Anda di halaman 1dari 6

Berlangganan

Masuk
Masukkan kata kunci pencarian...

logo Kompas.id


Riset›Berbagai Bentuk Tradisi...
Iklan

LEBARAN 2023

Berbagai Bentuk Tradisi Silaturahmi di Hari Idul Fitri


Merayakan Idul Fitri identik dengan silaturahmi. Berbagai bentuk acara dibuat
sebagai ajang silaturahmi, mulai dengan keluarga terdekat, keluarga besar,
tetangga, hingga teman sekolah dengan sajian hidangan khas.

Audio Berita
9 menit
Oleh
MB DEWI PANCAWATI
24 April 2023 10:57 WIB
·
6 menit baca
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin dan Ibu Hj Wury Ma’ruf Amin bersilaturahmi dengan
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara secara daring dari kediaman resmi Wapres, Jalan
Diponegoro, Jakarta, Sabtu (22/4/2023).
BPMI SETWAPRES
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin dan Ibu Hj Wury Ma’ruf Amin bersilaturahmi dengan
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara secara daring dari kediaman resmi Wapres, Jalan
Diponegoro, Jakarta, Sabtu (22/4/2023).

Hampir separuh penduduk Indonesia diprediksi melakukan pergerakan menuju kampung


halaman atau melakukan tradisi mudik pada Lebaran tahun ini. Tak lain dan tak bukan
dengan satu tujuan yang mendasar, yaitu silaturahmi.

Tradisi tahunan yang sudah mengakar pada masyarakat Indonesia ini rela ditempuh
meski dengan perjalanan jauh, bahkan harus menghadapi kemacetan dan hambatan
lainnya. Namun, akhirnya lelah itu terbayar sudah dengan datangnya hari kemenangan,
yaitu Idul Fitri 1444 Hijriah yang jatuh pada 22 April 2023, dan pastinya karena
bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halaman.

Tujuan mulia dari silaturahmi tergambar dari apa makna dari silaturahmi itu
sendiri. Hal ini terpotret dari hasil jajak pendapat Kompas yang diselenggarakan
pada 12-14 April 2023. Menurut hampir separuh responden jajak pendapat di 34
provinsi, silaturahmi mengandung makna untuk mempererat atau menyambung tali
persaudaraan atau pertemanan. Esensi lainnya yang hakiki dari silaturahmi saat Idul
Fitri adalah saling memaafkan kesalahan yang diakui 30,5 persen responden.

Oleh karena itu, perjumpaan fisik dengan orangtua, keluarga, dan kerabat untuk
bersilaturahmi di hari raya Idul Fitri begitu dirindukan. Hasil jajak pendapat juga
mencatat, meski teknologi sudah memfasilitasi untuk bisa bersilaturahmi secara
virtual dengan jarak yang jauh membentang, bertemu secara fisik untuk
bersilaturahmi, apalagi dengan orangtua, dirasa lebih mengena di hati. Empat dari
sepuluh responden mengungkapkan pendapat demikian.
Warga makan bersama seusai shalat Idul Fitri 1444 Hijriah dalam acara makan bersama
rakyat, yang digelar di area rumah dinas Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor
di Banjarmasin, Sabtu (22/4/2023). Pada Idul Fitri tahun ini Sahbirin Noor beserta
keluarga kembali menjamu warga Kalsel meskipun tidak menggelar <i>open house</i>.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Warga makan bersama seusai shalat Idul Fitri 1444 Hijriah dalam acara makan bersama
rakyat, yang digelar di area rumah dinas Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor
di Banjarmasin, Sabtu (22/4/2023). Pada Idul Fitri tahun ini Sahbirin Noor beserta
keluarga kembali menjamu warga Kalsel meskipun tidak menggelar open house.

Bentuk silaturahmi

Selaras dengan hal tersebut, jajak pendapat Kompas juga menangkap keinginan besar
responden untuk bersilaturahmi dengan lebih banyak orang. Tak dapat dimungkiri,
tiga tahun terakhir tradisi silaturahmi Lebaran dibatasi karena pandemi Covid-19.
Tahun lalu, meski sudah agak longgar, masih ada pembatasan. Bisa dimaklumi bila
euforia mudik tahun ini begitu besar setelah kebijakan pembatasan kegiatan
masyarakat dicabut dan kondisi pandemi semakin terkendali.

Terlihat dari hasil jajak pendapat, lebih dari separuh responden (55,6 persen)
mengungkapkan tradisi Idul Fitri yang akan dilakukan pada tahun ini adalah
mengadakan atau menghadiri halalbihalal dengan keluarga besar dalam satu
trah/keturunan. Bila Lebaran sebelumnya hanya bisa berkumpul dengan keluarga inti
atau keluarga dalam satu garis keturunan saja, maka tahun ini bisa mengumpulkan
keluarga yang lebih luas lagi, yang masih saling memiliki hubungan kekerabatan.
Tradisi yang sudah biasa dilakukan sebelum pandemi.

Bahkan, ada 13,7 persen responden yang akan mengadakan open house. Open house atau
gelar griya merupakan tradisi yang biasa dilakukan saat Lebaran, di mana tuan rumah
akan membuka rumahnya dan mengajak orang sekitar untuk berkunjung. Mulai dari
keluarga, kerabat, teman, kolega, hingga tetangga diharapkan akan datang berkunjung
sembari menjalin tali silaturahmi dan menikmati hidangan yang telah disiapkan.

Mudik juga menjadi ajang untuk reuni, salah satu bentuk silaturahmi dengan
mengadakan acara pertemuan kembali, misalnya dengan teman-teman sekolah dan juga
guru. Sekitar enam persen responden akan menghadiri reuni di kampung halaman. Reuni
ini biasanya diadakan setelah hari raya. Momentum Lebaran dipilih untuk mengadakan
reuni sekolah karena lebih mudah mengumpulkan teman-teman yang sudah merantau di
banyak kota.

Eks narapidana terorisme berbuka puasa saat acara silaturahmi bersama Detasemen
Khusus 88 Antiteror Polri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 7 April 2023.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Eks narapidana terorisme berbuka puasa saat acara silaturahmi bersama Detasemen
Khusus 88 Antiteror Polri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 7 April 2023.

Selain itu, sekitar 15 persen responden akan menghadiri halalbihalal acara adat di
kampung yang sudah menjadi tradisi turun-temurun. Bentuk lain dari silaturahmi yang
sudah membudaya. Indonesia kaya akan budaya di tiap daerah, termasuk beragam
tradisi merayakan hari raya Idul Fitri yang menjadi daya tarik dan kerinduan para
perantau untuk pulang ke kampung halaman.

Misalnya di Riau ada Batobo, tradisi unik Lebaran yang membuat kangen kampung
halaman, yaitu upacara sambutan khusus untuk para perantau yang kembali pulang
kampung. Dengan sambutan meriah, rombongan perantau yang mudik juga diantarkan
dengan diiringi pukulan rebana menuju masjid untuk buka puasa bersama di hari-hari
terakhir Ramadhan. Momentum ini menjadi ajang lepas rindu dengan keluarga dan
kerabat.
Di Sulawesi Utara ada tradisi Binarundak atau memasak nasi jaha bersama-sama, yaitu
nasi yang terbuat dari beras ketan, santan, dan jahe yang dimasukkan ke dalam
batang bambu yang telah dilapisi daun pisang. Batang bambu yang telah terisi adonan
kemudian dibakar dengan serabut kelapa, lalu disantap beramai-ramai oleh perantau
dan masyarakat setempat. Tradisi yang berlangsung selama tiga hari setelah Idul
Fitri ini juga menjadi sarana silaturahmi dan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.
Lalu, ada tradisi badulang di Belitung, yaitu tradisi makan bersama dalam satu
tampah yang ditutup dengan tudung saji untuk empat orang saat Lebaran. Sajian dalam
tampah berisi lauk, nasi, dan sayur yang tidak boleh dibuka tudung sajinya sebelum
dimulai. Dan, masih banyak tradisi Lebaran lainnya yang membuat rindu perantau
untuk pulang.Berlangganan
Masuk
Masukkan kata kunci pencarian...

logo Kompas.id


Riset›Berbagai Bentuk Tradisi...
Iklan

LEBARAN 2023

Berbagai Bentuk Tradisi Silaturahmi di Hari Idul Fitri


Merayakan Idul Fitri identik dengan silaturahmi. Berbagai bentuk acara dibuat
sebagai ajang silaturahmi, mulai dengan keluarga terdekat, keluarga besar,
tetangga, hingga teman sekolah dengan sajian hidangan khas.

Audio Berita
9 menit
Oleh
MB DEWI PANCAWATI
24 April 2023 10:57 WIB
·
6 menit baca
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin dan Ibu Hj Wury Ma’ruf Amin bersilaturahmi dengan
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara secara daring dari kediaman resmi Wapres, Jalan
Diponegoro, Jakarta, Sabtu (22/4/2023).
BPMI SETWAPRES
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin dan Ibu Hj Wury Ma’ruf Amin bersilaturahmi dengan
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara secara daring dari kediaman resmi Wapres, Jalan
Diponegoro, Jakarta, Sabtu (22/4/2023).

Hampir separuh penduduk Indonesia diprediksi melakukan pergerakan menuju kampung


halaman atau melakukan tradisi mudik pada Lebaran tahun ini. Tak lain dan tak bukan
dengan satu tujuan yang mendasar, yaitu silaturahmi.

Tradisi tahunan yang sudah mengakar pada masyarakat Indonesia ini rela ditempuh
meski dengan perjalanan jauh, bahkan harus menghadapi kemacetan dan hambatan
lainnya. Namun, akhirnya lelah itu terbayar sudah dengan datangnya hari kemenangan,
yaitu Idul Fitri 1444 Hijriah yang jatuh pada 22 April 2023, dan pastinya karena
bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halaman.

Tujuan mulia dari silaturahmi tergambar dari apa makna dari silaturahmi itu
sendiri. Hal ini terpotret dari hasil jajak pendapat Kompas yang diselenggarakan
pada 12-14 April 2023. Menurut hampir separuh responden jajak pendapat di 34
provinsi, silaturahmi mengandung makna untuk mempererat atau menyambung tali
persaudaraan atau pertemanan. Esensi lainnya yang hakiki dari silaturahmi saat Idul
Fitri adalah saling memaafkan kesalahan yang diakui 30,5 persen responden.

Oleh karena itu, perjumpaan fisik dengan orangtua, keluarga, dan kerabat untuk
bersilaturahmi di hari raya Idul Fitri begitu dirindukan. Hasil jajak pendapat juga
mencatat, meski teknologi sudah memfasilitasi untuk bisa bersilaturahmi secara
virtual dengan jarak yang jauh membentang, bertemu secara fisik untuk
bersilaturahmi, apalagi dengan orangtua, dirasa lebih mengena di hati. Empat dari
sepuluh responden mengungkapkan pendapat demikian.

Warga makan bersama seusai shalat Idul Fitri 1444 Hijriah dalam acara makan bersama
rakyat, yang digelar di area rumah dinas Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor
di Banjarmasin, Sabtu (22/4/2023). Pada Idul Fitri tahun ini Sahbirin Noor beserta
keluarga kembali menjamu warga Kalsel meskipun tidak menggelar <i>open house</i>.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Warga makan bersama seusai shalat Idul Fitri 1444 Hijriah dalam acara makan bersama
rakyat, yang digelar di area rumah dinas Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor
di Banjarmasin, Sabtu (22/4/2023). Pada Idul Fitri tahun ini Sahbirin Noor beserta
keluarga kembali menjamu warga Kalsel meskipun tidak menggelar open house.

Bentuk silaturahmi

Selaras dengan hal tersebut, jajak pendapat Kompas juga menangkap keinginan besar
responden untuk bersilaturahmi dengan lebih banyak orang. Tak dapat dimungkiri,
tiga tahun terakhir tradisi silaturahmi Lebaran dibatasi karena pandemi Covid-19.
Tahun lalu, meski sudah agak longgar, masih ada pembatasan. Bisa dimaklumi bila
euforia mudik tahun ini begitu besar setelah kebijakan pembatasan kegiatan
masyarakat dicabut dan kondisi pandemi semakin terkendali.

Terlihat dari hasil jajak pendapat, lebih dari separuh responden (55,6 persen)
mengungkapkan tradisi Idul Fitri yang akan dilakukan pada tahun ini adalah
mengadakan atau menghadiri halalbihalal dengan keluarga besar dalam satu
trah/keturunan. Bila Lebaran sebelumnya hanya bisa berkumpul dengan keluarga inti
atau keluarga dalam satu garis keturunan saja, maka tahun ini bisa mengumpulkan
keluarga yang lebih luas lagi, yang masih saling memiliki hubungan kekerabatan.
Tradisi yang sudah biasa dilakukan sebelum pandemi.

Bahkan, ada 13,7 persen responden yang akan mengadakan open house. Open house atau
gelar griya merupakan tradisi yang biasa dilakukan saat Lebaran, di mana tuan rumah
akan membuka rumahnya dan mengajak orang sekitar untuk berkunjung. Mulai dari
keluarga, kerabat, teman, kolega, hingga tetangga diharapkan akan datang berkunjung
sembari menjalin tali silaturahmi dan menikmati hidangan yang telah disiapkan.

Mudik juga menjadi ajang untuk reuni, salah satu bentuk silaturahmi dengan
mengadakan acara pertemuan kembali, misalnya dengan teman-teman sekolah dan juga
guru. Sekitar enam persen responden akan menghadiri reuni di kampung halaman. Reuni
ini biasanya diadakan setelah hari raya. Momentum Lebaran dipilih untuk mengadakan
reuni sekolah karena lebih mudah mengumpulkan teman-teman yang sudah merantau di
banyak kota.

Eks narapidana terorisme berbuka puasa saat acara silaturahmi bersama Detasemen
Khusus 88 Antiteror Polri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 7 April 2023.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Eks narapidana terorisme berbuka puasa saat acara silaturahmi bersama Detasemen
Khusus 88 Antiteror Polri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 7 April 2023.

Selain itu, sekitar 15 persen responden akan menghadiri halalbihalal acara adat di
kampung yang sudah menjadi tradisi turun-temurun. Bentuk lain dari silaturahmi yang
sudah membudaya. Indonesia kaya akan budaya di tiap daerah, termasuk beragam
tradisi merayakan hari raya Idul Fitri yang menjadi daya tarik dan kerinduan para
perantau untuk pulang ke kampung halaman.

Misalnya di Riau ada Batobo, tradisi unik Lebaran yang membuat kangen kampung
halaman, yaitu upacara sambutan khusus untuk para perantau yang kembali pulang
kampung. Dengan sambutan meriah, rombongan perantau yang mudik juga diantarkan
dengan diiringi pukulan rebana menuju masjid untuk buka puasa bersama di hari-hari
terakhir Ramadhan. Momentum ini menjadi ajang lepas rindu dengan keluarga dan
kerabat.

Di Sulawesi Utara ada tradisi Binarundak atau memasak nasi jaha bersama-sama, yaitu
nasi yang terbuat dari beras ketan, santan, dan jahe yang dimasukkan ke dalam
batang bambu yang telah dilapisi daun pisang. Batang bambu yang telah terisi adonan
kemudian dibakar dengan serabut kelapa, lalu disantap beramai-ramai oleh perantau
dan masyarakat setempat. Tradisi yang berlangsung selama tiga hari setelah Idul
Fitri ini juga menjadi sarana silaturahmi dan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.

Lalu, ada tradisi badulang di Belitung, yaitu tradisi makan bersama dalam satu
tampah yang ditutup dengan tudung saji untuk empat orang saat Lebaran. Sajian dalam
tampah berisi lauk, nasi, dan sayur yang tidak boleh dibuka tudung sajinya sebelum
dimulai. Dan, masih banyak tradisi Lebaran lainnya yang membuat rindu perantau
untuk pulang.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/iNgWvFQQ8JJla7EwA_AnVaYYp2g=/1024x2955/https
%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F04%2F17%2F5526737b-caea-447d-
b25a-5b0fab2bd1c0_png.png
Makanan khas

Momen hari raya juga identik dengan makan bersama keluarga dan kerabat. Berbagai
hidangan khas Lebaran disajikan, seperti ketupat yang menjadi simbol perayaan Idul
Fitri, juga ada opor ayam, rendang, gulai, dan menu pelengkap lainnya. Sebanyak 26
persen responden mengaku menyiapkan menu nasional yang popular khas Lebaran
tersebut.

Namun, menu Lebaran khas masing-masing ada banyak ragamnya. Tujuh dari sepuluh
responden menyiapkan menu khas daerah masing-masing untuk sajian Lebaran tahun ini.

Baca juga Kompaspedia: Merayakan Lebaran dengan Ragam Makanan Khas Nusantara

Pada perayaan Lebaran di ”Kota Serambi Mekkah”, Aceh, akan ditemukan bebek gulai
kurma yang selalu tersedia sebagai hidangan. Kuliner khas Lebaran dari ”tanah
Rencong” ini berisi potongan daging bebek yang dimasak bersama rempah-rempah dan
daun pandan, daun temurui, serai, serta kuah santan.

Berikutnya, ada ayam bumbu anam, yaitu opor ayam khas Palembang. Ini menjadi menu
wajib sajian setiap hari raya Idul Fitri tiba yang disantap bersama ketupat. Ada
pula ayam gagape dari Makassar. Setiap Lebaran, ayam gagape akan terhidang di meja
makan sebagai jamuan bagi keluarga dan para tamu. Masakan tradisional ini dibuat
dari olahan ayam dengan perpaduan bumbu khas Sulawesi. Ciri khas ayam gagape
terlihat dari tambahan kelapa parut sangrai dalam olahannya.

Masyarakat berpiknik di area taman Monumen Nasional, Jakarta Pusat, pada Minggu
(23/4/2023). Setelah mengadakan silaturahmi dengan kerabat, sejumlah warga
mengunjungi tempat wisata untuk liburan Lebaran.
REBIYYAH SALASAH
Masyarakat berpiknik di area taman Monumen Nasional, Jakarta Pusat, pada Minggu
(23/4/2023). Setelah mengadakan silaturahmi dengan kerabat, sejumlah warga
mengunjungi tempat wisata untuk liburan Lebaran.
Sementara di Madura, sajian khas Lebaran berbeda dengan daerah lain. Masyarakat
Madura lebih suka memeriahkan momentum Lebaran dengan hidangan dari ikan, salah
satu yang paling terkenal adalah kella pate. Kella pate merupakan makanan Lebaran
dengan bahan utama potongan ikan tenggiri yang digoreng dan dimasak dengan kuah
santan.

Selain menyiapkan hidangan yang disajikan saat Lebaran, tradisi mengirim hamper
atau hantaran dalam bentuk makanan kepada tetangga, teman, atau kerabat masih
dilakukan. Bahkan, tradisi saling berkirim makanan ini di daerah masih begitu
kental dan dilakukan turun-temurun. Sekitar sembilan persen responden jajak
pendapat Kompas mengaku masih menjalankan tradisi ini.

Baca juga: Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan dalam Sepotong Ketupat

Bali mempunyai tradisi membagikan makanan kepada tetangga sebagai bentuk terima
kasih. Namanya ngejot yang artinya memberi. Tradisi ini menjadi perwujudan dari
bentuk toleransi dan keharmonisan agama di Bali.

Oleh karena itu, kemeriahan perayaan Idul Fitri juga diikuti dan dinikmati oleh
pemeluk agama lainnya. Dari responden yang non-Muslim, sebanyak 67,4 persen mengaku
akan ikut merayakan Idul Fitri dan melakukan silaturahmi dengan keluarga, tetangga,
teman, dan kerabat yang merayakan.

Pantai Ancol, Jakarta, dipadati oleh warga yang berlibur pada Minggu (23/4/2023).
Pada hari kedua Lebaran 2023, Pantai Ancol dipadati warga untuk berlibur.
FAKHRI FADLURROHMAN
Pantai Ancol, Jakarta, dipadati oleh warga yang berlibur pada Minggu (23/4/2023).
Pada hari kedua Lebaran 2023, Pantai Ancol dipadati warga untuk berlibur.

Namun sayang, 47,3 persen responden sudah abai dengan penerapan protokol kesehatan
(prokes) dengan mengaku tidak akan menerapkan prokes 3M lagi saat berkumpul dengan
banyak orang pada acara silaturahmi selama libur Lebaran tahun ini, karena
menganggap Covid-19 sudah tidak ada lagi. Hanya13 persen yang masih tetap tertib
dengan prokes 3M. Sementara 29 persen hanya akan tertib dalam penggunaan masker dan
28 persen masih tertib sering menggunakan hand sanitizer atau mencuci tangan saja.

Perilaku masyarakat terhadap prokes ini perlu menjadi catatan, mengingat kasus
Covid-19 belum tuntas. Data Kementerian Kesehatan per 22 April 2023 mencatat ada
752 tambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Bahkan, dalam seminggu terakhir
tambahan kasus tertinggi sebanyak 1.343 kasus pada tanggal 18 April 2023. Dengan
kondisi seperti ini masyarakat harus tetap waspada supaya momen silaturahmi di hari
Idul Fitri tahun ini membuat situasi Covid-19 tetap terkendali. (LITBANG KOMPAS)

Anda mungkin juga menyukai