Laporan Pendahuluan BBLR
Laporan Pendahuluan BBLR
Oleh :
HAYANI
14420232135
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……………………………...) (……………………………….)
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau
“lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak
memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde),
terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi
berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
1 50- 65
2 100
3 125
7. 4 150 Pemeriksaan
penunjang
5 160
a. 6 175
Jumlah sel
darah putih:
7 200
18000/mm3,
14 225
neutrophil
21 175 meningkat
28 150 sampai
23000-
24000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
d. Bilirubin total: 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari,
dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
8. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Apnea of prematuruty.
j. Anemia
9. Prognosis
Prognosis BBLR yaitu:
a. Gangguan perkembangan.
b. Gangguan pertumbuhan.
c. Gangguan penglihatan (retionopati).
d. Gangguan pendengaran.
e. Penyakit paru kronis.
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
c. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema
kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia
gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan
baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32;
komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas
atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28;
komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz
menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit
kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi
secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema.
Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian
telapak. Kuku mungkin pendek.
f. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
2. Diagnose Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan hambatan pada neonates
(prematuritas)
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient
d. Termogulasi tidak efektif berhubungan dengan infeksi
e. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer
f. Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan yang
abnormal
3. Intervensi
Diagnose Kriteria Hasil Intervensi
a. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif keperawatan selama 3x8 jam Observasi
berhubungan diharapkan pola nafas membaik 1. Monitor pola nafas
dengan imaturitas dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas tambahan
neurologis 1. Gerakan mata membaik Terapeutik
2. Pola nafas membaik 1. Lakukan penghisapan lendir kurang
3. Frekuensi nafas membaik dari 15 detik
4. Denyut jantung apical 2. Berikan oksigen, jika perlu
membaik Kolaborasi
5. Denyut jantung radialis 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
membaik ekspektoran, mukolitik, jika perlu
6.
b. Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan Edukasi nutrisi bayi
efektif keperawatan selama 3x8 jam Observasi
berhubungan diharapkan menyusui tidak 1. Identifikasi kesiapan dan
dengan hambatan efektif membaik dengan kemampuan ibu menerima informasi
pada neonates kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan ibu
(prematuritas) 1. Berat badan meningkat menyediakan nutrisi
2. Panjang badan meningkat Terapeutik
3. Kulit kuning menurun 1. Sediakan materi dan media
4. Sklera kuning menurun pendidikan kesehatan
5. Membrane mukosa 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
kuning menurun sesuai kesepakatan
6. Bayi cengeng menurun 3. Berikan kesempatan ibu untuk
7. Kesulitan makan bertanya
menurun Edukasi
8. Pola makan membaik 1. Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar
9. Proses tumbuh kembang (misalnya bayi gelisah, membuka
dengan penurunan diharapkan icterus neonatus 1. Identifikasi kondisi awal bayi setelah
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
5. Evaluasi
D. PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA
Arda Darmi. 2015. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Ruangan PNC RSUD Kota Makassar.
Depkes RI, (2003) .Program Penangulangan Gizi Pada Wanita Umur Subur
(WUS),Direktorst gizi masyarakat dan Binkesmas: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi
1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI