Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan
menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan. Tersebarnya agama
dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia berpengaruh luas dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, diantaranya dalam bidang berikut ini :
1. Kepercayaan
2.Sosial
Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial
masyarakat. Misalnya dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta.
3.Ekonomi
4.Kebudayaan
5. Agama
6. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala
suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir
kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
7. Arsitektur
8. Bahasa
9. Sastra
a. Candi
Candi yang bersifat Budha, bercorak budha, bermitologi budha, bernuansa arsitektur buadan
ajaran budha :
-Candi Simping
-Candi Rimbi, terletak di Mojokerto
-Candi Panggih
-Candi Surawana, terletak di Kediri
-Candi Tigawangi, terletak di Par
-Candi Kalicilik, terletak di Blitar
-Candi Jabung, terletak di Kraksaan,Probolinggo
-Candi Pari, terletak di Poro
-Candi Tikus, terletak di Mojokerto
-Candi Brahu, terletak di Mojokerto
-Candi Panataran, terletak di Blitar
-Candi Sukuh, terletak di Karanganyar. Candi ini menunjukan unsure Jawa asli.
-Candi Samentar, terletak di Blitar
Yupa (batu bertulis) Peniggalan Kerajaan Kutai- Prasasti Canggal (732 M), Prasasti
Kalasa (778M), Prasasti Karang Tengah (824 M), Prasasti Argapura (963 M), Merupakan
Sumber Sejarah yang mengungkapkan Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno.- Tujuh Prasasti
Peninggalan Kerajan Taruma Negara, 5 ditemukan di Bogor, 1 di Cilincing, dan 1 di Lebak
Banten, yaitu Prasasti Ciaterun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Cianten, dan Prasasti Lebak.-
Prasasti Anjuk Ladang berangka tahun 937 M sumber Sejarah yang mengungkapkan
keberadaan Mpu Sindok (raja pertama Medang dan pendiri Dinasti Isyana ). Prasasti-prasasti
sebagai sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, Berangka padatahun 684-775 M,
Antara lain P. Kedudukan Bulat, P. Talang Tuwo , P. Telayu Batu Kecil , P.Kota , P.Karang
Berahi.
c. Pertirtaan
-Petirtaan Jalatunda, terletak di lereng barat Gunung Pananggungan. Dibangun pada masa
pemerintahan Raja Airlangga
-Pertirtaan Belahan, terletak di lereng timur Gunung Pananggungan. Dibangun pada masa
pemerintahan Raja Airlangga
-Pertirtaan di Candi Tikus, terletak di Trowulan, Mojokerto
-Petirtaan Gua Gajah, terletak di Gianyar, Bali
-Petirtaan Tirta Empul. Terletak di desa Manukaya, Tampaksiring, Bali.
d. Benteng
Istana kerajaan umumnya dibangun di balik benteng yang kua tBenteng ada 2 macam, yaitu :
-Benteng Buatan, dibangun dengan sengajaberwujud tembok, parit yang dalam dan ebar
-Benteng alam, yamg berwujud sungai ataupegunungan. Contoh benteng alam adalah
-benteng yang terdapat di Bukit Ratu Boko yangdikenal dengan nama Candi Ratu Boko.
Candiini dibangun oleh Balaputradewa.
e. Gapura
Kori Agung, yaitu berupa bangunan seperti candi yang di tengahnya terdapat pintu untuk
keluar masuk. Contoh Kori Agung, antara lain :Candi Jedong, Candi Plumbangan, dan Candi
Bajang Ratu.
Berupa Relief- Relief adalah hasil seni pahat sebagai pengisi bidang pada dinding candi
a.Cerita ramayana, pada dinding serambi atas candi sywa dan candi brahmana
b.Carita kresnayana, pada pagar candi wisnu
c.Relief candi jajaghu, mamuat cerita kresnayana, partayajna, kunjarakarna. 1 kalikita jumpai
punokawan.
d.Relief candi surowono, memuat cerita arjuna wiwaha, adegan sri tanjung yang dibunuh
oleh si dapaksa.
e.Relief candi panataran, memuat cerita ramayana, kresnayana.
3.SENI PATUNG
1.Arca Aksobhya, sikap bumi sparcamudr /tangan sentuh bumi sebagai saksi, hadaptimur
2.Arca Ratnasambhawa, sikap waramudra/memberi anugerah, selatan.
3.Arca Amitaba, sikap dayana mudra/bersemedi, barat
.4.Arca Amogasidhi, sikap abaya mudra/tangan menentramkan,utara.
5.Arca Wairicana, sikap darmacakara mudra /tangan memutar roda darma,di dalam stupa
4.SENI SASTRA
B. Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha
1. Kutai
Di daerah Kutai, Kalimantan Timur, bukti itu berupa tujuh buah prasasti berbentuk
yupa. Yupa ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti itu dibuat kira-kira
pada abad ke-5 Masehi. Kerajaan Kutai di Hulu sungai Mahakam. Pendiri kerajaan itu
bernama Kudungga, dipastikan bukanlah sebuah nama Hindu, namun asli nusantara. Prasasti-
prasasti itu sendiri dibuat untuk memuliakan Raja Kutai yang ketiga, Mulawarman. Prasasti
yang menyebutkan bahwa raja tersebut telah memberikan sumbangan berupa 20.000 ekor
sapi kepada para Brahmana.
2. Tarumanegara
Kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat dan kedua di nusantara ialah Tarumanegara.
Kerajaan ini terletak di antara sungai Cisadane dan sungai Citarum pada abad ke-5 Masehi.
Catatan para pengelana Cina yang singgah di Jawa seperti kisah Fa-Shien mengenai sebuah
kerajaan yang bernama To-lo-mo (Tarumanegara). Tang dan Sung menyebutkan bahwa
kerajaan tersebut beberapa kali mengirimkan utusannnya ke Cina.
3. Kalingga
Dalam sebuah berita Cina yang berasal dari seorang biksu Budha bernama I-Tsing,
pada pertengahan abad ke-7 terdapat sebuah kerajaan bernama Holing atau Kalingga di
daerah Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang ratu bernama Sima.
Pemerintahannya sangat keras, namun adil dan bijaksana.
4. Melayu
Melayu merupakan salah satu kerajaan terkuat di nusantara. Banyak ahli sejarah yang
memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di daerah Sungai Batanghari, Jambi.
Banyaknya peninggalan kuno seperti candi dan arca yang ditemukan di sana. Pada masa
pemerintahan dinasti Tang, dilaporkan bahwa pada tahun 644 dan 645 utusan dari negeri
Moloyeu (Melayu) membawa hasil bumi. Pengelana Cina I-Tsing kemudian melaporkan
bahwa pada abad ke-7 kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Sriwijaya. Nama Melayu baru
muncul kembali pada abad ke-12 ketika kerajaan Singasari melancarkan ekspedisi. Pemelayu.
Melayu mengalami masa kejayaan pada pemerintahan raja Adityawarman. Menurut catatan
pada arca Manjusti di Candi Jago, Jawa Timur, bahwa Aditya warman membantu Gajah
Mada menaklukkan pulau Bali.
5. Sriwijaya
Sriwijaya pertama kali dijumpai di dalam Prasasti Kota Kapur dari pulau Bangka.
Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan di Sumatera Selatan yang berpusat di Palembang. Pada
tahun 671, seorang biksu Budha bernama I-Tsing menceritakan bahwa ketika ia pergi dari
Kanton ke India, ia singgah terlebih dahulu di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar tata
bahasa Sansekerta. Kerajaan Sriwijaya juga diperkuat oleh penemuan beberapa prasasti yang
semuanya ditulis dengan Pallawa dalam bahasa Melayu Kuno. Prasasti Kedukan Bukit,
Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, dan Karang Berahi.
6. Mataram Kuno
Kerajaan Mataram berada di wilayah Sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan
Solo di Jawa Tengah. Kerajaan ini dapat diketahui dari prasasti Canggal. Prasasti Belangka
tahun 732 M menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana, diteruskan
oleh keponakannya, Sanjaya. Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam
pembangunan candi Agama Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukkan bagi Agama Budha
antara lain candi Borobudur yang dibangun oleh Samaratungga dari dinasti Syailendra. Candi
Hindu yang dibangun antara lain candi Roro Jongrang di Prambanan yang dibangun oleh
Raja Pikatan.
Keluarga Raja Warmadewa muncul pertama kali pada tahun 914. Hal itu diketahui
dalam prasasti dari Sanur yang dikeluarkan oleh Sri Kesariwarmedewa.
8. Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas di Jawa Timur. Kerajaan
ini dibangun oleh Mpu Sendok yang sebelumnya memerintah kerajaan Mataram Kuno di
Jawa Tengah. Di tempat barunya ini Mpu Sendok mendirikan sebuah dinasti yang bernama
Isyana.
9. Kediri
10. Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok setelah dia berhasil mengalahkan Kediri.
Riwayat Ken Arok sendiri tidak banyak diketahui karena namanya tidak dikenal dalam
prasasti. Dalam kitab Pararaton dan Negarakertagama, ia dikatakan berasal dari sebuah
keluarga biasa dari desa Pungkur. Melalui bantuan pendeta bernama Danghyang Lohgawe, ia
kemudian berhasil bekerja pada Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Tertarik oleh
isteri sang akuwu yang cantik bernama Ken Dedes, Ken Arok kemudian membunuh Tunggul
Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring. Setelah itu ia menikahi Ken Dedes
yang saat itu sedang mengandung. Kisah tragedi Anusapati, anak yang dikandung Ken Dedes
dari Tunggul Ametung, mengetahui tragedi yang menimpa ayahnya. Ia kemudian membunuh
ayah tirinya itu dengan keris yang telah membunuh ayah kandungnya dan mengambil alih
tahta kerajaan.
11. Majapahit
Pada tahun 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh Tanca. Tahta kerajaan kemudian
diwakilkan kepada puterinya, Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan). Selama
pemerintahan ratu tersebut, kemelut politik masih muncul. Hal tersebut terlihat dengan
adanya pemberontakan Sadeng pada tahun 1331. Pemberontakan tersebut berhasil
dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai balasan atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi
Mangkubumi (Perdana Menteri). Pada saat dilantik, Gajah Mada mengucapkan suatu sumpah
terkenal yang disebut sebagai Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu, Gajah Mada bertekad
untuk tidak berhenti beristirahat sampai seluruh nusantara dipersatukan di bawah panji
Majapahit. Tribhuwanatunggadewi menduduki tahta selama 22 tahun dan kemudian
menyerahkan tahta Majapahit kepada puteranya Hayam Wuruk. Hayam Wuruk menjadi raja
dengan gelar Sri Rajasanegara. Pemerintahannya berlangsung selama 39 tahun, ia didampingi
oleh Gajah Mada sebagai patihnya. Di bawah duet Sri Rajasanegara dan Gajah Mada,
persatuan nusantara perlahan-lahan dapat diwujudkan meskipun sempat diwarnai keributan
dengan adanya peristiwa Bubat. Peristiwa yang menewaskan Maharaja Sunda Padjajaran
yang bernama Sri Bhaduga dan Dyah Pitaloka, puterinya yang menjadi calon permaisuri
Hayam Wuruk. Peristiwa ini meretakkan Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Hayam Wuruk
sangat memperhatikan kehidupan agama. Ia berusaha mempersatukan tiga aliran agama, yaitu
Budha, Siswa dan Wisnu. Kerukunan hidup beragama di Majapahit dilukiskan oleh Mpu
Tantular dalam bukunya Sutasoma dengan kalimat “Bhineka Tunggal Eka”. Beberapa
pujangga besar yang hidup pada masa tersebut adalah Mpu Prapanca dengan karyanya kitab
Negarakertagama dan Mpu Tantular dengan karyanya Arjuna Wiwaha. Kematian Gajah
Mada pada tahun 1364, yang disusul oleh wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389
menyebabkan kemunduran besar bagi Majapahit.
C. Pengaruh dan Warisan Kebudayaan Hindu – Budha