Masalah Dalam Penelitian Kualitatif
Masalah Dalam Penelitian Kualitatif
Disusun oleh:
Tri Noviani
16108244020/30
Kelas 4D
1
2016:79) menyatakan bahwa, "Masalah adalah kejadian yang menimbulkan pertanyaan
kenapa dan kenapa".
Berdasarkan hal tersebut di atas disimpulkan bahwa, masalah merupakan area yang
menjadi perhatian peneliti, suatu kondisi yang ingin diperbaiki, atau suatu kesulitan yang
ingin dieliminasi/dihiliangkan. Masalah tersebut terjadi karena ada penyimpangan antara
apa yang terjadi dengan apa yang diharapkan dan praktik, antara perencanaan/kebijakan
dengan pelaksanaan, antara aturan dengan pelakyanaan atau penyimpangan dari norma,
standar, dan status quo.
2
1. Masalah layak untuk diteliti. Artinya pengkajian terhadap masalah dapat dilakuan
dengan cara terstruktur secara empiris melalui pengumpulan data dan pengolahan
data.
2. Masalah mempunyai sifat teoritis dan praktis. Artinya masalah tersebut diangkat
dan ada teorinya yang kuat serta berdampak praktis.
3. Masalah yang realistis. Artinya masalah mampu dijangkau oleh kemampuan baik
keilmuan, penguasaan teori, waktu, tenaga, dan biaya.
Sedangkan Bungin (Prastowo, 2011:137) mengungkapkan bahwa terdapat lima
kriteria lain dalam menentukan fokus dalam penelitian kualitatif yakni.
1. Interesting, artinya tentukanlah fokus masalah yang akan diteliti yang menarik
baik bagi peneliti ataupun bagi masyarakat, agar bisa menarik semua kalangan.
2. Aktual, maksudnya fokus masalah yang kita pilih itu bersifat kekinian, atau yang
terjadi sekarang. Agar penelitian bisa memberikan solusi bagi permasalahan yang
sedang dihadapi.
3. Monumental, yaitu masalah yang bisa selalu bisa diingat oleh masyarakat. Seperti
masalah tentang sosial, agama dan sebagainya.
4. Spektakuler, maksudnya masalah yang dipilih itu masalah yang menakjubkan
yang mana akan menarik perhatian banyak kalangan.
5. Fokus pada tema tertentu. Fokus masalah itu pada tema tertentu saja agar tidak
melebar dan meluas sehingga menyulitkan bagi peneliti untuk meneliti tentang
apa yang mau diteliti
Sementara itu, memfokuskan masalah menurut Syaodih (2005: 270) untuk memilih m
asalah dalam sebuah penelitian (research problem) atau lebih tepat disebut dengan focus
penelitian (research focus) tidak bisa ditentukan dengan sembarangan dan spontan. Tidak
bisa pula ditentukan berdasar pada perkiraan, khayalan, atau perasaan semata. Dalam pe
milihan focus masalah sebaiknya berdasarkan pada bidang keahlian penliti. Hal ini akan
sangat mempengaruhi kemampuan dan tingkat ketepatan dalam pelaksanaan penelitian.
Penelitian memuat gejala-gejala suatu objek yang bersifat tunggal dan parsial. Gejala
tersebut dapat membentuk variabel-variabel yang akan diteliti. Menurut Sugiyono
(2010:33) gejala dalam penelitian kualitatif bersifat holistik. Artinya dalam penelitian
kualitatif gejala yang diteliti bersifat menyeluruh meliputi berbagai aspek tempat (place),
pelaku (actor), dan aktifitas (activity). Dengan demikian, penelitian kualitatif masih
mempunyai masalah yang terlalu luas. Hal tersebut dalam penelitian kualitatif ada yang
3
disebut sebagai batasan masalah. Batasan masalah tersebut akan menentukan variabel
yang akan dijadikan fokus masalah.
Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan
membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel. Dengan demikian dalam penelitian
kuantitatif ada yang disebut batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif
disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umumBatasan
penelitian yang terdapat dalam penelitian kualitatif mempunyai indikator tertentu.
Menurut Sugiyono (2010:34) pembatasan masalah didasarkan pada tingkat
kepentingan, urgensi, dan feasebilitas masalah selain faktor keterbatasan tenagaga serta
waktu. Hal tersebut dapat diartikan masalah yang (urgen) jika tidak segera diselesaikan
maka akan segera kehilangan cara untuk mengatasinya. Sedangkan feasebilitas atau
adanya berbagai sumber daya dalam memecahkan masalah. Dengan demikian,
diperlukannya analisis masalah dalam menentukan fokus masalah.
Menurut Spradley (Sugiyono, 2010:34) menyatakan bahwa “A focused refer to a
single culture domain or a few related domains” maksudnya fokus itu merupakan
domain tunggal atau beberapa domain yang terikat dengan situasi sosial. Fokus dalam
penelitian kualitatif dapat ditentukan setelah adanya penjelajahan umum yang dilakukan
oleh peneliti. Hal ini dilakukan karena dalam menentukan fokus didasarkan atas situasi
sosial yang berubah atau pembaharuan situasi sosial. Adapun empat alternatif menurut
Spradley (Sugiyono, 2010:34) dalam menentukan fokus masalah, yaitu:
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain.
3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yeng terkait dengan teori-teori yang
telah ada.
Selain itu, menurut Bungin (Prastowo, 2011: 137) terdapat 5 kriteria dalam
menetukan fokus dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut.
1. Interesting : tentukanlah fokus masalah yang akan diteliti yang menarik bagi
peneliti ataupun bagi msyarakat, agar bisa menarik semua kalangan.
2. Aktual: fokus masalah yang dipilih bersiat kekinian, atau yang terjadi sekarang
atau saat ini. Agar penelitian bisa memberikan solusi bagi permasalahan yang
dihadapi.
3. Monumental: masalah yang selalu bisa dipilih oleh masyarakat
4
4. Spektakuler: masalah yang dipilih merupakan masalah yang enakjubkan yang
mana akan menarik perhatian banyak kalangan
5. Fokus pada tema tertentu: fokus masalah pada tema tertentu agar tidak melebar
dan meluas sehingga menyulitkan bagi peneliti untuk meneliti apa yang akan
diteliti.
Ada dua maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah
dengan membatasi fokus, yaitu sebagai berikut.
Jadi dengan penetapan fokus, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat
tentang data mana yang dikumpulkan dan data mana yang tidak akan dipakai. Penetapan
fokus dalam penelitian kualitatif akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di
lapangan. Dengan kata lain, walaupun rumusan masalah sudah baik dan telah ditunjang
oleh kepustakaan dan pengalaman tertentu, bisa terjadi situasi di lapangan yang tidak
memunhkinkan bagi peneliti untuk meneliti masalah tersebut. Dengan demikian kepastian
tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan di lapangan. (Moleong,
2007: 95).
5
yang penting. Bagi peneliti, perumusan judul memberikan pegangan dalam menentukan
arah penelitian, variabel-variabel dan metode penelitian. Bagi pembaca, perumusan judul
yang tepat akan menimbulkan daya tarik, dan memudahkan untuk menangkap isi dari
karya yang dibuat.
Oleh karena itu judul harus dirumuskan dengan ciri ciri antara lain: dirumuskan dari
kata-kata kunci keseluruhan uraian, rumusan diusahakan dapat menarik perhatian dan
minat pembaca, judul harus menggambarkan isis, dan judul juga harus menggunakan
bahasa yang baik dan benar (Suryani & Hendryadi, 2016: 73).
Arikunto (1992: 28), mengemukakan bahwa judul penelitian yang lengkap diharapkan
mencakup:
1. Sifat dan jenis penelitian
2. Obyek yang diteliti
3. Subyek penelitian
4. Lokasi/ daerah penelitian
5. Tahun/waktu terjadinya peristiwa
Dalam penelitian kualitatif, karena masalah yang dibahas oleh peneliti masih bersifat
sementara, dan bersifat holistic (menyeluruh), maka judul dalam penelitian kualitatif yang
dirumuskan dalam proposal juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
memasuki lapangan. Judul laporan penelitian kualitatif yang baik justru berubah, atau
mungkin diganti.
Judul penelitian kualitatif tentu saja tidak harus mencerminkan permasalahan dan
variable yang diteliti, tetapi lebih pada usaha untuk mengungkapkan fenomena dalam
situasi social secara luas dan mendalam, serta menumbuhkan hipotesis dan teori.
Langkah penyusunan judul penelitian dapat melalui beberapa langkah sebagai berikut.
1. Langkah pertama, menemukan isu utama atau permasalahan utama.
2. Langkah kedua, menemukan faktor-faktor isu yang mempengaruhi isu atau
permasalahan utama.
3. Langkah ketiga, menemukan dampak atau akibat yang timbul akibat isu atau
permasalahan utama.
4. Langkah keempat, merumuskan judul penelitian.
6
kualitatif bersifat dinamis dan kompleks. Menurut Sugiyono (2015: 228) rumusan
masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk
mengumpulkan data di lapangan. Ketika menyusun sebuh rumusan masalah harus
memperhatikan teknik perumusan masalah. Sehingga dalam melaksanakan penelitiannya
tidak mengalami kesalahan atau kegagalan. Menurut Moleong (2014:109) rumusan
penelitian setiap peneliti tidak ada keseragaman dalam penyajian karena para peneliti atau
penulis berasal dari berbagai macam disiplin ilmu dengan beragamnya latar belakang
metodologi penelitiannya. Dalam membuat rumusan masalah terdapat langlah-langkah
yang harus diperhatikan oleh peneliti. Berikut ini dikemukakan oleh Moleong (2014:119)
4 langkah-langkah perumusan masalah penelitian.
1. Tentukan fokus penelitian.
Seorang peneliti sebelum melakukan penelitian harus memiliki topik penelitian
terlebih dahulu. Contoh topik penelitian adalah “Kegiatan Bebas Seks di Kalangan
Remaja”. Berdasarkan topik tersebut peneliti dapat menentukan fokus penelitian yaitu
kegiatan bebas seksual.
2. Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitan dengan fokus tersebut yang
dalam hal ini dinamakan subfokus.
Contohnya ketika kita ingin meneliti tentang sebuah Kegiatan Bebas Seks di
Kalangan Remaja. Berdasarkan hal itu peneliti harus mencari berbagai kemungkinan
terjadinya bebas seks tersebut. Faktor – faktor penyebab berupa subfokus yaitu
pengaruh film porno, cinta muda, pengaruh lingkungan, moral dan agama yang
longgar, kehidupan malam, dll. Upaya mencari berbagai subfokus itu didasarkan
pada hasil penelaahan kepustakaan, media massa, cerita dengan para remaja,dll.
3. Dari faktor-faktor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk
ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih.
Dari beberapa sub fokus yang disebutkan diatas, peneliti harus mengkaji beberapa
subfokus yang menarik untuk diteliti. Subfokus yang dirasa kurang menarik dapat
dihilangkan.
4. Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian.
Langkah ini adalah mengaitkan subfokus yag telah dipilih dengan fokus penelitian
yang akan di teliti. Dengan demikian rumusan masalah dapat dilakukan. Namun,
sebagai peneliti harus menetapkan terlebih dahulu cara mana yang ditempuh untuk
merumuskan masalah. Cara dapat ditempuh dengan diskusi atau proposisional.
7
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian dikembangkan berdasarkan penelitian
menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Berdasarkan level of explantion, maka
secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu deskriptif, komparatif, dan
asosiatif. Menurut Sugiyono (2011: 201) adapun penjabarannya sebagai berikut.
Perumusan masalah biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan yang nantinya akan
membentuk pertanyaan penelitian (research questions). Rumusan masalah merupakan
sebuah bentuk pertanyaan yang dapat mengarahkan peneliti agar bisa mengumpulkan data
di lapangan. Berdasarkan level of explanation dari suatu gejala (Sugiyono, 2015: 297),
maka terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu:
1. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang mengarahkan
peneliti untuk melakukan eksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan
diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Contoh: Bagaimanakah profil
pendidikan di Indonesia?
2. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang mengarahkan peneliti
untuk membandingkan antara koteks sosial atau domain satu dibandingkan
dengan yang lain. Contoh: Apakah ada perbedaan antara dinamika murid di kelas
yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi?
3. Rumusan masalah asosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang
mengarahkan peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau
domain satu dengan yang lainnya. rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga
yaitu, hubungan simetris, kausal, dan reciprocal atau interaktif.
Mengingat begitu pentingnya kedudukan perumusan masalah dalam kegiatan
penelitian hingga memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan
melakukan perumusan masalah merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.
1.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Menurut Punaji (2010:53), “masalah adalah keadaan atau kesenjangan antara harapan
dan kenyataan. Dalam penetapkan fokus penelitian terdapat 4 alternatif yang
dikemukakan oleh Spradley (Prastowo, 2011: 137), yaitu: (1) menetapkan fokus pada
permasalahan yang disarankan oleh informan; (2) menetapkan fokus berdasarkan domain-
domain tertentu organizing domain; (3) menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan
untuk pengembangan iptek; (4) menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait
dengan teori yang ada.
Menurut Arikunto (1992), ada empat hal yang harus dipenuhi bagi terpilihnya
masalah atau judul penelitian yaitu: (1) Penelitian harus sesuai dengan minat peneliti; (2)
Penelitian dapat dilaksanakan; (3) Tersedia faktor pendukung; (4) Hasil penelitian
bermanfaat.
Berdasarkan level of explanation dari suatu gejala (Sugiyono, 2015: 297), maka
terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu: (1) Rumusan masalah deskriptif, (2)
Rumusan masalah komparatif, (3) Rumusan masalah asosiatif.
B. Saran
Penelitian kualitatif yang dilakukan peneliti harus memperhatikan tindakan disetiap
penelitiannya karena tindakan peneliti mempengaruhi apa yang dilihat dan hasil
penelitian. Penentuan masalah hingga menetapkan judul permasalahan haruslah
didasarkan pada pemahaman yang baik. Dengan demikian, peneliti yang didasarkan pada
pemahaman akan memperoleh hasil penelitian yang maksimal.
.
9
DAFTAR PUSTAKA
10