Httprepository Poltekkes-Denpasar Ac id74993Bab20II PDF
Httprepository Poltekkes-Denpasar Ac id74993Bab20II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir kurang 2500 gram atau sama dengan 2500
gram disebut premature. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi
tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan
mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan lahir saja, tetapi
2. Klasifikasi BBLR
mengelompokkannya yaitu :
badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa
2) Dismaturitas: Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
c. Panjang badan kurang dari 46 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar
d. Rambut lanugo (rambut halus dan tipis yang muncul pada kulit janin dan
g. Genitalia belum sempurna seperti pada bayi perempuan labio minora belum
tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol, pada bayi laki –laki testis belum
h. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakkannya lemah
i. Verniks kaseosa (sejenis lemak yang menyerupai keju dan membantu untuk
melindungi janin) tidak ada atau sedikit (Proverawati dan Ismawati, 2012).
Berat Badan Lahir Rendah (Bayi Berat Lahir Rendah) adalah bayi yang
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Penyebab Bayi Berat Lahir
Rendah sangat kompleks. Bayi Berat Lahir Rendah dapat disebabkan oleh
8
kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk bayi kurang bulan adalah bayi yang
lahir sebelum umur 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup
melawan infeksi, dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat (Proverawati dan
Ismawati, 2012).
Bayi kecil masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan
baik di dalam kandungan selama kehamilan. Ada 3 kelompok bayi yang termasuk
bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu KMK lebih bulan, KMK cukup bulan,
dan KMK kurang bulan. Bayi yang cukup bulan kebanyakkan mampu bernafas
dan menghisap dengan baik. Sedangkan bayi KMK kurang bulan kadang
BBLR disebabkan oleh dua faktor utama yaitu kelahiran prematur (usia
Kelahiran prematur disebabkan oleh banyak faktor yang berkaitan erat dengan
hubungan yang kompleks antara fetus, plasenta, uterus, dan faktor maternal.
Apabila terjadi suatu gangguan atau kelainan pada salah satu faktor diatas, maka
meliputi fetus yaitu gawat janin dan kehamilan ganda, faktor plasenta yaitu
disfungsi plasenta, plasenta previa, dan solusio plasenta. Faktor maternal yaitu
9
preeklampsia, penyakit kronis (ginjal, jantung) dan infeksi. Faktor lain seperti
Faktor penyebab IUGR yakni adanya gangguan pada faktor ibu, janin, dan
plasenta yang menyebabkan gangguan perfusi uterus – plasenta dan nutrisi janin.
Perfusi yang tidak baik, letak plasenta yang abnormal, hipertensi dalam kehamilan,
karakteristik dari maternal, malnutrisi pada ibu, indeks masa tubuh ibu rendah dapat
menyebabkan BBLR.
Sebuah teori yang menjadi penyebab dari IUGR adalah penurunan produksi
hormon insulin atau gangguan pada level reseptor insulin ( Insulin-like growth
factor / IGF). Hal ini terjadi terutama pada bayi yang memiliki defek pada reseptor
IGF-1 , hipoplasia pankreas, dan diabetes neonatus sementara. Defek pada reseptor
insulin.
IUGR terbagi menjadi dua yakni IUGR simetris dan IUGR asimetris. IUGR
dan berat badan bayi. Sedangkan pada IUGR asimetris, lingkar kepala bayi dalam
batas normal, namun ukuran panjang dan berat badan bayi terganggu. IUGR
asimetris adalah tipe yang paling sering ditemukan. Tipe ini memiliki persentase
10
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan Bayi Berat Lahir
a. Faktor obstetrik
1) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik hidup maupun
mati. Resiko terjadinya BBLR pada ibu yang pernah melahirkan anak empat kali
prematur, riwayat BBLR, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan
3) Hipertensi gestasional
140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu, tanpa disertai adanya
maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat karena kejadian eklampsia dapat
11
b. Sosial demografi
1) Usia ibu
Usia ibu adalah waktu hidup ibu bersalin sejak lahir sampai hamil. Saat
terbaik untuk seorang wanita hamil adalah saat usia 20-35 tahun, karena pada usia
2) Gizi hamil
Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil akan berdampak pada berat
pertumbuhan bayi setelah kelahiran. Situasi status gizi ibu hamil sering
digambarkan melalui prevalensi anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada
ibu hamil.
status ekonomi tinggi dan tinggal di perkotaan. Keluarga bayi dengan status
ekonomi rendah mempunyai risiko BBLR sebesar 1,33 kali dibandingkan keluarga
4) Status pernikahan
yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilan sehingga
12
tidak mengurusi kehamilannya sehingga dapat kekurangan nutrisi dan
menyebabkan BBLR. Ibu dengan kehamilan di luar nikah berpeluang 1,8 kali
5) Pendidikan
mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya termasuk mencegah
ekonomi dalam konteks kesehatan, dimana tingkat pendidikan yang rendah dapat
1) Gangguan metabolisme
Salah satu penyakit gangguan metabolisme yang sering dialami oleh ibu
hamil yaitu diabetes mellitus (DM). Pada ibu yang mengalami diabetesmeliitus,
akan bocor keluar ke urin. Seiring dengan memburuknya fungsi ginjal, kebocoran
protein akan menimbulkan retensi cairan dan ginjal makin tidak efisien dalam
faktor komplikasi yang sering terjadi jika ibu hamil sudah mengalami fungsi ginjal
13
2) Faktor ayah
Faktor ayah yang mempengaruhi terjadinya BBLR adalah tinggi badan dan
3) Kebiasaan
meminum minuman yang mengandung alkohol, pecandu obat jenis narkotika, dan
peningkatan risiko melahirkan kecil masa kehamilan atau berat bayi lahir <2500
gram, rokok, dan obat-obat terkait, alcohol, kokain, kafein yang dikonsumsi
2014).
6. Karakteristik BBL
laki-laki. Hal ini karena grafik petumbuhan janin perempuan lebih lambat dari
janin laki- laki sehingga pada usia kehamilan yang sama, janin perempuan lebih
b. Kelainan Kongenital
janin sejak saat pembuahan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan congenetal
umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil untuk masa kehamilan.
Sebuah penelitian terhadap 13.000 bayi dengan anomaly structural yang berat,
malformasi, semakin rentan menjadi kecil masa kehamilan. Hal ini terbukti pada
14
janin abnormalita kromosom atau yang mengalami malformasi kardiovaskular
c. Kehamilan Gemelli
Berat badan bayi pada kehamilan gemelli lebih ringan daripada berat
badan bayi kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan bayi
pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada bayi kehamilan
melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan
zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia
dan penyakit defisiensi lain, sehingga bayi lahir kecil. (Rohan, 2013).
d. Komplikasi BBLR
a) Asfiksia
sempurna, otot pernafasan yang masih lemah, dan tulang iga yang mudah
Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh BBLR yang kecil, kurang energi,
lemah, lambungnya kecil, dan tidak dapat menghisap dengan kuat. (Momeni,
2017).
c) Hiperbilirubinemia
pada tubuh. Hal tersebut dapat ditemukan dalam keadaan dimana terjadi
15
peningkatan penghancuran sel darah merah (eritrosit) yang berkisar 80-90 hari, dan
kadar zat besi yang tinggi dalam eritrosit. (Radis, Glover, 2012).
“gasping” dalam uterus. Selain itu, mekonuim akan dilepaskan ke dalam likour
amnion seperti yang sering terjadi pada “subacute fetal distress”. Akibatnya, cairan
yang mengandung mekonuiim yang lengket itu masuk ke dalam paru janin
karena inhalasi. Pada saat lahir bayi akan menderita gangguan pernafasan yang
Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga alveoli selalu
alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggal pada pernafasan
sianosis, dan pada paru terjadi atelektasis dan akhirnya terjadi aksudasi fibrin dan
c) Hipoglikemia simtomatik
tetapi mungkin sekali disebabkan persediaan glikogen yang sangat kurang pada
16
B. Karakteristik Ibu
adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lain, tabiat, watak. Karakteristik seseorang merupakan sifat yang
pendapatan, jumlah anak, dan jumlah keluarga dalam rumah tangga yang
2. Paritas
2011) paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup yaitu kondisi yang
a. Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak sama sekali.
b. Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak pertama, yang
c. Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu
lebih.
dengan paritas (< 3 anak) sebanyak 47,8 % yang mengalami kejadian BBLR. Faktor
paritas sering dihubungkan dengan kejadian BBLR terjadi karena sistem reproduksi
17
ibu sudah mengalami penipisan akibat dari sering melahirkan. Status paritas yang
tinggi dapat meningkatkan risiko kejadian BBLR dan bayi lahir mati, hal tersebut
terjadi karena semakin tinggi status paritasnya maka kemampuan rahim untuk
penyaluran nutrisi antara ibu dan janin terganggu yang akhirnya dapat
mengakibatkan BBLR.
terganggunya kandungan nutrisi pada janin untuk kehamilan berikutnya yang dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan pada janin sehingga akan terlahir bayi dengan
kondisi BBLR (Agustin et al., 2018). Rahim akan menjadi semakin melemah karena
persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah yang
sebelumnya. Paritas yang tinggi akan memberikan risiko tinggi terhadap janin,
yaitu menimbulkan bayi yang tidak sehat. Kelahiran anak kedua atau ketiga,
umumnya aman bagi seorang wanita, sedangkan kelahiran anak yang lebih dari
empat harus diwaspadai, kemungkinan akan terjadi persalinan yang buruk karena
terlalu banyak anak, rahim ibu yang semakin lemah yang akan membahayakan
janin dan ibu . Semakin sering proses melahirkan maka organ-organ reproduksi
18
3. Riwayat obstetrik buruk
prematur, riwayat BBLR, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan
riwayat komplikasi saat hamil dengan kejadian BBBL dengan p-value = 0,047
(<0,05) yang artinya bermakna signifikan secara statistik. Besar asosiasi atau nilai
PR yang didapat adalah 2,123 (95% CI 0,999-4,529), artinya ibu yang memiliki
riwayat komplikasi saat hamil berisiko 2,123 kali lebih besar dibandingkan dengan
ibu yang tidak memiliki riwayat komplikasi saat hamil untuk melahirkan anak
dengan penelitian ini yaitu pada analisis statistik didapat nilai p = 0,009 (<0,05)
yang bermakna signifikan dan nilai asosiasi 2,5 yang artinya ibu yang ada riwayat
komplikasi saat hamil memiliki risiko 2,5 kali melahirkan anak dengan BBLR
dibandingkan ibu yang tidak ada riwayat komplikasi saat hamil. Ibu yang memiliki
BBLR sebesar 3,675 kali. Semakin banyak ibu mengalami komplikasi kehamilan
19
maka akan semakin tinggi risiko kelahiran bayi dengan BBLR karena kesehatan
sering terjadi saat masa kehamilan maupun juga saat persalinan. Konsekuensi dari
4. Hipertensi gestasional
140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu, tanpa disertai adanya
maka diperlukan pengawasan yang lebih ketat karena kejadian eklampsia dapat
disebabkan oleh hipertensi akan mengakibatkan aliran darah uterus dan lesi
yang berdifusi melalui sel sinsitiotrofolas dan sitotrofoblas ke dalam sirkulasi janin
ke dalam plasenta.
hormon juga terganggu dengan menurunnya fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang
menurun menyebabkan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke janin menjadi tidak lancar,
20
Hasil penelitian yang dilakukan Prasetyowati (2014), yang meneliti
hubungan hipertensi gestasional dengan bayi berat lahir rendah didapatkan nilai p
= 0,05 yang artinya ada hubungan antara hipertensi gestasional dengan bayi berat
lahir rendah. Penelitian Julia (2016), diperoleh p = 0,00 yang dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ibu hipertensi dengan kejadian
berat badan lahir rendah (BBLR) dan nilai OR dengan Confidence Interval (CI)
sebesar 95% memiliki peluang 3,225 kali lebih besar untuk melahirkan bayi berat
lahir rendah. Hipertensi gestasional mengakibatkan masalah pada ibu hamil seperti
intra uterine growth restriction (IUGR) dan hipoksia karena penurunan perfusi
(IUGR).
5. Usia
semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggungjawab, lebih tertib, lebih
bermoral, lebih berbakti dari usia muda. Usia ibu yang menjadi indikator dalam
Usia dibagi menjadi berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) dan tidak berisiko
(20 – 35 tahun). Pada usia<20 tahun organ reproduksi belum berfungsi sempurna
sehingga terjadi persaingan memperebutkan gizi untuk ibu yang masih dalam tahap
21
perkembangan dengan janin. Pada usia >35 tahun kematangan organ reproduksi
umur ibu tidak berhubungan dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan oleh Kristiana, Noni dan Juliansyah, Elvi (2017)
yang mengungkapkan bahwa hasil penelitian yang didapat yaitu ibu yang memiliki
umur tidak berisiko terhadap kejadian BBLR lebih banyak dibandingkan ibu yang
Penyulit kehamilan pada usia remaja lebih tinggi dibandingkan antara usia
20-35 tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk
premature (preterm), berat badan lahir rendah dan kelainan bawaan, kegururan,
mudah menjadi infeksi, keracunan kehamilan. (Manuaba, 2012). Umur ibu >35
tahun kurangnya fungsi reproduksi dan masalah kesehatan seperti anemia dan
(Manuaba,2012).
Usia ibu merupakan faktor risiko pertama yang termasuk dalam Tujuh
Terlalu dan Tiga Pernah. Tujuh Terlalu adalah primi tua, primi tua sekunder, umur
>35 tahun, grande multi, anak terkecil <2 tahun, tinggi badan rendah <145 cm
dan berat badan <45 kg.Tiga Pernah adalah riwayat obstetrik jelek, persalinan
22
dengan infus transfusi, uri manual, tindakan pervaginam, bekas operasi Caesar
(Sarwono, 2014).
(Prawiroardjo, 2014). Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat
kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun. Usia seorang wanita pada saat hamil
sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang
perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi
(Manuaba, 2012).
perhatian yang optimal. Penyulit pada kehamilan lebih tinggi muncul dibandingkan
usia reproduksi sehat. Keadaan ini disebabkan karena belum matangnya alat
kadang juga muncul, karena ketidaksiapan mental dan jiwa yang belum matang.
masalah baru seperti penghasilan yang terbatas, putus sekolah, putus kerja dan nilai
gizi yang relatif rendah. Dampak kehamilan dengan usia dibawah 20 tahun
mempunyai risiko:
23
3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.
4) Gangguan persalinan
5) Preeklampsi
6) Perdarahan antepartum.
kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya
gizi selama kehamilan. Sedangkan umur diatas 35 tahun terkait dengan kemunduran
dan penuruhan daya tahan buh serta berbagai penyakit yang menimpa pada usia ini.
Semakin tua umur ibu makan akan terjadi kemunduran yang progresif dari
terutama setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita
dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal
atau abnormal. Bayi yang lahir dari wanita yang hamil di usia 35 tahun atau lebih
lahir, jaga asupan nutrisi, control kenaikan berat badan serta olahraga yang teratur
(Notoatmodjo, 2014)
24
Faktor umur sangat mempengaruhi kelainan bawaan pada bayi, makin tua
seorang perempuan untuk hamil maka kemungkinan besar akan terjadi kecacatan
pada bayi salah satu nya down syndrome. Maka dari itu, Bidan sangat diharapkan
memberikan pertimbangan kepada ibu untuk tidak hamil pada umur diatas 35 tahun
( Manuaba, 2012).
6. Status Gizi
Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil akan berdampak pada berat
pertumbuhan bayi setelah kelahiran. Situasi status gizi ibu hamil sering
digambarkan melalui prevalensi anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada
ibu hamil.
BBLR sebesar 3,327 kali lebih tinggi dapi pada ibu hamil yang tidak anemia.
Penelitian (Yi et al., 2013) menyatakan bahwa anemia saat kehamilan berhubungan
kurang dari normal. Hemoglobin ini dibuat di dalam sel darah merah, sehingga
anemia dapat terjadi baik karena sel darah merah mengandung terlalu sedikit
hemoglobin maupun karena jumlah sel darah yang tidak cukup. Ibu hamil yang
menderita anemia menyebabkan kurangnya suplai darah pada plasenta yang akan
25
jumlah plasma darah dan sel darah merah yang dapat dilihat dalam bentuk
penurunan kadar hemoglobin. Hal ini akan mempengaruhi oksigen ke rahim dan
itu, anemia akan meningkatan risiko pendarahan selama persalinan dan membuat
asupan oksigen dalam tubuh karena kurangnya hemoglobin. Sehingga janin akan
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang- kunang, dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Untuk menegakkan diagnose
kehamilan dapat dilakukan pemeriksaan kadar Hb. Hasil pemeriksaan kadar kadar
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Dengan ditandai berat badan kuang dari 40 kg atau tampak kurus dan
dengan lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (Kemenkes, 2020).
Penelitian (Hariani et al., 2019) menyatakan bahwa ibu hamil dengan KEK
berpeluang 2,4 kali lebih besar melahirkan bayi BBLR. Hal ini sesuai dengan teori
26
yang menyatakan secara umum bahwa berat badan selama kehamilan berpengaruh
terhadap hasil dari berat lahir bayi, wanita yang berat badan hamilnya kurang akan
memiliki risiko tinggi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Hasil penelitian
Sumiaty & Restu, (2016) melaporkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara
status gizi ibu hamil (berdasarkan pengukuran LILA) dengan kejadian BBLR
karena jika kebutuhan energi dan protein tidak terpenuhi pada ibu hamil
Fajriana & Buanasita (2016) tentang faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian bayi berat lahir rendah di kecamatan semampir surabaya diketahui bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara LiLA dengan kejadian BBLR, selain itu
diketahui juga bahwa ibu yang tergolong KEK berisiko 6,6 kali lebih besar untuk
mengalami BBLR.
bahwa tidak ada hubungan antara KEK pada ibu hamil trimester III dengan BBLR
dan tidak ada hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian anemia
pada anak.
7. Pendidikan
yang melahirkan bayi berat lahir rendah berdasarkan Pendidikan lebih banyak
terjadi pada ibu yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 7 orang (36,8%), kemudian
SMP yaitu sebanyak 6 orang (31,6%), SMA yaitu sebanyak 5 orang (26,3%) dan
paling sedikit terjadi pada perguruan tinggi yaitu sebanyak 1 orang (5,3%).
27
signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian BBLR Pendidikan adalah
signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian BBLR (p= 0,562).
BBLR antara lain penyakit selama kehamilan, jarak kehamilan yang terlalu dekat
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pendidikan ibu yang rendah
dengan kebiasaan hidup yang tidak menunjang gaya hidup seperti makanan yang
tidak bergizi (hanya karbohidrat, sedikit sayur, sedikit daging) dan banyaknya
pantangan makanan ibu hamil oleh peraturan adat istiadat nenek moyang sehingga
jika ibu kurang gizi bayi yang dilahirkan BBLR. Makanan yang tidak bergizi
membuat berat badan ibu hamil tidak mengalami peningkatan atau tetap dan
perilaku akan pola hidup, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
28
semakin mudah menerima informasi (Notoatmodjo, 2014). Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dibagi menjadi tiga jenjang
yaitu
a. Pendidikan Dasar
diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar atau sederajat dan tiga tahun
b. Pendidikan Menengah
kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Lama
pendidikan yaitu tiga tahun, bentuk satuan pendidikan menengah terdiri atas:
c. Pendidikan Tinggi
29
8. Pekerjaan
bekerja sebanyak 54,2% yang mengalami kejadian BBLR, sedangkan yang bekerja
sebanyak 6,7% yang mengalami kejadian BBLR. Ibu memiliki persepsi bahwa
luar rumah. Ibu yang bekerja diluar rumah seperti pegawai negeri maupun swasta
faktor risiko dari pekerjaan mereka dengan melakukan pencegahan secara dini.
yang melahirkan bayi berat lahir rendah berdasarkan pekerjaan ibu lebih banyak
pada kelompok yang tidak bekerja yaitu sebanyak 18 orang (94,7%), dan paling
Pekerjaan mempengaruhi status gizi ibu hamil. Ibu yang tidak bekerja tidak
sehingga dengan asupan gizi yang baik akan terjadi penambahan berat badan
normal berdasarkan indeks massa tubuh ibu sebelum hamil. Ibu yang mempunyai
status gizi kurang disebabkan karena ibu yang sibuk dengan pekerjaannya tanpa
disertai asupan gizi yang lebih dari biasanya sehingga penambahan berat badan ibu
kurang dari normal. Ibu yang bekerja pada saat hamil kurang memperhatikan
janinnya karena ibu tidak cukup istirahat dan kemungkinan asupan gizi pada saat
30
9. Kebiasaan merokok
a. Pengertian rokok
Rokok adalah benda yang memberi efek santai dan sugesti lebih jantan bagi
bahaya bagi kesehatan individu maupun masyarakat. Rokok adalah salah satu
produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap, dan atau dihirup
termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
b. Kategori perokok
1) Perokok pasif
Perokok pasif adalah jenis perokok yang secara langsung menghisap asap
rokok yang biasanya dikeluarkan oleh jenis perokok aktif, dalam hal ini perokok
pasif mendapatkan bahaya jauh lebih besar dari pada perokok aktif (Syafrudin,
2011).
2) Perokok aktif
Perilaku tidak merokok adalah perilaku yang tidak merokok selama satu
bulan. Rumah tangga yang tidak merokok adalah rumah tangga dimana tidak ada
anggota rumah tangga umur 15 tahun keatas yang merokok di dalam rumah setiap
31
a. Bahaya rokok
peningkatan resiko untuk kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, solusio plasenta,
plasenta previa, keguguran, lahir mati, lahir prematur, berat badan lahir rendah,
kecil untuk usia kehamilan dan bawaan anomali seperti bibir sumbing (WHO,
2013). Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan tidak hanya bagi si perokok aktif,
pada setiap individu yang tidak merokok, termasuk janin yang sudah ada dalam
kandungan. Paparan asap rokok terus-menerus dan berkepanjangan oleh ibu hamil
Studi yang dilakukan oleh Mostafa (2011) asap rokok yang berada di dalam
Asap rokok dapat melekat pada pakaian, dan peralatan yang ada di dalam ruangan.
Pada saat ruangan terbuka dan mendapat hembusan udara maka toksin akan
kembali ke udara sekitarnya. Hal ini menyebabkan wanita yang tinggal serumah
dengan anggota keluarga yang merokok, akan terpapar oleh asap rokok dan secara
tidak langsung akan menjadi perokok pasif. Asap rokok sangat berbahaya bagi
perokok pasif dimana asap rokok dari perokok aktif yang terhirup lima kali lebih
banyak mengandung gas karbon monoksida dan empat kali lebih banyak
kehamilan, kemungkinan bayi akan mengalami cacat lahir baik ringan maupun
berat. Asap rokok juga merupakan penyebab mutasi gen karena produk beracun
32
berbahaya memasuki tubuh seorang perempuan hamil melalui merokok aktif.
ektopik, ganguan perkembangan otak, berat badan lahir rendah, gangguan tekanan
darah pada anak, labiopalatoschisis, leukemia dan kanker lainnya pada anak,
mutasi genetik pada anak, asma dan gangguan pernafasan lainnya pada anak,
gangguan penglihatan pada anak, retardasi mental dan gangguan tumbuh kembang
33