronic learning agar dapat


42

mudahkan dalam hal mengikuti training kompetensi atau

informasi akademik sehingga waktu untuk mendapatkan

sertifikat kompetensi lebih efisien dan lebih komunikatif karena

dapat diakses oleh banyak orang dimanapun orang tersebut

berada.

Namun pelaksanaan system e-learning tersebut belum bisa

dilaksanakan karena peraturan-peraturan yang menjadi

pelengkap dalam pelaksanaan system tersebut belum ada

yaitu :

1 Petunjuk pelaksanaan pembuatan yang menjadi acuan bagi

para pendidik dalam melaksanakan metode pembelajaran e-

learning.

2 Keahlian dari pihak Jurusan Keselamatan Penerbangan

dalam mengiprasikan pengguanaan metode electronic

lerning.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TUJUAN OPERASIONAL PENELITIAN

Tujuan oprasional penelitian ini adalah meneliti proses

pemberian / metode pemberian materi pembelajaran dan

pendidikan kepada sisiwa pemandu lalu lintas udara di ATS

Training Provider sekolah tinggi penerbangan Indonesia beserta

mengadakan pengembangan metode pemberian pelajaran yang

lebih maju dengan tidak mengurangi kualitas sumber daya

manusia,yaitu dengan cara :

1. Mengembangkan sistem pendidikan yang telah ada dan

sedang digunakan pada metode pembelajaran di ATS Training

Provider terutama pada pendidikan PLLU di STPI.

2. Meneliti seberapa besar pengaruh sistem pendidikan dengan

menggunakan metode e-learning pada jurusan PLLU

3. Membuat sistem e-learning sebagai pembaharuan metode

pembelajaran yang dapat diterapkan pada metode pendidikan

yang ada pada jurusan PLLU

4. Mencoba Menerapkan metode pembelajaran dengan media

electronic yang berbasis komputer dengan menggunakan

aplikasi komputerisasi untuk meningkatkan efisiensi dan

43
44

efektifitas dalam pembelajaran dari pihak dosen maupun

taruna/siswa itu sendiri.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada

gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah. (Sugiyono, 2006:4).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian berdasarkan jenisnya yang paling sesuai yaitu penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan menggunakan gap

analysis.

Menurut Imam Chourmain, (2008:48) ciri dari penelitian

kualitatif diantaranya sebagai berikut :

1. Studi dilakukan oleh peneliti dalam konteks ilmiah subjek,

peneliti melakukan kontak langsung dengan subjek di

lapangan.

2. Penelitian kualitatif menekankan kepada proses.

3. Desain penelitian adalah fleksibel ( bersifat sementara ).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif. Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha

menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah


45

berlangsung pada saat studi. Metode kualitatif ini memberikan

informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada

berbagai masalah (Husein Um ar, 1999:81).

Menurut Imam Chourmain, (2008:48) ciri dari penelitian

kualitatif diantaranya sebagai berikut :

1. Studi dilakukan oleh peneliti dalam konteks ilmiah subjek, peneliti

melakukan kontak langsung dengan subjek di lapangan.

2. Penelitian kualitatif menekankan kepada proses.

3. Desain penelitian adalah fleksibel ( bersifat sementara ).

Sedangkan Metode deskriptif menurut Gay ( 1976 ) (DR.

Husein Umar,1998:22 ) metode ini bertujuan untuk menjawab

pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu berlangsungnya

proses riset, dan menurut Sugiyono (2004:20) adalah ” Suatu

proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisasi terhadap

masalah-masalah sosial yang mendasar sehingga temuannya

dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk

bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah”.Dalam

pelaksanaannya digunakan metode :

a) Deskriptif (penelitian awal menghimpun data tentang kondisi

yang ada)

b) Evaluatif (evaluasi proses uji coba pengembangan produk)

c) Eksperimen (uji keampuhan produk yang dihasilkan)


46

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di ATS Training

Provider Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia – Curug,

Tangerang sebagai instansi tempat penulis menimba ilmu sebagai

pelajar.

2. Waktu Penelitian

a. Tahap Persiapan : Juli - September

b. Tahap Pengumpulan Data : Agustus - November

c. Tahap Pengolahan Data : Oktober - Januari

d. Tahap Penulisan : Desember – Maret

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan untuk

mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian adalah :

1. Studi Dokumentasi.

Merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subyek penelitian. Pada teknik pengumpulan

data ini data-data yang diperoleh berupa dokumen-dokumen baik

yang resmi maupun tidak resmi, contohnya berupa ICAO

Documents seperti Annexes dan Circular, literatur-literatur dari

internet dan laporan-laporan bulanan di tempat penelitian yang

berhubungan dengan obyek penelitian.


47

2. Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan para pejabat di

Subdirektorat Manajemen Lalu Lintas Penerbangan untuk

mendapatkan informasi dan masukan terkait masalah yang

sedang diteliti

E. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif memusatkan

diri pada kata-kata dan pengamatan untuk menyatakan kenyataan

dan berupa usaha untuk mendeskripsikan orang-orang dalam suatu

latar yang alamiah. Unsur kunci dalam hal ini adalah keterlibatan

orang-orang dimana pandangannya didorong pada keterlibatan

yang dibangun. Hal ini dilakukan dengan jalan memperoleh

kecenderungan sikap dan persepsi yang dikembangkan dengan

jalan interaksi dengan orang lainnya.

1. Gap Analysis

Gap analysis adalah sebuah alat yang membantu

organisasi untuk membandingkan kinerja yang tercapai dengan

kinerja yang direncanakan. Tujuan yang ingin dicapai dari gap

analysis adalah mengetahui gap antara perencanaan yang

dibuat dengan pelaksanaan. Proses gap analysis termasuk

penentuan, pendokumentasian dan persetujuan dari jenis antara

persyaratan dan kemampuan. Gap analysis biasanya berangkat

dari studi banding atau penilaian lain. Gap analysis akan


48

memberikan pondasi tentang hal apa saja yang diperlukan

termasuk strategi dan taktik untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.
BAB IV

PEMBAHASAN MASALAH

A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia adalah Perguruan

Tinggi kedinasan di lingkungan Kementerian Perhubungan yang

bertugas menyelenggarakan program pendidikan profesional di

bidang penerbangan (Keppres No. 43/2000). Pada sejarahnya

Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia mengalami beberapa

perubahan baik nama maupun status, sebagai berikut:

1 Juni 1952 : Akademi Penerbangan Indonesia (API)

didirikan di gempol, Kemayoran untuk

mendidik tenaga Pilot, Teknisi, Radio

operator dan Pemandu lalu lintas udara.

Tahun 1954 : API dipindahkan ke Curug – Tangerang

Tahun 1969 : API berubah nama menjadi Lembaga

Pendidikan Perhubungan Udara (LPPU) di

bawah Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara.

Tahun 1978 : LPPU (Lembaga Pendidikan Perhubungan

Udara) berubah menjadi Pendidikan da

Latihan Penerbangan (PLP) di bawah

Badan Pendidikan dan pelatihan

Perhubungan.

49
50

Tahun 2000 : Tepatnya tanggal 10 Maret 2000, PLP

berubah menjadi Sekolah Tinggi

Penerbangan Indonesia disingkat STPI.

Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia - Curug (STPI

Curug) merupakan salah satu perguruan tinggi kedinasan di bawah

naungan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, yang

memiliki tugas dan fungsi sebagai lembaga pendidikan yang

mendidik putra putri Indonesia untuk menjadi sumber daya manusia

yang ahli dan terampil di bidang penerbangan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Sekolah Tinggi

Penerbangan Indonesia memiliki 4 (empat) jurusan pendidikan,

yaitu Jurusan Penerbang, Jurusan Teknik Penerbangan, Jurusan

Keselamatan Penerbangan dan Jurusan Manajemen Penerbangan.

Setiap jurusan pendidikan terbagi dalam beberapa program studi

sesuai dengan minat dan bakat peserta pendidikan dan pelatihan.

Visi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia adalah

menghasilkan lulusan yang diakui secara nasional dan

internasional untuk menuju pusat unggulan yang berstandar

internasional.

Misi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia adalah

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian

teknologi terapan di bidang penerbangan dalam rangka

mencerdaskan bangsa dengan menciptakan sumber daya manusia


51

penerbangan yang memiliki iman dan taqwa, berkualitas

internasional mampu bersaing mandiri dan professional.

Tujuan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia adalah

mendidik manusia penerbangan indonesia yang cakap dan terampil

dalam bidangnya, memiliki sikap sesuai dengan Lima Citra

Perhubungan, yang memiliki jiwa korsa yang tinggi, berbudu luhur,

memiliki kesadaran bertanggung jawab dalam pembangunan dunia

penerbangan dan mewujudkan keselamatan penerbangan serta

siap memangkujabatan Negara atau jabatan dalam organisasi

penerbangan.

Letak atau lokasi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

berada dalam lingkungan komplek Bandar udara Budiarto,

Kecamatan Legok Kawedanan Curug.

Jurusan Keselamatan Penerbangan memiliki 4 (empat)

program studi, yaitu program studi Pemanduan Lalu Lintas Udara

(PLLU), program studi Komunikasi Penerbangan (KP), program

studi Penerangan Aeronotika (PA) dan program studi Pertolongan

Kecelakaan Penerbangan (PKP).

Keselamatan penerbangan adalah hal-hal yang berhubungan

dengan keamanan dan keselamatan penerbangan, investigasi,

kecelakaan penerbangan dan pencegahan terjadinya kecelakaan

penerbangan melalui pembuatan peraturan, pendidikan dan

pelatihan.Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia sebagai

penyelenggara pendidikan dan pelatihan mendukung keamanan


52

dan keselamatan penerbangan dengan memiliki jurusan

keselamatan penerbangan. Jurusan tersebut mendidik dan melatih

siswa sebagai manusia perhubungan yang bertujuan meningkatkan

keselamatan penerbangan.

Diagram struktur organisasi Jurusan Keselamatan

Penerbangan:

STRUKTUR ORGANISASI
JURUSAN KESELAMATAN PENERBANGAN

KETUA
JURUSAN

SEKRETARIS
JURUSAN

KETUA KETUA KETUA KETUA


PROGRAM PROGRAM PROGRAM PROGRAM
STUDI PLLU STUDI PA STUDI KP STUDI PKP

Gambar 4. Struktur Organisasi Jurusan Keselamatan


Penerbangan

Jurusan Keselamatan Penerbangan memiliki fasilitas

pendukung yang lengkap untuk kelancaran proses belajar

mengajar, berikut adalah fasilitas yang dimiliki oleh Jurusan

Keselamatan Penerbangan:
53

NO. NAMA FASILITAS FOTO

1. ADC/TWR SIMULATOR

2. APP/ACC Non Radar

Simulator

3. APP/ACC Non Radar

Simulator

With Computer

4. Language Laboratory
54

5. Computer Based Training

6. Advance Tower Simulator

7. Radar APP/ACC Simulator

8. Basic Tower Simulator

9. Manual Typing Lab


55

10. AIS Automation Lab

11. ADS-CPDLC Simulator

12. PANS-OPS

& Chartography

13. Automated APP/ACC

Prosedural Control

Simulator

14. Alat Simulasi PKP


56

15. Comunication Lab

16. Library

17. Class Room


57

18. Café

19. Musholla

Gambar 5. Fasilitas Jurusan Keselamatan Penerbangan

B. PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

Penulis mengumpulkan data-data yang bersangkutan

dengan pembahasan permasalahan yang ada dengan sumber

dokumen-dokumen yang bersangkutan.

Penulis juga mendiskusikan topik dengan narasumber yang

berkaitan. Diklat kompetensi OJTI adalah suatu kebijakan yang

diharuskan atau sebuah pelatihan yang wajib didapatkan

sebelum seseorang menjadi seorang supervisor atau ATC

cheker.
58

Kompetensi OJTI sangat berfungsi bagi personel

penerbangan khususnya ATC yang sudah bekerja

dilapangan,yaitu ketika pada bandara tersebut terdapat taruna/i

yang sedang melakukan OJT, fungsinya adalah personil yang

telah mempunyai kompetensi OJTI tersebut yang akan

membantu pengenalan pemahaman materi yang ada di bandara

tersebut. Karena menurut beberapa personel ATC yang sudah

bekerja di bandara yang sering dijadikan sebagai lokasi OJT

tersebut bahwa para peserta OJT tersebut memerlukan

pengawasan khusus dalam pelaksanaan pembelajarannya

tersebut,dan memerlukan personel khusus yang dapat

menangani hal tersebut.

Oleh karena itu disusunlah CASR 69 yg didalamnya

mengatur tentang personel ATC licensing, diantaranya

procedure tentang OJT, mengatakan bahwa OJT disupervisi oleh

OJT instructor, maka beberapa training yg diwajibkan untuk

diikuti oleh ATC adalah OJTI terkait dengan aturan proses

bagaimana siswa ATC melaksanakan OJT sebagai syarat dalam

trainingnya.

Dalam CASR 69.023 tercantum “Student air traffic controllers

when implement on the job training shall be under supervision by

OJT Instructor to ensure that not constitute a hazards to air

navigation” . Kemudian di atur supart CASR 69 G mengenai

“Training and Proficiency Requirements” . selain itu dalam UU


59

No. 1/2009 mewajibkan bahwa setiap personil penerbangan

(khususnya personil Navigasi Penerbangan) wajib memiliki

lisensi atau sertifikat kompetensi.

Sedangkan sampai saat ini, dari data yang penulis dapat

masih sangat sedikit personel ATC yang mempunyai sertifikat

diklat kompetensi OJTI. Hingga saat ini hanya ada 43 personil

ATC yang pernah mengikuti diklat kompetensi ini.

C. ANALISIS HASIL PENELITIAN

1. Analisis Masalah Berdasarkan Gap Analysis

Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia sebagai salah satu

provider pendidikan yang beberapa program studinya telah

mendapatkan Approval dari Kementerian Perhubungan harus

selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Tingkat pendidikan

menjadi acuan dalam penentuan posisi kerja (job placement),

sebagai contoh lulusan Diploma III (DIII) Pemandu Lalu Lintas

Udara menduduki posisi sebagai controller di unit ADC

(Aerodrome Control Tower), lulusan Diploma IV (DIV) Pemandu

Lalu Lintas Udara menduduki posisi sebagai radar controller di

unit APP (Approach control Office) dan lain – lain. Namun dalam

perkembangan karirnya, pemandu lalu lintas udara atau biasa

disebut Air Traffic Controller (ATC) sering terhambat karena

tingkat pendidikan yang dimiliki belum memenuhi persyaratan

yang ditentukan sehingga ATC tidak dapat menduduki posisi


60

jabatan yang lebih tinggi. Peningkatan pendidikan terhambat

dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti finansial,

kesehatan, kesempatan, kemampuan, waktu, usia dan lain - lain.

Faktor usia misalnya, menyebabkan seorang ATC enggan untuk

melanjutkan pendidikannya karena masa usia pensiun sudah di

ambang pintu atau karena disebabkan usia yang bertambah tua,

kemampuan untuk menimba pengetahuan sudah menurun. Faktor

kesehatan juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan

pendidikan, kesehatan yang tidak prima menyebabkan seorang

ATC tidak dapat meningkatkan pendidikan maupun karirnya.

Selain itu, faktor finansial sangat berperan dalam peningkatan

pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa biaya pendidikan

sangat tinggi sehingga hal ini menjadi pertimbangan bagi ATC

untuk melanjutkan pendidikannya. Faktor - faktor tersebut di atas

merupakan permasalahan yang kerap muncul dan sangat

mempengaruhi karir ATC. Fenomena di atas memperlihatkan

bahwa perkembangan karir ATC terhambat karena tingkat

pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Penulis melihat beberapa masalah khususnya pada Program

Studi Pemanduan Lalu lintas Udara yaitu masalah dalam proses

pelaksanaan pengajaran atau proses pendidikan khususnya pada

diklat kompetensi yang hanya berjangka waktu singkat tetapi

cukup sulit dilaksanakan oleh personel ATC yang ada di daerah-

daerah di Indonesia. Kesulitan yang dialami dalam proses


61

dikirimnya personel ATC oleh setiap cabang bandara di Indonesia

untuk mengikuti diklat kompetensi adalah karena kurangnya

sumber daya manusia yang ada di bandara tersebut dan juga

dikarenakan diklat kompetensi on the job training belum termasuk

menjadi pendidikan wajib yang harus diikuti oleh personel

ATC,yang belum ditetapkan dalam CASR.

Proses pengajaran yang masih menggunakan sisitem

konvensional membuat cukup sulitnya kompetensi tersebut di

ikuti oleh para personel ATC yang bertugas di daerah – daerah

yang jauh dari STPI.

Dalam menganalisa kondisi permasalahan yang ada di

Program Studi Pemanduan Lalu Lintas Udara, Penulis melihat

beberapa faktor yang mempengaruhi proses permasalahan

tersebut, faktor-faktor tersebut adalah:

a) Pengetahuan mengenai on the job training instructor

b) Sumber daya manusia

c) Manajemen Pembelajaran

d) Media Pembelajaran

Dari beberapa faktor diatas, Program Studi Pemanduan

Lalu Lintas Udara khususnya pada proses diklat kompetensi

ditemukan beberapa gap yaitu:

Tabel 1. Gap Analyis

KONDISI IDEAL KONDISI SAAT INI

Terdapat personel ATC yang pernah Fungsi dari diklat OJTI masih sangat
62

mengikuti diklat kompetensi OJTI di jarang diketahui oleh personel


setiap bandara di indonesia untuk ATC,dan di bandara-bandara di
mengawasi siswa atau taruna yang Indonesia masih banyak yang belum
sedang melakukan on the job training memiliki personel ATC yang pernah
dan OJTI juga berfungsi sebagai mengikuti diklat kompetensi OJTI.
pengawas atau penentu posisi kerja
bagi personel ATC lainnya yang baru
bergabung di bandara tersebut.

Sumber daya manusia di setiap Jumlah personel di bandara biasanya


bandara di Indonesia terpenuhi tidak sesuai dengan ketentuan yang
dengan baik,sesuai dengan aturan sudah di tetapkan sehingga sulit bagi
yang Mengacu kepada AC 69 para personel ATC untuk mengikuti
mengenai idealnya jumlah personel pendidikan lanjutan maupun diklat-
ATC di bandara sesuai movement diklat kompetensi.
yang ada seharusnya terpenuhi
dengan baik.

Penyelenggaraan pendidikan secara Manajemen pendidikan saat ini


sistemik dengan sistem terbuka dan masih bersifat yang tradisional,
multimakna (UU.no 20 Tahun 2003 terarah (directed) atau terikat
tentang Sitem Pendidikan Nasional) (bounded), Tradisional karena telah
berlangsung sejak ratusan tahun
yang lalu, dimana selalu dituntut
adanya gedung dengan ruang kelas
yang dilengkapi dengan bangku dan
papan tulis, guru yang bertugas
mengajar, dan Siswa yang
dikelompokkan dalam tiap kelas dan
duduk berjajar dengan rapi. Terarah
karena segala sesuatu yang
diajarkan atau dipelajari telah
ditentukan arahnya, termasuk
tujuannya, isinya, dan jadwalnya
Terikat karena adanya aturan
tertentu yang harus diikuti seperti
lama waktu belajar.

Proses pembelajaran seharusnya Sistem pembelajaran saat ini masih


tidak 100% bergantung kepada guru bersifat konvensional dan tergantung
lagi (instructor dependent) tetapi pada pengajar artinya pengajar
lebih banyak terpusat kepada siswa sebagai sumber salam proses
(student-centered learning atau pembelajaran.
instructor independent). Pannen
(2005).
63

2. Analisis Permasalahan Yang Dihadapi

Dari beberapa data yang penulis dapat mengenai lokasi

yang sering menjadi tempat dilaksanakannya on the job training

bagi taruna/i diantaranya Makassar, Surabaya, Bali, Semarang,

dan lain sebagainya ternyata masih banyak personelnya yang

belum pernah mengikuti diklat OJTI bahkan di beberapa lokasi

tersebut belum sama sekali terdapat personil yang pernah

mengikuti diklat kompetensi OJTI tersebut padahal bandara

tersebut seringkali menjadi tempat OJT bagi taruna/i,

kekurangan personil menjadi salah satu hambatan bagi personil

tersebut untuk mengikuti diklat OJTI.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa dalam

pelaksanan diklat kompetensi khusunya diklat kompetensi on the

job training instructor faktor kesulitannya adalah dengan

kurangnya sumber daya manusia yang ada di bandara-bandara

di indonesia sehingga membuat pihak manajemen bandara

tersebut sulit untuk mengirimkan personilnya dalam mengikuti

diklat kompetensi di sekolah tinggi penerbangan indonesia selain

itu faktor jarak yang tidak dekat dan dana yang tidak sedikit yang

harus dikeluarkan untuk mengirimkan personelnya mengikuti

diklat kompetensi menjadi salah satu hambatan yang cukup


64

berat, biasanya itu disebabkan oleh Jumlah personel di bandara

biasanya tidak sesuai dengan ketentuan yang sudah di tetapkan.

Selain itu masih sangat sedikit personil ATC yang

mengetahui fungsi dan kegunaan dari diklat kompetensi OJTI,

karena kurangnya sosialisasi mengenai diklat tersebut.

Sedangkan dari faktor pendidikan di Jurusan Keselamatan

Penerbangan belum dapat mengembangkan sistem

pendidikannya karena sistem pembelajaran saat ini masih

bersifat konvensional dan masih tergantung pada pengajar yang

menjadi sumber dari proses pembelajarannya.

D. ALTERNATIF PEMECAHAN PERMASALAHAN

Dari uraian masalah diatas, penulis mencoba memberikan

pemecahan dari beberapa masalah yang ada,diklat On the Job

Training (OJT) Instructors 211 – INS BAS, dilaksanakan untuk

menghasilkan OJT instructors dengan dilengkapi pengetahuan

pada pendekatan sistematis untuk struktur On The Job Training

(OJT). Diklat ini disertai instructional and development skill, dengan

demikian dimungkinkan OJT instructor untuk melaksanakan

kewajiban yang berkaitan dengan pengawasan dan pelatihan yang

efektif.

Dari analisa data yang dilakukan diklat kompetensi di

jurusan keselamatan penerbangan khususnya diklat on the job

training instructor masih sulit dilaksanakan karena keterbatasan


65

personil yang ada di bandara,dan sumber daya manusia yang ada

masih kurang memadai sehingga sulitnya pihak bandara untuk

mengirimkan personilnya untuk mengikuti diklat kompetensi.

Dengan kondisi ini, penulis memberikan alternatif pemecahan

masalah yaitu sebuah metode pengajaran dengan berbasis

electronic learning bagi pendidikan kompetensi yang hanya

berjangka waktu singkat yang bertujuan untuk mempermudah

personel ATC di bandara yang sulit mengirimkan personilnya untuk

diklat kompetensi. Metode pengajaran menggunakan Media

pembelajaran electronic learning memberikan keleluasaan kepada

peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran sesuai dengan

metodenya sendiri tanpa harus mengikuti pembelajaran dari dosen/

instruktur. Dengan sistem electronic learning ini diharapkan

peserta didik lebih berkembang dan mudah memahami ilmu

pengetahuan maupun materi yang diberikan oleh pendidik kepada

peserta didik melalui sistem electronic learning. Dengan bebas

mengakses materi pelajaran yang ada ,pembelajaran sesuai sistem

electronic learning pastinya akan membuat peserta didik lebih

berkembang dan mempermudah peserta didik mengakses

dimanapun peserta didik berada tanpa harus meninggalkan tugas

dan pekerjaannya.

E. RANCANGAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS

ELECTRONIC LEARNING (E-LEARNING)


66

Teknologi megalami kemajuan pesat di segala bidang

termasuk di bidang pendidikan. Untuk itu metode pendidikan lama

atau konvensional menjadi kurang efektif karena terbentur masalah

ruang dan waktu. Maka dari itu metode e-learning menjadi

solusinya.

Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang

semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme

belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi suatu hal yang

memberikan banyak kemudahan dan manfaat bagi tiap-tiap

individu. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-

Learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi

pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi

(contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-Learning sudah

banyak diterima oleh masyarakat dunia.

E-Learning adalah metode pembelajaran jarak jauh (distance

Learning) yang memanfaatkan teknologi computer (karena itu

dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran

yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer assisted

learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu

utama computer)), jaringan komputer atau Internet E-Learning

memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di

tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi

mengikuti pelajaran di kelas. E-Learning sering pula dipahami


67

sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa

diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet.

Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan

secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi

secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-

Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan

sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD.

Keuntungan menggunakan metode pembelajaran e-learning

yang dapat kita peroleh diantaranya, yaitu :

1. menghemat waktu proses belajar mengajar,

2. mengurangi biaya perjalanan, menghemat biaya pendidikan

secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku),

3. menjangkau wilayah geografis yang lebih luas, melatih

pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu

pengetahuan.

konsep E-Learning (pembelajaran secara elektronik)

ataupun Distance Learning (Pembelajaran Jarak Jauh)

menggunakan konsep sistem belajar mengajar tidak terbatas

ruang dan waktu. Seorang pengajar dapat memberikan materi

kuliah dari mana saja. Begitu juga seorang siswa dapat mengikuti

kuliah dari mana saja. Bahkan proses kegiatan tes ataupun kuis

dapat dilakukan dengan jarak jauh. Seorang pengajar dapat

membuat materi soal ujian secara online dengan sangat mudah.

Sekaligus juga proses ujian atau kuis tersebut dapat dilakukan


68

secara online sehingga tidak membutuhkan kehadiran peserta ujian

dalam suatu tempat.

Dapat disimpulkan bahwa E-learning adalah sistem atau

konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam

proses belajar mengajar. Jadi teknologi informasi berperan besar di

sini.

Dalam membuat rancangan Penulis menggunakan suatu

aplikasi yaitu waterfall process model. Nama model ini sebenarnya

adalah “Linear Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan

“classic life cycle” atau model waterfall. Model ini muncul pertama

kali sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi

merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software

Engineering (SE). Model ini melakukan pendekatan secara

sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju

ke tahap analisis, desain, coding, testing / verification, dan

maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap

yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan

berjalan berurutan.

Tahapan menggunakan atau membuat rancangan dengan

menggunakan waterfall model ada lima tahapan yaitu :

1. System / Information Engineering and Modeling


69

Permodelan ini diawali dengan mencari kebutuhan dari

keseluruhan sistem yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk

software. Hal ini sangat penting, mengingat software harus dapat

berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti hardware,

database, dsb. Tahap ini sering disebut dengan Project Definition.

2. Software Requirements Analysis

Proses pencarian kebutuhan diintensifkan dan difokuskan

pada software. Untuk mengetahui sifat dari program yang akan

dibuat, maka para software engineer harus mengerti tentang

domain informasi dari software, misalnya fungsi yang dibutuhkan,

user interface, dsb. Dari 2 aktivitas tersebut (pencarian kebutuhan

sistem dan software) harus didokumentasikan dan ditunjukkan

kepada pelanggan.

3. Design

Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan

diatas menjadi representasi ke dalam bentuk “blueprint” software

sebelum coding dimulai. Desain harus dapat mengimplementasikan

kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya. Seperti

2 aktivitas sebelumnya, maka proses ini juga harus

didokumentasikan sebagai konfigurasi dari software.

4. Coding
70

Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah

komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi

bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa

pemrograman melalui proses coding. Tahap ini merupakan

implementasi dari tahap design yang secara teknis nantinya

dikerjakan oleh programmer.

5. Testing / Verification

Sesuatu yang dibuat haruslah diujicobakan. Demikian juga

dengan software. Semua fungsi-fungsi software harus diujicobakan,

agar software bebas dari error, dan hasilnya harus benar-benar

sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya.

6. Maintenance

Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di

dalamnya adalah pengembangan, karena software yang dibuat

tidak selamanya hanya seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja

masih ada errors kecil yang tidak ditemukan sebelumnya, atau ada

penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software tersebut.

Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari eksternal

perusahaan seperti ketika ada pergantian sistem operasi, atau

perangkat lainnya.

Dengan menggunakan waterfall model ini kita dapat

membangun sistim dengan konsep E-Learning (pembelajaran


71

secara elektronik) ataupun Distance Learning (Pembelajaran Jarak

Jauh). Dan rancangan model pembelajaran e-learning yang penulis

buat adalah sebagai berikut :

1. Login

Gambar 6. Halaman awal atau login

2. Register

Gambar 7. Halaman Register pendaftaran


3. Home
72

Gambar 8. Halaman Pengenalan


4. Short courses

Gambar 9. Macam-macam Short Course

5. Lesson

Gambar 10. Silabus Pelajaran


73

6. Evaliation

Gambar 11. Evaluasi Pelajaran

Gambar 12. Kuis Evaluasi


74

7. Examination

Gambar 13. Ujian Akhir Pembelajaran


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Program Studi Pemanduan Lalu Lintas Udara melaksanakan

pendidikan dengan menerapkan sistem pembelajaran

konvensional sehingga mengakibatkan sulitnya para personel

ATC yang berada di daerah untuk dapat mengupgrade jenjang

pendidikannya.

2. Belum ditetapkannya diklat kompetensi sebagai pendidikan

wajib yang harus diikuti oleh setiap personil ATC pada bandara-

bandara di Indonesia dan belum adanya sosialisasi resmi dari

pihak Direktorat Navigasi Penerbangan mengenai pentingnya

diklat kompetensi on the job training instructor bagi personel

ATC yang sudah bekerja di lapangan.

B. SARAN

1. Pengembangan metode e-learning untuk pendidikan dan

pelatihan kompetensi on-the-job training (ojt)

instructors,sehingga dapat dengan mudahnya pengaksesan

pendidikan kompetensi dari tempat personil ATC tersebut.

2. Diklat kompetensi On the job training instructor dijadikan

sebagai pendidikan wajib yang harus diikuti oleh personel ATC

yang termasuk ke dalam CASR 69.

75

Anda mungkin juga menyukai