Anda di halaman 1dari 17

PKN

Assalamualaikum, 🙏🙏🙏 izin menanggapi diskusi 1:


Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan
kata lain, demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung atau tidak langsung,
yakni melalui perwakilan setelah adanya proses pemilihan umum secara luber dan jurdil.
Karena kebutuhan akan adanya paradigma baru PKn saat ini sudah mendesak. Bangsa Indonesia tengah mengalami
suatu perubahan diharapkan bergerak ke arah pendewasaan hingga terbentuknya masyarakat yang benar-benar
demokratis. Paradigma Pendidikan demokrasi yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah
Pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensi atau bersisi jamak.
Pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensi atau bersisi jamak yaitu sifat multidimensionalitasnya terletak
pada:
1) Pandangannya yang pluralistikuniter dalam makna Bhineka Tunggal Ika,
2) Sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara harmonis,
3) Tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasan (spiritual, rasional, emosional, dan sosial),
4) Dan latarnya yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel, dan bervariasi merujuk kepada
dimensi tujuannya.
Bila ditampilkan dalam wujud program pendidikan, paradigm baru tersebut menuntut hal-hal sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh,
2) Mengembangkan kurikulum dan pemeblajaran,
3) Tersedianya sumber belajar yang memadai.
Terimakasih.
Sumber: BMP PDGK4401 Modul 1
Assalammualaikum.wr.wb.🙏🙏

 SITI AISYAH 858799694

Aslmkum. Siti Aisyah 858799694


Menurut pendapat saya, Demokrasi bersifat Multifungsi merupakan gagasan, norma, prinsip, secara sosial sebagai
sistem sosial, dan secara psikologis sebagai wawasan, sikap, dan perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat
khusunya didunia pendidikan.
Bangsa Indonesia mulai memasuki era reformasi menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis. Di era
reformasi stratifikasi masyarakat disimulasikan sebagai sebuah negara baru di Indonesia dan dikenal sebagai
"masyarakat madani (masyarakat sipil)". Komunitas menghargai dan menghargai keragaman, penghormatan dan
membuat keteguhan hukum, menghargai hak asasi manusia dan modemitas.Tugas sipil dalam paradigma barunya
adalah mengembangkan pendidikan demokratik.
Bila ditampilkan dalam wujud program pendidikan, paradigm baru tersebut menuntut hal-hal sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh,
2) Mengembangkan kurikulum dan pemeblajaran,
3) Tersedianya sumber belajar yang memadai.
Terimakasih
Sumber bacaan
https://brainly.co.id/tugas/1993981
BMP PDGK4401 Modul 1
IPA

Seorang guru IPA mengharapkan agar siswanya di kelas V SD Puncak Sari dapat mendeskripsikan dan memahami
materi tentang sifat sifat cahaya, jenis cermin, macam macam alat optik serta membuat karya dengan
menerapkan sifat-sifat cahaya.

Pembelajaran dimulai dengan melakukan apersepsi tentang alat optik. Selanjutnya dengan menggunakan gambar
lensa, guru memberikan contoh menerapkan jalannya sinar alat optic tersebut, dan sifat-sifat cahaya, melalui
tanya jawab agar siswa menemukan konsep.

 Pertanyaan:                                         

1. Setelah memahami uraian di atas, menurut pendapat Anda teori belajar manakah yang sesuai, teori
belajar Piaget atau Bruner !, jelaskan !

2. Menurut Anda, bagaimana sebaiknya membelajarkan konsep tersebut ?

         Uraikan alasan pertanyaan tersebut!

3. Buatlah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi tersebut !

Semua jawaban diskusi dibuat secara rinci

Copy paste utuh dari internet atau mengcopy dari teman, nilainya tidak di proses 

1. Piaget lebih berfokus pada pembelajaran kognitif secara aktif yaitu eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi
konsep, kemudian Bruner berfokus pada lingkungan dan menyusun pembelajaran dengan penemuan discovery
seperti eksplorasi dan elaborasi.
2. teori bruner atau biasa dikenal dengan nama discovery learning yang penerapannya yaitu pembelajaran berbasis
lingkungan yang dilakukan agar anak mempunyai rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya yang prosesnya
langsung dilakukan diluar ruangan agar anak dapat bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran dapat saling terkait dengan kognitif yang sudah
dimiliki oleh peserta didik.

3. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I


PERTEMUAN I
Nama Sekolah : SD Negeri 3 Pakis
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : V/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan berbasis proyek ( Project Based Learning).

B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

C. Indikator
1. Menyebutkan pengertian cahaya
2. Menyebutkan sifat-sifat cahaya.
3. Menjelaskan sifat-sifat cahaya.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan cara melakukan percobaan secara kelompok, siswa dapat
menyimpulkan hasil percobaan sifat-sifat cahaya dengan benar
2. Dengan cara mengisi soal pilihan ganda secara mandiri, siswa
dapat menyebutkan pengertian cahaya dengan benar.

3. Dengan cara mengisi soal pilihan ganda secara mandiri, siswa


dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya dengan benar.

4. Dengan cara mengisi soal pilihan ganda secara mandiri, siswa


dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya dengan benar.

E. Materi Ajar
Cahaya dan sifat-sifatnya

F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. PJBL (Project Based Learning)

G. Kegiatan Pembelajaan
1. Kegiatan Awal (10 menit)
a) Salam pembuka
b) Apersepsi

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan:


1) Mengapa kita dapat melihat?
2) Ketika listrik padam, keadaan menjadi gelap. Apakah mata kalian dapat melihat benda-benda di sekitar?
3) Guru membahas sekilas tentang materi yang akan diajarkan.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (50 menit)


a) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang pengertian
cahaya.

b) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6


siswa.

c) Masing-masing kelompok melakukan percobaan tentang cahaya


dapat dibiaskan, cahaya menembus benda bening, cahaya dapat
diuraikan, dan cahaya merambat lurus.
d) Masing-masing perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya.

e) Siswa memperhatikan multimedia pembelajaran yang diputarkan


f) Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan
kelompoknya membahas jawaban hasil percobaan yang tidak
sesuai dengan yang terdapat pada multimedia pembelajaran.

g) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya materi yang belum jelas.

h) Siswa dibimbing oleh guru menyimpulkan materi yang dipelajari.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)


a) Guru memberikan nasehat kepada siswa.
b) salam penutup.

H. Alat dan Sumber Belajar


1. Alat
a) Multimedia pembelajaran
b) Benda-benda untuk melakukan percobaan, seperti kertas karton,
lampu senter, penggaris, pensil, gelas bening, uang logam, air.
c) LKS

2. Sumber Belajar
a) H. Panut, dkk. 2007. Dunia IPA 5B. Bogor: Yudhistira.
b) Heri Sulistyanto, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI
Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.

c) Rositawati. S. 2008. Senang Belajar IPA . Jakarta: Pusat


Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

I. Penilaian
1. Prosedur penilaian: Penilaian proses dan akhir.
2. Bentuk penilaian :
a) Observasi aktivitas siswa
b) Tes objektif
3. Instrumen tes : Terlampir
4. Kunci jawaban : Terlampir
5. Skor :
a) Observasi aktivitas siswa
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat baik

b) Tes Objektif
Jumlah soal 20, tiap butir soal mempunyai
skor 1. Skor maksimal = 20.
J. Kriteria Keberhasilan
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa
mendapatkan nilai ≥70.

Pakis, Rabu 12 April 2023


Mengetahui,
Guru Kelas
Vijaya Kusuma
857792058

 VIJAYA KUSUMA 857792058

 NAJMA ZAHRO 858656439

1. Menurut saya, teori belajar yang cocok untuk pembelajaran materi ini adalah teori belajar konstruktivis oleh Jean
Piaget. Teori ini berfokus pada bagaimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman,
pemikiran, dan refleksi. Konsep yang dipelajari oleh siswa adalah hasil dari konstruksi pikiran mereka sendiri melalui
interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial.

2. Menurut pendapat saya sebaiknya cara pembelajaran IPA di SD berdasarkan konsep teori Piaget yakni :
- Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan
dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan kesulitan.
- Guru harus berbuat seperti apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk
menemukan sendiri jawabannya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-waktu
dibutuhkan.
- Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.

3.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah : SD Al Ichsan
Kelas/Semester : V/2 (Dua)
Tema : Panas dan Perpindahannya
Sub tema 3 : Pengaruh Kalor terhadap Kehidupan
Pembelajaran ke- : 1
Fokus Pembelajaran : IPA
Alokasi Waktu : 45 menit

A. KOMPETENSI INTI (KI)


1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD)


3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari

C. INDIKATOR
3.6.1 Mengidentifikasikan benda-benda sekitar yang dapat menghantarkan panas

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan melakukan kegiatan pengamatan, siswa mampu menjelaskan benda-benda yang dapat bersifat
mempercepat dan menghambat perpindahan kalor secara benar.

E . MATERI PEMBELAJARAN
1. Teks Penjelasan
2. Kalor dan Perpindahannya

F. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik.
Metode Pembelajaran : Simulasi, percobaan, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan ceramah.

G. MEDIA/ALAT, BAHAN, DAN SUMBER BELAJAR


Media/Alat :
1. Teks bacaan/Gambar.
2. Alat musik tradisional daerah masing-masing.
3. Beragam benda di kelas dan lingkungan sekitar.

Bahan : -

Sumber Belajar : 1. Buku Guru dan Buku Siswa KELAS 5, Tema 6: Panas dan Perpindahannya. Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 (Revisi 2019). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


*Pendahuluan*
1. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh salah seorang siswa.
3. Siswa difasilitasi untuk bertanya jawab pentingnya mengawali setiap kegiatan dengan doa. Selain berdoa, guru
dapat memberikan penguatan tentang sikap syukur.
4. Siswa diajak menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Guru memberikan penguatan tentang pentingnya menanamkan
semangat kebangsaan.
5. Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan kebersihan kelas.
6. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan, manfaat, dan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
7. Siswa menyimak penjelasan guru tentang pentingnya sikap disiplin yang akan dikembangkan dalam pembelajaran.
8. Pembiasaan membaca. Siswa dan guru mendiskusikan perkembangan kegiatan literasi yang telah dilakukan.
9. Siswa diajak menyanyikan lagu daerah setempat untuk menyegarkan suasana kembali.

*Kegiatan Inti*
• Siswa diminta untuk melakukan pengamatan dan memperhatikan bahan-bahan yang dapat menghantarkan panas
(konduktor) dan menghambat panas (isolator).
• Siswa mengidentifikasikan kegiatan yang akan ia lakukan,alat atau bahan yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
• Siswa menuliskan hasil pengamatannya dalam buku catatan mereka. Dalam buku catatan, mereka akan membuat
tabel yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom konduktor dan kolom isolator.
• Siswa akan menulis bahan-bahan mana yang termasuk kedalam jenis konduktor dan isolator.
• Guru dan Siswa berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil pengamatan yang mereka lakukan. Guru akan
mengambil kembali kertas kecil yang berisi ide anak-anak tentang bahan-bahan yang termasuk konduktor dan juga
isolator yang dilakukan di awal. Gunakan kertas tersebut untuk menambah informasi mengenai bahan-bahan yang
mampu menghantarkan panas atau tidak.

*Penutup*
1. Siswa bersama guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah berlangsung:
-Apa saja yang telah dipelajari dari kegiatan hari ini?
-Apa yang akan dilakukan untuk menghargai perbedaan disekitar?
2. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari ini.
3. Siswa menyimak penjelasan guru tentang aktivitas pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Termasuk
menyampaikan kegiatan bersama orang tua yaitu: meminta orang tua untuk menceritakan pengalamannya
menghargai perbedaan di lingkungan sekitar rumah lalu menceritakan hasilnya kepada guru.
4. Siswa menyimak cerita motivasi tentang pentingnya sikap disiplin.
5. Siswa melakukan operasi semut untuk menjaga kebersihan kelas.
6. Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin salah seorang siswa.

I. Penilaian
1. Bentuk Penilaian
a. Observasi aktivitas siswa
b. Tes Objektif

 SITI FATIMAH 856318555

1. Menurut pendapat saya mengenai pembelajaran IPA yang sesuai dengan capaian siswa mengenai pemahaman
materi tentang sifat-sifat cahaya, jenis cermin, macam-macam alat optic serta membuat karya dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya. adalah dengan teori Bruner, karena teori Bruner merupakan teori yang berpusat pada 3 tahapan
representasi yaitu :
• tahap enaktif (tahap tindakan)
• tahap ikonik ( berbasis gambar) dan
• tahap simbolik ( berbasis bahasa)
Dimana teori bruner berfokus pada lingkungan dengan memusatkan perhatian pada masalah yang dilakukan
manusia dengan informasi yang diterima dan apa yang dilakukan setelah memperoleh informasi untuk mencapai
pemahaman. Teori bruner menciptakan model pembelajaran yaitu model belajar penemuan (discovery learning)
yang mengandalkan sifat ingin tahu dengan memecahkan masalah dan informasi diperolehnya, sehingga dapat
mencapai pengetahuan yang bermakna.

2. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan dapat dengan memberi materi pembelajaran yang
diperlukan sebagai dasar bagi siswa untuk memecahkan masalah dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan
dan guru merangsang siswa untuk menyelidiki masalah lalu menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba menemukan
konsep-konsep yang mendasari masalah tersebut tidak langsung guru mengungkapkan jawaban agar siswa tidak
ketergantungan dengan hasil jawaban guru, mengikuti aturan penyajian enaktif, ikonik lalu simbolik.
Model penemuan ini menunjukan beberapa manfaat. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat di
ingat, atau lebih mudah di ingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara – cara lain.
Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan lain
perkataan, konsep – konsep dan prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi
– situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan – keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah.

3. Contoh RPP:
Satuan pendidikan : SD PUNCAK SARI
Kelas : 5
Mata Pelajaran : IPA
• Tujuan pembelajaran : mendeskripsikan dan memahami materi tentang sifat sifat cahaya, jenis cermin, macam
macam alat optik serta membuat karya dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
• Kegiatan pembelajaran :
a. Pendahuluan : melakukan apersepsi tentang alat optik. Selanjutnya dengan menggunakan gambar lensa, guru
memberikan contoh menerapkan jalannya sinar alat optic tersebut, dan sifat-sifat cahaya.
b. Kegiatan inti : setelah melakukan apersepsi siswa dapat mencoba untuk mengenal fungsi alat optic dan perbedaan
jenis-jenis alat optic dan cermin dan guru memberi keamanan pemakaian fasilitas, setelah siswa dapat menemukan
fungsi dan jenis perbedaan dari beberapa macam alat optic tersebut, guru dapat mengemukakan sesuatu tentang
materi yang sudah siswa teliti dan memberikan konflik dengan pengalaman siswa melalui tanya jawab sehingga
siswa dapat merangsang keinginan tahuan terhadap masalah tersebut sampai siswa menemukan konsep.
c. Penutup : mengukur pencapaian siswa meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar suatu bidang studi
dengan menyiapkan bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes essay.

NURHAYATI 858401434

Diskusi Nomor 1 :
Menurut pendapat saya teori yang sesuai dengan siswa kelas V SDN Puncak Sari adalah Teori belajar Piaget. Karena
point yang paling penting dalam teori belajar Piaget adalah mengapa pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan
percobaan-percobaan nyata dan berhasil pada anak yang lemah dan anak yang secara berkebudayaan terhalangi
sehingga mereka dapat memperoleh pengetahuan melalui interaksi dengan lingungan dan benda benda di sekitar.
Seperti contohnya dalam pembelajaran tentang sifat-sifat cahaya, jenis cermin, macam-macam alat optik, dan
pembuatan karya dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, siswa akan dihadapkan dengan konsep-konsep yang
kompleks dan memerlukan pemahaman konseptual yang kuat.

diskusi nomor 2
Dalam membelajarkan konsep tersebut bisa menggunakan percobaan sederhana melalui benda dan lingkungan di
sekitar yang berkaitan dengan sifat-sifat cahaya, jenis-jenis cermin dan macam - macam alat optik sehingga siswa
dapat terlibat langsung dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep
dasarnya.

diskusi nomor 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SDN Puncak Sari
Muatan Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas/Semester : V/II
Materi : Sifat-sifat Cahaya, Jenis Cermin, Macam-macam Alat Optik, dan Penerapannya dalam Pembuatan Karya
Alokasi waktu : 2 x 35 Menit

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam penggunaan ilmu
pengetahuan, teknologi, informasi, dan komunikasi yang tepat dan bertanggung jawab.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada berbagai fenomena cahaya sehari-hari.
2. Mendeskripsikan jenis-jenis cermin dan penerapannya pada kehidupan sehari-hari.
Mendeskripsikan macam-macam alat optik dan cara kerjanya.
3. Membuat karya dengan menerapkan sifat-sifat cahaya pada alat optik yang diperkenalkan

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan diskusi kelompok iswa dapat mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada berbagai fenomena cahaya
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Melalui kegiatan tanya jawan siswa dapat mendeskripsikan jenis-jenis cermin dan penerapannya pada kehidupan
sehari-hari.
3. Melalui kegiatan praktik siswa dapat membuat karya yang menerapkan sifat-sifat cahaya.

D. Metode Pembelajaran:
Ceramah, Diskusi, tanya jawab, dan praktik

E. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN


1. Kegiatan awal (Alokasi waktu 10 menit)
- Guru mengucapkan salam kepada siswa dan dilanjutkan dengan berdoa bersama sesuai agama dan keyakinan
masing-masing
- Guru mengecek kehadiran siswa
- Guru menyampaikan materi pembelajaran
- Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
- Guru bersama siswa mempersiapkan peralatan untuk kegiatan belajar dan mengajar

Kegiatan inti (Alokasi waktu 50 menit)


- Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru dengan perlihatkan gambar lensa dan menjelaskan
bagaimana sinar melewati lensa tersebut.
- Siswa menyimak penjelasan yang dibahas oleh guru tentang sifat-sifat cahaya dan contoh-contoh penggunaannya
di kehidupan sehari-hari.
- Siswa menyimak penjelasan guru tentang jenis-jenis cermin dan penggunaannya di kehidupan sehari-hari.
- Guru memberikan contoh-contoh alat optik dan menjelaskan fungsi dan penggunaannya.
- Guru melakukan tanya-jawab dan diskusi untuk membantu siswa untuk memahami konsep yang diajarkan.
- Siswa diberikan Lembar Kerja Peserta Didik
Kegiatan penutup (Alokasi Waktu 10 menit)
- Guru membagikan lembar evaluasi
- Siswa secara berkelompok diberikan tugas oleh guru untuk membuat karya yang menerapkan sifat-sifat cahaya
- Guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran hari ini.
- Siswa diminta untuk memberikan kesimpulan tentang materi pembelajaran hari ini
- Kelas ditutup dengan salam dan doa bersama.

F. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


- Tampilan power point mengenai materi tentang sifat cahaya dan alat optik
- Video pembelajaran tentang alat optik dan sifat-sifat cahaya.
- Alat optik, seperti lensa, cermin datar, cermin cembung, mikroskop, dan teropong, untuk praktik.
- Gambaralat optik, sifat-sifat cahaya, dan jenis-jenis cermin.
- Buku referensi tentang alat optik dan sifat-sifat cahaya.
Mari kita diskusikan aspek-aspek PKR yang terjadi di SD Anda atau di SD sekitar Anda tinggal. Adakah ada menjumpai
SD yang menerapkan PKR? Bagaimana model PKR yang diterapkan di SD yang Anda ketahui itu? Mungkinkah SD
dengan jumlah kelas yang cukup dan memadai menerapkan PKR? Mari kita diskusikan bersama.

 SILVIA 856199768 

Model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan
dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Di tempat daerah seperti Sekolah kami model Pembelajaran kelas rangkap digunakan karena keterbatasan ruang
kelas. Pada praktiknya, guru menggabungkan dua kelas yang berbeda (kelas 1 dan 2; kelas 4 dan 5) pada saat yang
bersamaan dan dalam satu kelas pembelajaran dengan materi yang berbeda.

Dalam hal ini, kemampuan guru dituntut untuk mampu mengelola kelas dengan baik dan menjadikan siswa aktif
sehingga kondisi kelas tidak gaduh atau ada siswa yang tidak belajar karena guru mengajar bergantian kelas.

Dan kita lihat Model Pembelajaran Kelas Rangkap terdiri dari:


• PKR 221 : Dua Kelas, dua mata pelajaran dalam satu ruangan
• PKR 222 : Dua Kelas, dua mata pelajaran dalam dua ruangan
• PKR 333 : Tiga Kelas, tiga mata pelajaran dalam 3 ruangan.

Model pembelajaran kelas rangkap adalah ketika guru mengajar lebih dari satu tingkatan kelas pada saat yang sama
di kelas yang sama. Model pendekatan seperti ini sangat penting, terutama di daerah-daerah terpencil dengan
populasi penduduk yang sedikit, dan di sekolah-sekolah yang kekurangan guru atau ruang kelas. Model seperti ini
juga berguna bagi guru yang ingin melakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk siswa dengan kompetensi
beragam.

Di Indonesia selama ini pelaksanaan PKR hanya disikapi sebagai suatu keterpaksaan atau keadaan darurat. Berbeda
dengan Negara lain Australia, Amerika Serikat, Belanda, RRC Meksiko, Kolumbia, dan negara-negara kecil di Samudra
Pasifik PKR sudah lama di praktekkan dengan sengaja.

Ditinjau dari sudut Paedagogois, Dari segi paedagogis Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) mampu meningkatkan
kemandirian murid dalam belajar sendiri. Guru dalam PKR berusaha membuat murid aktif dalam belajar dan
memandirikan murid dalam belajar.Karena itu PKR dapat diterapkan baik disekolah kecil, misalnya SD dengan jumlah
guru dan jumlah muridnya kecil, maupun di sekolah biasa yang jumlah guru dan jumlah muridnya memadai.

 EFRI DIANA 855827233 

Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan sebuah bentuk sistem pembelajaran yang mengharuskan seorang
tenaga pengajar atau guru mengajar dalam satu kelas bahkan lebih atau juga menggabungkan beberapa kelas dan
dua pelajaran menjadi satu dalam waktu yang sama.

Adapun salah satu penyebab sekolah tersebut menerapkan sistem PKR ini adalah kurangnya guru. Guru sebagai
tenaga pengajar hendaknya harus mampu menyampaikan bagaimana pelajaran tersebut dapat dipahami oleh murid-
murid tersebut.

Adapun metode yang sering digunakan oleh guru dalam PKR ini salah satunya adalah dengan metode pemberian
tugas. Dalam hal ini hal yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah memberikan pengantar pelajaran dan juga
pengarahan pada masing-masing kelas. Setelah itu memberikan tugas hal ini bertujuan untuk melatih siswa tersebut
menjadi mandiri. Dan setelah tugas selesai dikerjakan maka guru melakukan review dan juga tanya jawab kepada
para siswa. Hal ini akan menjadikan siswa tersebut aktif dan seorang guru dapat mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa tersebut dalam menerima pelajaran yang disampaikan.

 LUH MADE RISMA PRAHASTINI 859012628

PKR (Pembelajaran Kelas Rangkap) adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar
dalam satu ruang kelas atau lebih, pada waktu yang bersamaan, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang
berbeda. PKR juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi
siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.

Di tempat saya bertugas tidak menerapkan PKR, dikarena jumlah guru, siswa dan jumlah ruang kelas cukup. Namun
disekolah lain ada yang menerapkan PKR 222 yaitu, dua kelas, dua mata pelajaran dalam dua ruangan. Model PKR
222 merupakan model PKR modifikasi untuk kondisi jumlah siswa lebih dari 20 orang, yang tidak mungkin ditampung
dalam satu ruangan. Hal tersebut dilakukan karena keterbatasan guru dan jumlah siswa yang banyak sehingga tidak
memungkinkan untuk dijadikan satu ruangan.  Penerapan model ini mempunyai dampak, antara lain perhatian tatap
muka sebagai wahana pedagogis kontrol guru terhadap kelas tidak dapat berlangsung terus menerus karena masing
– masing kelas harus menunggu hadirnya guru secara fisik secara bergiliran. Waktu tunggu tentunya lebih lama
karena guru harus berpindah – pindah diantara 2 ruangan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu mengelola
kelas dengan merancang proses pembelajaran dengan cermat agar tanpa kehadiran guru sementara, siswa tetap
dapat belajar dengan baik dan penuh perhatian.

Mungkinkah SD dengan jumlah kelas yang cukup dan memadai menerapkan PKR? Tentu
saja SD yang jumlah kelas cukup dan memadai bisa saja menerapkan PKR dan faktor ini disebabkan salah satunya
adalah kurangnya guru atau tenaga pengajar pada SD tersebut. Dan untuk melancarkan kegiatan belajar dan
mengajar pada sekolah tersebut maka pihak sekolah menerapkan PKR dalam sistem pembelajarannya
MATEMATIKA

Teori belajar konstruktivisme ada banyak yang dapat dipelajari antara lain:

Teori Ausubel adalah teori kebermaknaan, Teori Jean Piaget teori perkembangan intelektual , teori Brunner tentang
perkembangan mental, Teori Vygotsky tentang pembelajaran geometri, Teori Polya tentng pemecahan masalah,
Teori Van Hiele tentang eksistensi pemikiran geometri.

Teori belajar tersebut diterapkan dalam pembelajaran matematika pada tingkatan SD. Pemilihan teori belajar
tersebut diterapkan dengan pembelajaran  matematika dengan berbagai strategi pembelajaran yang tepat untuk
membelajarkan matematika seperti metode pemecacahan masalah, problem posing, open ended problem, RME dan
lain sebagainya. Jelaskan bagaimana implementasinya teori-teori tersebut dalam pembelajaran matematika di SD.

Silahkan diskusikan bersama teman-teman dengan memberi komentar dan beri alasannya

MARLIYUSNI 855886387 

Menurut pendapat saya:


Implementasi tiori tersebut dalam proses pembelajaran metematika disekolah dasar (SD)Adalah guru sebagai
fasilitator yang bertanggung jawab terhadap kegiatan proses pembelajaran berlangsung baik didalam kelas maupun
maupun belajar dilapangan terbuka,Dan seorang guru harus bisa memberi motivasi kepada simurid,dan seorang
harus bisa mengatasi kesulitan simurid dengan cara seorang guru harus membimbing secara khusus atau dengan
cara remedial kepada simurid yang belum bisa mengerti tentang pelajaran yang kita bahas,
Dan tim MKPBM UPI,2001 sangat berkenan dengan cara tersebut seorang guru harus bisa menyediakan dan harus
memberi kesempatan sebanyak mungkinkepada murid untuk belajar secara aktif dan efisien.Sehingga para murid
dapat menciptakan,mendiskusikan ,membangun,,membandingkan dan bisa bekerja sama dan bisa melakukan
eksperimentasi dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Setyosari,1997 proses kegiatan inilah yang dapat memberikan cara pengalaman kepada si murid sehingga murid
mampu mengingat pengetahuan yang didapatkan lebih lama dari pada pembalajaran dengan cara menghafal.
Adapun Implikasi dari tiori belajar Kontruktivisme dalam pendidikan sianak,
Poedjiadi,1999ialah sebagai berikut,
1.Tujuan pendidikan menurut tiori belajar konstruktivisme ialah menghasilkan
individu(perorangan) atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk dapat
menyelesaikan setiap masalah atau persoalan yang sedang dihadapi.
2.Kurikulim dirancang sedemikian rupa sehingga bisa terjadi situasi yang dapat
memungkinkan pengetahuan maupun ketrampilan yang dapat dikonstruksi oleh
simurid selain itu latihan dapat memecahkan suatu masalah yang sering dilakuakan
dalam belajar berkelompok dengan cara menganalisis masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
3.Murid diharapkan harus selalu rajin dan aktif supaya dapat menemukan cara belajar
yang cocok dengan dirinya.
Disini seorang guru hanyalah berpungsi fasilitator,moterator dan panutan, dan
teman- teman harus bisa membuat situasi yang konduksif supaya terjadinya kuntruksi
pengetahuan pada simurid.Wassalam.
 DIMAS FRASTIA DWINATA 835961584

Asalamualaikum izin menjawab!


Menurut saya, dalam menjadi pengajar di SD, Dengan menggunakan Pendekatan teori seperti teori Ausubel,
kebermaknaan, Piaget dan lainya dalam pembelajaran matematika dengan menguasai juga metode pembelajaran
Seperti ended problem, RME, Problem solving dan lainya. Sebenarnya adalah kewajiban pendidik dalam menguasai
dan mengembangkan toeri dan kajian ilmiah dari ahli. Sehingga sorang pendidik mampu dengan professional
menguasai sistem pembelajaran di kelas.Dengan adanya pokok dasar pembelajaran secara ilmiah.Maka seorang
pendidik matematika sangat mampu dalam mengembangkan Pembelajaran agar lebih menarik dan tidak
menimbulkan kebosanan dari pembelajaran dua arah baik pentransfer yakni guru dan penerima yakni Siswa. Dengan
adanya dasar teori ini maka sangat memungkinkan guru dapat memiliki metode yang beragam dalam memahami
karakteristik pembelajaran siswa dan memahami Kategori siswa dalam menyerap pembelajaran matematika

 LALU SUHADRIAWAN 859151245

Kontruktivisme dalam perkembangannya banyak digunakan dalam pendekatan pendekatan pembelajaran termasuk
dalam mata pelajaran Matematika, karena beranggapan bahwa seseorang yang belajar harus mengkontruksi sendiri
pengetahuan yang dimilikinya.

Peran Guru :
Melalui pendekatan konstruktivisme, guru perlu mengubah peranannya dalam kelas. dalam pembelajaran
konstruktivisme, yang menjadi pusat perhatian adalah siswa. Peran guru adalah sebagai fasilitator, terapis bahkan
sebagai liberator.

Peran Siswa :
Siswa akan mengkonstruksi sendiri pengetahuan Matematikanya, maksudnya adalah :
1. Pengetahuan tidak diterima secara pasif; tetapi pengetahuan disusun secara aktif, dikembangkan (dikonstruksi)
oleh siswa . Piaget (1972) berpendapat bahwa matematika dikonstruksi oleh anak , tidak ditemukan begtu saja
seperti memungut batu ataupun diterima begitu saja sebagai hadiah.
2. Siswa mengkonstruksi pengetahuan baru dalam matematika dengan refleksi pada kegiatan mental maupun fisik
mereka. Mereka mengkaji hubungan, mengenali pola, dan membentuk generalisasi dan abstraksi yang diintegrasi
menjadi pengetahuan baru dalam struktur mental mereka.
3. Belajar bagi anak adalah merefleksikan proses sosial yang dikembangkan dalam dialog dan diskusi oleh mereka
sendiri maupun guru sebagai pengembangan intelektual mereka (Bruner, 1986). Prinsip ini mendorong siswa terlibat
aktif untuk tidak hanya memanipulasi material, menemukan pola, mengembangkan algoritrna, dan menurunkan
penyelesaian yang lain tetapi juga berbagi hasil penelitian mereka, menggambarkan hubungannya, menjelaskan
prosedurnya, dan mempertahankan proses yang mereka ikuti.

 WELLY SYAFRIATI 856201248

1.Teori Ausubel
Teori makna (meaning theory) dari Ausubel (Brownell & Chazal ) mengemukakan pentingnya pembelajaran
bermakna dalam mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih
menarik,bermanfaat dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami
dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik. Kebermaknaan yang dimaksud dapat berupa struktur matematika
yang lebih ditonjolkan untuk memudahkan pemahaman. Wujud lain kebermaknaan adalah pernyataan konsep-
konsep dalam bentuk bagan,diagram atau peta, yang mana tampak keterkaitan di antara konsep-konsep yang
diberikan.Teori ini juga disebut teori holistik karena mempunyai pandangan pentingnya keseluruhan dalam
mempelajari bagian-bagian.

2. Teori Jean Piaget


Teori perkembangan intelektual dari Jean piaget menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang
secara bertingkat atau bertahap, yaitu :
a) Sensori motor ( 0-2 tahun )
b) Pra-operasional ( 2-7 tahun )
3) Operasional Konkret ( 7-11 tahun )
d) Operasional ( > 11 Tahun ).
Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan
pelajaran matematika diberikan, terutama untuk menyesuaikan "keabstrakan" bahan matematika dengan
kemampuan berpikir abstrak anak pada saat itu.

3. Teori Jerome Bruner


Berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara bertahap mulai dari
sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata ke yang abstrak. urutan
tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan lebih mudah.
Bruner menyebut tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu :
a) Enactive ( Manipulasi objek langsung )
2) Iconic ( Manipulasi objek tidak langsung )
c) Symbolic ( Manipulasi simbol )
Penggunaan berbagai objek,dalam berbagai bentuk dilakukan setelah melalui pengamatan yang teliti bahwa
memang benar objek itu yang diperlukan. Sebagai contoh bagi anak SD kelas 1, tentu mereka dalam situasi enactive,
artinya matematika lebih banyak diajarkan dengan manipulasi objek langsung dengan memanfaatkan kerikil,
kelereng,potongan kertas,bola,kotak, dan lain sebagainya,dan dihindari penggunaan langsung simbol-simbol huruf
dan lambang-lambang operasi yang berlebihan.

4. Teori Vygotsky
Teori vigotsky berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar
kelompok. Dalam membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui
kegiatan yang beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi kelompok
kecil,diskusi kelas,mengerjakan tugas kelompok,tugas mengerjakan ke depan kelas 2 sampai 3 orang dalam waktu
yang sama dan untuk soal yang sama (sebagai bahan pembicaraan/diskusi kelas), tugas menulis (karya
tulis,karangan),tugas bersama membuat laporan kegiatan pengamatan atau kajian matematika dan tugas
menyampaikan penjelasan atau mengkomunikasikan pendapat atau presentasi tentang sesuatu yang terkait dengan
matematika. Dengan kegiatan yang beragam peserta didik akan membangun pengetahuannya sendiri melalui
membaca, diskusi,tanya jawab,kerja kelompok,pengamatan,pencatatan, pengerjaan dan presentasi.

5. Teori Pemecahan masalah (George Polya)


George Polya (dalam Posamentier) menyebutkan teori heuristik (bantuan untuk menemukan), meliputi : a)
Understand the Problem; b) devise the plan; c) Carry out the plan dan d) look back.Pada tahun delapan
puluhan,pemecahan masalah merupakan fokus matematika sekolah di Amerika Serikat.
Charles dan Laster (Walk,1990) mendefinisikan ,
Suatu masalah adalah suatu tugas yang mana :
1. Seseorang tertantang untuk menyelesaikan.
2. Seseorang tidak mempunyai prosedur yang siap pakai untuk memperoleh selesain.
3. Seseorang harus melakukan suatu usaha untuk memperoleh penyelesaian.

Bentuk pertanyaan yang memerlukan pemecahan masalah antara lain : (1) Soal cerita ( Verbal/Word problems ), (2)
Soal tidak rutin ( Non-routine mathematics problems ), (3) Soal nyata ( Real/application problems )
Pendekatan pembelajaran matematika yang bersifat konstruktivistik dan bernuansa pemecahan masalah
diantaranya yaitu : (a) Penemuan terbimbing ( guided discovery ), (b) Penyelidikan Matematikal (Mathematical
investigation ), (c) Berakhir terbuka ( Open-ended ), (d) Banyak selesaian ( Multiple solutions), (e) Banyak cara
menyelesaikan ( multiple methods of solutions ), (f) Tugas menulis matematika ( Writting in mathematics ).

6.Teori Van Hiele ( Hierarkis Belajar Geometri )


Teori ini menyatakan bahwa eksistensi dari lima tingkatan yang berbeda tentang Pemikiran Geometrik, yaitu :
1. Level 0 ( Visualisasi )
2. Level 1 ( Analisis )
3. Level 2 ( Deduksi informal )
4. Level 3 ( Deduksi )
5. Level 4 ( Rigor )
Meskipun keadaan tingkatan tidak secara langsung terkait dengan usia, siswa TK sampai dengan kelas 2 SD biasanya
berada pada level 0 dan siswa SD kelas 3 sampai 6 SD biasanya berada pada level 1. Pada level 0 kegiatan siswa
cenderung memanipulasikan model fisik, sehingga kemampuan mereka perlu diarahkan pada mengurutkan,
mengidentifikasi, dan mendeskripsikan berbagai bangun geometri. Mereka perlu diberi kesempatan untuk
membangun, membuat, menggambar, meletakkan bersama, dan memilah bangun-bangun.
Pada level 1, kegiatan siswa cenderung seperti level 0 tetapi mulai dapat mengkaji sifat-sifat bangun.kemampuan
mereka mulai mengarah ke klasifikasi bangun berdasarkan bentuk dan nama. Mereka juga sudah mampu
mendefinisikan, mengukur, mengamati, dan menyebutkan sifat-sifat bangun titik mereka dapat membedakan
segitiga (sama sisi, sama kaki ,sebarang, lancip, tumpul, siku-siku), segiempat (persegi, persegi panjang jajar genjang
belah ketupat), trapesium sebarang),kurva(cekung, cembung, sederhana, tidak sederhana tertutup, tidak tertutup).
Pada level 2, peserta didik mempunyai kemampuan menggunakan model untuk mencari sifat-sifat misalnya
menyebutkan persegi panjang adalah jajar genjang dengan sudut-sudut yang siku dan mengatakan persegi adalah
persegi panjang dan jajar genjang.
Pada level 3 ditandai dengan kemampuan menggunakan sistem aksiomatik deduktif dan menyusun pembuktian dan
diperkirakan cocok untuk siswa-siswi di SMA.
Pada level 4 ditandai dengan kemampuan membedakan dan mengaitkan sistem-sistem aksiomatik yang berbeda dan
merupakan level dari matematis.

Sumber : Gatot Muhsetyo,dkk.(2022). Pembelajaran Matematika SD.Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka

 IWAN FAHRUL 835444645

Anak usia SD tahap berpikirnya berpikirnya belum formal, bahkan masih berada dalam tahapan pra konkret
Penelitian Jean Piaget bahwa anak bertindak dan berpikir tidak sama dengan orang dewasa, bahkan setiap anak
merupakan individu yang relatif berbeda pula
Para ahli seperti Piaget, Bruner, Brownel, Dienes percaya bahwa jika memberikan pelajaran harus memperhatikan
tingkat perkembangan berpikir anak
Matematika adalah ilmu deduktif karena metode kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif matematika juga
ilmu tentang pola keteraturan,karena dalam matematika sering dicari keseragaman untuk membuat generalisasi,
matematika juga adalah ilmu yang teratur sistematik dan eksak
Dari perbedaan karakteristik tersebut diperlukan kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani dunia
anak yang belum berpikir deduktif menjadi bersifat deduktif
Pemahaman guru tentang teori belajar merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pembelajaran di
sekolah
Teori belajar adalah teori yang bercerita tentang kesiapan siswa untuk belajar sesuatu, atau uraian tentang kesiapan
siswa untuk menerima sesuatu (Ruseffendi,1990)
Teori pembelajaran memiliki peran penting dalam menentukan bagaimana proses pembelajaran di dalam kelas
terjadi
Guru seharusnya menguasai sejumlah teori-teori pembelajaran dimaksudkan sebagai pertanggung jawaban secara
ilmiah perilaku mengajar guru di kelas
Terdapat banyak teori-teori pembelajaran, yang masing-masing teori pembelajaran tersebut memiliki kelebihan-
kelebihan dan kekurangan. Namun kita dapat mengambil kelebihan-kelebihan dari masing-masing teori belajar
tersebut untuk di implementasikan di dalam konsep pembelajaran yang akan kita sampaikan
Jadi kita bisa mengimplementasikan setiap teori pembelajaran untuk setiap materi pembelajaran yang berbeda, jadi
kita sebagai guru tidak hanya menggunakan satu teori pembelajaran saja namun kita bisa sesuaikan dengan materi
yang akan kita sampaikan.

Tautan permanenTampilkan indukBalas

Anda mungkin juga menyukai