Anda di halaman 1dari 4

1.

Term pada hakikatnya terbagi menjadi banyak jenis, sebut dan jelaskan 3
dari macam term tersebut sertakan juga contohnya! 
2. Jelaskan dan berikan contoh bentuk sesat pikir (logical fallacy)!
Bagaimana agar terhindar dari logical fallacy!

JAWABAN :

1.)1. Term Berdasarkan Konotasi.


Berdasarkan konotasi term atau isi yang dikandung oleh term itu, maka dapat
dibedakan antara term konkret dan term abstrak. Di samping itu keduanya ada
yang berada dalam lingkungan hakekat dan ada yang berada dalam lingkungan
sifat. Dalam logika perlu diperhatikan, bagaimana memandang suatu realitas
dengan menggunakan term yang mengandung konsep konkrit dan term yang
mengandung konsep abstrak. Suatu realitas merupakan keseluruhan, realitas
berdiri sebagai subyek dan mempunyai berbagai sifat. Contoh :
 Term konkrit : wanita cantik. Hal tersebut menunjukkan suatu realitas, yaitu
wanita dengan sifat wajahnya yang cantik. Konsep atau pengertian yang
terkandung dalam term 'wanita cantik' ini konkret, artinya dengan langsung
dengan langsung memperlihatkan realitas sebagai subyek yang mempunyai diri.
Namun begitu, menurut logika bukan setiap sesuatu yang berjasad saja, tetapi
yang tidak berjasadpun dapat disebut diri jika memiliki kepribadian dengan sifat-
sifat tertentu.
 Term abstrak : kecantikan. Dengan memberikan perhatian dan minat yang
istimewa pada sifat cantik secara terpisah dari wanita, yang disendirikan dan
dipandang seolah-olah sebagai suatu substansia. hal ini menunjuk sifat tanpa
subyeknya yang merupakan salah satu ciri term abstrak.
2. Term Berdasarkan Denotasi.
Berdasarkan denotasi term dapat dibedakan menjadi term yang bersifat umum
atau term umum dan term yang bersifat khusus atau term khusus.

a. Termumum.
Term umum yaitu dapat mencakup keseluruhan hal-hal yang ditunjuk tiada
terkecualinya. Term umum dibedakan menjadi :
 Universal, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang
dan waktu. Misalnya : manusia, bangsa, hewan, dan lain sebagainya.
 Kolektif, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya menunjuk pada suatu
kelompok tertentu sebagai kesatuan. Misalnya : rakyat Indonesia, bangsa
Indonesia, dan lain sebagainya.
b. Termkhusus.
Term khusus yaitu hanya menunjuk sebagian dari keseluruhan sekurang-
kurangnya satu bagian atau satu hal. Term khusus dibedakan menjadi :
 Partikular, yaitu sifat khusus yang berlaku di dalamnya hanya menunjuk sebagian
tidak tertentu dari suatu keseluruhan. Misalnya : sebagian manusia, sebagian
mahasiswa, dan lain sebagainya. 
 Singular, yaitu sifat khusus yang berlaku di dalamnya hanya menunjuk pada satu
hal atau suatu himpunan yang mempunyai hanya satu anggota. Misalnya :
Presiden pertama Republik Indonesia, Rektor Universitas Indonesia, dan lain
sebagainya.

3. Term Berdasarkan Predikamen.


Predikamen yang dimaksud adalah cara beradanya sesuatu. Dalam menghadapi
sesuatu yang masih asing dan mengetahui lebih dalam lagi, maka pertama yang
perlu ditempuh adalah mengadakan penguraian secara kategoris. Penguraian
secara kategoris adalah pemerincian menurut cara beradanya sesuatu, yang
pembagiannya ada sepuluh kategori yang merupakan pembagian term universal
yangmelingkupikeseluruhanaspeksesuatu.

Pembagian sepuluh kategori atau predikamen yang dimaksudkan dan


menunjukkan cara beradanya yang paling umum, yang pembagiannya secara
terperinci adalah sebagai berikut :

a. Predikamensubstansi.
Predikamen substansi yaitu hakekat zat terdapat dalam diri yang dapat berdiri
sendiri.
 Substansi, hakekat zat sesuatu yang adanya terdapat di dalam dirinya sendiri
sebagai pendukung sifat-sifat. Misalnya : manusia, hewan, pohon, yaitu semua
pengertian atau predikat yang dinyatakan dalam kata yang dalam gramatika
umumnya disebut kata-kata substantif.

b. Predikamenaksidensia.
Predikamen aksidensia yaitu peserta zat sebagai pemberi bentuk yang tidak dapat
berdiri sendiri.
1. Kuantitas, jumlah atas sekian banyak diri ataupun satu diri yang mempunyai
besaran. Misalnya : besar, kecil, panjang, pendek, dan lain sebagainya.
2. Kualitas, sifat perwujudan sebagai ciri atau yang ada pengenal. Misalnya : putih,
panas, dingin, bagus, cantik, dan lain sebagainya.
3. Aksi, tindakan yang mempengaruhi dalam perbuatan. Misalnya : membangun,
mengajar, dan lain sebagainya.
4. Passi, kesan yang dipengaruhi dari perbuatan. Misalnya : dibangun, diajar, dan
lain sebagainya.
5. Relasi, hubungan dengan berbagai hal lain. Misalnya : mirip, sama, bawahan,
atasan, guru, murid, dan lain sebagainya.
6. Ruang, tempat yang menyertai di mana sesuatu itu ada. Misalnya : di sini, di situ,
di rumah, dan lain sebagainya.
7. Waktu, tempo yang menyertai kapan sesuatu itu ada. Misalnya : sekarang,
kemarin, besok, dan lain sebagainya.
8. Posisi, kedudukan sesuatu itu berada dalam suatu tempat. Misalnya : duduk,
berdiri, berlutut, dan lain sebagainya.
9. Keadaan, kepunyaan khusus yang menyertai kedudukan. Misalnya : bersenjata,
berpakaian, dan lain sebagainya.

2.) pengertian kesesatan berpikir (logical fallacy) adalah pola penalaran yang
salah,atau kekeliruan dalam pemikiran logis. Sehingga argumen yang disampaikan
menjadi tidak valid dan tak relevan. Sederhananya, seseorang justru mengalihkan
pembicaraan dengan hal-hal tersebut untuk mengalahkan argumen orang lain.

>Misalnya kekeliruan yang terjadi pada percakapan dua orang teman ini: Andi:
“Mendingan lo cuti kerja aja sehari, supaya tugas kita cepat selesai. Atau hari ini
lo selesaikan semua kerjaan yang harus dikerjakan besok. Jadi, besok bisa ambil
cuti tanpa kepikiran kerjaan," kata seseorang kepada temannya. Budi: “Lo aja
belum punya kerjaan, lo mana tau susahnya dapet izin cuti kerja,” jawab teman
tersebut dengan nada ketus.
Percakapan tersebut mengandung kekeliruan atau kesesatan berpikir. Karena
orang yang bekerja tersebut justru menyerang kepribadian temannya, alih-alih
mengatakankemungkinanbisaatautidaknyamengambilcutikerja.

cara menghindari kesesatan berpikir dalam berargumen, kita harus memastikan


bahwa kesalahan logika melemahkan argumen, dengan menggunakan bukti untuk
mendukung klaim dan memvalidasi informasi. Oleh karena itu, kita harus benar-
benar memahami terlebih dahulu apa yang ingin disampaikan. Baik dalam
pengertian, alasan, contoh, juga buktinya, agar argumen menjadi relevan. Dengan
begitu, kita akan terlihat kredibel di hadapan lawan bicara atau audiens. Selain
itu, berpikir kritis dengan menyadari dan memahami kekeliruan atau kesesatan
berpikir dalam tiap argumen, dapat memperkuat kemampuan kita dengan
mengevaluasinya.

Anda mungkin juga menyukai