Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan Anak

Oleh :

HAYANI
14420232135

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………………………...) (……………………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2024
A. Konsep Medis
1. Definisi BBLR
Berat badan merupakan hasil pengukuran antropometri yang paling
sering dilakukan dan sangat berguna untuk mengetahui apakah bayi lahir
dengan berat badan normal atau mengalami Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (Depkes RI, 2003).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu kondisi di mana
berat bayi yang baru lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi (Arda, 2015). BBLR di bedakan menjadi 2 kategori yaitu beyi
berat lahir rendah karena premature, (Umur kehamilan kurang dari 37
minggu) atau BBLR karena Intrauterina Growth Retardation (IUGR)
yaitu bayi cukup bulan tetapi memilki berat badan kurang untuk ukuran
berat badan normal pada umumnya (Depkes RI,2003)
2. Klasifikasi BBLR
BBLR diklasifikasikan atas dua bagian yaitu berdasarkan berat
badan bayi dan usia kehamilan. Berdasarkan berat badan bayi adalah
sebagai berikut :
a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan lahir 1.500 - 2.500 gram
b. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan 1.000-1.500 gram
c. Bayi Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi
yang lahir dengan berat kurang dari 1.000 gram (Arda, 2015).
BBLR berdasarkan usia kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Prematuritas murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia
kehamilan.
b. Dismaturitas yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan untuk usia kehamilan, yang berada di bawah persentil
berat pada kurva pertumbuhan intrauterin. Biasanya disebutkan
dengan bayi kecil untuk kehamilan (Arda, 2015).
3. Etiologi
Menurut teori ada bebrapa factor-faktor penyebab Bayi Berat Badan
Lahir Rendah
a. Faktor ibu
1) Status gizi ibu hamil
Status gizi sangat berpengaruh terhadap ibu hamil untuk
pertumbuhan janin dalam kandungan. Karena apabila status gizi
buruk saat sebelum atau selama hamil akan memberikan dampak
pada anak yakni BBLR, dapat juga menghambat pertumbuhan otak
janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir akan mudah
terkena infeksi, abortus, dan lainnya. Sehingga sebelum atau
selama kehamilan, ibu sebaiknya memeriksakan diri secara berkala
agar baik ibu maupun janin dapat sehat dan lahir dengan baik.
2) Sosial ekonomi rendah
Kejadian tertinggi terhadap golongan sosial ekonomi yang
terendah, disebabkan oleh keadaan gizi dan pengawasan yang
kurang baik. Namun hal ini tidak dapat dijadikan acuan karena,
pada ekonomi yang baikpun masih dapat terjadi BBLR. Kondisi
sosial ekonomi yang kurang dapat mempengaruhi kecukupan
asupan nutrisi bagi ibu selama hamil dan dapat juga menurunkan
kualitas lingkungan sosial di sekitar ibu hamil. Hasil Riskesdas
(2010), menunjukkan bahwa menurut tingkat pendidikan dan
status sosial ekonomi terdapat kecenderungan semakin tinggi
tingkat pendidikan dan status ekonomi, semakin rendah persentase
berat badan lahir <2500 gram.
3) Paritas
Pada umumnya BBLR meningkat sesuai dengan meningkatnya
paritas ibu. Dimana paritas primipara, yaitu wanita yang pernah
melahirkan bayi dengan berat jenis di atas 2500 gram pada umur
kehamilan 37 sampai 42 minggu memiliki risiko 1,32 kali lebih
besar untuk terjadi BBLR. Paritas yang berisiko yaitu paritas nol
yaitu ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari empat. Dimana
komplikasi-komplikasi yang akan muncul pada ibu golongan
paritas tinggi akan mempengaruhi perkembangan janin. Hal ini
disebabkan karena adanya gangguan plasenta dan sirkulasi darah
ke janin, sehingga pertumbuhan bayi terhambat.
4) Kelainan bentuk uterus /serviks incompeten
Keadaan ini dapat menjadi faktor pemicu terjadinya kelahiran
premature karena berkaitan dengan kontraksi uterus. Keadaan ini
dihubungkan dengan kejadian premature dengan kelainan uterus
karena kelainan bentuk tersebut dapat menjadi suatu keadaan yang
membuat perkembangan bayi menjadi tidak normal dan menjadi
pencetus untuk terjadinya kelahiran premature, walaupun keadaan
ini jarang terjadi. Serviks inkompeten dapat juga menjadi
penyebab abortus selain partus preterm.
5) Penyakit menahun/diderita ibu
Apabila ibu menderita suatu penyakit, maka akan
mempengaruhi janin yang ada dalam kandungannya, sehingga
diperlukan pengawasan dan pemeriksaan yang ketat serta khusus.
Adapun penyakit yang dapat memperburuk ibu maupun janin yaitu
hipertensi kronik, diabetes, asma, dll.
b. Faktor obstetric
1) Kehamilan ganda
Kehamilan ganda atau gemelli dapat membawa risiko bagi
janin, bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan
kehamilan kembar memerlukan perawatan yang khusus. Pada
kehamilan kembar ini, berat badan janin dapat lebih rendah
dibandingkan kehamilan tunggal walaupun umur gestasi sama
antara ibu yang hamil kembar dengan ibu yang hamil tunggal.
Semakin banyak jumlah bayi, maka semakin besar pula derajat
reterdasi pertumbuhan. Derajat reterdasi pertumbuhan lebih besar
jika dua atau lebih janin berasal dari ovum tunggal daripada jika
setiap janin berasal dari ovum yang berbeda.
2) Komplikasi kehamilan
Komplikasi yang dapat atau sering terjadi selama kehamilan
ibu ialah KPD, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio
plasenta), HDK dengan atau tanpa edema pretibial, ancaman
persalinan premature dan infeksi berat dalam kehamilan.
a) Ketuban pecah dini: merupakan penyebab persalinan
prematur dimana ketuban pecah sebelum waktunya. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan ini dapat disebabkan karena
infeksi selama janin berada dalam rahim ibu.
b) Hipertensi dalam kehamilan : hipertensi pada ibu hamil
cenderung akan mempengaruhi timbulnya uteroplacental
insufficiency yang menyebabkan kekurangan zat asam
(anorexia) pada janin dalam masa sebelum atau sewaktu
dilahirkan yang dapat menyebabkan kematian perinatal dan
BBLR.
c. Faktor janin dan plasenta
1) Infeksi dalam rahim, kelainan kromsom, dan cacat bawaan
Cacat bawaan yang terjadi dapat membuat persalinan menjadi
premature, keguguran, lahir mati, atau kematian pada bayi setelah
persalinan pada minggu pertama. Kelainan ini berkontribusi
sebesar 20% terhadap kematian BBLR. Kelainan ini dapat terjadi
karena kebiasaan atau gaya hidup ibu yang mengkonsumsi
alkohol atau obat-obatan serta infeksi sebelum atau pada saat
hamil. Bayi yang mengalami kelainan congenital berisiko 2,4 kali
untuk lahir BBLR.
2) Polihidramnion
Merupakan keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi
2000 cc, pada keadaan normal banyak air ketuban dapat mencapai
1000 cc dan akan menurun setelah minggu ke-38 sehingga hanya
tinggal beberapa ratus cc saja. Keadaan ini sangat berbahaya bagi
ibu dan anak, karena dapat membuat uterus renggang sehingga
menyebabkan partus premature.
3) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
Pertumbuhan janin terhambat dapat terjadi karena
pemasokan oksigen dan makanan kurang adekuat dan hal inipun
dapat mendorong untuk dilakukannya terminasi kehamilan lebih
dini. Terdapat dua bentuk:
a) Proportionate IUGR; janin yang menderita distress yang
lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggi sampai bulan sebelum bayi lahir, sehingga berat,
panjang, dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang
tetapi keseluruhan masih dibawah masa gestasi sebenarnya.
b) Disproportionate IUGR: dapat terjadi akibat distress sub akut
dan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum
janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.
4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,
terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang
pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-
paru pada dasarnya kecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya
sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian.
Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan
absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua
bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi
lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet
rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam
absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami
rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain
yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature
meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi
premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga
bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi
dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang
normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau
kehilangan panas dalam tubuh
5. Manifestasi klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

a. Berat kurang dari 2500 gram


b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
a. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
b. Nadi 100 – 140 kali / menit
6. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut :

a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator

b. Mempertahankan suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam


mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat
tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara
0
seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 C, bagi bayi yang berat
sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang
dari 2000 gram

c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau
“lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.

d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan

e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system
imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak
memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan
semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.

f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde),
terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi
berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.

g. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB

1 50- 65

2 100

3 125

7. 4 150 Pemeriksaan
penunjang
5 160

a. 6 175
Jumlah sel
darah putih:
7 200
18000/mm3,
14 225
neutrophil
21 175 meningkat
28 150 sampai
23000-
24000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).

b. Hematocrit (Ht): 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih


menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal / prinatal)
c. Hemoglobin (Hb): 15-20gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolysis berlebihan).

d. Bilirubin total: 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari,
dan 12mg/dl pada 3-5 hari.

e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah


kelahiran rata-rata 40-50mg/dl meningkat 60-70mg/dl pada hari ketiga.

f. Pemantauan elekrolit (Na, K, CI): biasanya dalam batas normal pada


awalnya.

g. Pemeriksaan analisa gas darah

8. Komplikasi

Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Apnea of prematuruty.
j. Anemia

9. Prognosis
Prognosis BBLR yaitu:
a. Gangguan perkembangan.
b. Gangguan pertumbuhan.
c. Gangguan penglihatan (retionopati).
d. Gangguan pendengaran.
e. Penyakit paru kronis.
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

B. Konsep Legal Etik


Konsep legal etik menurut Rohmatika, (2020) yaitu:
1. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya
2. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain
dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya
3. Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain)
kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan
kerugian atau cideraPrinsip :Jangan membunuh, menghilangkan nyawa
orang lain, jangan menyebabkab nyeri ataupenderitaan pada orang lain,
jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaanorang lain
4. Confidentiality (hak kerahasiaan)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi
tentang pasien/klien yang dipercayakanpasien kepada perawat
5. Justice (keadilan)
a. kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang
b. Perkataan adil sendiri berarti tidakmemihak atau tidak berat sebelah
6. Fidelity (loyalty/ketaatan/menepati janji)
a. Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab
terhadapkesepakatan yang telah diambil
b. Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak
hanya pada satuprofesi)
c. 80% kebutuhan pasien dipenuhi perawat
d. Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku
e. Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan
yang disepakati
7. Veracity (kejujuran)
a. Kewajiban untuk mengatakan kebenaran
b. Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-
consent
c. Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu
mengutarakan kebenaran
8. Respect (hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas
normal (120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
b. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).

c. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema
kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia
gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan
baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32;
komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas
atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28;
komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz
menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
e. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit
kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi
secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema.
Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian
telapak. Kuku mungkin pendek.
f. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. Diagnose Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan hambatan pada neonates
(prematuritas)
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient
d. Termogulasi tidak efektif berhubungan dengan infeksi
e. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer
f. Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan yang
abnormal
3. Intervensi
Diagnose Kriteria Hasil Intervensi
a. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif keperawatan selama 3x8 jam Observasi
berhubungan diharapkan pola nafas membaik 1. Monitor pola nafas
dengan imaturitas dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas tambahan
neurologis 1. Gerakan mata membaik Terapeutik
2. Pola nafas membaik 1. Lakukan penghisapan lendir kurang
3. Frekuensi nafas membaik dari 15 detik
4. Denyut jantung apical 2. Berikan oksigen, jika perlu
membaik Kolaborasi
5. Denyut jantung radialis 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
membaik ekspektoran, mukolitik, jika perlu
6.
b. Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan Edukasi nutrisi bayi
efektif keperawatan selama 3x8 jam Observasi
berhubungan diharapkan menyusui tidak 1. Identifikasi kesiapan dan
dengan hambatan efektif membaik dengan kemampuan ibu menerima informasi
pada neonates kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan ibu
(prematuritas) 1. Berat badan meningkat menyediakan nutrisi
2. Panjang badan meningkat Terapeutik
3. Kulit kuning menurun 1. Sediakan materi dan media
4. Sklera kuning menurun pendidikan kesehatan
5. Membrane mukosa 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
kuning menurun sesuai kesepakatan
6. Bayi cengeng menurun 3. Berikan kesempatan ibu untuk
7. Kesulitan makan bertanya
menurun Edukasi
8. Pola makan membaik 1. Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar
9. Proses tumbuh kembang (misalnya bayi gelisah, membuka

membaik mulut, menghisap jari atau tangan)


2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3. Anjurkan tetap memberikan ASI saat
bayi sakit

c. Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Pemantauan nutrisi

berhubungan keperawatan selama 3x8 jam Observasi

dengan diharapkan deficit nutrisi 1. Identifikasi faktor yang


ketidakmampuan membaik dengan kriteria hasil : mempengaruhi asupan gizi
mengabsorbsi 1. Berat badan membaik 2. Identifikasi perubahan berat badan
nutrient 2. Tebal lipatan kulit 3. Identifikasi kemampuan menelan
membaik 4. Identifikasi kelainan rongga mulut
3. Indeks massa tubuh 5. Monitor warna konjungtiva

membaik 6. Monitor hasil laboratorium


Terapeutik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antropometrik komposisi tubuh
(indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran lipatan kulit)
3. Hitung perubahan berat badan
4. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan proses pemantauan
kepada ibu atau keluarga bayi
2. Informasikan hasil pemantauan pada
ibu atau keluarga bayi
d. Termogulasi tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan bayi
efektif keperawatan selama 3x8 jam Observasi
berhubungan diharapkan termogulasi 1. Monitor tanda-tanda vital bayi
dengan berat badan membaik dengan kriteria hasil : Terapeutik
ekstrem 1. Menggigil menurun 1. Mandikan bayi dengan suhu ruangan
2. Dasar kuku sianotik 21-24oC
menurun 2. Memandikan bayi dalam waktu 5-10
3. Suhu kulit menurun menit dan 2 kali dalam sehari
4. Frekuensi nadi menurun 3. Rawat tali pusat secara terbuka (tali
5. Pengisian kapiler menurun pusat tidak dibungkus apapun)
6. Piloereksi menurun 4. Bersihkan pangkal tali pusat lidi
kapas yang telah diberi air matang
5. Kenakan popok bayi dibawah
umbilicus jika tali pusat belum
terlepas
6. Lakukan pemijatan bayi
7. Ganti popok bayi jika basah
8. Kenakan pakaian bayi dari bahan
katun
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui sesuai
kebutuhan bayi
2. Ajarkan ibu cara merawat bayi
dirumah

e. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Manajemen imunisasi atau vaksin


berhubungan keperawatan selama 3x8 jam Observasi
dengan diharapkan risiko infeksi 1. Identifikasi kontra indikasi pemberian
ketidakadekuatan menurun dengan kriteria hasil : imunisasi (misalnya reaksi anafilaksis
pertahanan tubuh 1. Kemampuan ibu mencari terhadap vaksin sebelumnya dan atau
primer informasi tentang faktor sakit parahdengan atau tanpa demam)
risiko meningkat 2. Identifikasi status imunisasi setiap
2. Kemampuan kunjungan ke pelayanan kesehatan
mengidentifikasi faktor Terapeutik
risiko meningkat 1. Berikan suntikan pada bayi bagian
3. Kemampuan melakukan paha anterolateral
strategi kontrol resiko 2. Dokumentasikan informasi vaksin
meningkat (misalnya, nama produsen, tanggal
4. Kemampuan menghindari kadaluarsa)

faktor risiko meningkat 3. Jadwalkan imunisasi pada interval


waktu yang tepat
4. Edukasi
5. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang
terjadi, jadwal dan efek samping
6. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
7. Informasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan pemerintah
(misalnya, influenza, pneumokokus)
8. Informasikan penyediaan layanan
pecan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis

f. Ikterik neonatus Setelah dilakukan tindakan Perawatan neonatus

berhubungan keperawatan selama 3x8 jam Observasi

dengan penurunan diharapkan icterus neonatus 1. Identifikasi kondisi awal bayi setelah

berat badan yang membaik dengan kriteria hasil : lahir

abnormal 1. Elastisitas meningkat 2. Monitor tanda vital bayi


2. Perfusi jaringan meningkat Terapeutik
3. Kerusakan jaringan 1. Lakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
menurun segera setelah bayi lahir
4. Pertumbuhan rambut 2. Berikan vitamin K 1mg intramuskuler
membaik untuk mencegah perdarahan
3. Mandikan bayi dengan air hangat
4. Oleskan baby oil untuk
mempertahankan kelembaban kulit
5. Rawat tali pusat secara terbuka
6. Selimuti untuk mempertahankan
kehangatan dan mencegah hipotermia
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui bayi tiap 2
jam
2. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi

4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan

yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka

membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan

dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan

kesehatan. (Zaidin Ali, 2014)

5. Evaluasi

Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil

menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari

tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap

tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan,

dan evaluasi itu sendiri. (Zaidin Ali, 2014)

D. PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA
Arda Darmi. 2015. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Ruangan PNC RSUD Kota Makassar.

Depkes RI, (2003) .Program Penangulangan Gizi Pada Wanita Umur Subur
(WUS),Direktorst gizi masyarakat dan Binkesmas: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Nurafif, Amin Huda. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose


NANDA . Mediaction: Jogjakarta.
Rohmatika, Monika. 2020. Aspek Legal etik.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi
1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Zaidin, Ali. 2014. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai