Anda di halaman 1dari 11

Mengenal Kegawatan

Pernapasan dan Sirkulasi

P
ada bayi dan anak proses henti kardiopulmonal (cardiopulmonary arrest) jarang
terjadi secara mendadak, sebagian besar terjadi secara runtut akibat
perburukan progresif pada fungsi pernapasan dan sirkulasi. Urutan proses
kejadian kegagalan fungsi kardiovaskular dan henti kardiopulmonal dapat dilihat
pada Gambar 1.
Simpulan telaah meta-analisis yang dilakukan oleh Zaritsky,dkk menyatakan
bahwa prognosis henti napas lebih baik dari prognosis henti jantung. Kejadian
henti jantung pada anak sebagian besar karena hipoksia yang disebabkan oleh
kegagalan sistem pernapasan dan sirkulasi. Oleh karena itu upaya pelatihan
resusitasi menempati peran terpenting untuk mengatasi kegawatan pada bayi dan
anak.
Henti kardiopulmonal sering kali dapat dicegah bila tanda kegagalan
pernafasan dan kegagalan sirkulasi terdeteksi sedini mungkin, dan intervensi
dilakukan dengan cepat dan tepat.

Kegagalan Pernapasan dan Sirkulasi.


Hipoksemia, hiperkarbia, asidosis , dan adanya pirau intrapulmonal yang bermakna
adalah kriteria yang lazim dipakai untuk menegakkan diagnosis kegagalan
pernapasan. Kriteria diagnosis tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan analisis gas
darah, yang praktis pada keadaan kegawatan tidak selalu dapat dilakukan, misalnya
selama transportasi, tidak tersedianya fasilitas laboratorium, dan pada penyakit
tertentu dengan kriteria diagnosis yang memerlukan pemeriksaan analisis gas darah
secara serial. Oleh karena itu pengenalan dini tanda klinis penderita yang potensial
dapat menyebabkan kegagalan pernapasan harus dikuasai.
Tanda dan gejala klinis kegagalan pernapasan adalah cerminan dari kekurangan
oksigenasi akibat gangguan ventilasi paru. Gangguan ventilasi dapat disebabkan
oleh kelainan instrinsik paru, sumbatan jalan napas, dan usaha napas yang tidak
memadai. Untuk mencukupi oksigenasi dan ventilasi paru, tubuh berupaya untuk
2 Mengenal kegawatan pernapasan dan sirkulasi

Penyakit Primer

Gagal Napas Syok

Gagal Kardiopulmonal

Mati Sembuh

Gejala sisa nerologis Tanpa gejala sisa nerologis

Gambar 1. Proses terjadinya gagal kardiopulmonal (dikutip dari kepustakaan no 3)

melakukan kompensasi dengan meningkatkan kerja pernapasan yang secara klinis


terlihat sebagai tanda distres pernapasan, antara lain : takipnu, napas cuping hidung,
penggunaan otot bantu napas lain, retraksi inspiratorik, dan takikardia.
Bila seorang anak dengan potensial gawat napas setelah mendapat terapi
oksigen ternyata tidak terjadi perbaikan klinis , maka tindakan agresif harus segera
diberikan untuk mencegah terjadinya gagal napas. Pemeriksaan analisis gas darah
dipakai untuk membuktikan dugaan klinis tersebut dan menilai respons terapi,
tetapi bukan untuk menilai keadaan potensial gagal napas.
Syok adalah keadaan klinis yang terjadi akibat tidak cukupnya oksigen dan
subtrat metabolik untuk memenuhi metabolisme . Gejala klinis syok adalah
cerminan dari gangguan perfusi dan fungsi organ, seperti: oligluria, asidosis laktat,
gangguan kesadaran, dll. Syok dapat terjadi pada penderita dengan tekanan darah
normal, meningkat, dan menurun. Berdasarkan gambaran tekanan darah dan
perfusi jaringan serta organ, syok dapat digolongkan dalam fase kompensasi dan
dekompensasi. Syok kompensasi adalah syok dengan tekanan darah normal
sedangkan syok dekompensasi adalah syok dengan hipotensi dan curah jantung
menurun. Kegagalan kardiopulmonal adalah keadaan yang terjadi akibat gangguan
pada pasokan oksigen (oxygen delivery) ke jaringan dan gangguan pengeluaran sisa
metabolisme jaringan.
Keadaan klinis yang potensial dapat menyebabkan kegagalan kardiopulmonal
antara lain : bayi dan anak yang mengalami kegagalan pernapasan, penurunan
kesadaran, sianosis, pucat, trauma berat (Tabel 1)
Tanda klinis syok dan gagal napas adalah cerminan dari disfungsi organ karena
hipoksia dan asidosis seperti : takikardia, penurunan kesadaran, iritabilitas, letargi,
Kumpulan materi pelatihan resusitasi pediatrik tahap lanjut 3

oliguri, hipotoni, melemahnya denyut nadi sentral, melemah dan tidak terabanya
denyut nadi perifer, melambatnya capillary refill. Sedangkan bradikardia, hipotensi,
dan napas ireguler adalah tanda akhir kegagalan kardiopulmonal.

Tabel1. Beberapa keadaan yang potensial menyebabkan kegagalan


kardipulmonal.
Frekuensi napas > 60 menit
Frekuensi jantung/menit
Neonatus < 80 atau >200
0-1tahun < 80 atau >180
1-8tahun < 80 atau > 180
> 8tahun < 60 atau > 160
Kerja napas meningkat (retraksi, cuping hidung, merintih)
Sianosis atau penurunan kadar oksihemoglobin
Penurunan kesadaran
Kejang
Demam dengan petechiae
Trauma
Luka bakar > 10 %

Evaluasi Kinerja Pernapasan


Bayi dan anak normal bernapas dengan tenang dan dengan kerja napas yang minimal.
Frekuensi napas yang normal berbanding terbalik dengan usia. Pada neonatus
frekuensi napas semenit lebih cepat dibandingkan dengan bayi dan anak (Tabel2).
Frekuensi napas meningkat pada latihan fisik, ketakuatan, nyeri dan demam.

Tabel 2. Frekuensi napas menurut umur


Umur Frekuensi/menit
Neonatus 30 – 60
1 - 6 bulan 30 – 50
6 - 12 bulan 24 – 46
1 – 4 tahun 20 – 30
4 – 6 tahun 20 – 25
6 – 12 tahun 16 – 20
> 12 tahun 12 – 16

Isi tidal (tidal volume) perkilogram berat badan adalah relatif tetap sepanjang
usia. Secara klinis isi tidal dinilai dengan pemeriksaan pengembangan dada dan
pergerakan alir udara napas ke dalam paru. Pada keadaan distres pernapasan atau
kegagalan pernapasan akan terjadi penurunan ventilasi semenit (hipoventilasi). Hal
ini disebabkan oleh karena lambatnya frekuensi napas atau dangkalnya napas.
Kegagalan pernapasan akut dapat terjadi oleh karena adanya gangguan pada jalan
napas, paru, dan otot pernapasan, yang selanjutnya menyebabkan gangguan
oksigenasi dan gangguan pengeluaran karbon dioksida (ventilasi) dan akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis respiratorik.
4 Mengenal kegawatan pernapasan dan sirkulasi

Bayi dan anak dengan risiko henti napas biasanya dimulai dengan adanya
tanda-tanda :
• Peningkatan frekuensi napas, peningkatan usaha napas, menurunnya suara
napas.
• Penurunan kesadaran atau respons terhadap nyeri.
• Tonus otot rangka melemah
• Sianosis

Oleh karena itu penilaian fungsi pernapasan harus meliputi :


• Frekuensi napas.
• Mekanika pernapasan
• Warna kulit/membran mukosa.

Frekuensi Napas
Pada bayi manifestasi awal distres pernapasan adalah takipnu. Takipnu tanpa tanda
lain distres pernapasan adalah bagian dari upaya kompensasi sistem pernapasan
terhadap asidosis metabolik, seperti pada : syok, ketoasidosis diabetikum, diare
dengan dehidrasi, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi napas
yang sangat lambat dan ireguler pada anak sakit gawat akut adalah tanda klinis
yang menghawatirkan dan biasanya disebabkan oleh : hipotemi, kelelahan, dan
depresi susunan saraf pusat. Kelelahan adalah penyebab tersering penurunan
frekuensi napas. Pelambatan frekuensi napas atau iregularitas napas petanda
perburukan klinis dan bukan perbaikan.

Mekanika Pernapasan
Meningkatnya kerja napas sering ditandai dengan napas cuping hidung, retraksi
interkostal, subkostal, dan suprasternal. Tanda tersebut dijumpai pada obstruksi
jalan napas atau penyakit alveolar. Meningkatnya kerja napas akan meningkatkan
kebutuhan oksigen otot pernapasan yang akhirnya akan meningkatkan produksi
karbon dioksida.
Anggukan kepala ke atas saat inspirasi (head bobbing) , merintih (grunting),
stridor, ekspirasi memanjang adalah tanda gangguan mekanika pernapasan. Adanya
anggukan kepala ke atas pada setiap inspirasi menandakan adanya peningkatan
usaha napas. Retraksi dada disertai dengan distensi abdomen menandakan adanya
obstruksi jalan napas bagian atas (Seesaw Respiration). Pola pernapasan mata gergaji
disebut juga pernapasan abdominal, pola pernapasan ini tidak efisien karena isi
tidal tidak adekuat dan mudah menyebabkan kelelahan.
Merintih terjadi karena penutupan glotis lebih awal dan kontraksi difragma
yang terlambat pada waktu ekspirasi. Penutupan glotis tersebut dibutuhkan sebagai
mekanisme kompensasi untuk meningkatkan kapasitas residu fungsional paru
dengan demikian dapat mencegah kolaps alveolus dan mencegah kehilangan vol-
Kumpulan materi pelatihan resusitasi pediatrik tahap lanjut 5

ume paru. Merintih biasanya terjadi pada edema paru, pneumonia, penyakit
membran hialin, dan atelektasis.
Stridor (inspiratoir) adalah tanda obstruksi jalan napas bagian atas
(ekstratorakal) misalnya obstruksi oleh lidah yang besar, laringomalasia, paralisis
pita suara, hemangiom, tumor jalan napas, kista, infeksi jalan napas atas, edema
jalan napas atas , dan aspirasi benda asing. Ekspirasi memanjang yang disertai
wheezing adalah tanda obstruksi jalan napas bawah (intratorakal) seperti pada asma,
bronkiolitis, edema paru dan benda asing intratorakal.

Alir Udara Pernapasan


Gerakan pengembangan dada dan kualitas alir udara masuk ke paru-paru pada
saat inspirasi merupakan cerminan dari kecukupan isi tidal dan efektifitas ventilasi
paru. Tidak adekuatnya pengembangan dada dapat disebabkan oleh : hipoventilasi,
obstruksi jalan napas, atelektasis, pneumotoraks, efusi pleura, sumbatan mukus,
dan aspirasi benda asing. Pemeriksaan auskultasi suara napas dan alir udara yang
masuk ke paru-paru harus dinilai di seluruh lapangan paru termasuk di daerah
aksila untuk mengetahui apakah ada kelainan pada seluruh lapangan paru.

Warna Kulit dan Suhu


Pada lingkungan yang hangat, warna kulit, mukosa, dan suhu harus konsisten
antara bagian tubuh dan ekstremitas. Pada fungsi kardiovaskular normal , mukosa,
kuku, telapak tangan dan telapak kaki berwarna merah muda (pink). Pada keadaan
hipoksemia atau perfusi yang jelek, kulit tubuh dan ekstremitas terlihat berbercak
(mottled) sedangkan pada tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
Sianosis sentral jelas terlihat pada hipoksemia. Secara klinis sianosis sentral baru
terlibat bila > 5 g% hemoglobin mengalami desaturasi oksigen. Oleh karena itu
sianosis mudah terlihat pada polisitemia dibandingkan dengan anak normal dan
anemia. Sianosis tidak akan terlihat pada anemia berat meskipun terjadi hipoksemia
berat. Dengan demikian sianosis sentral bukan indikator awal yang dapat dipercaya
untuk hioksemia.
Suhu lingkungan harus diperhatikan selama menilai warna dan suhu kulit.
Bila suhu ruangan dingin akan terjadi vasokonstriksi pembuluh perifer dan
menyebabkan kulit berbecak (mottled), pucat dan teraba dingin disertai dengan
melambatnya capillary refill. Capillary refill adalah tanda klinis yang harus dinilai
pada cahaya ruangan yang cukup dan suhu ruangan yang tidak terlalu dingin.

Evaluasi Kinerja kardiovaskular


Syok terjadi bila gangguan kardiovaskular menyebabkan gangguan perfusi organ
vital. Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan substrat metabolik dan mengeluarkan
sisa metabolisme akan menyebabkan terjadinya metabolisme anaerobik,
6 Mengenal kegawatan pernapasan dan sirkulasi

penumpukan laktat, dan kerusakan sel. Kematian pada syok terjadi akibat kolaps
kardiovaskular dan disfungsi organ multipel.
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa keluar dari jantung setiap
menit (frekuensi jantung dikali isi sekuncup). Isi sekuncup adalah jumlah darah
yang dipompa keluar ventrikel kiri tiap kontraksi. Tekanan darah tergantung dari
curah jantung dan tahanan pembuluh sistemik. Perfusi organ tergantung dari curah
jantung dan tekanan perfusi. Variabel yang mudah diukur secara klinis untuk
menentukan curah jantung adalah tekanan darah dan frekuensi jantung. Sedangkan
isi sekuncup dan tahanan pembuluh sistemik secara tidak langsung dapat dinilai
dengan pemeriksaan denyut nadi dan perfusi jaringan (Gambar 2).
Syok dapat digolongkan berdasarkan penyebab atau berdasarkan gambaran
tekanan darah dan curah jantung. Berdasarkan penyebab seperti hipovolemik,
kardiogenik, dan distributif. Berdasarkan tekanan darah dan curah jantung seperti
syok kompensasi dan syok dekompensasi.

Kontraktilitas jantung

Isi sekuncup Preload

Curah jantung Afterload

Tekanan darah* Frekuensi jantung*

Tahanan pembuluh
darah sistemik

Gambar 2 . Hubungan parameter himodinamik. * dapat dinilai klinis, Dapat


dintervensi untuk terapi.

Frekuensi jantung
Frekuensi jantung bayi dan anak normal dapat dilihat pada Tabel 3. Sinus takikardia
merupakan respons umum pada stres, misalnya ansietas, nyeri, demam, hipoksemia,
hiperkapnia, hipovolemia, dan/atau kelainan fungsi jantung. Oleh karena itu adanya
takikardia mengharuskan kita untuk mencari faktor faktor penyebabnya.
Pada neonatus, bayi dan anak curah jantung lebih banyak dipengaruhi oleh
frekuensi jantung ketimbang isi sekuncup. Pada anak curah jantung meningkat
dengan meningkatnya frekuensi jantung. Bila takikardia gagal mempertahankan
curah jantung maka akan terjadi hipoksia jaringan dan asidosis yang akhirnya
menyebabkan bradikardia. Bradikardia dengan distres kardiopulmonal menandakan
bahaya ancaman henti kardiopulmonal.
Kumpulan materi pelatihan resusitasi pediatrik tahap lanjut 7

Tabel 3. Frekuensi jantung menurut umur


Umur(tahun) Frekuensi/menit
<1 110 – 160
2–5 95 – 140
5 – 12 80 – 120
>12 60 – 100

Tekanan Darah
Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (flow) dan resistensi pembuluh
sistemik. Meskipun curah jantung menurun tekanan darah dapat dipertahankan
normal dengan meningkatkan tahanan pembuluh darah sistemik. Takikardia dan
peningkatan kontraktilitas jantung mempunyai peranan penting didalam
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme konpensasi gagal maka akan
terjadi hipotensi dan syok dekompensasi. Takikardia akan tetap berlangsung sampai
cardiac reserve tidak mencukupi lagi.
Hipotensi adalah tanda akhir dari proses syok, dan hanya sebagian kecil saja
sebagai tanda akut dari dekompensasi kardiovaskuar. Tekanan darah normal pada
bayi dan anak dapat dilihat pada Tabel 4. Tekanan darah sistoloik normal pada
anak diatas usia 1 tahun dapat diperkirakan dengan rumus 90mm Hg + (2 x umur
dalam tahun) untuk 50th%tile dan 70mmHg + (2 x dalam tahun) untuk 5th% tile.
Bila dijumpai penurunan tekanan sistolik 10 mmHg harus dilanjutkan
pemantauan tekanan darah dan tanda-tanda klinis syok lainnya secara berkala.
Volume darah sirkulasi dapat diduga apabila kita mengetahui berat badan. Vol-
ume darah neonatus rata-rata sebanyak 85ml/kg, bayi 80ml/kg dan anak 75ml/kg.
Hipotensi baru terdeteksi bila terjadi kehilangan 25 % volume sirkulasi. Tetapi
kehilangan darah 5 – 10 % secara akut merupakan kehilangan darah yang bermakna
pada anak, oleh karena itu setiap pengambilan darah untuk contoh pemeriksaan
laboratorium dan kehilangan darah lainya perlu dicatat secara seksama.

Tabel 4. Tekanan darah normal pada anak (dikutip dari kepustakaan no 3)


Umur Tek.Sistolik (mmHg) Tek.Diastolik (mmHg)
Neonatus 60 – 90 20 – 60
Bayi 87 – 105 53 – 66
Toddler 95 – 105 53 – 66
Usia sekolah 97 – 112 57 – 71
Remaja 112 – 128 66 – 80

Perfusi Sitemik
Oleh karena takikardia adalah tanda nonspesifik dan hipotensi merupakan tanda
akhir syok. Maka pengenalan diri fase awal syok kompensasi yaitu dengan menilai
tanda klinis yang secara tidak langsung merupakan cerminan dari aliran darah dan
tahanan (resistensi) vaskular sistemik. Yaitu dengan menilai denyut nadi perifer
8 Mengenal kegawatan pernapasan dan sirkulasi

(isi dan besarnya), tanda perfusi dan fungsi organ (end-organ) seperti: kulit, otak,
dan ginjal.

Penilaian Denyut Nadi


Pada anak sehat pembuluh nadi karotis, aksila, brakial, radial, femoral, dorsalis
pedis, dan tibialis posterior sangat mudah diraba. Adanya ketidak sesuaian isi
antara nadi sentral dan perifer disebabkan karena adanya vasokonstriksi perifer,
antara lain karena suhu dingin atau sebagai tanda awal penurunan curah jantung.
Tekanan nadi menentukan isi nadi (tekanan nadi = tekanan sistolik – diastolik).
Penurunan curah jantung menyebabkan tekanan nadi mengecil, mengakibatkan
denyut teraba menjauh dan akhirnya tidak teraba. Pada keadaan curah jantung
yang cukup, tekanan nadi normal, maka denyut nadi akan teraba keras. Hilangnya
denyut nadi sentral merupakan tanda kegawatan kardiovaskular dan harus dianggap
dan diperlakukan sebagai henti jantung.

Kulit
Penurunan perfusi kulit merupakan tanda awal syok. Bila perfusi baik maka tangan
dan kaki teraba hangat, kering ,serta telapak tangan terlihat merah sampai ke ujung
jari. Tetapi bila terdapat penurunan curah jantung, kulit teraba dingin, dimulai
dari perifer (ujung jari tangan dan kaki) dan merambat ke proksimal ke arah
badan. Perlambatan capillary refill (lebih dari 2 detik) dapat terjadi pada syok,
demam, dan suhu udara dingin. Pemeriksaaan capillary refill pada ekstremitas
harus dilakukan dengan mengangkat ekstremitas yang akan diperiksa setinggi
jantung untuk betul memeriksa pengisian kembali arteriol kapiler dan bukan stasis
vena. Kulit berbecak (mottled), pucat, melambatnya capillary refill, dan sianosis perifer
biasanya menandakan perfusi kulit yang buruk.

Otak
Tanda hipoperfusi otak tergantung oleh derajat dan lamanya iskemia otak. Pada
iskemia otak mendadak akan dijumpai gejala nerologis lain disamping penurunan
kesadaran, seperti kelemahan tonus otot, kejang dan dilatasi pupil. Bila iskemia
otak terjadi secara bertahap maka gejala nerologis yang terjadi biasanya tidak jelas
terlihat, penurunan kesadaran terjadi disertai dengan agitasi dan letargi. Anak diatas
usia 2 bulan dapat mengenal orang tuanya degan baik, ketidak mampuan mengenal
orang tua atau gagal melakukan kontak mata dengan orang tuanya menandakan
adanya hipoperfusi korteks.
Gangguan perfusi otak yang berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran
yang lebih dalam . Secara praktis dan cepat penilaian derajat penurunan kesadaran
dapat dilakukan dengan menilai derajat respons terhadap rangsangan. Hasil
penilaian tersebut digolongkan dalam empat tingkatan yaitu, sadar (A=alert),
Kumpulan materi pelatihan resusitasi pediatrik tahap lanjut 9

responsif terhadap rangsang suara(V = response to voice), responsif terhadap rangsang


nyeri (P = response to pain), dan tidak responsif sama sekali (U = unresponsive). Pada
hipoperfusi otak yang berlangsung lama dan dalam dapat diketahui dengan
menghilangnya refleks tendo, pupil miosis tetapi reaktif, perubahan pola napas
dan posture dekortikasi / deserebrasi (lihat Bab Koma hal 129-148).

Ginjal
Produksi urin sangat berhubungan dengan kecepatan filtrasi glomerulus. Kecepatan
filtrasi glomerulus mencerminkan status sirkulasi. Meskipun keluaran urin
merupakan indikator yang baik terhadap perfusi ginjal, biasanya pada saat awal
sulit diperoleh informasi yang akurat karena orang tua tidak memperhatikan jumlah
urin anaknya.
Keluaran urin normal rata-rata 1 – 2 ml/kg/jam. Bila kurang dari 1ml/kg/jam
(tanpa penyakit ginjal) merupakan tanda perburukan perfusi ginjal yang secara
tidak langsung menggambarkan adanya hipovolemia.

Penilaian Cepat Sistem Kardiopulmonal


Pengenalan gangguan kardiopulmonal pada bayi dan anak memerlukan ketrampilan
fisis diagnostik yang baik. Setiap petugas yang bekerja menangani kegawat daruratan
anak harus mampu mengenal tanda-tanda potensial kegawatan kardiopulmonal
dengan cara pemeriksaan cepat terhadap fungsi kardiopulmonal. Penilaian

Tabel 5. Urutan penilaian secara cepat sistem kardiovalkular (dikutip dari


kepustakaan no.3)
Penilaian Pernapasan Penilaian Kardiovaskular
A. Airway = jalan napas C. Circulation = Sirkulasi
Dapat dipertahankan tanpa alat Frekuensi jantung
Memerlukan alat bantu jalan napas Tekanan darah
Denyut sentral (isi dan kekuatan)
B. Breathing = pernapasan Denyut perifer
Frekuensi (ada, tidak, isi, kekuatan)
Gerak napas Perfusi kulit
Retraksi waktu Capillary Refill
Merintih Suhu
Cuping hidung Warna kulit
Otot bantu napas Kulit berbecak (mottling)
Alir udara pernapasan Perfusi SSP
Pengembangan dada Reaksi kesadaran
Suara napas Mengenal orang tua
Stridor Tonus otot
Wheezing Ukuran pupil
Gerakan paradoks Postur(Dekortikasi/deserebrasi)
Warna kulit/Mukosa
10 Mengenal kegawatan pernapasan dan sirkulasi

diharapkan selesai dalam waktu tidak lebih dari 30 detik. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan akronim ABC yang lazim dilakukan pada resusitasi
kardiopulmonal (Tabel 5).
A, Airway = jalan napas, dikelasifikasikan sebagai: paten; dapat dipertahankan
dengan manuver posisi kepala, penghisapan lendir, atau alat bantu; tidak dapat
dipertahankan kecuali dengan intervensi intubasi endotrakeal, pengeluaran benda
asing, atau krikotirotomi; dan tersumbat total.
B, Breathing = pernapasan, penilaian pernapasan ditujukan pada frekuensi
napas, suara napas, kerja napas, kecukupan isi tidal , dan pengembangan dada.
C, Circulation = Sirkulasi, secara kualitatif penilaian sirkulasi sitemik dilakukan
secara tidak langsung dengan menilai efikasi dan efektifitas curah jantung. Kualitas
denyut nadi, waktu capillary refill, dan perfusi kulit serta perfusi dan fungsi organ
vital.
Penilaian anak sakit gawat tidak berhenti setelah penilaan cepat selesai tetapi
terus menerus dilakukan untuk menilai penyebab, kemajuan terapi, dan
penatalaksanaan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fungsi kardiovaskular secara cepat diatas maka
keadaan klinis anak sakit gawat dapat digolongkan dalam 4 keadaan :
1. Stabil
2. Potensial distres pernapasan atau probable gagal napas.
3. Gagal napas atau syok
4. Gagal kardiopulmonal
Bila keadaan klinis menandakan adanya ketidakstabilan tanda vital dan
potensial menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan atau syok maka
pemeriksaaan dan penilaian terus menerus harus dilakukan, pemeriksaan
laboratorium, analisis gas darah, foto toraks. Bila dalam proses tersebut terdapat
instabilitas kardiopulmonal maka tindakan yang tepat dan efektif harus segera
dilakukan.
Anak dengan potensial gagal napas atau syok harus disikapi secara seksama,
cepat, dan efisien. Pemberian oksigen diberikan dengan cara yang nyaman untuk
anak. Jalan napas dipertahankan tetap terbuka. Suhu tubuh dan lingkungan harus
dipertahankan sebaik-baiknya , dan pemberian makanan peroral harus dihentikan.
Bila dijumpai kegagalan pernapasan , jalan napas harus diusahakan tetap
terbuka untuk menjamin kecukupan ventilasi dan oksigenasi. Bila ada tanda syok
maka akses vaskular harus dengan cepat dipasang dan resusitasi cairan dengan cepat
harus dimulai serta obat-obatan yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi harus
diberikan secara rasional.
Bila yang dihadapi kegagalan kardiopulmonal maka prioritas utama adalah
oksigenasi dan ventilasi, bila setelah perbaikan oksigenasi dan ventilasi keadaan
sirkulasi dan perfusi tidak segera membaik, maka penatalaksanaan terhadap syok
harus segera dilakukan.
Kumpulan materi pelatihan resusitasi pediatrik tahap lanjut 11

Daftar Pustaka
1. Advanced Paediatric Life Support, the practical approach, British Med Journal Publication, 1997
2. Byron YA and Mc Closky K . Evaluation, Stabilization and Transport of the Critically III Child
Mosby, St Louis, 1992
3. Chamedes L and Hazinski MF : Pediatric Advanced Life Support, American Heart Association
and American Academy of Pediatrics, Emergency cardiovascular Care Program 1997 – 1999.
4. Nadkarni Vinay etal. ILCOR Advisory Statements : Prediatric Resuscitation. Circulation
1997;95:2185-2195.
5. Zaritsky A. Pediatric CPR What Do We Know?. Currents in emergency Cardiac care, AHA
Summer 1999:8-7.

Anda mungkin juga menyukai