Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok :

(01) Mochammad Ardiansah


(27) Ryan Tegar Mulyo Prakoso
(32) Wahyu Muktiono

Sejarah Sendang Made


Pengenalan situasi
Sendang Made adalah sendang yang berukuran 8 x 11 meter yang berlokasi di desa Made,
kecamatan Kudu, kabupaten Jombang.Selain Sendang Made masih ada sendang lain yang berukuran
lebih kecil di sekitar lokasi Sendang Made. Dan didalam sendang tesebut berbagai ikan hidup
disana,sampai ikan yang berukuran seperti bayi ada disana. Ikan tersebut biasa dipercaya sebagai
pengabul keinginan jika seorang melemparkan koin kedalam sendang tersebut dan mengucapkan
permintaan dan itu dipercaya warga sekitar sebagai kepercayaan masing-masing.Lalu adanya
larangan untuk membangun atau merenovasi sebagian atau seluruh bangunan yang ada di kompleks
Sendang Made.
Pengungkapan peristiwa
Dahulu Sendang Made ini bermula dari kisah Prabu Airlangga yang merupakan seorang pangeran
dari kerjaan Kahuripan yang menikahi Dewi Sekarwati putri dari Prabu Darmawangsa.Prabu
Darmawangsa ini adalah paman dari Prabu Airlangga.
Konflik
Ketika pesta pernikahan sedang berlangsung, tiba-tiba kerajaan Darma Wangsa diserang oleh
segerombolan saudara dari kerajaan Wora-Wari, dengan cara mendadak.
Puncak konflik
Malang tidak dapat ditolak, sang paman tewas dalam serangan tersebut dan kerajaan Darma
Wangsa dibakar sampai habis. Untungnya Prabu Airlangga, Dewi Sekarwati dan dayang-dayang
pengasih yang dinamakan Pandan Sari, Pandan Sili, dan Siti Sendari bisa diselamatkan oleh Prabu
Narutomo, Patih dari kerajaan Darma Wangsa. Larinya Prabu Narutomo, Prabu Airlangga, Dewi
Sekarwati, serta dayang-dayang sampai di lereng-lereng Gunung Lawu.
Penyelesaian
Di situ mereka berhenti sebentar, tetapi Prabu Narutomo dan Prabu Airlangga tidak enak hati,
kemudian mereka memutuskan untuk meneruskan perjalanannya ke timur sampai dibantu dengan
mengamen, menjajahi Desa Wilangkori. Yang jadi pimpinannya yaitu Raden Airlangga yang
mengganti namanya dengan Mbah Joyo. Narutomo mengganti namanya menjadi Mbah Gombloh,
pimpinan sinden waranggona. Dewi Sekarwati mengganti namanya menjadi Siti Silindri atau Dewi
Suprobowati. Dan dayang-dayang menjadi waranggonanya.
Mereka berjalan sampai melewati lerengan Gunung Wilis, Gunung Klotok, Gunung Emas
Kumambang, Gunung Tunggorono, sampai dengan Sendang Madukoro atau Sendang Made.
Sebelum jadi sendang, dulu dinamakan Dempo Madukoro. Waktu mereka berada di Madukoro,
mereka merasa senang, kemudian membuat perumahan, dan menjadi desa kecil yang dinamakan
Desa Madekoro. Di desa itu Mbah Gombloh dan Mbah Joyo berprofesi sebagai pengrajin emas.
Mereka sampai terkenal di desa-desa lain, sebab dapat membuat kerajinan kalung, gelang, anting,
hiasan untuk rambut, dan sisir yang sangat bagus. Mbah Joyo mendapat julukan Pengrajin Emas
Sumbang ke-1. Mbah Joyo juga mempunyai patih yang ikut dan pintar merangkai gamelan, mengatur
lagu-lagu jawa, serta pintar menciptakan model perhiasan emas, patih itu dinamakan Raden Laras
Tungkul atau Joko Tunggul dan Laras Tungkul. Walaupun sendang itu akan menjadi terlihat
keemasan, Mbah Joyo membuat areng, tetapi yang dipakai untuk membuat areng adalah kayu
alang-alang.
Mula-mula Mbah Joyo membuat gayung untuk mengambil air yang disebut condong, yang sekarang
disebut Sendang Condong, tempatnya berada di sebelah utara barat. Tidak lama Mbah Joyo
membuat gayung lagi untuk minum, tempatnya di selatan barat yang dinamakan Sendang Pomben.
Kemudian membuat gayung lagi untuk bercermin para sinden yang disebut Sendang Pangilon,
tempatnya di sebelah Sendang Putih. Ada juga sumber air yang aneh, airnya berbusa putih serta
harum baunya, yang disebut Sendang Drajat. Air sendang atau gayung-gayungan tadi berkumpul,
kemudian Mbah Joyo membuat gayung yang ukurannya besar, yang disebut Sendang Gede,
tempatnya ada di tengah-tengah. jadi jumlah sendang-sendang atau gayung tadi banyaknya tujuh
sendang, yang semua itu dinamakan Sendang Made.

Unsur-unsur dalam cerita sejarah :


1. Unsur Intrinsik
 Tema : Peristiwa sejarah
 Alur : Maju
 Latar
Latar tempat :
Bukti :
Latar waktu :
Bukti :
Latar suasana :
Bukti :
 Tokoh&Penokohan :
Bukti :
 Konflik :
Bukti :
 Sudut Pandang :
Bukti :
 Amanat :
Bukti :
2. Unsur Ekstrinsik
 Faktor Psikologi Pengarang

 Faktor Lingkungan Pengarang

 Faktor Budaya

3. Unsur Kebahasaan
 Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau

 Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu


 Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan

Nilai-nilai dalam cerita sejarah :


1. Nilai Budaya :
Bukti :
2. Nilai Moral :
Bukti :
3. Nilai Agama :
Bukti :
4. Nilai Sosial :
Bukti :

Relevansi nilai-nilai dalam cerita sejarah dengan kehidupan masa kini :


1. Nilai Budaya

2. Nilai Moral

3. Nilai Agama

4. Nilai Sosial

Anda mungkin juga menyukai