STIAMAK BARUNAWATI
Jl. Perak Barat 173 Surabaya Telp. (031) 3291096
Website : www.stiamak.ac.id E-mail :info@stiamak.ac.id
JAWABAN
1. Berpikir tepat adalah berpikir secara rasional (logis) dan berdasarkan fakta. Dalam
memikirkan sesuatu, kita sebagai manusia mengunakan suatu metode-metode dan
kaidah-kaidah yang baku agar hasil pemikirannya tersebut menjadi logis dan tepat.
2. Dalam menguji suatu pemikiran, kita dapat mengajukan empat pertanyaan sebagai
berikut :
a. Apa yang hendak ditegaskan atau apa pokok pernyataan yang diajukan. Dan
selanjutnya hal inilah yang akan kita jadikan sebagai kesimpulan.
b. Atas dasar apa seseorang tersebut sampai pada kesimpulan seperti itu?apa
alasan-alasannya dan apa titik pangkalnya? (dalam istilah teknis disebut
premis-premisnya).
c. Bagaimana jalan pikiran yang mengaitkan alasan-alasan yang diajukan dan
kesimpuln yang ditarik?bagaimana langkah-langkahnya?apakah kesimpulan
itu sah yang memang dapat ditarik kesimpulan dari alasan-alasan itu?
d. Apakah kesimpulan atau penjelasan itu benar ? apakah pasti? atau hanya
mungkin benar?
Sebagai alat untuk membantu pengujian suatu pikiran, maka sangat penting
untuk menyusun skema jalan pikiran sehingga tampak jelas mana yang merupakan
kesimpulan dan mana yang merupakan alasan serta bagaimana orang tertentu
menarik kesimpulan tertentu dari alasan-alasan yang telah dipaparkan.
3. Induksi merupakan cara berpikir dengan melakukan penarikan kesimpulan yang
bersifat umum/general berdasarkan kasus-kasus individu atau spesifik. Kentungan
kesimpulan yang bersifat umum ini yang pertama adalah ekonomis. Dan yang ke 2
bahwa kesimpulan umum ini memungkinkan proses penalaran berikutnya baik
induktif maupun deduktif. Dengan demikian memungkinkan untuk mendapatkan
pengetahuan secara sistematis.
Deduksi merupakan cara berpikir untuk melakukan penarikan kesimpulan dari
peryataan umum menjadi pernyataan khusus. Penalaran deduktif menggunakan
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEPELABUHAN
STIAMAK BARUNAWATI
Jl. Perak Barat 173 Surabaya Telp. (031) 3291096
Website : www.stiamak.ac.id E-mail :info@stiamak.ac.id
pola berpikir silogisme. Dari premis mayor dan premis minor kemudian ditarik suatu
kesimpulan.
Contoh :
Semua makhluk membutuhkan makan -premis mayor.
Budi adalah makhluk-premis minor.
Jadi Budi memiliki mata-kesimpulan.
Implisit:
Maksud yang diutarakan oleh pembicara pada kalimat ini diungkapkan secara tidak
langsung karena pembicara menginginkan pendengar untuk menutup jendela
rumah, atau ingin meminjam baju hangat.
Eksplisit:
Ungkapan yang diutarakan oleh pembicara sangat jelas. Pembicara ingin atau
menyuruh pendengar untuk menutup jendela.
5. Bahasa Memengaruhi Pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pikirannya terhadap realitas. Pikiran
manusia dapat terkondisiikan oleh kata yang manusia gunakan. Tokoh yang
mendukung hubungan ini adalah Benjamin Whorf dan gurunya, Edward Sapir. Whorf
mengambil contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat
tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan
realitas. Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail
tentang realitas.
Pikiran Memengaruhi Bahasa
Jean Piaget menyatakan bahwa ada keterkaitan antara pikiran dan bahasa. Bahasa
adalah representasi dari pikiran. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEPELABUHAN
STIAMAK BARUNAWATI
Jl. Perak Barat 173 Surabaya Telp. (031) 3291096
Website : www.stiamak.ac.id E-mail :info@stiamak.ac.id
6. Kata adalah tanda lahir atau pernyataan dari pengertian. Term adalah bagian dari
suatu kalimat yang berfungsi sebagai subjek atau predikat ( S atau P). Dengan
demikian term ialah gabungan dari sejumlah kata (kalimat) yang terdiri subjek,
predikat, dan kata penghubung. Kata penghubung seperti, antara lain, jika, dan, oleh,
dalam, akan, adalah, merupakan, tidak terkategori ke dalam term.
Term dipahami juga sebagai sebuah gagasan atau segugus gagasan yang dinyatakan
dalam wujud kata-kata. Gagasan dalam hal ini berarti juga pengertian yang
membentuk kata. Selanjutnya kata membentuk term sebagai sarana komunikasi atau
bahasa. Bahasa diproduksi manusia. Manusia menyatakan pikirannya melalui
bahasa. Dengan begitu pemikiran yang diungkapkan tidak terdiri dari kata-kata yang
satu sama lain terlepas, tetapi kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
dapat dimengerti. Itulah sesunguhnya yang dimaksud dengan term.
Contoh: Pak Adi seorang dosen (Pak Adi = S; seorang dosen = P). Kalimat itu dapat
berfungsi hanya sebagai subjek ketika diperluas dengan tambahan ‘Dia adalah kakak
saya’ yang berfungsi sebagai predikat. Berbeda dengan linguistik, di dalam logika
sebuah kalimat (term) hanya terdiri dari subjek atau predikat.
Kepala:
1. Kepalaku sakit karena terbentur kursi. Kepala = anggota tubuh
2. Kepala sekolahku bernama pak Supri. Kepala = Pemimpin/Ketua
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEPELABUHAN
STIAMAK BARUNAWATI
Jl. Perak Barat 173 Surabaya Telp. (031) 3291096
Website : www.stiamak.ac.id E-mail :info@stiamak.ac.id
8. Kata defenisi berasal dari kata ‘definitio’ (bahasa Latin) yang berarti ‘pembatasan’.
Pembatasan dalam kaitan ini ialah pembatasan terhadap suatu pengertian dengan
tepat. Dengan demikian defenisi merupakan perumusan yang singkat, padat, jelas,
dan tepat sehingga jelas dapat dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain.
Defenisi dapat disusun dengan cara mengenali terlebih dahulu varian defenisi. Varian
itu ialah
1). Defenisi Nominal,
2). Defenisi Ril.
Dalam menyusun sebuah defenisi harus diperhatikan hukum atau aturan sebagai
berikut:
1. Defeniendum (yang didefinisikan) tidak boleh masuk dalam definiens (uraian
defenisi).
Contoh: Alat tulis (defeniendum) adalah alat (definiens) untuk menulis.
2. Defenisi harus ekulivalen dengan defeniendum. Artinya, penjabran keterangan
tidak boleh luas atau boleh sempit daripada yang didefinisikan. Dengan kata lain,
posisi defeniens dan defeniendum harus dapat dibolak-balik.
Contoh: Manusia adalah animal rasional. (Maka, term animal rasional hanya untuk
menjabarkan pengertian tentang term manusia)
3. Defenisi konotatif harus dinyatakan dalam bahasa yang sederhana, jelas, dan
univok. Artinya, defeniens harus lebih jelas daripada defeniendum. Kemudian
definiens tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur seperti misalnya bahasa
metaforis ataupun figuratif.
Contoh:
Cinta adalah emosi yang bagaikan harumnya bunga mawar. (Defenisi Metaforis)
Logika adalah mercusuar pemahaman. (Defenisi Figuratif)
4. Defenisi konotatif harus memberikan penjabaran, keterangan, atau atribut yang
hakiki dari hal yang didefinisikan.
Contoh:Polisi adalah alat negara yang bertugas menjaga keamanan masyarakat
dan jalan raya.
5. Defenisi tidak boleh berbentuk negatif.
Contoh: Kebaikan adalah bukan perbuatan jahat.
Perang berarti tidak ada perdamaian.
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KEPELABUHAN
STIAMAK BARUNAWATI
Jl. Perak Barat 173 Surabaya Telp. (031) 3291096
Website : www.stiamak.ac.id E-mail :info@stiamak.ac.id
9. Menurut luasnya:
a. daerah.desa.kampung.kotamadya.pulau.rayon.negara
b. manusia.individu.kelompok.suku.masyarakat.bangsa
c. pria.manusia.insinyur.cendikiawan.dokter
d. skuter.kendaraan bermotor.sedan.mobil.kendaraan
e. organisme.kelapa.cemara.pohon.tumbuh-tumbuhan.benda
formalnya. Kata ini memberikan corak atau warna yang harus ada dalam suatu
keputusan.